PENDAHULUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
berlaku
Dapat melindungi asset
Dapat membuat efisiensi operasi
Tercapainya misi, tujuan dan sasaran untuk operasi dan program perusahaan
Integritas dan nilai etis
Unit atau proses perusahaan memiliki pengendalian internal yang baik jika dapat:
1.
2.
3.
4.
5.
perusahaan, banyak konsep dan prinsip dasar yang sama, tidak peduli dimana
pengendalian tersebut diterapkan. Ada begitu banyak sistem dan proses perusahaan yang
jika tidak dikelola dengan benar maka perusahaan akan keluar kendali. Semua bagian
dalam perusahaan harus mengembangkan pemahamannya mengenai sistem pengendalian
yang benar pada bagian dan tanggung jawab mereka masing-masing dan kemudian
mereka harus menjelaskan ketika mereka mengoperasikannya dengan benar dalam
operasi perusahaan.
khususnya tidak ada persetujuan tetap mengenai arti dari pengendalian internal yang
baik. Definisi pertama mengenai pengendalian internal yang baik dikemukakan oleh
AICPA dan digunakan oleh US SEC untuk aturan Securities Exchange Act of 1934.
Meskipun ada banyak perubahan selama bertahun-tahun, standar yang pertama kali
disusun AICPA tersebut dikenal dengan SAS No. 1. AICPA SAS No. 1 yang asli sudah
dimodifikasi untuk menambah pengendalian administrasi dan akuntansi untuk definisi
dasar pengendalian internal, namun diinterpretasikan kembali selama bertahun-tahun.
Standar AICPA sebelumnya menekankan pada sistem pengendalian internal yang dapat
ditambah berdasarkan permasalahan yang secara langsung berhubungan dengan laporan
keuangan dan akuntansi, termasuk pengendalian administrasi. Bertahun-tahun hingga
1970 an, SEC dan AICPA membuat banyak definisi pengendalian internal yang berbeda.
a. Definisi Pengendalian Internal: Foreign Corrupt Practices Act of 1977 (FCPA)
FCPA melarang suap untuk pihak asing non AS lembaga resmi dan juga berisi
ketentuan yang membutuhkan perbaikan buku yang akurat dan catatan seperti sistem
pengendalian akuntansi internal. Aturan pengendalian internal FCPA secara khusus
berdampak pada auditor internal dan eksternal. FCPA penting karena:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk sistem yang memadai
2. Perusahaan harus menjaga catatan yang secara akurat menggambarkan transaksi
mereka
3. Perusahaan harus memperbaiki sistem pengendalian akuntansi internal untuk
memberikan asurans yang memadai bahwa transaksi disahkan dan dicatat untuk
mempersiapakn financial statement yang sesuai dengan GAAP.
b. Dampak FCPA: Apa yang terjadi?
Ketika ditetapkan pada 1977, FCPA menekankan pada pentingnya pengendalian
internal yang efektif meskipun tidak ada definisi tetap dari pengendalian internal pada
saat itu. Namun, jika terdapat percobaan lebih lanjut terhadap FCPA, kita mungkin
tidak akan memiiki SOx saat ini.
2.3 Kejadian yang Mengarah pada Komisi Treadway
Akhir tahun 1970 an, auditor eksternal hanya melaporkan bahwa financial
statement perusahaan disajikan dengan adil. Pada tahun 1974 AICPA membentuk komisi
tingkat tinggi pada pertanggung jawaban auditor yang dikenal dengan Komisi Cohen
yang pada tahun 1978 merekomendasikan pengendalian internal perusahaan harus sesuai
dengan apa yang dibutuhkan financial statement. Disamping itu ada FEI yang mewakili
staff keuangan senior. Pada akhir tahun 1970 an, FEI mengesahkan dan menyetujui
pengendalian
juga
memiliki
pengaruh
pervasive
terhadap
pengendalian
internal.
Komponen-komponen
lingkungan
pengendalian adalah:
1. Integritas dan etika
Integritas dan etika merupakan komponen yang esensial, nilai-nilai ini sering
didefinisikan sebagai budaya perusahaan yang dikomunikasikan oleh manajer
senior. Jika perusahaan sudah mengembangkan kode etik yang menekankan
pada integritas dan etika, kemudian stakeholder mengikuitnya, maka semua
stakeholder akan memiliki nilai yang bagus. Hal-hal yang menyebabkan
stakeholder melakukan tindakan yang tidak benar adalah:
Tidak adanya pengendalian atau tidak efektifnya pengendalian
Adanya desentralisasi yang membuat manajemen puncak tidak
berhati-hati dalam mengambil tindakan pada tingkat yang lebih rendah
tidak dipablis.
2. Komitmen untuk kompeten
Lingkungan pengendalian perusahaan dapat hancur jika staff-staff yang tidak
kompeten berjumlah signifikan. Perusahaan harus menetapkan tingkat
kemampuan
yang
dibutuhkan
untuk
semua
jenis
pekerjaan
dan
Perusahaan harus mengavaluasi risiko petensial yang dapat memengaruhi tujuantujuannya. COSO menggambarkan penilaian risiko dengan 3 tahapan yaitu:
1. Mengestimasi risiko signifikan
2. Memeriksa frekuensi terjadinya risiko
3. Mempertimbangkan cara mengelola risiko menilai langkah terbaik yang akan
diambil
Ada 3 jenis risiko yaitu:
1. Risiko dari luar perusahaan
2. Risiko dari dalam perusahaan
3. Risiko pada tingkat aktivitas tertentu
c. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur memastikan adanya tindakan untuk mengurangi risiko
1. Jenis-jenis aktivitas pengendalian
Review manajemen puncak
Fungsi langsung atau aktivitas manajemen
Proses informasi
Pengendalian fisik
Indikator kinerja
Pemisahan fungsi
2. Integrasi aktivitas pengendalian dengan penilaian risiko
Pengendalian internal merupakan sebuah proses dan aktivitas pengendalian
yang benar harus diterapkan untuk mengidentifikasi risiko.
3. Kontrol terhadap sistem informasi
Pengendalian internal COSO membuat pengendalian sistem informasi menjadi
pengendalian penggunaan dan pengendalian umum yang mudah dikenal.
d. Komunikasi dan Informasi
Komunikasi dan informasi merupakan hal yang berhubungan, namun berbeda
dalam kerangka pengendalian internal. Informasi yang baik didukung oleh sistem
TI. Sistem komunikasi baik formal maupun informal perusahaan harus memiliki
prosedur yang efektif untuk berkomunikasi dengan pihak internal dan eksternal.
1. Hubungan antara Informasi dan Pengendalian Internal
Perusahaan membutuhkan informasi pada semua tingkat untuk operasi,
keuangan, dan patuh objek perusahaan. Informasi harus mengikuti tingkat atas
perusahaan hingga tingkat bawah dan dari tingkat bawah hingga tingkat atas.
a. Sistem yang strategis dan terintegrasi
Pengendalian internal COSO menyarankan perusahaan yang efektif harus
berdasarkan aplikasi inti untuk mengimplementasi sistem informasi yang
terintegrasi dan strategis. Dengan sistem yang strategis, pengendalian
internal COSO menyarankan manajemen untuk mempertimbangkan
perencanaan, desain, dan implementasi sistem informasinya sebagai
BAB 3
KESIMPULAN
Kerangka pengendalian internal COSO merupakan standar dunia untuk menilai
pengendalian internal yang dibuat oleh pemerintah AS. Pemahaman umum mengenai COSO
merupakan syarat kunci CBOK untuk semua auditor internal. Kerangka COSO ada 2 yaitu:
a. COSO framework
b. COSO ERM
Pengendalian internal merupakan proses yang diimplementasikan oleh manajemen untuk
memberikan assurans yang memadai. Kerangka pengendalian internal COSO terdiri dari 3
model dimensi, yaitu:
1. Bagian depan kubus yang berisi komponen pengendalian internal yang terdiri dari:
a. Lingkungan pengendalian
b. Penilaian risiko
c. Aktivitas pengendalian
d. Informasi dan komunikasi
e. Aktivitas pemantauan
2. Bagian atas kubus yang berisi tujuan pengendalian internal yang terdiri dari:
a. keandalan laporan keuangan
b. patuh terhadap aturan dan hukum yang berlaku
c. efektivitas dan efisiensi operasi
3. Bagian kanan (samping) kubus berisi pembagian level atau komponen dalam
perusahaan yang terdiri atas:
a. Business Unit Activity
b. Business Entity-Level Controls
Kerangka pengendalian internal COSO dibuat untuk mencapai tujuan berupa:
a. Informasi operasional dan keuangan yang dapat diandalkan
b. Patuh dengan kebijakan dan perencanaan prosedur, aturan, regulasi, dan hukum yang
c.
d.
e.
f.
berlaku
Dapat melindungi asset
Dapat membuat efisiensi operasi
Tercapainya misi, tujuan dan sasaran untuk operasi dan program perusahaan
Integritas dan nilai etis
Kerangka Pengendalian Internal COSO dapat mencapai tujuan diatas dengan baik jika
perusahaan melakukan hal-hal berikut:
1. Menyelesaikan misinya denan cara yang etis
2. Memberikan data yang andal dan akurat
3. Sesuai dengan hukum dan kebijakan perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
Moeller, Robert R. 2009. Brinks Modern Internal Auditing, Seventh Edition, John Wiley &
Sons, Inc. Hoboken, Jersey.