Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA ISLAM II

STRATEGI PEMBINAAN UMAT DAN MISI PEMBINAAN YANG DILAKUKAN RASULULLAH SAW DAN MAKNA SYAHADATAIN

OLEH
KELOMPOK I :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Abdul Munif
Baiq Riska Indah
Faradila Amalia
Kartika Nuraini
M. Nur Salim
Rendra Pramudya A.

131511123002
131511123004
131511123006
131211123008
131511123010
131511123014

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makkah dan Madinah merupakan kota yang sangat bersejarah sepanjang lahirnya Islam hingga berjaya dan tersebarnya keseluruh penjuru dunia. Dakwah
Rasulullah SAW yang berbenderakan Islam, lahir dan mulai berkembang di dua kota tersebut. Sebelum Nabi Muhammad diutus, umat manusia hidup dalam keadaan
gelap gulita, penuh dengan segala macam kerusakan moral dan kebodohan. Keadaannya hampir menjerumuskan mereka ke dalam kehancuran total. Sebagai contoh, di
negeri Arab orang-orang menyembah berhala dan patung yang mereka ciptakan sendiri. Hingga peristiwa tersebut berlangsung sampai Rasullulah SAW berusia 40
tahun, dimana pada saat itu rasul merasa cemas, miris, dan kuatir akan nasib keluarga dekat Rasulullah SAW dan bangsa arab secara keseluruhan, dengan keadaan
tersebut hingga beliau beruzlah di gua hira, dan pada saat itulah Islam diturunkan di negeri Arab pada masa adanya kebutuhan yang mendesak dari seluruh umat
manusia akan agama baru. Karena, pada masa itu ajaran para rasul terdahulu sudah tidak diindahkan lagi oleh manusia di seluruh negeri di dunia, baik di timur maupun
di barat.
Allah SWT memerintahkan umat manusia agar menganut agama Islam dan mengerahkan seluruh kehidupannya untuk menyakini dan mematuhi ajaran-ajaranNya. Tujuannya adalah supaya manusia dapat mencapai keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam segala aspek kehidupan dunia dan akhirat, baik material
maupun spiritual. Perintah Allah SWT untuk memeluk ajaran Islam dapat dilihat dalam beberapa ayat Al-Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 102
artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam.
Allah subhanahu wataala mengutus Rasul-Nya untuk menyeru kepada kaumnya agar mentauhidkan Allah subhanahu wataala saja. Dan Allah subhanahu
wataala meridhai Islam sebagai Diin yang menjadi rahmat bagi semesta alam melalui utusan-Nya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Telah dijadikan-Nya
pada diri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam uswatun hasanah.
Sejarah dan perjuangan dakwah Nabi SAW dalam menyampaikan risalah dari Allah SWT sejak diutus menjadi Rasul di usia 40 tahun di kota Makkah hingga
wafatnya di usia 63 tahun di kota Madinah, mengandung banyak hikmah, pelajaran dan contoh bagi setiap umat, terlebih bagi para penerus perjuangan dakwah Nabi
SAW, yaitu para ulama dan pejuang Islam.
1.2 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui strategi pembinaan umat dan misi pembinaan yang dilakukan Rasulullah SAW.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui kondisi bangsa arab sebelum Islam masuk
2. Mengetahui Dakwah Rasulullah pada periode Makkah
3. Mengetahui Dakwah Rasulullah pada periode Madinah
4. Hikmah dakwah Rasulullah SAW dalam peran perawat
5. Mengetahui makna dari Syahadatain
1.3 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Makalah ini berisi tentang metode dan tahapan Rasulullah SAW menyampaikan dakwah Islam sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dalam meneruskan
dakwah Rasulullah SAW dalam menyampaikan Islam secara keseluruhan.
1.4.2 Praktis
1. Sebagai masukan mahasiswa tetang metode dakwah Islam

2. Metode ini dapat sebagai dasar penyampaian dakwah pada kalangan mahasiswa dalam menyampaikan dakwah Islam secara keseluruhan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Pembinaan Umat Dan Misi Pembinaan Yang Dilakukan Rasulullah SAW.
1. Bangsa Arab Sebelum Islam Masuk
Mekah pada masa kelahiran Nabi Muhammad adalah sebuah kota yang amat penting dan terkenal diantara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya
maupuin karena kedudukannya. Dengan adanya kabah yang berada di tengah-tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan Arab. Kabah didatangi untuk beribadah
dan berziarah, didalamnya terdapat 360 berhala yang mengelilingi patung dewa utama, Hubal. Pada saat itu Mekah kelihatan makmur dan kuat.
Masyarakat Arab ketika itu hidup berdasarkan kesukuan, wilayahnya kebanyakan terdiri dari padang pasir dan stepa. Mayoritas penduduknya adalah suku-suku
Badui yang mempunyai gaya hidup pedesaan padang pasir dan nomadic, berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain untuk mencari air dan padang rumput bagi
binatang-binatang gembala. Sebagian lainnya adalah penduduk yang menetap di kota-kota seperti Mekah dan Madinah. Secara keseluruhan mata pencaharian yang
penting adalah menggembala, berdagang dan bertani.
Peperangan antar suku adalah suatu kejadian yang sering terjadi sejak lama. Organisasi dan identitas social berakar pada keanggotaan dalam suatu masyarakat
yang luas. Satu kelompok yang terdiri dari beberapa keluarga membentuk kabilah atau suku (klan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku yang dipimpin oleh
seorang syekh. Masyarakat umumnya sangat menekankan hubungan kesukuan. Kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau
suku. Seseorang banyak bergantung pada kehidupan suku yang sering saling menyerang.

2. Periode Dakwah Rasulullah SAW


Kehidupan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam setelah beliau dimuliakan oleh Allah SWT dengan nubuwwah dan risalah terbagi menjadi dua periode
yang masing-masing memiliki keistimewaan tersendiri secara total, yaitu:
a. Periode Mekkah : berlangsung selama lebih kurang 13 tahun
b. Periode Madinah : berlangsung selama 10 tahun penuh
Masing-masing periode mengalami beberapa tahapan sedangkan masing-masing tahapan memiliki karakteristik tersendiri yang menonjolkannya dari yang
lainnya.
Rasulullah SAW Menjelang usia 40 tahun. sering berkhalwat di Gua Hira untuk memohon petunjuk kepada Allah swt. Mengenai cara untuk memperbaiki
keadaan bangsa Arab yang pada saat itu mengalami kehancuran. Menjelang kedatangan Islam, bangsa Arab sedang dalam keadaan terpuruk dan porak-poranda
dalam segala bidang, baik bidang ketuhanan, moral, social, politik, persatuan dan sebagainya.
Kegiatan berkhalwat tersebut selalu dilakukan oleh Rasulullah di Gua Hira selama berhari-hari. Hingga pada suatu saat, ketika beliau berkhalwat lebih dari
satu bulan lamanya, tepat pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M, datanglah Malaikat Jibril kepada Rasulullah di dalam Gua Hira tersebut untuk menyampaikan
wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5, yang berbunyi :

( )
()
( ) ( )
( )
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang Maha
Mulia. Yang mengajar (menusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5)
Setelah turun wahyu tersebut, Rasulullah SAW. merasa kebingungan dengan apa yang harus dilakukan, sebab belum ada perintah yang jelas tentang tugastugasnya sebagai Rasul Allah. Rasulullah hamper berputus asa sebab wahyu berikutnya yang beliau tunggu-tunggu belum kunjung dating. Bari setelah penantian
dirasa cukup, akhirnya wahyu kedua mulai diterimanya, yaitu surat Al-Muddatsir ayat 1-7, yang berbunyi :
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
()
( )
Artinya : Wahai orang-orang yang (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan sgungkanlah Tuhanmu! Dan bersihkanlah pakaianmu! Dan
tinggalkanlah perbuatan dosa! Dan Janganlah kamu (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu
bersabarlah!. (QS. Al Muddatsir : 1-7)
Sejak turun wahyu tersebut, Rasulullah SAW. memulai untuk berdakwah. Sasaran dakwah Rasulullah awalnya adalah handai taulan dan sahabat-sahabatnya
yang terpercaya kebenaran risalahnya. Rasulullah mengajak mereka untuk menyembah Allah swt., tidak menyekutukan-Nya, berbuat baik kepada sesama manusia,
bersatu padu dan saling membantu.
b.1 Dakwah Rasulullah SAW pada periode Makkah
Periode Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan:
a. Tahapan Dakwah Sirriyyah (sembunyi-sembunyi); berlangsung selama tiga tahun.
Sudah merupakan sesuatu yang lumrah bila yang pertama-tama dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah menawarkan Islam kepada orang-orang yang dekat
hubungannya dengan beliau, keluarga besar serta shahabat-shahabat karib beliau; mereka semua didakwahi oleh beliau untuk memeluk Islam. Beliau juga tak
lupa mendakwahi orang yang sudah saling mengenal dengan beliau dan memiliki sifat baik dan suka berbuat baik, mereka yang beliau kenal sebagai orang-orang
yang mencintai Allah al-Haq dan kebaikan atau mereka yang mengenal beliau Shallallhu 'alaihi wasallam sebagai sosok yang selalu menjunjung tinggi nilai
kejujuran dan keshalihan.
Hasilnya, banyak diantara mereka yang tidak sedikitpun digerayangi oleh keraguan terhadap keagungan, kebesaran jiwa Rasulullah serta kebenaran berita
yang dibawanya- merespons dengan baik dakwah beliau. Mereka ini dalam sejarah Islam dikenal sebagai as-Saabiquun al-Awwalluun (orang-orang yang paling
dahulu dan pertama masuk Islam). Di barisan depan mereka terdaftar isteri Nabi Shallallhu 'alaihi wasallam, Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid,
maula (budak) beliau, Zaid bin Haritsah bin Syarahil al-Kalbi, keponakan beliau; 'Ali bin Abi Thalib yang ketika itu masih anak-anak dan hidup dibawah
tanggungan beliau serta shahabat paling dekat beliau, Abu Bakr ash-Shiddiq. Mereka semua memeluk Islam pada permulaan dakwah. Kemudian, Abu Bakr
bergiat dalam mendakwahi Islam. Dia adalah sosok laki-laki yang lembut, disenangi, fleksibel dan berbudi baik.
Para tokoh kaumnya selalu mengunjunginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena keintelekan, kesuksesan dalam berbisnis dan
pergaulannya yang luwes. Dia terus berdakwah kepada orang-orang dari kaumnya yang dia percayai dan selalu berinteraksi dan bermajlis dengannya. Berkat hal

itu, maka masuk Islam lah 'Utsman bin 'Affana al-Umawi, az-Zubair bin al-'Awam al-Asadi, 'Abdurrahman bin 'Auf, Sa'd bin Abi Waqqash az-Zuhriyan dan
Thalhah bin 'Ubaidillah at-Timi. Kedelapan orang inilah yang terlebih dahulu masuk Islam dan merupakan gelombang pertama dan palang pintu Islam.
Diantara orang-orang pertama lainnya yang masuk Islam adalah Bilal bin Rabah al-Habasyi, kemudian diikuti oleh Amin (Kepercayaan) umat ini, Abu
'Ubaidah; 'Amir bin al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin 'Abdul Asad, al-Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari
suku Makhzum), 'Utsman bin Mazh'un dan kedua saudaranya; Qudamah dan 'Abdullah , 'Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib bin 'Abdu Manaf, Sa'id bin
Zaid al-'Adawy dan isterinya; Fathimah binti al-Khaththab al-'Adawiyyah - saudara perempuan dari 'Umar bin al-Khaththab, Khabbab bin al-Arts, 'Abdullah bin
Mas'ud al-Hazaly serta banyak lagi selain mereka. Mereka itulah yang dinamakan as-Saabiquunal Awwaluun. Mereka terdiri dari semua suku Quraisy yang ada
bahkan Ibnu Hisyam menjumlahkannya lebih dari 40 orang.
Mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Maka cara yang sama pun dilaklukan oleh Rasulullah Shallallhu 'alaihi wasallam dalam
pertemuan beliau dengan pengarahan agama yang diberikan karena dakwah ketika itu masih bersifat individu dan sembunyi-sembunyi. Wahyu turun secara
berkesinambungan dan memuncak setelah turunnya permulaan surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat dan penggalan-penggalan surat yang turun pada masa ini
merupakan ayat-ayat pendek; memiliki pemisah-pemisah yang indah dan valid, senandung yang menyejukkan dan memikat seiring dengan suasana suhu
domestik yang begitu lembut dan halus. Ayat-ayat tersebut membicarakan solusi memperbaiki penyucian diri ( tazkiyatun nufuus), mencela pengotorannya
dengan gemerlap duniawi dan menyifati surga dan neraka yang seakan-akan terlihat oleh mata kepala sendiri. Juga, menggiring kaum Mukminin ke dalam
suasana yang lain dari kondisi komunitas sosial kala itu.
b. Tahapan Dakwah secara terang-terangan kepada penduduk Mekkah; dari permulaan tahun keempat kenabian hingga hijrah Rasulullah SAW ke Madinah.
Rasulullah melakukan dakwah secara terang-terangan setelah menerima wahyu dari Allah swt., agar menjalankan dakwah secara terang -terangan. Perintah
tersebut terdapat pada surat Al Hijr ayat 94 berikut ini :

()

Artinya : Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang -orang yang
musyrik. (QS. Al Hijr : 94)
Setelah mulai berdakwah secara terang-terangan, Nabi Muhammad saw. mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy namun beliau tidak putus asa dan beliau
terus mengajak seluruh lapisan masyarakat agar masuk Islam.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut:
1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang
belummenerima agama Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu
Thalib, Jafar bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di sekitar Kabah untuk berkumpul di Bukit Shafa.
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan dirimasuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin AbdulMuthalib
(paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalibmasuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644
M).Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk diluar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah
yangmasuk Islam antara lain: Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar. Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus. Dakwah
Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombangpertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6orang.
Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombangketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah binAmir,
pimpinan kaum Salamah.Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombangketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan
menghasilkan Baiatul Aqabah. Isi Baiatul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah
SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib. Sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah
Rasulullah SAW, yakni:
a) Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatandengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan
tradisi hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
b) Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanyakehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karenamereka
merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
c) Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa beratmeninggalkan agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhurmereka.
d) Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikandakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
c. Tahapan Dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya di kalangan penduduknya; dari penghujung tahun kesepuluh kenabian dimana juga mencakup Periode
Madinah dan berlangsung hingga akhir hayat Rasulullah SAW.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai
dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah. Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode
Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga
orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk
bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman: Artinya: Dan
Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S. Al-Anbiya, 21: 107).
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam
baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul
menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat
Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.

Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya,
mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia
serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang
masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha
menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy
penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah
SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi
Artinya: Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta
rampasan pernag, tetapi bertujuan untuk:
a) Membela diri, kehormatan, dan harta.
b) Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak menganutnya.
c) Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negar yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha
menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia
menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan
umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi
peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi.
b.2 Dakwah Islamiah Keluar Jazirah Arabiah
Rasulullah SAW menyeru umat manusia di luar Jazirah Arab agar memeluk agama Islam, dengan jalan mengirim utusan untuk menyampaikan surat dakwah
Rasulullah SAW kepada para penguasa atau para pembesar mereka.
Para penguasa atau para pembesar negar yang dikirimi surat dakwah Rasulullah SAW itu seperti:
a) Heraclius, Kaisar Romawi Timur
Yang menerima surat dakwah Rasulullah, melalui utusannya Dihijah bin Khalifah. Heraclius tidak menerima seruan dakwah Rasulullah itu, karena tidak
mendapat persetujuan dari para pembesar negara dan para pendeta. Namun surat dakwah itu dibalasnya dengan tutur kata sopan, di samping mengirimkan hadiah
untuk Rasulullah SAW.
b) Muqauqis, Gubernur Romawi di Mesir
Rasulullah SAW mengirim surat dakwah kepada Muqauqis melalui utusannya yang bernama Hatib. Setelah surat itu dibaca Muqauqis belum bisa menerima
seruan untuk masuk Islam, namun dia menyampaikan surat balasan kepada Rasulullah SAW dan mengirim hadiah-hadiah berupa seorang budak wanita, kuda,
keledai, dan pakaian-pakaian.
c) Syahinsyah, Kaisar Persia
Syahinsyah adalah penguasa yang lalim dan sombong. Karena kesombongannya surat dakwah Rasulullah SAW itu dirobek -robeknya. Mengetahui surat
dakwah itu dirobek-robek, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Syahinsyah yang sombong itu akan dibunuh oleh anaknya sendiri pada malam Selasa tanggal 10
Jumadil Awal tahun ke-7 hijriah. Apa yang diucapkan Rasulullah SAW ternyata sesuai dengan kenyataan. Syahinsyah dibunuh oleh anaknya sendiri AsySyirwaih karena kelalimannya. Kemudian surat dakwah Rasulullah SAW dikirimkan pula kepada An-Najasyi (Raja Ethiophi), Al-Munzir bin Sawi (Raja
Bahrain), Hudzah bin Ali (Raja Yamamah), dan Al-Haris (Gubernur Romawi di Syam). Di antara. Penguasa-penguasa tersebut yang menerima seruan dakwah
Rasulullah SAW, hanyalah Al-Munzir bin Sawi penguasa Bahrain yang menyatakan masuk Islam dan mengajak para pembesar negara dan rakyatnya agar masuk
Islam.
b.3 Dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah adalah:
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu
orang yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-Nahl, 16: 12 Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. An-Nahl, 16: 125).
3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104 Artinya: Dan hendaklah
ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung. (Q.S. Ali Imran, 3: 104).
4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah
SAW, juga hendaknya meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam tau masyarakat madani di Madinah.
Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan
bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan rida Allah
SWT dan ampunan-Nya.
Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
a) Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba, yang berjarak 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid
Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).

Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan
dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong
oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima
dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak

Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.

Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada Al-Qur;an dan Hadis

Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan

Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang
berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.

Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka
akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah mencata adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah SAW yang bernama
Rafidah Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabatnya. Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara
lain: usaha-usaha untuk memajukan Islam, dan strategi peperangan melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.

b) Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar


Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli
Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga
terwujud persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajrin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Ansar menjadi
saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh
seluruh sahabat misalnya:
Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya,
yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW

Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid


Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)
Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Saad bin Rabi (Ansar)
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara

sepasang- sepasang, layaknya seperti saudara senasab.


Persaudaraan secara sepasangsepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang
lebih baik. Mereka saling mencintai, saling menyayangi, hormay-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan.
Namun kaum Muhajirin tidak diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya,
Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang
beratap yang disebut Suffa dan mereka dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi oleh kaum Muhajirin dan kaum
Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu anatara lain mempelajari dan menghafal Al-Quran dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang
lain. Sedangkan apabila terjadi perang anatara kaum Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut berperang.
c) Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Islam dan Umat Non-Islam
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir
dan Bani Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan,
ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolongmenolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka dilindungi
oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model
Negara Islam yang adil, membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.
Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain:

Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk

Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan
Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama
Veluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka
hendaknya saling membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus bantu-

membantu dalam mempertahankan kota Madinah.


Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada
Rasulullah SAW untuk diadili sebagaimana mestinya

d) Meletakkan Dasar-dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi Terwujudnya Masyarakat Madani
Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi mengajarkan juga bidang politik, ekonomi, dan sosial, yang kesemuanya berumber
pada Al-Quran dan Hadis.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan
Islam merupakan keharusan. Rasulullah SAW selain sebagai seorang nabi dan rasul, juga tampil sebagai seorang kepala negara (khalifah).

Sebagai kepala negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap sistem politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam
dapat mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat,
peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntutan Al-Quran dan Hadis.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q.S. An-Nisa, : 59).Dalam bidang ekonomi Rasulullah SAW telah meletakkan dasar
bahwa sistem ekonomi Islam itu harus dapat menjamin terwujudnya keadilan sosial.
Dalam bidang sosial kemasyarakatan, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar antara lain adanya persamaan derajat di anatar semua individu, semua
golongan, dan semua bangsa. Sesuatau yang memebdakan derajat manusia ialah amal salehnya atau hidupnya yang bermanfaat. firman Allah SWT: Artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat, 49: 13)
e) Haji Wada dan Wafatnya Rasulullah SAW
Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, haji wada, tahun 10 H (631 M), Nabi saw menyampaikan khotbahnya yang sangat
bersejarah. Isi khotbah itu antara lain: larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa
dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan menganiaya; perintah untuk memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan perintah
menjauhi dosa; semua pertengkaran antara mereka di zaman Jahiliyah harus saling dimaafkan; balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku di
zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan; hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik,
mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti apa yang dipakai tuannya; dan yang terpenting adalah bahwa umat Islam harus selalu
berpegang kepada dua sumber yang tak pernah usang, Al-Quran dan sunnah Nabi.
Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan Islam. Selanjutnya, prinsip-prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan,
persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi ,kebajikan dan solidaritas.
Setelah itu, Nabi saw segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas
keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat.
Dua bulan setelah itu, Nabi saw menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin, tanggal 12 Rabiul Awal 11 H / 8 Juni
632 M, Rasulullah SAW wafat di rumah istrinya Aisyah ra.
Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan,
pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah
Arab ke dalam kekuasaannya.
B. Syahadatain
Islam merupakan satu-satunya agama yang di ridhoi oleh Allah SWT. Untuk menjadi seorang muslim, seseorang harus mengucapkan dua kalimat syahadat.
Syahadat berasal dari bahasa arab yaitu syahada yang artinya kesaksian atau pengakuan. Syahadat terdiri atas syahadat tauhid yang berarti pengakuan bahwa tiada
tuhan yang berhak disembah selain Allah dan syahadat Rasul yang berarti pengakuan bahwa nabi Muhammad SAW adalah Rasul utusan Allah SWT. Gabungan dari
dua syahadat tersebut dinamakan syahadatain.
1. Syahadat Tauhid
Bunyi dari kalimat syahadat tauhid yaitu asyhadu allaa ilaaha illallah (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah). Kalimat tersebut mengandung makna
bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan hanya kepada Allah pula kita minta pertolongan, sebagimana tertulis dalam surat Al fatihah Iyyaka nabudu wa
iyyaka nastain . Seseorang yang telah mengucapkan syahadat tauhid, berarti ia harus menyakini bahwa Allah lah satu satunya dzat yang patut disembah dan
wajib meninggalkan thoghut (sesembahan selain Allah) sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqoroh ayat 163 :
"DanTuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia. Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang"
Selain itu Allah juga berfirman dalam surat Al Baqoroh ayat 256 :
"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Al Baqarah (2):256).
Syahadat tauhid tidak hanya mengakui keTuhanan Allah swt saja, tetapi juga harus di wujudkan dalam tingkah laku kehidupan sehari hari yakni
dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kita juga harus yakin bahwa dunia beserta isinya merupakan ciptaan Allah sebagai bukti
ketauhid an kita, sebagaimana firman Allah :
Siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran) (QS. An Naml (27): 60).
Dan Allah berfirman :
" Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yangm menciptakan mereka? Niscaya mereka akan menjawab: Allah, maka bagaimanakah
mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)" (QS.Az Zukhruf (43) 87).
2. Syahadat Rasulullah
Makna syahadat Rasulullah adalah menaati perintahnya, membenarkan segala yang diberitakannya, menjauhi semua larangannya dan tidak melakukan
suatu ibadah kecuali sesuai dengan apa yang telah disyariatkannya. Sebagaimana firman Allah :
"Katakanlah : Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua." (Al A'raf (7):158).
"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan." (Saba'
(34): 28).
Mentaati Rasul merupakan bukti ketaatan kepada Allah. Dalam banyak ayat al-Quran perintah taat kepada Allah digandengkan dengan perintah taat
kepada Rasul, misalkan dalam surah Ali Imran ayat 32.
Katakanlah wahai Muhammad, taatilah Allah dan Rasul. (terj.Qs. Ali Imran:32).

Pada ayat sebelumnya (Qs.3:31), Allah Taala memerintahkan kepada Nabi untuk menyampaikan bahwa,
Jika kalian mencintai Allah, maka ikuti (taati) lah aku. (terj. Qs. Ali Imran ayat 31).
Dalam surah An-Nisa ayat 59 AllahTaala memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk mentaati Allah, Rasul, dan ulil amri;
Hai orang-orang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul dan ulil amri diantara kalian. (terj. Qs. An-Nisa:59).
Dalam ayat lain Allah menyuruh kita untuk mengikuti apa yang didatangkan oleh Rasul, sebagaimana dalam surah Al-Hasyr ayat 7 :

Dan apa yang didatangkan (diperintahkan) Rasul kepadamu, maka ambillah (taatilah), dan apa yang beliau larang maka tinggalkanlah(QS.Al-Hasyr:7).
3. Syarat - Syarat Syahadat
a. Mengetahui maknanya baik nafi ataupun itsbat yaitu : menafikan ibadah kepada selain Allah, dan menetapkan ibadah hanya kepadaNya, tidak ada
sekutu bagiNya. Dan tidak ada yang berhak untuk disembah selainNya.
b. Yakin, tidak ragu. Artinya : Menuturkannya dengan penuh keyakinan, ketentraman hati, serta meyakini kandungannya dengan keyakinan yang pasti.
c. Menerima, tidak menolak. Artinya : Menerima semua apa yang dikandung kalimat tersebut dengan hati dan lidahnya, yaitu dengan membenarkan semua
berita, mentaati semua perintah, menjauhi segala larangan dan tidak bersikap menolak dan mentakwil terhadap nash-nash.
d. Tunduk dan patuh, tidak ingkar. Artinya : Tunduk kepada apa yang dikandung oleh kalimat tersebut secara lahir dan batin.
e. Membenarkan, tidak mendustakan. Artinya : Diucapkan dengan benar dari hatinya. Apa yang dihatinya selaras dengan (apa yang diucapkan) lidahnya, dan
lahirnya selaras dengan (keyakinan yang ada) di batinnya. Maka barangsiapa yang mengucapkan kalimat syahadat dengan lidahnya, tapi hatinya
mengingkari makna yang dikandungnya, maka tidak ada gunanya, sama halnya dengan orang-orang munafik yang berbeda apa yang diucapkan lidah
mereka dengan apa yang ada dalam hati mereka.
f. Ikhlas; tidak syirik. Artinya : Memurnikan amalan dari seluruh unsur syirik dengan niat yang benar. Allah berfirman :
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya"(QS Al Bayyinah: 5).
g. Cinta; tidak benci. Yaitu : mencintai kalimat tauhid ini, mencintai kandungannya dan mencintai orang-orang yang komitmen dengannya, serta membenci
hal-hal yang berlawanan dengan itu. Tandanya : Mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah, sekalipun bertentangan dengan hawa nafsunya, serta
membenci apa yang dibenci Allah sekalipun hal itu disenangi nafsunya. Mencintai orang-orang yang mencintai Allah dan rasulNya, serta membenci
mereka yang membenci Allah dan RasulNya.
Allah berfirman :
"Sesungguhnya sudah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum
mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari kekafiranmu dan telah nyata antara kami dan
kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al Mummtahanah (60):4)
Allah berfirman :
"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaiman mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah" (QS Al Baqarah (2) :165).
Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallahdengan ikhlas dan penuh keyakinan, bebas dari syirik besar dan kecil, bid'ah-bid'ah dan segala
maksiat, maka berarti dia orang yang mendapat hidayah di dunia dan di akhirat kelak akan selamat dari siksa neraka. Setiap hamba wajib menyempurnakan
syarat-syarat ini, artinya syarat syarat ini harus ada pada dirinya serta komitmen terhadapnya, tanpa harus menghafalnya. Kalimat "Laa ilaaha illallah" yang
agung ini merupakan tauhid uluhiyyah, yaitu tauhid yang paling penting yang menjadi pertentangan antara para nabi dan kaum mereka.
4. Yang Membatalkan Syahadat.
a. Bertawakal dan bergantung

kepada

selain

Allah.

Hal

ini

berdasarkan

firman

Allah

pada

Surat

Al-Maidah

ayat

23:

"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman".
b. Mengingkari nikmat Allah.
c. Bekerja atau berkhidmat dengan tujuan karena selain Allah. Hal ini sangat tidak disukai Allah berdasarkan firman-Nya: "Katakanlah: "Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah karena Allah, Tuhan bagi sekalian mahluk." (QS. Al-An'am: 162).
d. Membuat undang-undang menurut kemauan manusia. Hal ini diperkuat dalam firman Allah Surat Al-A'raf ayat 54: "Bukankah pembikinan dan kekuasaan
e.
f.
g.
h.
i.
j.

itu kepunyaan-Nya ? Maha Tinggi Allah, Pengurus Sekalian Mahluk."


Memfokuskan segala ketaatan kepada selain Allah SWT dengan cara yang tidak dikehendaki-Nya
Menjalankan hukum selain dari hukum Allah atau tidak menggunakan hukum Allah sebagai rujukan dalam semua masalah.
Merasa benci atau menantang salah satu kandungan ajaran Islam, atau membenci seluruh ajaran Islam.
Mencintai kehidupan dunia melebihi kecintaannya terhadap akhirat.
Menghina salah satu isi Al-Qur'an atau as-Sunnah.
Menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Hikmah Dakwah Rasulullah SAW Dalam Peran Perawat

Rasulullah SAW dalam menyampaikan dakwah islam bagi umatnya memiliki cara-cara yang halus dan tidak memaksa, dengan melalui tahap -tahap dakwah
melalui diri Rasulullah SAW, keluarga kerabat, sahabat, kemudian lingkungan yang lebih besar. Dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan sebagaimana
tercantum dalam kitab suci Al-quran
Dan firman Allah yang Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS: Al-Ahzab : 21)
Sebagaimana tahapan dakwah Rasulullah SAW melalui dakwah secara sembunyi-sembunyi, terang-terangan hingga dakwah pada ruang lingkup yang besar
dalam waktu 23 tahun semasa Rasulullah SAW. Hal ini memberikan gambaran pada perawat, bahwa dalam diri seorang perawat juga memiliki uswah atau contoh yang
dapat ditiru oleh pasien yang dirawat sehingga menimbulkan gambaran persepsi pasien tentang sehat dan sakit yang benar. Contoh tersebut dapat terlihat oleh pasien
melalui tingkah laku, penampilan, komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Dengan tingkah laku perawat yang menunjukkan
kepedulian dan perhatian pada pasien, akan menimbulkan suatu empati pasien pada perawat sehingga pasien akan mudah untuk bekerja sama dalam melakukan
tindakan keperawatan. Penampilan perawat yang meyakinkan memberikan pasien rasa percaya kepada perawat untuk dilakukan asuhan keperawatan, dan komunikasi
terapeutik dalam setiap memberikan asuhan keperawatan membuat pasien dapat memberikan informasi secara terbuka tentang keluhan-keluhan yang dialami selama
sakit.
Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang perawat untuk menerapkan tindakan keperawatan pada pasien perlu adanya interaksi interpersonal
yang efektif sehingga menimbulkan hubungan terapeutik antara pasien dan perawat. Salah satu konsep keperawatan menurut Imogene M. King antara lain :
a. Sistem personal
Adalah individu atau pasien yang dilihat sebagai sistem terbuka, mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi dengan lingkungannya. Sistem personal
dapat dipahami dengan memperhatikan konsep berinteraksi yaitu: persepsi, diri, tumbang, waktu, ruang, dan jarak.
b. Sistem interpersonal
Adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konsep tentang peran, interaksi, komunikasi,
transaksi, stress, koping.
c. Sistem sosial
Merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatan lingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku masyarakat, interaksi, persepsi,
dan kesehatan.
Dalam tahapan tersebut seperti tahapan dakwah Rasulullah SAW, rasul melakukan pendekatan melalui keluarga terdekat, demikian juga perawat dapat
melakukan pendekatan kepada pasien dengan cara yang halus, ramah dan tidak memaksa, sehingga dapat memberikan tindakan keperawatan dengan meninjau karakter
dari sistem personal pasien dengan memperhatikan konsep interaksi pasien. Kemudian pada tahapan selanjutnya dengan melakukan pendidikan kesehatan dalam
lingkup keluarga dari pasien, yang mencakup tindakan pencegahan penyakit, menghindari kekambuhan, dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Sehingga dakwa bagi
seorang perawat diharapkan menjadi support system bagi pasien, keluarga, dan lingkungan sekitar.
3.2 Makna Syahadatain
Syahadat Laa Ilaha Illallah ( ) dan Muhammad Rasulullah ( ) keduanya adalah kunci Islam, tidak mungkin seseorang masuk Islam kecuali
dengan keduanya.
Adapun makna dari kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah Azza wa Jalla semata. Adapun sesembahansesembahan selain-Nya maka uluhiyyah (ketuhanan) yang dianggap oleh penyembahnya tidaklah benar, artinya uluhiyyah yang bathil, sedangkan yang benar adalah
uluhiyyah Allah Azza wa Jalla semata. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya :
Dan janganlah kamu mengadakan sesembahan-sesembahan lain di samping Allah (QS. Al-Isro: 39)
Begitu pula makna syahadat ( ) adalah mengikrarkan dengan lisan dan mengimani dengan hati bahwa Muhammad bin Abdillah Al-Quraisyi AlHasyimi adalah Rasul Allah kepada seluruh makhluk Jin maupun manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah Taala:
Katakanlah (wahai Muhammad): Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi;
tidak ada sesembahan selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummiy yang beriman kepada
Allah

dan

kepada

kalimat-kalimat-Nya

dan

ikutilah

dia,

supaya

kamu

mendapat

petunjuk

(QS.

Al-Arof:

158).

Syahadat merupakan identitas dari setiap muslim. Oleh karena itu seseorang yang telah mengikrarkan syahadat akan memiliki identitas dan karakter diri yang
jelas dan kukuh. Karena kalimat syahadat melahirkan pandangan, sikap hidup dan perilaku yang rabbani. Cara berpikir, sudut pandang, cara merasakan, cara
menikmati, sampai pada hal-hal praktis aplikatif dalam kehidupan, seperti: perkataan, perbuatan, penampilan, dan selera, akan terwarnai dalam keimanan
kepada Allah.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
1.
Periode mekkah : berlangsung selama lebih kurang 13 tahun
a) Tahapan Dakwah sirriyyah (sembunyi-sembunyi);
b) Tahapan Dakwah secara terang-terangan kepada penduduk Mekkah;
c) Tahapan Dakwah di luar Mekkah dan penyebarannya di kalangan penduduknya.
2.
Periode madinah : berlangsung selama 10 tahun penuh
3.
Seorang perawat juga memiliki uswah atau contoh yang dapat ditiru oleh pasien yang dirawat sehingga menimbulkan gambaran persepsi pasien tentang sehat
4.

dan sakit yang benar


Syahadat memiliki makna yang penting bagi setiap umat karena syahadat merupakan ikrar, janji dan sumpah kepada Allah SWT, yang mejadi identitas diri bagi

umat muslim.
4.2 Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini yang berisi tentang strategi dakwah Rasulullah SAW dapat menambah ilmu pengetahuan
2. Bagi Pembaca
Diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber informasi yang layak dan lengkap sebagai bahan untuk membuat makalah selanjutnya

3. Bagi Institusi
Diharapkan makalah ini mampu menjadi sumber referensi yang cukup baik dan berkompeten.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarakfury Shafiyyurrahman (2008) Sirah Nabawiyah. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.


Assadiyyah

Halimah

(2012)

Makalah

Sejarah

Nabi

Muhammad

SAW

. Weblog [online] 12nd December.


Iinparlina. 2011. Memaknai Makna Syahadatain. http://www.lingkaran.org/ memaknai-makna-syahadatain.html.
Masatox Education (2012) Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah. Weblog [online] 21st Sept.
Masatox Education (2012) Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah. Weblog [online] 21st January.
Noor, Didiek. 2012. 22 Makna Syahadatain. http://www.scribd.com/doc/ 116282019/22-Makna-Syahadat.
Reza Daffandika (2013) Perjalanan Dakwah Nabi Muhammad SAW. Weblog [online] 29th April.
Saripudin

Wahyu

(2011)

Makalah

Siroh

Nabi

Muhammad

SAW

Muhammad

SAW

. Weblog [online] 19th September.


Shodikin

Ali

(2010)

Makalah

Sirah

. Weblog [online] 10th May.


Syehabuddin Samin (2012) Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah. SKI. Weblog [online] 22nd January.

Nabi

Anda mungkin juga menyukai