Anda di halaman 1dari 18

http://enurita.blogspot.co.id/2011/06/syndrome-babyblues.

html
Minggu, 19 Juni 2011
Syndrome baby blues
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita yang dapat melahirkan adalah sebuah karunia terbesar dan merupakan
momen yang sangat membahagiakan. Setelah melahirkan banyak orang menganggap
bahwa kehamilan adalah kodrat wanita yang harus dilalui namun kenyataannya pada
wanita yang mengalami hal tersebut melahirkan dapat menjadi episode yang dramatis
dan traumatis yang sangat menentukan kehidupannya, karena ibu yang mengalami
stress, perasaan sedih dan takut akan mempengaruhi emosional dan sensivitas ibu
pada pasca melahirkan (Suherni dkk, 2009).
Wanita pada pasca persalinan perlu melakukan penyesuaian diri dalam
melakukan aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu di minggu-minggu pertama
atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan. wanita yang telah berhasil melakukan
penyesuaian diri dengan baik dapat melewati gangguan psikologis ini, tetapi sebagian
lain yang tidak berhasil melakukan penyesuaian diri ini akan mengalami gangguangangguan psikologis, inilah yang dinamakan syndrome baby blues (Mansur, 2009).

Ibu baru yang tidak mampu mengurus bayinya mengalami tanda-tanda


syndrome baby blues seperti; sulit berkonsentrasi, kesepian dan perasaan sedih yang
mendominasi. Berdasarkan analisa 43 studi yang melibatkan lebih dari 28.000
responden, diketahui angka kejadian baby blues di Amerika Serikat pada ibu baru
mencapai 14,1 % lebih tinggi dibandingkan dari negara Eropa, Australia, Amerika
Selatan dan China (Themzee, 2010).
Wanita pada masa postpartum dianggap kebal terhadap syndrome baby blues.
Menurut hasil penelitian yan dilakukan di Indonesia yaitu di Jakarta yang dilakukan
oleh dr. Irawati Sp.Kj, 25% dari 580 ibu yang menjadi respodennya mengalami
sindroma ini. Dan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di Jakarta, Yogyakarta,
dan Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadian syndrome baby blues terdapat 1130% ini merupakan jumlah yang tidak sedikit dan tidak mungkin dibiarkan begitu saja
(Pangesti, 2010).
Ibu nifas yang mengalami postpartum blues atau syndrome baby blues terjadi
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara. Rumah Sakit ini merupakan salah satu
tempat pelayanan kesehatan bagi ibu nifas. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
oleh peneliti pada 130 orang ibu nifas pada bulan April-Mei 2009, ibu yang mengalami
gangguan psikologis ringan atau postpartum syndrome baby blues 30% diantaranya
positif mengalami syndrome baby blues ini (Oryzae, 2010).
Syndrome baby blues termasuk dalam kategori depresi postpartum ekstrem
yang paling ringan, karena pada keadaan ini ibu mengalami kesedihan sementara yang
berlangsung cepat pada awal postpartum. Depresi postpartum ditemukan pertama kali
oleh Pitt pada tahun 1988. Menurut Pitt tingkat keparahan depresi postpartum sangat

bervariasi. Ekstrem yang paling ringan disebut dengan the blues atau maternity blues.
Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia
(Sujiyanti, 2010).
Dari hasil survei awal yang telah dilakukan peneliti di Klinik Sunggal Medan
diambil 5 sampel ibu post partum. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan 3 dari 5 ibu
postpartum tidak mengetahui perubahan

psikologis yang terjadi pada dirinya.

Sedangkan 2 orang ibu lagi mengetahui perubahan psikologis yang terjadi didalam
dirinya seperti perubahan emosi karena kelelahan dalam merawat bayi.
Berdasarkan survei awal dan latar belakang, penulis merasa tertarik untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu postpartum tentang syndrome baby blues di
Klinik Sunggal.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu bagaimana gambaran pengetahuan ibu postpartum
tentang syndrome baby blues di

Klinik

sunggal

Medan 2011.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu postpartum tentang syndrome
baby blues di Klinik Sunggal Medan 2011.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu post Partum


Sebagai bahan informasi untuk mengetahui lebih banyak pengetahuan ibu postpartum
tentang syndrome baby blues.
2. Bagi tempat peneliti
Bagi tempat peneliti semoga karya tulis ini berguna serta bermanfaat untuk menambah
informasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu postpartum syndrome baby
blues di Klinik Sunggal Medan.
3. Bagi peneliiti
Bagi peneliti untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang syndrome baby
blues.
4. Bagi pembaca
Semoga karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui
tentang syndrome baby blues.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan
terhadap satu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu,

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.sebahagian besar pengetahuan


orang lain media massa dan lingkungan. Pengetahuan atau kognitif sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam
dalam subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran
belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran,
kepastian). Disini subjek sadar akan hubungan objek dengan ekstensi, pada umumnya
adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman sadar.
Karena sangat sulit melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu
eksisten tanpa kehadiran eksisten itu dalam dirinya (Bakhtiar, 2009).
Pengetahuan secara etiologi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
knowlodge. Dalam encyclopedia of phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowlodge is justified true belief). Sedangkan secara
terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Sidi
Gajalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai (Bakhtiar, 2009).

2. Jenis-jenis pengetahuan
Menurut Bakhtiar (2009), ada bebarapa pengetahuan yang dimiliki manusia
yaitu, yaitu :
a.

Pengetahuan biasa (common sense), yaitu pengetahuan biasa yang sering diartikan
dengan good sense, karena seseorang memiliki sesuatu diamana ia menerima secara
baik.

b. Pengetahuan ilmu, secara singkat orang menyebutnya yaitu ilmu sebagai terjemahan
dari science.
c. Pengetahuan filsafat atau dengan singkat diesbut filsafat.
d.

Pengetahuan religi (pengetahuan agama), pengetahuan dan kebenaran yang


bersumber dari agama.

3.Tingkat pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telag diterima. Tahu merupakan tingkat
penegtahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek
uang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelahari
pada situasi atau kondisi sebenarnya.mampu menggunakan rumus-rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain misalnya dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahahan masalah dari kasus yang diberikan.
d. Analisa (analysis)
kemampuan untuk memberikan materi atau suatu obyek kedalam komponenkomponen, tetapi masih dalam suatu srtuktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dalam menggunakan kata
kerja, seperti menggambarkan membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan keseluruhan
yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian tergadap suatu
materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditemukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada (Notoatmojo, 2007)

4. Sumber pengetahuan

Menurut Bacthiar (2009), ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan


antara lain :
1. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
memproleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata
Yunani, pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi.

2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diproleh dan diukur dengan akal. Manusia memproleh pengetahuan melalui
kegiatan menangkap objek.
3. Intuisi
Menurut Henry Bergeson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi.
Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan
kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha.
4. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada

manusia lewat

perantara para Nabi.

5. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoadmodjo (2007), cara-cara memproleh pengetahuan adalah
a. Cara Coba Salah (trial and error)

Cara yang paling tradisioanal, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memproleh
pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal trial
and error. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradaban.
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan tradisi yang dilakukan
oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi kegenarasi
berikutnya.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu
suatu cara untuk memproleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memproleh pengetahuan.
Oleh karena itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memproleh pengetahuan.
d. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun
ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memproleh pengetahuannya.

6. Fungsi Pengetahuan

Menurut

Notoatmojo

(2007),

fungsi

dari

pengetahuan

adalah

untuk

menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap objek yang diketahui
sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut.

a)

b)

c)

d)

e)

7. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Hendra (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana seseorang dapat
mempelajari hal - hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat
kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu
pengetahuan.
Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun
seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang
baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang.
Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan
sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna
menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang
merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara
terarah sehingga ia mampu menguasai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat
pengetahuan.
8. Cara Mengukur Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan


cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang lain diketahui atau
diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan.

B. Masa Nifas (Postpartum)


1. Definisi
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahsa latin yaitu dari kata
puer yang artinya bayi dan parous yang berarti melahirkan. Yaitu masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama pada masa ini berkisar 6-8 minggu (Sujiyatini, 2010).
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ-organ
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Jadi masa nifas adalah masa
kembalinya organ reproduksi sperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6 minggu
setelah melahirkan (Mansur, 2009).
Menurut Sujiyanti (2010), masa nifas terdiri dari 3 tahapan yaitu:
a.

Puerperim dini, yaitu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan mobilisasi jalan.

b.

Pueperium intermedial, yaitu masa kepulihan alat-alat genetalia yang lamanya sekitar
6-8 minggu.

c.

Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna yang
berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil maupun bersalin ibu mempunyai
komplikasi masa ini bisa berlangsung lebih lama sampai tahunan.

2. Tujuan Masa Nifas (Postpartum)


Menurut Mansur (2010), tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas ini
adalah :
a). Memulihkan dan mempertahankan kesehatan fisik ibu dengan

mobilisasi bertahap,

menjaga kebersihan, mencegah terjadinya anemi.


b).

Memulihkan dan mempertahankan kesehatan psikologis ibu dengan

memberi

dukungan dan memperkuat keyakinan ibu dalam menjalankan peran ibu.


c).

Mencegah terjadinya komplikasi selama masa nifas dan bila perlu melakukan
pengobatan ataupun rujukan

d).

Meperlancar dalam pembentukan ASI

e).

Memberikan konseling informasi dan edukasi/KIE pada ibu dan keluarganya tentang
perubahan fisik dan tanda-tanda infeksi, pemberian, ASI, asuhan pada diri sendiri, gizi
seimbang, kehidupan seksual dan kontrasepsi sehingga ibu mampu merawat dirinya
dan bayinya secara mandiri selama masa nifas.

3. Perubahan Fisiologis Dalam Masa Nifas


Menurut Maryunani (2009), pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan
anatomi dan fisiologis pada ibu. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas,
walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik.
Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan bayi baru lahir
dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan oleh tenaga kesehatan baik
dokter, bidan, maupun perawat ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama
masa nifas.

Untuk memberikan asuhan yang menguntungkan terhadap ibu, bayi dan


keluarganya, seorang bidan dan perawat harus memahami dan memiliki penegetahuan
tentang perubahan-perubahan anatomi dan fisiologis dalam masa nifas ini dengan baik.
Berikut ini adalah perubahan perubahan dalam sistem reproduksi yaitu :

a. Proses Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses kembalinya uterus kedalam
keadaan sebelum hamil. Proses involusi merupakan salah satu peristiwa penting dalam
masa nifas, disamping proses laktasi (pengeluaran ASI).
b. Kontraksi
Kontraksi uterus terus meningkat

secara bermakna setelah bayi keluar, yang

diperkirakan terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang
sangat besar.
c. Afterpains
Dalam minggu pertama sesudah bayi lahir, mungkn ibu mengalami kram/mules pada
abdomen yang berlangsung sebentar, mirip sekali dengan kram pada waktu periode
menstruasi.
d.

Tempat Plasenta

Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar decidua yang mengelilingi tempat/situs
plasenta akan menjadi nekrotik (layu/mati)
e.

Lokia

Lokia adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas yang terdiri
atas 3 jenis yaitu : lokia rubra/kurenta (merah), lokia serosa, lokia alba (putih).

4. Kunjungan Dalam Masa Nifas


Adapun frekuensi kunjungan, waktu 6-8 jam setelah persalinan

C. Syndrome Baby Blues

1. Definisi
Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak hamil yang
berhubungan dengan kesulitan

ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan ini

sebenarnya merupakan respon alami dari kelelahan pasca persalinan (Pieter dan Lubis,
2010).
Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah
melahirkan, hal ini berkaitan dengan bayinya. Postpartum baby blues adalah gangguan
suasana hati yang berlangsung selama 3-6 hari pasca melahirkan. Syndrome baby
blues ini sering terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih
buruk pada hari ketiga dan keempat (Mansur, 2009).

2. Faktor-Faktor Terjadinya Syndrome Baby Blues

Menurut Sujiyatini dkk (2010), faktor-faktor yang menyebabkan post partum


syndrome baby blues yaitu:
1) Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progeteron, prolaktin dan estriol
yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan
ternyata estrogen memiliki efek serupsi aktifitas enzim non adrenalin maupun serotin
yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
2) Keridaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada emosional
seperti payudara bengkak, nyeri jahitan dan rasa mules.
3) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks.
4) Faktor post partum syndrome baby blues umum dan paritas (jumlah anak).
5) Pengalaman

dalam

proses

kehamilan

dan

persalinan.

6) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan,
gangguan kejiwaan sebelumnya,

riwayat gangguan kejiwaan

sosial ekonomi.

7) Stres yang dialami ibu dalam keluarga karena banyak kebutuhan ditambah ekonomi
keluarga semakin memburuk.
8) Kelelahan pasca persalinan juga dapat mempengaruhi psikologis ibu.
9) Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.

3. Adaptasi Psikologi
Menurut Jhaquin (2010), menjalani adaptasi psikologis setelah melahirkan ibu
akan mengalami fase-fase berikut ini:

1.

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada
diri sendiri. Pengalaman sering berulang diceritakannnya hal ini membuat ibu
cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan.

2. fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3 -10 hari setelah melahirkan.
Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan

dan

meruapakan kesempatan yang baik menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri
dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih
yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi
disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini:
a) Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan
menghilanhkan
b)

Beritahu

suami

dukungan

dan

istirahat

untuk

kelelahan.
mengenai

apa

yang

sedang

ibu

rasakan. Mintalah

pertolongannya.

c) Buang rasa cemas dan kekhawatirannya akan kemampuan merawat bayi, ibu akan
semakin terampil dan percaya diri.
d) Carilah suatu hiburan dan luangkan waktu sedikit intuk diri sendiri agar lebih tenang.

4. Gejala - Gejala Yang Ditimbulkan Syndrome Baby Blues

Menurut Mansur (2009), gejala post partum syndrome baby blues yaitu:
a. Menangis
Masa nifas adalah adaptasi yang harus dapat dilewati ibu dengan baik. Namun kadang
kala bayi yang rewel membuat ibu mengalami kelelahan, sehingga ibu hanya dapat
menangis.
b. Mengalami Perubahan Perasaan
Awal kelahiran ibu merasakan kebanggan karena dapat melahirkan seorang bayi.
Namun setelah beberapa hari merawat bayi, Ibu mengalami perubahan perasaan
seperti emosi yang tinggi akibat dari kelelahan dalam merawat bayinya.
c. Cemas
Rasa cemas tidak dapat menjadi seoerang ibu yang baik dan tidak dapat merawat
bayinya dengan baik sering melanda ibu.

d. Khawatir Mengenai Sang Bayi


Ibu merasa khawatir kepada bayinya karena kelelahan yang dialami ibu.
e. Kesepian

Ibu merasa kesepian karena dalam perawatan bayi, hanya ibu yang terlibat sedangkan
suami tidak ada sama sekali.
f. Penurunan Gairah Seksual
Kelelahan pasca persalinan, ditambah lagi dalam merawat bayi membuat ibu
mengalami penurunan gairah seksual.
g. Kurang Percaya Diri
Ibu tidak mampu dalam merawat bayinya dengan baik karena mengalami penurunan
kepercayaan diri.

5. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Postpartum Syndrome Baby Blues


Menurut Jhaquin (2010), cara mengatasi gangguan psikologis pada ibu nifas
dengan postpartum baby blues adalah
1.

Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik yang mana tujuan dari komunikasi
teraputik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka
kesembuhannya dengan cara mendorong pasien agar mampu meredakan segala
ketegangan emosi, dapat memahaminya, dapat mendukung tindakan konstruktif.

2. Memberikan support mental pada ibu agar ibu dapat bersabar dalam merawat bayinya.
3.

Meningkatkan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan


psikologis yang berhubungan dengan masa nifas.

Diposkan oleh Ester nurita nababan di 21.55

Anda mungkin juga menyukai