Anda di halaman 1dari 15

TANDA DAN GEJALA FUNGSI MENTAL UTAMA GANGGUAN KEMAUAN MENTAL

ORGANIK
TANDA DAN GEJALA FUNGSI MENTAL UTAMA
GANGGUAN KEMAUAN MENTAL ORGANIK
Di Sususn Oleh:
yasir

YAYASAN AKADEMI KEPERAWATAN TEUNGKU FAKINAH


BANDA ACEH 2012-2013

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahhiim
Tiada untaian kata yang paling indah selain syukur kepada Allah SWT. Marilah samasama kita panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga kita dapat bisa memperoleh ilmu yang
tiada tara.
Shalawat beriring salam, marilah sama-sama kita sanjungkan kehadirat nabi besar
Muhammad saw, beliau telah membawa kita dari alam jahiliyah sampai kealam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar yang telah
memberikan ilmu kepada kami tanpa pamrih dan letih, sehingga telah terciptanya makalah
yang sederhana ini. Ucapan terima kasih kepada kawan-kawan maupun pihak-pihak yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah yang berjudul TANDA DAN
GEJALAFUNGSI
MENTAL
UTAMA GANGGUAN
KEMAUAN MENTAL
ORGANIK Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan ilmu yang saya miliki.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritikan dan saran dari pihak-pihak yang
membaca makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini berguna bagi kita semua. Oleh karena
itu saya meminta restu dari pembaca semoga sukses dalam berkarya.
Banda Aceh, 5 juni 2012
yasir
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
BAB I..... PENDAHULUAN ...............................................................
1
A.
Latar Belakang ..............................................................
1
B.
Tujuan.............................................................................
2
1.
Tujuan Umum ..........................................................
2
2.
Tujuan Khusus..........................................................
2
BAB II...PEMBAHASAN....................................................................
3
A.
Definisi Gangguan Mental Organik ..............................
3
B.
Etiologi ..........................................................................
3
C.
Gambaran Utama ............................................................
3
D.
Klafikasi Gangguan Organik (GMO) .............................
4
1.
Delirum ...................................................................
5
2.
Demensia ................................................................
10
3.
Gangguan Amnesia .................................................
20
4.
Gangguan Akibat Alkohol dan Obat/Zat ...............
25
BAB III PENUTUP..............................................................................
20
A. Kesimpulan......................................................................
29
B. Saran................................................................................
29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
30

i
ii

BAB I
PENDAHULUAN
A.

B.
1.
2.
a.
b.
c.
d.

LATAR BELAKANG .
Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat suatu
patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit cerebrovaskuler,
intoksifikasi obat).1,2,3 Sedangkan gangguan fungsional adalah gangguan otak dimana tidak
ada dasar organik yang dapat diterima secara umum (contohnya Skizofrenia. Depresi) Dari
sejarahnya, bidang neurologi telah dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut
organik dan Psikiatri dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.
Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan organik dan
fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama. Bagian yang disebut
Gangguan Mental Organik dalam DSM III-R sekarang disebut sebagai Delirium,
Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif lain, dan Gangguan Mental karena suatu
kondisi medis umum yang tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa yang
dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan adanya penyakit, cedera
atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak Disfungsi ini dapat primer seperti pada
penyakit, cedera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder,
seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari
beberapa organ atau sistem tubuh.
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan Mental
Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom (gejala) psikologik atau
perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental Organik dipakai untuk Sindrom
Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau
menahun berdasarkan dapat atau tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan
otak atau Sindrom Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala
atau lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik akut
ialah kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat amnesia, pada Sindrom
Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia.
Tujuan
Tujuan umum
Memberi gambaran bagaimana tentang tanda dan gejala fungsi utama gangguan
kemauan mental organik
Tujuan umum
Menjelaskan tentang pengertian mental organik
Menjelaskan tentang etiologi gangguan mental organik
Gambaran utama gangguan mental organik
Menjelaskan tentang klasifikasi gangguan mental organik
BAB II
TANDA DAN GEJALA FUNGSI MENTAL UTAMA
GANGGUAN KEMAUAN MENTAL ORGANIK

A.

DEFINISI MENTAL ORGANIK

Gangguan mental organik adalah gangguan mentak organik yang berkaitan dengan
penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri (Rusdi Maslim,
2003; 22).
Gangguan Mental Organik (GMO) adalah suatu Gangguan patologi yang jelas,
misalnya; tumor otak, penyakit serebrovaskular, atau intoksikasi obat (Arif Mansjoer, 2001;
189).
B.

C.
1)
2)
3)
a.
b.
c.
D.
1)
a.
b.
c.
d.
2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
3)
a.
b.
c.
1.
a.

b.

ETIOLOGI
Gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh gangguan
fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyebab
badaniah yang terutama mengenai otak (WF. Maramis, 1995; 181).
GAMBARAN UTAMA
Menurut Rusdi Maslim (2001; 22), gangguan mental organik terbagi menjadi 3, yaitu:
Gangguan fungsi kognitif
Misalnya: Daya ingat (memory), daya pikir (Intellect), daya belajar (Learning)
Gangguan sensorium
Misalnya: Gangguan kesadaran (Consciousness) dan perhatian (Attention).
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang;
Persepsi (halusinasi)
Isi pikir (waham/delusi)
Suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas).
KLASIFIKASI GANGGUAN MENTAL ORGANIK (GMO)
Menurut Arif Mansjoer (2003; 18), GMO dapat dibagi menjadi menjadi 4, yaitu;
Delirium
Delirium yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain
Delirium yang di indiuksi oleh zat
Delirium yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi
Delirium yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Demensia
Demensia tipe Alzheimer
Demensia tipe vaskular
Demensia yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain (HIV, Parkinson, trauma
kepala, penyakit Huntington, penyakit Pick, penyakit Creatzfeldt-Jacob, kondisi medis lain)
Demensia yang di induksi oleh zat
Demensia yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi
Demensia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Gangguan Amnesia
Gangguan Amnesia yang berhubungan dengan kondisi medis lain
Gangguan Amnesia yang di induksi oleh zat.
Gangguan kognitif yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Delirium
pengertian
Suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya
tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif (Arif Mansjoer, 2001; 189).
Status kebingungan akut yang ditandai dengan kewaspadaan, perhatian, dan
konsentrasi dengan awitan akut dan berlangsung singkat (berjam-jam hingga berhari-hari)
(Barry. Guze, MD, 1997; 165).
Etiologi (faktor penyebab)

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
c.

Menurut Arif Mansjoer (2001; 190), delirium memunyai berbagai macam penyebab,
semuanya mempunyai pola gejala serupa putus obat maupun zat toksik, penyebab delirium
terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmitter
yang dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat. Area yang terutama
terkena adalah formasio retikularis. Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain;
Usia
Kerusakan otak
Riwayat delirium
ketergantungan alkohol
Diabetes
Kanker
Gangguan panca indera
Malnutrisi
Sementara itu menurut Barry Gue (1997; 167), menyatakan penyebab lain terjadinya
Delirium yaitu;
Gangguan sistemik
Disfungsi endokrinologis
Proses infeksi
Defisiensi nutrisional
Proses intrakranial
Perdarahan subaraknoid dan subdural, trauma, infeksi (meningitis dan ensefalitis), stroke,
sakit kepala, migrain, tumor, epilepsi (delirium dan pascaiktal) dan ensefalopati hipertensif.
Intoksikasi
Obat-obatan dan medikasi (khususnya antikolinergik), alkohol, racun (logam, bahan industri
dan karbon monoksida).
Penarikan diri karena obat
Masalah psikiatrik
Penyebab lainnya.
Manifestasi Klinis
Gejala utama pada penyakit delirium adalah kesadaran yang menurun. Gejala-gejala
lain adalah penderita tidak mampu mengenal orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang
bingung atau cemas, gelisah dan panik, ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang
hanya berbicara komat-kamit dan inkoherent. Pasien delirium yang berhubungan dengan
sindrom putus obat merupakan jenis hiperaktif yang dapat dikaitkan dengan tanda-tanda
otonom, seperti flushing, berkeringat, takikardi, dilatasi pupil, nausca, mundan dan
hipertermi. Orientasi waktu seringkali hilang, sedangkan orientasi tempat dan orang mungkin
terganggu pada kasus yang berat. Pasien seringh mengalami Abromalitas dalam berbahasa,
seperti pembicaraan yang bertele-tele, tidak relevan dan inkoheren (Arif Mansjoer, 2001;
190).
Fungsi kognitif lain yang mungkin terganggu adalah daya ingat dan fungsi kognitif
umum. Pasien mungkin tidak mampu membedakan rangsang sensorik dan
mengintegrasikannya sehingga sering merasa terganggu dengan rangsang yang tidak sesuai
atau timbul agitasi, gejala yang sering tampak adalah marah, mengamuk dan ketakutan yang
tidak beralasan, pasien selalu mengalami gangguan tidur sehingga tampak mengamuk
sepanjang hari dan tertidur dimana saja (Arif Mansjoer, 2001; 190).
Delirium biasanya hilang bila penyakit badaniah yang menyebabkannya sudah
sembuh, mungkin sampai kira-kira 1 bulan sesudahnya. Jika disebabkan oleh proses langsung
menyerang otak, bila proses itu sembuh, maka gejala-gejalanya tergantung pada besarnya
kerusakan yang ditinggalkan (gejala neurologik/gangguan mental dengan gejala utama
gangguan intelegensi). Biasanya delirium muncul tiba-tiba (dalam beberapa jam atau hari)

d.

1.
2.

3.
4.
5.
6.

a)
b)
c)
2.
a.

b.

1.

faktor penyebabnya telah dapat diketahui dan dihilangkan, walaupun delirium biasanya
terjadi mendadak, gejala-gejala prodnormal mungkin telah terjadi beberapa hari sebelumnya.
Prognosa tergantung pada dapat atau tidak dapat kembalinya penyakit yang menyebabkannya
dan kemampuan otak untuk menahan pengaruh penyakit itu (WF. Maramis, 1995; 182).
Penalaksanaan
Menurut Maramis (1995; 182), pengobatan etiologik harus sedini-dininya dan
disamping ini faal otak dibantu agar tidak terjadi kerusakan otak yang tetap. Peredaran darah
harus diperhatikan (nadi, jantung, tekanan darah), bila perlu diberi stimulansia. Pemberian
cairan harus cukup, sebab tidak jarang terjadi dehidrasi.
Penderita harus dijaga terus, lebih-lebih ia sangat gelisah, sebab ia berbahaya untuk diri
sendiri (jatuh, lari dan loncat keluar dari jendela dan sebagainya) ataupun untuk orang lain.
Dicoba menenangkan penderita dengan kata-kata (biarpun kesadarannya menurun) atau
dengan kompres es, penderita mungkin menjadi lebih tenang bila ia melihat orang tua, barang
yang ia kenal dari rumah. Sebaiknya kamar jangan terlalu gelap, penderita tidak tahan terlalu
di isolasi. Terhadap gejala-gejala psikiatrik, bila sangat mengganggu dapat diberi neroleptika,
terutama yang mempunyai dosis efektif tinggi.
Bila kondisi ini merupakan foksisitas antikolinergik digunakan fisostigmin salisilat 1-2
mg IV atau im. (dosis 15-30 menit)
Dilakukannya terapi untuk memberi dorongan perbaikan fisik sensorik dan lingkungan
Untuk gejala-gejala psikosis digunakan haloperidol 2-10 ms
Insomnia diobati dengan benzodiazepin.
Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2000; 191), bila kondisi ini merupakan toksisitas anti
kolinergik, digunakan fisostigmin salisilat 1-2 mg, iv atau im dengan pengulangan dosis
setiap 15-30 menit. Selain itu, perlu dilakukan terapi untuk memberi dorongan perbaikan
pada fisik, sensorik, dan lingkungan. Untuk mengatasi gejala psikosis digunakan haloperidol
2-10 mg im, yang dapat diulang setiap 1 jam. Insomnia sebaiknya diobati dengan
benzodiazepin yang mempunyai waktu terapi pendek.
Pengobatan tergantung pada penyakitnya:
Infeksi diatasi dengan antibiotik.
Demam diatasi dengan obat penurun panas.
Kelainan kadar garam dan mineral dalam darah diatasi dengan pengaturan kadar ciran dan
garam dalam darah.
Demensia
Definisi
Suatu sindrom akibat penyakit/gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif,
dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikel yang multiple (Rusdi Maslim, 2003; 22).
Sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan
kesadaran, gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat,
bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian dan
kemampuan bersosialisasi (Arif Mansjoer, 2001; 191).
Etiologi
Sebagian besar disebabkan oleh penyakit alzheimer dan vaskular. Penyebab lain
adalah penyakit pick, creutzfeldt-jacob, huntington, parkinson, HIV dan trauma kepala (Arif
Mansjoer. 2000; 191).
Penyebab kedua tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut.
Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
Sementara itu menurut Barry Guze (1997; 195-196), beberapa penyebab terjadinya
Demensia diantaranya adalah;
Demensia karena Al-zheimer (AD)

Merupakan penyebab tunggal paling lazim untuk demensia, mencakup hampir 55% dari
semua kasus
a.
Temuan histopatologik umum

Mikroskopik, otak atropik dengan pelebaran sulkus, konvules kortikel yang menciut dan
ventrikel yang membesar.

Temuan histopatologik termasuk kekacauan neuro psikologik, plaksenilis, degenerasi


granulovakuoler dan kehilangan neural.
b. Faktor etiologik

Faktor genetik
Pada 20% kasus, penyakit ini diwariskan sebagai dominan autosomal pada 50% sisanya,
tampaknya terdapatnya peningkatan insidens familial.

Aluminium
Pada model hewan, aluminium ditemukan menyebabkan demensia degenarif neurofibriler,
juga pada pasien yang terkena AD, telah dideteksi adanya peningkatan konsentrasi aluminium
otak.

Faktor lain
Walaupun data masih langka telah diperkirakan adanya etiologi virus dan auto imun.
2.

3.
a.

b.

c.

d.

Demensia infark majemuk


Keadaan ini mencakup 10% hingga 15% demensia, karena intervensi yang pada waktunya
dapat mempunyai dampak terhadap perjalanan penyakit ini, maka penting dikenali
manifestasi klinisnya.
Sindrom ekstrapiramidal
Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson timbul sebagai akibat kehilangan sel pengandung dopamin dalam lintasan
nigrostriatal dan tegmentum ventral. Secara klinis ditandai dengan bradikinesia tremor,
rigiditas, ekspresi wajah yang berkurang dan berjalan dengan kaki diseret. Demensia
berkorelasi buruk dengan tremor pada gangguan ini tetapi tampaknya bervariasi menurut
beratnya bradikinesia yang ada.
Penyakit Huntington
Penyakit Hungtinton diwariskan sebagai suatu gangguan dominan autosomal. Demensia
subkortikal merupakan manifestasi lazim dari penyakit ini yang ditandai dengan gangguan
gerakan koreiform dan perjalan penyakit yang progresif lambat. Biasanya diikuti dengan
demensia Huntington, tetapi dapat mendahului timbulnya gangguan gerakan atau terdapat
sendiri sebagai satu-satunya manifestasi dari penyakit ini.
Kelumpuhan Supranuklear Progresif
Kelumpuhan supranuklear progresi ditandai dengan demensia subkortikal ringan,
kelumpuhan tatapan supranuklear, kekakuan aksial dan kelumpuhan pseudobulber (afek yang
tak semestinya dalam derajat dan atau arah, disfagia dan disartria). Pada fase awal dan
pertengahan kadang-kadang ditemukan depresi.
Penyebab Infeksi
Penyakit Jacob-Creutzfeldt
Keadaan ini merupakan suatu infeksi virus progresif cepat dari susunan saraf pusat yang
biasanya berpuncak dengan kematian dalam 6 bulan sejak mulai terinfeksi.
Kompleks
Demensia
Sindrom
Imunodefisiensi
didapat
(AID)
Menurut Artno, Demensia terkait HIV. http//spiritia.or.id.1999. Istilah demensia terkait HIV
( HIV Associated Dementia-HAD) mencakup spektrum luas perwujudan psikiatri dan
neurologi dari infeksi HIV pada SSP, HAD mencakup berbagai derajat gejala kognitif, motor
dan perilaku.

e.

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.

t.

Defisiensi nutrisional
Defisiensi vitamin yang paling lazim menimbulkan demensia B12, folat dan niasin, defisiensi
tianin menimbulkan amnesia dalam konteks sindrom wernicke, korsakoff dengan sedikit
gangguan intelektual.
Kelainan endokrinologik
Keadaan endokrinologik berikut dapat meliputi demensia dalam gambaran klinisnya,
hipotroidisme, hipertiroidisme, hipopara tiroidisme, hiperpara tiroidisme, penyakit addison
dan penyakit custing.
Gangguan elektrolit
Hipoksia
Anoreksia, gangguan jantung dan fungsi pernapasan.
Demensia dialisis dan uremia
Ensefalopati uremik kronik
Obat-obatan, logam dan paparan kimiawi industri
Ensefalopatii hepatik
Porikiria
Demensia pseudo
Demensia hidrosefalik
Demensia traumatik dan neoplastik
Demensia terkait penyakit mielin
Penyusunan diagnostik demensia
Dalam salah satu website dengan alamat http://www.idijakbar.com mengklasifikasikan
beberapa penyebab terjadinya demensia diantaranya:
Menurut umur
Demensia senilis (> 65 tahun)
Demensia prasenalis (< 65 tahun)
Menurut perjalanan penyakit
Reversibel
Ireversibel
Menurut kerusakan struktur otak
Tipe Al-Zheimer
Tipe non Alzheimer
Demensia vaskular
Demensia jisim lewy
Demensia lobus frontal-temporal
Demensia terkait HIV
Morbus parkinson
Morbus huntington
Morbus pick
Morbus jacob creutzfeldt
Sindrom gerstmann
Priondisease
Priondisease
Palsi supranuklear progresif
Multiple sklerosis
Neurosifilis
Tipe campuiran
Menurut sifat-klinis
Demensia proprius
Pseudo-demensia

c.

Manifestasi Klinis
Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah, sehingga
keadaan ini pada mulanya tidak disadari. Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan
untuk mengenali orang, tempat dan benda. Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan
dan menggunakan kata yang tepat dan dalam pemikiran abstrak dan sering terjadi perubahan
kepribadian.
Menurut Arif Mansjoer (2001; 191) tanda dan gejala dari Demensia yaitu:
Pada stadium awal, pasien menunjukkan kesulitan untuk mempertahankan kinerja mental
fatig dan cenderung gagal bila diberi suatu tugas baru atau kompleks.
Orientasi, daya ingat, persepsi dan fungsi intelektual pasien memburuk
Pasien tampak introvert dan kurang peduli terhadap akibat tingkah lakunya
Diperkirakan 20-30% pasien tipe Alzheimer mengalami halusinasi dan 30-40%
mempunyai gejala waham, terutama waham curiga dan tidak sistematik
Terdapat depresi dan ansietas pada sebagian besar pasien. Pasien dapat mengalami afasia,
apraksia dan agnosia
Kejang.

d.

Penatalaksanaan
Demensia dapat disembuhkan bila tidak terlambat. Secara umum, terapi pada demensia
adalah perawatan medis yang mendukung, memberi dukungan emosional pada pasien dan
keluarganya, serta farmakoterapi untuk gejala yang spesifik. Terapi simtomatik meliputi diet,
latihan fisik yang sesuai, terapi rekreasional dan aktivitas, serta penanganan terhadap
masalah-masalah lain.
Sebagai farmakoterapi, benzodiazepin diberikan untuk ansietas dan insomnia, anti
depresan untuk depresi, serta anpsikotik untuk gejala waham dan halusinasi (Arif Mansjoer,
2001; 192).
Sementara itu takrin telah digantikan oleh donepezil, yang menyebabkan lebih sedikit
efek samping dan memperlambat perkembangan penyakit alzheimer selama 1 tahun atau
lebih. Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika
diberikan pada stadiun dini
e.
Klasifikasi Demensia
Menurut WF. Maramis (1997; 192) Demensia terbagi menjadi:
1. Demensia senilis
Adalah perubahan fisik akan mental yang terjadi pada orang lanjut usia disertai dengan energi
yang berkurang, reaksi terhadap kejadian sekitarnya menjadi lambat, daya kreatif dan inisiatif
berangsur-angsur menyempit dan pelan-pelan menarik diri, seakan-akan kepribadiannya
terbungkus.

Gejala
Biasanya sesudah umur 60 tahun baru timbul gejala-gejala yang jelas untuk membuat
diagnosis demensia klinis. Penyakit jasmaniah atau gangguan emosi yang hebat mempercepat
kemunduran mental.

Gejala jasmaniah
Kulit menjadi tipis, atrofis dan keriput, berat badan mengurang, atrofi pada otot-otot, jalannya
menjadi tidak stabil, suara kasar dan bicaranya menjadi pelan, tremor pada tangan dan kepala.

Gejala psikologik
Sering hanya terdapat tanda kemunduran mental umum (demensia simplek).

Pencegahan
Pertahankan perasaan aman dan harga diri, perhatikanlah dan cobalah memuaskan kebutuhan
rasa kasih sayang, rasa masuk hitungan, rasa tercapainya sesuatu dan rasa perlu dibenarkan
serta dihargai.
2. Demensia prasenilis
Seperti namanya telah menjelaskan maka pada gangguan ini gejala utamanya ialah demensia
sebelum masa senil, akan dibicarakan dua macam demensia prasenilis, yaitu penyakit
Alzheimer dan penyakit pick.

Morbus Alzheimer
Penyakit alzheimer ini biasanya timbul antara umur 50-60 tahun. Terdapat degeneratif
korteks yang difus pada otak dilapisan-lapisan luar, terutama di daerah frontal dan temporal.
Atrofi otak ini dapat dilihat pada pnemo-ensefalogram: sistema ventrikel membesar serta
banyak hawa diruang subarakhroidal (giri mengecil dan sulkus-sulkus melebar).
Penyakit ini mulai pelan-pelan sekali, tidak ada ciri-ciri yang khas pada gangguan inteligensi
atau pada kelainan perilaku. Terdapat disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang labil,
kekeliruann mengenai hitungan dan mengenai pembicaraan sehari-hari. Terjadi afasi sering
juga terdapat perseverasi, pembicaraan logoklonia dan bila sudah berat maka penderita tidak
dapat dimengerti lagi, ada yang menjadi gelisah dan hiperaktif.

Morbus Pick
Pick dari prahara pertama kali mengumumkan hal-hal tentang penyakit yang jarang ini pada
tahun 1892. secara patologis ciri khas ialah atrofi dan gliosis di daerah-daerah asosiatif.
Daerah motorik, sensorik dan daerah proyeksi secara relatif tidak banyak berubah yang
terganggu ialah daerah korteks yang secara filogenptik lebih muda yang penting buat fungsi
asosiasi yang lebih tinggi, sebab itu yang terutama terganggu ialah pembicaraan dan proses
berpikir.
Penyakit ini mungkin herediter diperkirakan bahwa terdapat faktor menjadi tua dari sel-sel
ganglion yang tertentu, yaitu yang genetis paling muda. Lobus frontalis menjadi demikian
atrofis sehingga kadang-kadang kelihatan seperti ditekan oleh suatu lingkaran. Biasanya
terjadi pada umur 45-60 tahun yang termuda pernah diberikan ialah 31 tahun.
Dalam waktu satu tahun terjadi demensia yang jelas. Ada yang eforia, ada yang menjadi
susah dan curiga, sering terdapat gejala-gejala fokal seperti afasia, apraxia, alexia, agrafia,
tetapi gejala-gejala ini sering diselubungi oleh demensia umum. Ciri afasia yang penting pada
penyakit ini ialah terjadinya secara pelan-pelan (tidak mendadak seperti pada gangguan
pembuluh darah otak).
3.
Amnesia
a. Definisi
Amnesia (dari bahasa Yunani) adalah kondisi harganya daya ingat.
(http://Wikipedia.org/wiki/Amnesia/2008).
Amnesia adalah suatu gangguan daya ingat yang ditandai adanya gangguan
kemampuan mempelajari hal-hal baru atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya serta menimbulkan hambatan pada fungsi sosial dan pekerjaan (Arif Mansjoer,
2001; 192).
b.
Etiologi
Gangguan ini sangat sering terjadi pada orang dewasa muda, lebih sering terjadi pada
orang yang telah terlibat didalam peperangan, kecelakaan atau bencana alam.
Penyebab amnesia bervariasi mulai dari fisiologis sampai kerusakan otak. Kerusakan
otak disebabkan karena trauma atau kecelakaan, tumor, stroke, maupun pembengkakan otak.
Penyebab amnesia dapat berupa organik dan fungsional. Penyebab organik dapat
berupa kerusakan otak akibat trauma, penyakit atau penggunaan obat-obatan (biasanya yang

bersifat sedatif). Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti halnya mekanisme
pertahanan ego.
Sementara itu menurut Arif Mansjoer (2001; 192), gangguan pada daya ingat
umumnya diakibatkan kerusakan struktur neuroanatomi tertentu, pada satu atau dua lebih
hemister, namun lebih mudah timbul bila yang terkena hemister kiri. Gangguan amnesia
dapat disebabkan banyak hal, antara lain;
1.
Gangguan sistemik

Defisiensi tramin (sindrom korsakoff)

Hipoglikemia.

Gangguan otak primer

Kejang, trauma kepala, tumor otak

Penyakit serebrovaskular, ensevolitis karena virus herpes simpleks

Hipoksia, sklerosis multipel

Amnesia transien global

Tindakan bedah otak, terapi syok listrik.

Obat-obatan: alkohol, neurotoksin, benzodiazepin dan sejenisnya


c.
Klasifikasi Amnesia
Menurut website dengan alamat http://www.emidicine.com/neuro /topic 380.htmi,
amnesia terbagi menjadi:
1.
Anterograde
Ketidak mampuan untuk mengingat kejadian-kejadian setelah terjadinya trauma atau
penyakit setelah terjadinya trauma atau penyakit yang menyebabkan amnesia.
2.
Retrograde
Ketidak mampuan untuk mengingat kejadian-kejadian sebelum terjadinya trauma.
3.
Amnesia lakunar
Ketidak mampuan mengingat kejadian tertentu.
4.
Amnesia emosional
Hilangnya ingatan karena trauma psikologis. Biasanya bersifat sementara.
5.
Sindrom korsakof
Hilangnya ingatan karena alkoholisme kronik.
6.
Amnesia posthipnotik
Hilangnya ingatan setelah keadaan hipnotik atau informasi yang disimpan pada memori
jangka panjang.
7.
Transient global amnesia
Merupakan kehilangan sementara seluruh memori secara khusus disertai anterograde amnesia
dan juga retrograde amnesia ringan.
d.
Manifestasi Klinis
Gambaran yang sangat umum pada amnesia dissociative adalah kehilangan ingatan.
Sezgera setelah terjadi amnesia, seseorang bisa kelihatan bingung. Kebanyakan orang dengan
amnesia dissociative setidaknya depresi atau sangat menderita karena amnesia mereka.
Gejala utamanya adalah ketidak mampuan mempelajari ha-hal baru (amnesia
anterograde) atau mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya (amnesia retrograde).
Daya ingat jangka pendek biasanya terganggu, bahkan pada kasus yang berat, orientasi
tempat dan waktu juga terganggu. Namun, orientasi orang jarang terganggu. Daya ingat
jangka panjang yang meliputi pengalaman masa kecil tidak terganggu. Daya ingat segera
masih baik. Gejala penyerta lainnya antara lain perubahan kepribadian, apatis, kurang inisitif,
agitasi dan kebingungan. Pasien tidak mempunyai tilikan diri yang baik terhadap penyakitnya
(Arif Mansjoer, 2001; 192-193).

e.

4.

a.

1.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis


Dapat timbul secara segera seperti pada trauma dan penyakit cerebrovaskular dapat
juga timbul secara bertahap pada kekurangan nutrisi dan tumor otak. Durasinya dapat singkat,
kurang dari sebulan (amnesia transien) atau lebih dari sebulan (amnesia peristen) (Arif
Mansjoer,
2001;
193).
f. Penatalaksanaan
Terutama ditujukan kepada penyakit yang mendasarinya, pendekatan bersifat suportif
yang berkaitan dengan waktu dan tempat akan sangat membantu pasien dan mengurangi rasa
cemasnya, setelah episode amnesia teratasi, beberapa jenis psikoterapi (kognitif,
psikodinamika atau suporatif) mungkin dapat membantu pasien (Arif Mansjoer, 2001; 193).
Untuk mempercepat pemulihan amnesia biasanya diberikan terapi atau obat-obatan
yang meningkatkan fungsi otak. Diluar terapi dan obat-obatan, cara yang paling ampuh
adalah menyediakan kondisi yang memberi rasa aman bagi penderita. Kebanyakan penderita
amnesia justru sembuh bukan diruang praktek, namun ketika menjalani kehidupan secara
normal.
Dokter memulai pengobatan dengan membantu orang tersebut untuk merasa aman
dan terjamin. Jika ingatan yang hilang tidak secara spontan teringat, atau jika kebutuhan
untuk mengingat ingatan tersebut mendesak, teknik mengingat kembali sering kali berhasil.
Menggunakan hipnotis atau wawancara yang diawali dengan obat (wawancara dilakukan
setelah orang tersebut tenang dengan obat secara infus seperti amobarbital atau midazolam),
dokter menanyakan orang yang amnesia mengenai masa lalunya
Gangguan Akibat Alkohol dan Obat/Zat
Konsep ketergantungan obat meliputi ketergantungan perilaku dan ketergantungan
fisik. Ketergantungan perilaku menekankan pada aktifitas mencari-cari zat sedangkan
ketergantungan fisik menekankan efek fisiologis dari penggunaan zat berulang.
Kekurangan zat ditandai oleh sekurangnya satu gejala spesifik yang menyatakan
bahwa penggunaan zat telah mempengaruhi kehidupan seseorang (Arif Mensjoer, 2001; 193)
Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai
setelah
terjadi
masalah
(stuart
&s
udden,
1995,
diunduh
dari
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/07/asuahan-keperawatan-klien-dengan-sindromputus-zat-napza
Etiologi
Ketergantungan zat disebabkan oleh pemakaian zat dalam pola yang berlebihan secara
umum, perilaku mencari obat dapat dilihat pada gambar:
Gambar 2.1 Alur ketergantungan zat Dalam website dengan alamat
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/07/asuhan-keperawatan-klien-dengansindromputus-zat-napza, menyebutkan proses terjadinya masalah penyalahgunaan dan
ketergantungan zat memfokuskan pada zat yang sering disalahgunakan individu : opiat,
amfetamin,canabis dan alkohol.
Rentang respon kimiawi
Perlu diingat bahwa pada rentang respon tidak semua individu yang menggunakan zat
akan menjadi penyalahgunaan dan ketergantungan zat. Hanya individu yang menggunakan
zat berlebihan dapat mengakibatkan penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat secara terus-menerus bahkan sampai
setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering
dianggap sebagai penyakit. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.
Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek yang
diharapkan (Stuart & sundeen, 1995, Stuart & laraia, 1998, diunduh dari http://kuliah bidan.

2.
3.
a.

b.

c.

b.

c.

wordpress.com/2008/11/07/asuhan-keperawatan-klien-dengan-sindrom-putus-zatnapza).
Perilaku
Faktor penyebab
Faktor penyebab pada klien penyalahgunaan dan ketergantungan napza meliputi :
Faktor biologic
Kecenderungan keluarga, terutama penyalahgunaan narkoba.
Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan respon fisiologik yang tidak nyaman.
Faktor psikologic
Tipe kepribadian ketergantungan.
Harga diri rendah biasanya sering berhybyngan dengan penganiayaan waktu masa kanakkanak.
Perilaku maladaptif yang dipelajari secara berlebihan
Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit.
Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran yang positif, kurang percaya
diri, tidak mampu memperlakukan anak sebagai individu, dan orang tua yang adiksi.
Faktor sosiokultural
Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap pengguna obat.
Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyalahgunaan berbagai zat seperti tembakau,
alkohol dan mariyuana.
Sikap, nilai, norma dan sanksi cultur.
Kemiskinan dengan keluarga yang tidak stabil.
Manifestasi Klinis
Pada dasarnya terdapat dua konsep ketergantungan zat, yaitu ketergantungan perilaku
dan ketergantungan fisik. Ketergantungan perilaku diperlihatkan dengan aktifitas mencari zat.
Ketergantungan fisik diperlihatkan dari efek fisik dari episode multipel penggunaan zat (Arif
Mansjoer, 2001; 195).
Penatalaksanaan
Pendekatan pengobatan untuk penyalahgunaan zat bervariasi menurut zat, pola
penyalahgunaan, tersedianya sistem pendukung dan ciri individual pasien.
Tujuan utama pengobatan adalah abstinensi zat serta mencapai kesehatan fisik
psikiatrik dan psikososial.
Pendekatan pengobatan awal dapat dilakukan dengan rawat inap atau rawat jalan.
Pengiobatan rawat inap diindikasikan pada adanya gejala medis atau psikiatrik yang parah,
suatu riwayat gagalnya pengobatan rawat jalan, tidak adanya dukungan psikosoasial atau
riwayat penggunaan zat yang parah atau berlangsung lama.
Pada beberapa kasus penggunaan obat psikotropik mungkin diindikasikan untuk
menghalangi pasien menggunakan zat yang disalahgunakan, untuk menurunkan efek putus
zat, atau untuk mengobati suatu perkiraan gangguan psikiatrik dasar. Kadang-kadang
psikoterapi
diperlukan.
(Arif
Mansjoer,
2000;
195).

BAB III
PENUTUP
A.

1.
2.
3.
1.
e.
f.
g.
h.
2.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
3.
d.
e.
f.
B.

KESIMPULAN
Gangguan mental organik adalah gangguan mentak organik yang berkaitan dengan
penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri (Rusdi Maslim,
2003; 22). Gangguan Mental Organik (GMO) adalah suatu Gangguan patologi yang jelas,
misalnya; tumor otak, penyakit serebrovaskular, atau intoksikasi obat (Arif Mansjoer, 2001;
189).
Etiologi: Gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh
penyebab badaniah yang terutama mengenai otak (WF. Maramis, 1995; 181).
Gambaran utama gangguan mental organik Menurut Rusdi Maslim (2001; gangguan
mental organik terbagi menjadi 3, yaitu:
Gangguan fungsi kognitif
Misalnya: Daya ingat (memory), daya pikir (Intellect), daya belajar (Learning)
Gangguan sensorium
Misalnya: Gangguan kesadaran (Consciousness) dan perhatian (Attention).
Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang;
Klafisikasi gangguan mental organik Menurut Arif Mansjoer (2003; 18), GMO dapat
dibagi menjadi menjadi 4, yaitu;
Delirium
Delirium yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain
Delirium yang di indiuksi oleh zat
Delirium yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi
Delirium yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Demensia
Demensia tipe Alzheimer
Demensia tipe vaskular
Demensia yang berhubungan dengan suatu kondisi medis lain (HIV, Parkinson, trauma
kepala, penyakit Huntington, penyakit Pick, penyakit Creatzfeldt-Jacob, kondisi medis lain)
Demensia yang di induksi oleh zat
Demensia yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi
Demensia yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Gangguan Amnesia
Gangguan Amnesia yang berhubungan dengan kondisi medis lain
Gangguan Amnesia yang di induksi oleh zat.
Gangguan kognitif yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
SARAN
saya mengharapkan kritikan dan saran dari pihak-pihak yang membaca makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini berguna bagi kita semua. Oleh karena itu saya meminta restu
dari pembaca semoga sukses dalam berkarya.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, EGC


Arif Mansjoer (2000), Kapita selekta kedokteran Ed III, Jilid 2. FKUI: Media
Aesculapius
Guze, Barry, M. D. (1997), Buku Psikiatri, Jakarta, EGC
Maramis (1995), Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Surabaya, Airlangga University
Press
Diposkan oleh yasir ilmu keperawatan di 21.12

Anda mungkin juga menyukai