Anda di halaman 1dari 54

Laboratorium Mekanika Tanah

Departemen Sipil Fakultas Teknik


Universitas Indonesia

BUKU PRAKTIKUM
MEKANIKA TANAH

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

BAGIAN 1
BAB 1

Atterberg Limits

BAB 2

Specific Gravity

BAB 3

Hydrometer

BAB 4

Sieve Analysis

BAB 5

Compaction

BAB 6

California Bearing Ratio (CBR) Test

BAB 7

Permeability

BAGIAN 2
BAB 8

Hand Boring

BAB 9

Cone Penetration Test (Sondir)

BAB 10

Triaxial UU (Unconsolidated-Undrained) Test

BAB 11

Consolidation Test

BAB 12

Direct Shear Test

BAB 13

Unconfined Compression Test

BAGIAN 3
BAB 14

Swelling Test

BAB 15

Sand Cone Test

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 1

ATTERBERG LIMITS
A.

LIQUID LIMIT

1.1.

PENDAHULUAN

1.1.1. Standar Acuan


ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and

Plasticity Index of Soils"


AASHTO T 89 "Determining the Liquid Limit of Soils"
SNI 1967:2008 "Cara uji penentuan batas cair tanah"
1.1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
Mencari kadar air pada liquid limit (batas cair) dari sampel tanah.
Hasil uji batas cair ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi
perilaku material dan sifatnya pada tanah kohesif, dimana konsistensi tanah
tergantung dari nilai batas cairnya. Disamping itu, nilai batas cair ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah yaitu nilai batas
cair dikurangi dengan nilai batas plastis.
1.1.3. Alat-alat dan Bahan
a. Alat

Alat Cassagrande

Standard grooving tool

Can

Spatula

Mangkuk porselin

Air suling

Oven

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Botol penyemprot

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM

1.1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai kadar air dimana
contoh tanah yang telah dimasukkan pada alat cassagrande, dibuat celah di
tengahnya dengan standard grooving tool lalu alat cassagrande diputar
dengan kecepatan 2 ketukan per-detik dan tinggi jatuh 10 mm, sehingga
pada ketukan ke-25 contoh tanah yang digores dengan grooving tool
merapat sepanjang 0,5 inch.
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu. Dalam
hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu batas cair, batas
plastis, dan batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili pada
sebuah diagram yaitu:

Cair

Plastis

Semi Plastis
BATAS
PLASTIS

BATAS CAIR

Gambar 1.1

Solid

BATAS SUSUT

Diagram Atterberg Limits

Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin sedikit. Batas cair
ini ditentukan dengan percobaan memakai alat cassagrande. Alat ini
dikembangkan oleh Cassagrande dan besarnya batas cair ditentukan pada
ketukan ke-25.

w1 w2
100%
w2 w3

(1.1)

dengan :

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.2.

= kadar air

w1

= berat tanah basah + can

w2

= berat tanah kering + can

w3

= berat can

PRAKTIKUM

1.2.1. Persiapan Percobaan


1. Siapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM, dengan kondisi kering udara.
2. Pastikan kebersihan alatalat.
3. Kalibrasi timbangan yang akan digunakan.
4. Siapkan botol penyemprot dan air suling.
5. Siapkan dan Keringkan can yang diperlukan.
1.2.2. Jalannya Percobaan
1. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
campur dengan air suling dan aduk dengan spatula hingga tanah
menjadi homogen.
2. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk cassagrande selapis demi
selapis dan diusahakan tidak ada udara di antara setiap lapisan dengan
spatula. Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga setebal 0.5
inch pada bagian tengahnya.
3. Buat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande dengan
menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk, dilakukan
dengan hatihati agar tidak terjadi retak pada bagian bawahnya
(gambar 1.2)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.2

Membuat celah dengan grooving tool

4. Jalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran perdetik dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat
sepanjang 0.5 inch. Pada saat itu hentikan alat cassagrande dan jumlah
ketukan dicatat (gambar 1.3)

Gambar 1.3 Tanah yang merapat sepanjang inch

5. Timbang can terlebih dahulu, lalu ambil sebagian tanah dalam mangkuk

cassagrande dan masukkan ke dalam can dan kemudian timbang berat


can + tanah. Terakhir, masukkan can + tanah ke dalam oven.
6. Ulangi seluruh langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai
ketukan antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini dibantu dengan cara
menambahkan air suling atau menambahkan tanah.
7. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, keluarkan sampel tanah dari
oven dan timbang kembali.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

8. Hitung kadar airnya.


1.2.3. Perbandingan dengan ASTM
Pada ASTM jumlah ketukkan adalah antara 25 35 ketukan, sedangkan
pada percobaan ini jumlah ketukan adalah antara 10 50 ketukkan, hingga
tanah merapat sepanjang 0.5 inch.
1.3.

HASIL PRAKTIKUM

1.3.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


1.3.2. Perhitungan
I

II

III

IV

Jumlah ketukan

Berat tanah basah + can

Berat tanah kering + can

Berat can

Berat tanah kering

Berat air

Kadar air

Kadar air rata-rata

Menentukan nilai Liquid Limit


Cara 1
Batas cair didapat dengan menarik garis vertikal pada N = 25 sampai
memotong grafik. Regresi logarithmic antara N (jumlah ketukan) dengan W
(kadar air) :
N(x)

W(y)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

82
81

W (%)

80
79
78
77

y = Ln(x) +

76
75
74
0

10

20

30

40

50

60

Jumlah ketukan

Gambar 1.4 Contoh grafik untuk menentukan liquid limit

Dari grafik di atas, didapat persamaan kurva: y = Ln(x) +


maka untuk N = 25 Liquid Limit = Ln(25) + = %
Cara 2
Dengan rumus :

N
LL Wn
25

0.121

(1.2)

keterangan :

LL

= liquid limit

Wn

= kadar air pada ketukan ke-n

N = jumlah ketukan
LL1 = %
LL2 = %
LL3 = %
LL4 = %
LL5 = %

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
No. Can

Jumlah ketukan

Wn (%)

LL (%)

LLrata-rata =

Kesalahan relatif =

LLcara1 LLcara2
100% = %
LLcara1

Menentukan harga Flow Index(FI)


Untuk mendapatkan harga Flow Index (FI) ialah dengan menarik garis lurus
sehingga memotong sumbu pada ketukan ke-10 dan ketukan ke-100.
Kadar air untuk N = 10 ; W = Ln(10) + = %
Kadar air untuk N = 100 ; W = Ln(100) + = %

FI = WN=100 WN=10

(1.3)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

B.

PLASTIC LIMIT

1.1

PENDAHULUAN

1.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan :


Mencari kadar air pada batas plastis (plastis limit) dari sebuah sampel tanah.
1.1.2 Alat-alat dan Bahan:

Pelat kaca

Container

Contoh tanah lolos saringan No. 40 ASTM

Spatula

Mangkuk porselin

Air suling

Oven

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

1.1.3 Teori dan Rumus yang Digunakan:


Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air pada batas
dimana contoh tanah digulung pada pelat kaca hingga mencapai diameter kurang
lebih inch (3.2 mm) dan tanah tersebut tepat retakretak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:

IP = LL PL
(1.4)
Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis
dan batas cair. Rumus yang digunakan sama seperti persamaan (1.1):
W

w1 w2
100%
w2 w3

dengan :

= kadar air

w1 = berat tanah basah + container

Buku Praktikum Mekanika Tanah

10

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

w2 = berat tanah kering + container


w3 = berat container
1.2

PRAKTIKUM

1.2.1 Persiapan Percobaan


1. Membersihkan alatalat yang akan digunakan
2. Mempersiapkan botol penyemprot dan air suling
3. Mempersiapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM
4. Menimbang berat kedua container
1.2.2 Jalannya Percobaan
1. Memasukkan contoh tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
mencampurnya dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga
homogen
2. Mengambil contoh tanah tersebut sedikit lalu menggulungnya di atas pelat
kaca sampai berdiameter inch. Bila kadar air berlebih, pada waktu
contoh tanah mencapai diameter inch tidak terjadi retakretak, maka
percobaan ini harus diulang kembali dengan menambahkan contoh tanah.
Sedangkan bila kadar air kurang, contoh tanah akan retak retak sebelum
mencapai diameter inch. Percobaan ini harus diulang kembali dengan
menambahkan air sehingga contoh tanah tepat retakretak pada waktu
mencapai diameter inch (gambar 1.5)

Gambar 1.5

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Proses menggulung sampel tanah

11

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3. Contoh tanah yang mulai retakretak halus pada diameter inch


dimasukkan ke dalam dua container yang sudah ditimbang beratnya.
Berat container + tanah minimum adalah 15 gram.
4. Container harus secepatnya ditutup agar kadar air tidak berkurang karena
penguapan. Container yang telah berisi tanah tersebut kemudian
ditimbang.
5. Memasukkan container dalam keadaan terbuka ke dalam oven berisi tanah
yang telah ditimbang selama kurang lebih 18 jam.
6. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, container berisi tanah
dikeluarkan untuk ditimbang guna mencari kadar airnya. Pada saat
menghitung kadar air ini jangan lupa untuk menambahkan berat penutup

container agar berat total container seperti pada saat menimbang berat
tanah basah sebelumnya.
1.2.3 Perbandingan dengan ASTM

Pada percobaan, waktu penggulungan tanah tidak ditentukan, sedangkan


pada ASTM waktu penggulungan tanah maksimum adalah dua menit.

Pada percobaan, setelah tanah digulung dan terjadi retakretak, maka


tanah tersebut dibagi menjadi dua bagian sama besar dan dimasukkan ke
dalam container. Sedangkan pada ASTM, tanah yang telah digulung akan
diremukkan kembali dan digulung kembali sampai contoh tanah tersebut
sukar untuk digulung kembali.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

12

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.3

HASIL PRAKTIKUM

1.3.1 Data Hasil Praktikum (terlampir)


1.3.2 Perhitungan :

Can No.

Berat tanah basah + Can

w1 (gr)

Berat tanah kering + Can

w2 (gr)

Berat Can

w3 (gr)

Berat tanah kering

w2 w3 (gr)

Berat air

w1 w2 (gr)

Kadar air

W=

w1 w2
x100%
w2 w3

Kadar airratarata (plastic limit)

Plastic Index
IP = LL PL
(1.5)
=

Buku Praktikum Mekanika Tanah

13

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C.

SHRINKAGE LIMIT

1.1

PENDAHULUAN

1.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan :


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah
1.1.2 Alat-alat dan Bahan:

Raksa

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Contoh tanah lolos saringan no. 40 ASTM, kering oven

1.1.3 Teori dan Rumus yang Digunakan:

Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semi plastis dan beku. Di
dalam laboratorium, shrinkage limit didefinisikan sebagai batas dimana tidak akan
terjadi perubahan volume pada massa tanah, apabila kadar airnya dikurangi. Pada
tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti perubahan volume. Batas susut
ditunjukkan dengan kadar air tanah pada tahap mengering dan tidak terdapat
perubahan/pengurangan volume.
Rumus yang digunakan :

SL

ww wd Vw Vd w 100%
wd

(1.6)
dengan :

ww = berat tanah basah


wd

= berat tanah kering

Vw

= volume tanah basah

Vd

= volume tanah kering

= berat jenis air = 1 gram/cm3

Buku Praktikum Mekanika Tanah

14

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

SR

wd
100%
Vd

(1.7)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

15

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.2

PRAKTIKUM

1.2.1 Persiapan Percobaan


1. Mempersiapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering udara
2. Mempersiapkan air suling dan botol penyemprot
3. Menimbang coated dish atau container yang diperlukan
1.2.3 Jalannya Percobaan
1. Memasukkan butiran tanah ke dalam mangkuk porselin dan diberi air
suling secukupnya kemudian diaduk dengan spatula hingga homogen
2. Sampel tanah yang sudah homogen tersebut diperlakukan seperti pada
langkah-langkah percobaan liquid limit, diusahakan tanah telah merapat
sepanjang 0.5 inch pada kisaran 20-25 ketukan
3. Mengambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut ke dalam coated

dish yang sudah diolesi vaseline. Jangan lupa untuk mengetuk-ngetuk


coated dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian coated dish
dan permukaannya rata.
4. Menimbang sampel tanah dan coated dish tersebut
5. Lakukan untuk dua kali percobaan
6. Mendiamkan coated dish dan sampel tanah di udara terbuka kurang lebih
selama 18 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat pemanasan secara
tiba-tiba
7. Setelah 18 jam, baru sampel tanah dimasukkan ke dalam oven
8. Setelah sekitar 1824 jam di oven, coated dish dan tanah kering
dikeluarkan dari oven. Menimbangnya lagi, dan kemudian menghitung
volume tanah basah dan volume tanah kering.
* Menghitung volume tanah basah :

Menimbang coated dish (w1)

Memasukkan raksa ke dalam coated dish sampai penuh, lalu


permukaan raksa diratakan dengan pelat kaca agar sejajar dengan
pinggiran coated dish

Buku Praktikum Mekanika Tanah

16

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Kemudian coated dish beserta isinya ditimbang (w2)

Volume tanah basah adalah:

Vw

w Hg

Hg

w2 w1

Hg

(1.8)
** Menghitung volume tanah kering :

Memasukkan raksa ke dalam shrinkage dish sampai penuh dan


meratakannya dengan pelat kacaMenimbang shrinkage dish beserta
isinya dan diperoleh berat air raksa dalam shrinkage dish (wHg+S)

Mencelupkan contoh tanah kering ke dalam shrinkage dish yang berisi


raksa dengan menekannya secara hatihati dengan pelat kaca berkaki
tiga sehingga permukaan sampel tanah benarbenar berada tepat di
permukaan air raksa sebagian raksa akan tumpah keluar. Proses ini
disebut sub-merging soil cake (gambar 1.6).

Gambar 1.6

Proses sub-merging soil cake

Mengeluarkan sampel tanah dan menimbang kembali shrinkage dish +


raksa yang tersisa (wHg)

Volume tanah kering adalah:

Vw

w Hg s w Hg

Hg

(1.9)
1.2.3 Perbandingan dengan ASTM

Buku Praktikum Mekanika Tanah

17

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pada percobaan di dalam laboratorium, coated dish yang telah diolesi

vaseline dan diisi tanah diketukketuk agar tidak tersisa gelembung udara
di dalamnya. Sedangkan menurut standar ASTM D-427, coated dish hanya
digoyanggoyangkan.

Pada metode ASTM alat yang dipakai untuk menampung tanah adalah
mangkuk porselin yang mempunyai diameter 1.75 inch dan tinggi 0.5
inch, sedangkan dalam percobaan di dalam laboratorium dipakai coated

dish.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

18

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

1.3

HASIL PRAKTIKUM

1.3.1 Data Hasil Praktikum (terlampir)


1.1.3 Perhitungan :
No. coated dish

ww+c (gr)

wc (gr)

ww = ww+c - wc

wd+c (gr)

wd = wd+c - wc (gr)

wHg+c (gr)

wHg (gr)

wHg / 13.53

wHg+s (gr)

(wHg+s) (wHg+s)

(wHg) / 13.53

Shrinkage Limit

SL

KShrinkage Ratio

SR

Berat tanah basah + coated dish


Berat coated dish
Berat tanah basah

(gr)

Berat tanah kering + coated dish


Berat tanah kering
Berat raksa + coated dish
Berat raksa
Volume tanah basah ( Vw )
Berat raksa + shrinkage dish
Berat raksa + shrinkage dish

wHg+s (gr)

(setelah sub-merging soil cake)


Berat raksa yang dipindahkan
Volume tanah kering ( Vd )

e
terangan :

Shrinkage Limit (SL)dish 1

ww wd Vw Vd w 100%

... ... ... ...1 100%

wd

...

Shrinkage Ratio (SR)dish 1 =

Buku Praktikum Mekanika Tanah

wd
100%
Vd

19

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

...
100%
...

Shrinkage Limit (SL)dish 2

ww wd Vw Vd w 100%

... ... ... ...1 100%

wd

...

Shrinkage Ratio (SR)dish 2 =

wd
100%
Vd

...
100%
...

Shrinkage Limit (SL)rata-rata =

SLdish1 SLdish2
2

... ...
2

Shrinkage Ratio (SR)rata-rata

SRdish1 SRdish2
2

... ...
2

=
REFERENSI
Lambe T.W. Soil Testing For Engineers. John Willey and Sons. New York.
1951.
Punmia, B.C. Soil Mechanic and Foundation. Standard Book House. Delhie.
1981.
Wesley, LD. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

20

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 2

SPECIFIC GRAVITY
2.1.

PENDAHULUAN

2.1.1. Standar Acuan


ASTM D 854 "Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by

Water Pycnometer"
AASHTO T 100 "Specific Gravity of Soils"
SNI 1964:2008 "Cara Uji Berat Jenis Tanah"
2.1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
Mendapatkan nilai specific gravity dari butiran tanah, yaitu perbandingan
berat isi tanah dan berat isi air suling pada suhu 4C.

Specific gravity pada tanah dapat digunakan untuk menghitung hubungan


pada fase tanah, seperti angka pori (void ratio), derajat kejenuhan (degree

of saturation), serta densitas dari tanah.


2.1.3. Alat-alat dan Bahan
a. Alat

Pycnometer dengan volume 500 ml

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Oven

Kompor Listrik

Termometer

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 sebanyak 500 gram, kering oven

Air suling

Buku Praktikum Mekanika Tanah

21

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2.1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Spesifik gravity pada tanah didefinisikan sebagai berat jenis tanah
dibandingkan dengan berat jenis air suling pada suhu 4C, dengan
persamaan sebagai berikut:

(2.1)

Dimana:
Gs

= spesifik gravity

= berat jenis tanah

= berat jenis air

Untuk tanah, berat jenisnya merupakan perbandingan antara berat tanah


dengan volume tanah:
=

(2.2)

Dimana:
ws

= berat tanah

Vs

= volume tanah

Untuk air, berat jenisnya didefinisikan sebagai berikut:


=

(2.3)

Dimana:

= berat air

= volume air

Dalam percobaan, volume tanah (Vs) selalu harus diusahakan sama dengan
volume air (Vw), sehingga Vw = Vs dan persamaan 2.1. menjadi sebagai
berikut:

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(2.4)

22

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Percobaan specific gravity ini dilakukan pada kondisi suhu TC, sehingga
nilai tersebut harus dikoreksi dengan faktor koreksi , sehingga rumus 2.4
tersebut menjadi:

(2.5)

Dimana:

= berat tanah

= berat air

= faktor koreksi suhu TC yang berhubungan dengan temperatur


ruangan pada saat percobaan

Tabel 2.1 berikut merupakan faktor koreksi suhu () yang digunakan


berdasarkan acuan standar SNI 1964:2008.
Tabel 2.1. Hubungan kerapatan relatif air dan faktor koreksi suhu
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Temperatur
(C)
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Hubungan Kerapatan
Relatif Air
0.99862
0.99843
0.99823
0.99802
0.99780
0.99757
0.99733
0.99708
0.99682
0.99655
0.99627
0.99598
0.99568

Faktor Koreksi
Suhu,
1.0004
1.0002
1.0000
0.9998
0.9996
0.9993
0.9991
0.9989
0.9986
0.9983
0.9980
0.9977
0.9974

Sumber: SNI 1964:2008

Nilai Gs pada umumnya yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah


hasil percobaan benar atau tidak adalah sebagai berikut:

Buku Praktikum Mekanika Tanah

23

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Tabel 2.2. Nilai Gs beberapa jenis tanah
Tipe tanah

Gs
2.65 - 2.67
2.67 - 2.70
2.70 - 2.80
2.75 - 3.00
1.0+ - 2.60

Pasir
Pasir kelanauan
Lempung anorganik
Tanah dengan mika dan besi
Tanah organik
Sumber: Bowles (2001)

2.2.

PRAKTIKUM

2.2.1. Persiapan Percobaan


1. Siapkan

empat

buah

pycnometer

yang

telah

dibersihkan

dan

dikeringkan.
2. Untuk bahan uji digunakan sampel tanah sebanyak 400 gram lolos
saringan No. 40 ASTM dan sudah dikeringkan dalam oven selama 24
jam dengan temperatur 110 5C (230 9 F).
2.2.2. Jalannya Percobaan
1. Isi pycnometer dengan air suling sebanyak 500 ml dan timbang beratnya
sehingga didapatkan berat air dan berat pycnometer (wbw).
2. Catat suhu air dalam pycnometer dengan menggunakan termometer.
3. Kembalikan air dalam pycnometer ke dalam wadah awalnya, kemudian
bersihkan dan keringkan kembali pycnometer.
4. Masukkan sampel tanah masing-masing sebanyak 100 gram ke dalam
empat pycnometer secara hati-hati (diusahakan tidak ada butiran tanah
yang

menempel

pada

dinding

leher

pycnometer

karena

akan

mengurangi volume tanah).


5. Isi kembali pycnometer dengan air suling hingga bagian
volumenya.
6. Panaskan pycnometer untuk menghilangkan udara yang terperangkap
dalam tanah pada pycnometer dengan cara dididihkan 15 menit
(gunakan kompor listrik).
7. Diamkan pycnometer selama 15 jam agar suhu air akhir
diharapkan sama dengan suhu air awal.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

24

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

8. Catat kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama 15 jam


dengan menggunakan termometer. Apabila suhu akhir sudah sama
dengan suhu awal air, timbang kembali pycnometer berisi air dan
tanah tersebut sehingga didapatkan berat pycnometer + berat air +
berat tanah (wbws).

2.2.3. Perbandingan dengan ASTM


Alat dan bahan yang digunakan pada prosedur ASTM D 854-58:

Pycnometer yang digunakan dapat berupa botol labu dengan volume


100 ml atau stop erred bottle dengan volume 50 ml.

Sampel tanah yang digunakan adalah seberat 25 gram untuk botol labu
dan 10 gram untuk stop erred bottle.

Jalannya percobaan menurut prosedur ASTM:


1. Pycnometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian dicatat beratnya.
2. Pycnometer diisi dengan air suling (dianjurkan memakai kerosin) dan
ditimbang beratnya (wbw).
3. Dibuat tabel untuk wbw pada beberapa suhu air yang diinginkan.
4. Contoh tanah dimasukkan ke dalam botol labu/stop erred bottle yang
berisi air suling/kerosin.
5. Udara yang terperangkap di dalamnya dapat dihilangkan dengan cara:

Dididihkan

Diberi tekanan udara

6. Pycnometer diisi dengan air suling kembali sampai penuh.


7. Berat botol labu/stop erred bottle yang telah berisi tanah dihitung dan
dicatat suhunya.
Perbedaan antara prosedur praktikum dengan prosedur ASTM:

Volume pycnometer yang digunakan adalah 500 ml.

Sampel tanah yang dipakai 100 gram, lolos saringan No. 40 ASTM dan
kering oven.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

25

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Banyaknya percobaan yang dilakukan bukan berdasarkan suhu air yang


diinginkan tetapi berdasarkan jumlah sampel yang diinginkan.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

26

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2.3.

HASIL PRAKTIKUM

2.3.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


2.3.2. Perhitungan
= + bws

(2.6)

Dimana:
Ww

= berat air

ws

= berat tanah = 100 gram

wbw = berat pycnometer + air 500 ml


wbws = berat pycnometer + air + tanah setelah didinginkan

Sampel 1
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Gs

= ... x

= ...

Sampel 2
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Gs

= ... x

= ...
Buku Praktikum Mekanika Tanah

27

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Sampel 3
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Gs

= ... x

= ...

Sampel 4
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Gs

= ... x

= ...
Nilai specific gravityrata-rata

= =

Kesalahan Relatif

Sampel 1
1 =

|
|1

1 = %

Sampel 2
2 =

|
|2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

28

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2 = %

Sampel 3
3 =

|
|3

3 = %

Sampel 4
4 =

|
|4

4 = %
Kesalahan Relatifrata-rata
+ + +
= 1 2 4 3 4

= %
2.4.

REFERENSI
Bowles, Joseph E. "Engineering Properties of Soils and Their Measurement"
4th edition. McGraw Hill. New York. 2001.
Lambe T.W. Soil Testing For Engineers. John Willey and Sons. New York.
1951.
Punmia, B.C. Soil Mechanic and Foundation. Standard Book House.
Delhie.1981.
Wesley, LD. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

29

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 3

HYDROMETER
3.1.

PENDAHULUAN

3.1.1. Standar Acuan


ASTM D 421"Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for

Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants"


ASTM D 422 "Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils"
AASHTO T 88 "Standard method of test for particle size analysis of soils"
SNI 3423:2008 Cara uji analisis ukuran butir tanah"
3.1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih
kecil dari 0.074 mm (lolos saringan No. 200 ASTM) dengan cara
pengendapan (hydrometer analysis).
3.1.3. Alat-alat dan Bahan
a. Alat

Hydrometer (tipe 152 H)

Hydrometer jar (1000 ml)

Gelas ukur

Stopwatch

Pengaduk mekanis (mixer)

Oven

Termometer Celcius

Gelas belimbing

Saringan No. 200 ASTM

Timbangan (ketelitian 0.01 gram)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

30

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing masing 50 gram


(untuk 3 sampel)
Larutan pendispersi 4% (water glass)

3.1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu
butiran di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat
jenis larutan dan kepekaan larutan tersebut. Hubungan tersebut dapat
dijabarkan oleh hukum Stokes sebagai :
=

2 2
9

( )
2

menjadi
9..

= 22

(3.1)

dengan:
V

= kecepatan jatuh dari butiran ( cm/s )

= berat jenis butiran ( gr/cm3 )

= berat jenis larutan ( gr/cm3 )

= kepekatan larutan ( dyne.s/cm2 )

= diameter butiran ( cm )

Batasan dari Hukum Stokes :

Hukum ini hanya berlaku jika : 0.0002 mm < D < 0.2 mm.

Butiran yang lebih besar dari 0.2 mm akan menyebabkan turbulensi


pada larutan, sedangkan butiran yang lebih dari 0.0002 mm cenderung
akan melakukan gerak Brown (hal ini dipengaruhi oleh gaya tarik dan
tolak antar partikel).

Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit dari pada
butiran yang dipakai (5 %) ini dilakukan agar tidak terjadi interferensi
selama pengendapan berlangsung. Menurut Bowles, hydrometer tipe

Buku Praktikum Mekanika Tanah

31

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

152 H dikalibrasi untuk suspensi larutan yang mengandung 60 gram


dalam 1000 ml air.

Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100 %


benar. Tanahtanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan bahan
dispersi berikut:
untuk tanah yang bersifat alkali/basa diberi sodium metafosfat
(NaPO3) dengan nama dagang Calgon.
untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium silikat (Na2SiO3)
dengan nama dagang Water Glass.

Kecepatan jatuh butiran :

(3.2)

= 1 + 0.5 (2 /A)

(3.3)

dengan:
v

= kecepatan jatuh dari butiran.

= tinggi jatuh butiran

= waktu

Vb

= volume Bulb Hydrometer

= luas penampang Hydrometer

L1

= dapat dilihat pada tabel 3.5 sesuai pembacaan hydometer tipe 152 H
dan dikoreksi terhadap miniskus

Untuk yang sudah dikoreksi :


= + + CT

(3.4)

dengan:

CT

= koreksi terhadap temperatur yang dapat dilihat pada tabel 3.3

untuk GS = 2.65 rumus yang digunakan :

Buku Praktikum Mekanika Tanah

32

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

% = 100%

(3.5)

sedangkan untuk Gs 2.65 :


% =
Dimana:

100%

. 1.65

(3.6)
(3.7)

= (

1) 2.65

atau harga a dapat dilihat dalam tabel 3.2


Untuk memudahkan perhitungan :
30.

= (

)980

menjadi

(3.8)

keterangan :
-

satuan dalam L (cm) dan t (menit)

koefisien K dapat dilihat pada tabel 3.2

Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka didapat suatu
grafik distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30 dan D60.
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak
10% (%finer = 10%)
D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak
30% (%finer = 30%)
D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak
60% (%finer = 60%)
Sehingga koefisien keseragaman (CU) kita bisa dapatkan dengan rumus:

= 60
10

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(3.9)

33

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa nilai:


CU = 1

, tanah yang hanya memililki satu ukuran butiran

2 < CU < 3 , tanah yang gradasinya sangat buruk


CU > 15

, tanah bergradasi baik

Selain itu koefisien curvature (kelengkungan) CC kita bisa dapatkan dengan


rumus:
=

30 2

(3.10)

10 60

1 < CC < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang bergradasi baik.
Berikut merupakan tabel yang digunakan pada perhitungan analisis butiran
metode hidrometer. Semua tabel (3.13.5) bersumber dari Engineering
Properties of Soil and Their Measurement (Bowles, 2001).

Tabel 3.1 properti dari air suling


( = absolut)

Temp.
(C)
4
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Unit weight
of water,
g/cm3
1.00000
0.99897
0.99880
0.99862
0.99844
0.99823
0.99802
0.99780
0.99757
0.99733
0.99708
0.99682
0.99655
0.99627

Viscosity
of water,
poise*
0.01567
0.01111
0.01083
0.01056
0.01030
0.01005
0.00981
0.00958
0.00936
0.00914
0.00894
0.00874
0.00855
0.00836

29
30

0.99598
0.99568

0.00818
0.00801

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Tabel 3. 2 Faktor koreksi


untuk Gs tanah

Tabel 3.3 Faktor


koreksi temperatur, CT

Gs of soil
solids

Correction
factor

Temp.
(C)

CT

2.85
2.80
2.75

0.96
0.97
0.98

2.70
2.65

0.99
1.00

2.60
2.55
2.50

1.01
1.02
1.04

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

1.10
- 0.90
- 0.70
- 0.50
- 0.30
0.00
+0.20
+0.40
+0.70
+1.00
+1.30
+1.65
+2.00
+2.50

29
30

+3.05
+3.80

34

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Tabel 3.4 nilai K* untuk beberapa nilai Gs tanah dan temperaturnya

Temp. (C)
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Gs of Soil Solids
2.50
0.0151
0.0149
0.0148
0.0145
0.0143
0.0141
0.0140
0.0138
0.0137
0.0135
0.0133
0.0132
0.0130
0.0129
0.0128

2.55
0.0148
0.0146
0.0144
0.0143
0.0141
0.0139
0.0137
0.0136
0.0134
0.0133
0.0131
0.0130
0.0128
0.0127
0.0126

2.60
0.0146
0.0144
0.0142
0.0140
0.0139
0.0137
0.0135
0.0134
0.0132
0.0131
0.0129
0.0128
0.0126
0.0125
0.0124

2.65
0.0144
0.0142
0.0140
0.0138
0.0137
0.0135
0.0133
0.0132
0.0130
0.0129
0.0127
0.0126
0.0124
0.0123
0.0122

2.70
0.0141
0.0140
0.0138
0.0136
0.0134
0.0133
0.0131
0.0130
0.0128
0.0127
0.0125
0.0124
0.0123
0.0121
0.0120

2.75
0.0139
0.0138
0.0136
0.0134
0.0133
0.0131
0.0130
0.0128
0.0126
0.0125
0.0124
0.0122
0.0121
0.012
0.0118

2.80
0.0137
0.0136
0.0134
0.0132
0.0131
0.0129
0.0128
0.0126
0.0125
0.0123
0.0122
0.0120
0.0119
0.0118
0.0117

2.85
0.0136
0.0134
0.0132
0.0131
0.0129
0.0127
0.0126
0.0124
0.0123
0.0122
0.0120
0.0119
0.0117
0.0116
0.0115

Tabel 3.5 Nilai L (kedalaman efektif) yang digunakan pada rumus Stokes untuk diameter partikel pada alat
hidrometer 152 H berdasarkan ASTM

Original
hydrometer
reading
(corrected
for meniscus
only)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Effective
depth L, cm
16.3
16.1
16.0
15.8
15.6
15.5
15.3
15.2
15.0
14.8
14.7
14.5
14.3
14.2
14.0
13.8
13.7
13.5
13.3
13.2
13.0

Original
hydrometer
reading
(corrected
for meniscus
only)
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Effective
depth L, cm
12.9
12.7
12.55
12.4
12.2
12.0
11.9
11.7
11.5
11.4
11.2
11.1
10.9
10.7
10.5
10.4
10.2
10.1
9.9
9.7
9.6

Original
hydrometer
reading
(corrected
for meniscus
only)
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Effective
depth L, cm
9.4
9.2
9.1
8.9
8.8
8.6
8.4
8.3
8.1
7.9
7.8
7.6
7.4
7.3
7.1
7.0
6.8
6.6
6.5

35

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3.2.

PRAKTIKUM

3.2.1. Persiapan Percobaan


1. Siapkan sampel tanah sebanyak 50 gram kering oven.
2. Timbang 40 gram water glass sebagai bahan dispersi dan masukkan

water glass ke dalam hydrometer jar, kemudian campur dengan air


suling hingga mencapai 1000 ml, diaduk hingga homogen. Campuran ini
kemudian disebut sebagai larutan dispersi.
3. Tuang larutan dispersi sebanyak 125 ml ke dalam gelas belimbing yang
sudah berisi tanah sebanyak 50 gram dan diamkan selama 18 jam.
4. Siapkan satu tabung silinder (1000 ml), kemudian masukkan 125 ml
larutan dispersi dan tambahkan air suling hingga 1000 ml ke dalam
tabung silinder, tabung ini berfungsi sebagai tabung kontrol.
3.2.1. Jalannya Percobaan
1. Periksa koreksi miniskus dan koreksi nol pada alat hydrometer tipe 152 H
dengan jalan memasukkannya ke dalam tabung kontrol dan catat
pembacaannya.
2. Masukkan campuran tanah dan larutan dispersi yang telah direndam
selama 18 jam ke dalam mixer cup dan kemudian tambahkan sejumlah
air suling dengan pipet sehingga mencapai kurang lebih 2/3 dari mixer

cup. Kemudian aduk selama kurang lebih 10 menit.


3. Pindahkan campuran dari mixer cup ke dalam hydrometer jar lalu
tambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml.
4. Tutup tabung dengan karet penutup dan mengocoknya secara horizontal
selama kurang lebih satu menit, sampai homogen (gambar 3.1).
(gambar 3.1.)
5. Segera setelah tabung diletakkan, masukkan hydrometer tipe 152 H
(lakukan dengan hati-hati seperti gambar 3.2). Baca hydrometer (R1 )

Buku Praktikum Mekanika Tanah

36

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

tepat pada menit pertama, lalu pada menit kedua kembali membaca
hydrometer (R2) kemudian angkat kembali hydrometer.
(gambar 3.2.)
6. Pada menit yang ke-2.5, masukkan kembali hydrometer dan baca
kembali skalanya hingga menit keempat (R4).
7. Kembali melakukan pembacaan hidrometer untuk menit ke-8, 15, 30, 60,
120, 240, 960 dan 1440.
8. Pada tiap pembacaan hydrometer, suhu pada tabung control selalu
dibaca.
9. Ulangi langkah 1 sampai 8 untuk beberapa sampel, sebaiknya rentang
antara setiap pembacaan menit ke-1 untuk seluruh sampel adalah 10
menit (misal: R1 sampel no. 1 adalah pada pukul 10.00, maka R1 sampel
no. 2 adalah pada pukul 10.10, dan seterusnya).
10. Setelah seluruh sampel sudah dilakukan pencatatan, tuang larutan setiap
sampel ke saringan No. 200 ASTM (jangan dicampur). Butiran tanah
yang tertahan pada saringan ini selanjutnya akan dipakai pada
percobaan Sieve Analysis.
3.2.2. Perbandingan dengan ASTM
Pada prosedur ASTM, pembacaan hydrometer tidak dilakukan pada menit
ke- 120, 240, 480 dan 960.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

37

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3.3.

HASIL PRAKTIKUM

3.3.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


3.3.2. Perhitungan:

Sampel No. 1
Dari percobaan Specific Gravity didapat Gs = ...
Dari tabel 3.2., a = ...
Berat tanah Ws = 50 gram
Koreksi nol = ...
Koreksi miniskus = ...
Contoh perhitungan pada pembacaan menit pertama:
T = 29C CT dari tabel 3.3 ...
Ra (Actual Hydrometer Reading) = R1 = ...
Rc (Correction Hydrometer Reading

= Ra - koreksi nol + CT
= ... - ... + ...
= ...

% =

100% =

100%= ...

Rc (Hydrometer Correction only for Reading = Ra + koreksi miniskus


= ... + ...
= ...
Dari tabel 3.5, dengan R = ... maka akan diperoleh L = ...
Pada saat menit pertama, t = 1, maka L/t = .../1 = ...
Dari relasi temperatur dengan Gs pada tabel 3.4, maka akan diperoleh nilai
K = ...

Terakhir, diperoleh nilai = = = ...

Untuk hasil perhitungan seluruh pembacaan data dapat dirangkum pada


sebuah tabel seperti di bawah ini:

Buku Praktikum Mekanika Tanah

38

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tanggal

Waktu
pembacaan

t
(menit
ke-)

Temp.
(oC)

Actual
Hyd.
Reading
(Ra)

Corr. Hyd.
reading
(RC)

Fine
r

Hyd.Corr.
only for
Reading
(Rh)

L
(Tabel 3.5)

L/t

K
(Tabel 3.4)

D (mm)

1
2
4
8
15
30
60
120
240
480
960
1440

Buku Praktikum Mekanika Tanah

39

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

3.4.

REFERENSI
Bowles, Joseph E. "Engineering Properties of Soils and Their Measurement"
4th edition. McGraw Hill. New York. 2001.
Lambe T.W. Soil Testing For Engineers. John Willey and Sons. New York.
1951.
Punmia, B.C. Soil Mechanic and Foundation. Standard Book House.
Delhie.1981.
Wesley, LD. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

40

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 4
SIEVE ANALYISIS
4.1.

PENDAHULUAN

4.1.1. Standar Acuan


ASTM D 421"Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for

Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants"


ASTM D 422 "Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils"
AASHTO T 88 "Standard method of test for particle size analysis of soils"
SNI 3423:2008 Cara uji analisis ukuran butir tanah"
4.1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
Mengetahui distribusi ukuran butiran tanah yang berdiameter 4.76 mm
sampai 0.074 mm (lolos saringan No. 4 ASTM dan tertahan saringan No.
200) dengan cara mekanis.
4.1.3. Alat-alat dan Bahan
c.

Alat

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Saringan standar ASTM No. 10, 18, 40, 60, 100, 200, serta Pan

Piringan kaleng

Can

Motorized Dynamic Sieve Shaker

Sikat gigi

Oven

d. Bahan

Tanah dari percobaan hydrometer yang tertahan saringan No. 200


ASTM

Buku Praktikum Mekanika Tanah

41

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

4.1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


Tanah terdiri atas tiga unsur yaitu butiran, air, dan udara. Sifat-sifat suatu
tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran butiran
menentukan klasifikasi macam tanah tersebut. Untuk butiran yang kasar
dipakai metode sieving dalam penentuan distribusi ukurannya.
Tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan dengan ukuran
diameter kisi saringan tertentu mulai dari yang kasar hingga yang halus.
Dengan demikian butiran tanah terpisah menjadi beberapa bagian dengan
batas ukuran yang diketahui. Rumus yang digunakan untuk percobaan sieve

analysis ini adalah:


Persentase tanah tertahan (% tertahan) =

100%

Persentase tanah lolos (% lolos) = 100 % - % tertahan

(4.1)
(4.2)

wtertahan = wtanah wtanah total sesudah penyaringan


Kesalahan penimbangan sampel tanah sebelum dan sesudah penyaringan
adalah:
Kesalahan relatif =

Wd Wt
Wd

100%

* tidak boleh melebihi 2%

dengan :

4.2.

wd

= berat butiran tanah sebelum proses sieving

wt

= berat butran tanah total setelah proses sieving

PRAKTIKUM

4.2.1. Persiapan Percobaan


1. Saring tanah yang digunakan dalam percobaan hydrometer dengan
saringan No. 200 ASTM agar bersih dari butiran clay, silt, dan koloidkoloid.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

42

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2. Masukkan tanah yang sudah bersih ke dalam can, lalu masukkan ke
dalam oven selama 18 jam.

4.2.2. Jalannya Percobaan


1. Keluarkan tanah dari oven dan diamkan sejenak, lalu timbang
beratnya.
2. Susun saringan menurut urutan nomor yaitu : 4, 10, 18, 40, 100,
200 (dari yang terbesar di atas hingga yang terkecil), dan terbawah
adalah pan.
3. Masukkan tanah yang telah ditimbang ke atas saringan No. 4 ASTM.
4. Letakkan

susunan

saringan

pada

mesin

pengguncang

listrik

(Motorizied Dynamic Sieve Shaker) dan tutup, kemudian nyalakan


selama 15 menit.
5. Kumpulkan

sampel

tanah

yang

tertahan

pada

masing-masing

saringan dan selanjutnya timbang dan catat beratnya.


6. Bersihkan saringan dari butiran-butiran tanah yang tertinggal pada
setiap saringan dengan bantuan sikat gigi.

4.2.3. Perbandingan dengan ASTM


Menurut standar ASTM, susunan saringan yang dipakai adalah No. 4, 10, 18,
40, 60, 100, 200, dan pan. Sedangkan pada praktikum ini susunan saringan
yang digunakan hampir sama dengan ASTM, hanya saja saringan No. 60 dan
saringan No. 4 tidak dipasang.
4.3.

HASIL PRAKTIKUM

Sampel No. 1
Berat sampel tanah pada percobaan hydrometer = 50 gram
Berat sampel setelah percobaan hydrometer kering oven (w1) = gram

Buku Praktikum Mekanika Tanah

43

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Berat sampel yang tertahan pada saringan nomor :


10 ASTM

= gram

18 ASTM

= gram

40 ASTM

= gram

100 ASTM

= gram

200 ASTM

= gram

Pan

= gram

Total (w2)

= gram

w1 w2
Presentase Kesalahan=

w1

100%
=%

Hasil pengolahan data dapat dirangkum seperti pada tabel di bawah ini :
SIEVE
NO.

DIAMETER
(mm)

W. RETAINED
(gram)

%
RETAINED

%
PASSING

4
10
18
40
100
200

4.75
2
0.84
0.42
0.15
0.075

PAN

4.4.

REFERENSI
Bowles, Joseph E. "Engineering Properties of Soils and Their Measurement"
4th edition. McGraw Hill. New York. 2001.
Lambe T.W. Soil Testing For Engineers. John Willey and Sons. New York.
1951.
Punmia, B.C. Soil Mechanic and Foundation. Standard Book House.
Delhie.1981.
Wesley, LD. Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. 1977.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

44

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 5
COMPACTION
5.1.

PENDAHULUAN

5.1.1. Standar Acuan


ASTM D 698 Standard Test Methods for

Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using


Standard Effort
ASTM D 1557 Standard Test Methods for

Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using


Modified Effort
AASHTO T 99 MOISTURE-DENSITY RELATIONS OF SOILS
AASHTO T 180
SNI 03-2832-1992
5.1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
Mencari nilai kerapatan kering (dry) maksimum pada kadar air optimum
(Wopt) dari suatu sampel tanah yang dipadatkan.
Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam menentukan
presentase pemadatan dan kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai
kondisi pemadatan yang sesuai di lapangan

5.1.3. Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Mould, lengkap dengan collar dan base plate

Hammer seberat 10 lbs, dengan tinggi jatuh 18 inch

Hydraulic extruder

Pelat baja pemotong

Gelas ukur

Wadah untuk mencampur tanah dengan air

Buku Praktikum Mekanika Tanah

45

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah

Timbangan

Oven

Jangka sorong

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak 4 kantong @ 5kg

5.1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan

Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah


diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu
pemadatan tanah adalah juga merupakan usaha (energi) yang dilakukan
pada massa tanah. Suatu pemadatan (Compactive Effort = CE) yang
dilakukan tersebut adalah fungsi da`ri variabel-variabel berikut:

...

(5.1)

dengan :
CE

= Compactive Effort (lb/ft2)

= berat hammer (lb)

= tinggi jatuh (inch)

= jumlah layer

= jumlah pukulan per-layer

= volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiri dari


dua macam, yaitu:
1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)
2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

46

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah


ini:

Test Identification

Diameter mould (inch)


Berat hammer (lbs)
Tinggi jatuh hammer (inch)
Jumlah layer
Jumlah pukulan per-layer
C.E (lb/ft3)
Ukuran butiran maksimum
yang lolos

Standard Proctor
AASHTO T 99
(ASTM D 698)
Metode A
Metode C
(ASTM) atau
(ASTM) atau
Metode A
Metode D
(AASHTO)
(AASHTO)
4
6
5.5
5.5
12
12
3
3
25
56
12.375
12.375

Modified Proctor
AASHTO T 180
(ASTM D 1557)
Metode A
Metode C
(ASTM) atau
(ASTM) atau
Metode A
Metode D
(AASHTO)
(AASHTO)
4
6
10
10
18
18
5
5
25
56
56.25
56.25

No.4 (3/4)"

No.4 (3/4)"

No.4 (3/4)"

No.4 (3/4)"

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu


hubungan tersebut dibuat beberapa contoh tanah minimal empat contoh
dengan kadar air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4%
antara setiap sampel.
Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan
hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut
diperoleh dry maksimum pada kadar air optimumnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air
tanah lebih dari Wopt akan diperoleh nilai kepadatan yang lebih kecil dari dry
maksimum.

Menentukan kadar air

100%

(5.2)

= (1 + )

(5.3)

= (1+)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(5.4)

47

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

dengan:
W

= kadar air

wwater = berat air (gram)


wdry = berat tanah kering (gram)
wwet = berat tanah basah (gram)

Menentukan penambahan volume air


=

0
1+0

(5.5)

dengan:
Vadd = volume air yang akan ditambahkan
WX

= kadar air yang akan dibuat

W0

= kadar air awal

= berat sampel tanah (gram)

Menghitung nilai wet dan dry


=

(5.6)

= (1+W)V
= (1+W)

(5.7)

dengan:
wet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
wwet = berat tanah basah (gr)
V

= volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)

dry

= berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)

wdry = berat tanah kering(gr)


W

= kadar air (%)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

48

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Menghitung nilai Zero Air Void Line (ZAV-line)


ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isi
kering dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.

ZAV =

.
1+(W.Gs )/Sr

(5.8)

dengan:
GS

= nilai specific gravity

= berat jenis air (gr/cm3)

= kadar air (%)

Sr

= derajat kejenuhan

Menghitung nilai Compaction Effort (CE)


lihat kembali persamaan (5.1)

...

dengan :

5.2.

CE

= Compactive Effort (lb/ft2)

= berat hammer (lb), yang digunakan pada percobaan ini adalah 5.5 lb

= tinggi jatuh (inch), pada percobaan ini adalah 12 inch

= jumlah layer, pada percobaan ini adalah 3 lapisan

= jumlah pukulan per-layer, pada percobaan ini adalah 56 kali

= volume tanah (ft3)

PRAKTIKUM

5.2.1. Persiapan Percobaan


1. Siapkan 4 kantong sampel tanah masing-masing 5 kg, lolos saringan No.
4 ASTM.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

49

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

2. Campur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah,
nilai kadar air awal dalam hal ini dianggap sama.
3. Ambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air
seluruhnya, dan mencari nilai kadar air sampel tersebut.
4. Kembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.
5. Hitung kadar air pada keesokan harinya, lalu tambahkan air pada
masing-masing kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda.
6. Masukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diamkan selama
18-24 jam (diperam) agar kadar airnya merata.
5.2.2. Jalannya Percobaan
1. Siapkan mould, collar, dan base plate.
2. Timbang mould dan ukur dimensinya untuk mengetahui volume tanah
hasil pemadatan.
3. Masukkan sampel tanah ke dalam mould, perkirakan jumlahnya
sedemikian rupa sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3
tinggi mould (karena total lapisan pemadatan sebanyak 3 lapis).
4. Tumbuk 56 kali pada setiap lapisan secara merata dengan hammer
seberat 5.5 lb dan tinggi jatuh 12 inch (Standard Proctor AASHTO).
5. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, buka collar dan ratakan
kelebihan tanah pada mould dengan pelat pemotong.
6. Timbang berat tanah beserta mould.
7. Keluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder.
8. Ambil bagian atas, tengah, bawah dari contoh tanah tersebut untuk
diperiksa kadar airnya, dengan demikian akan diperoleh kadar air ratarata dari contoh tanah setelah dipadatkan.
5.2.3. Perbandingan dengan ASTM
Percobaan ini dilakukan sesuai Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D
698)
5.3.

HASIL PRAKTIKUM

Buku Praktikum Mekanika Tanah

50

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

5.3.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


5.3.2. Perhitungan

Menentukan Hubungan W - dry (contoh: Sampel No. 1)


Dimensi mould :

= cm

tinggi

= cm

berat

= gram

volume = ..d2.tinggi

= cm3

Penentuan kadar air sebelum pemadatan


wcan

= gr

w(c+w)

= wcan + wwet

= gr

* setelah dioven
w(c+d)

= wcan + wdry

= gr

wwater

= w(c+w) - w(c+d)

= gr

wdry

= w(c+d) - wcan

= gr

w0

100%

= ... gr

Kadar air untuk sampel lainnya dapat dirangkum dalam sebuah tabel seperti
di bawah ini:

5.4.

REFERENSI

Buku Praktikum Mekanika Tanah

51

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 6
CALIFORNIA BEARING RATIO
6.1.

PENDAHULUAN

6.1.1. Standar Acuan


ASTM
AASHTO T
SNI
6.1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
6.1.3. Alat-alat dan Bahan
e. Alat
f.

Bahan

6.1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan


6.2.

PRAKTIKUM

6.2.1. Persiapan Percobaan


6.2.2. Jalannya Percobaan
6.2.3. Perbandingan dengan ASTM
6.3.

HASIL PRAKTIKUM

6.4.

REFERENSI

Buku Praktikum Mekanika Tanah

52

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 7
PERMEABILITY
7.1.

PENDAHULUAN

7.1.1. Standar Acuan


ASTM
AASHTO T
SNI
7.1.2. Maksud dan Tujuan Percobaan
7.1.3. Alat-alat dan Bahan
g. Alat
h. Bahan
7.1.4. Teori dan Rumus yang Digunakan
7.2.

PRAKTIKUM

7.2.1. Persiapan Percobaan


7.2.2. Jalannya Percobaan
7.2.3. Perbandingan dengan ASTM
7.3.

HASIL PRAKTIKUM

7.4.

REFERENSI

Buku Praktikum Mekanika Tanah

53

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

54

Anda mungkin juga menyukai