Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

ANALISA

4.1 Analisis Simulasi


Salah satu teknik untuk memodelkan perambatan

ultrasonik dalam

medium adalah dengan pulse echo single probe. Pulse echo single probe adalah
salah satu probe ultrasonik yang pada umumnya digunakan untuk mengukur
ketebalan material baja atau mendeteksi adanya diskontinuitas penyambungan
pada proses pengelasan. Pengukuran menggunakan probe tersebut menghasilkan
tampilan A-scan. Pada penelitian ini dengan menggunakan type probe ultrasonik
tersebut diaplikasikan untuk pendeteksian cacat dalam pada material baja. Dengan
men scan luasan sepanjang x dan y dan merekonstruksikan kembali profil cacat
yang terdeteksi ke dalam tampilan c- scan. Proses scanning menggunakan
mekanis manual untuk melakukan gerakan x y. Pre prosessing terhadap sinyal
pemantulan ultrasonik menggunakan metode contact testing through transmission.
4.2 Propagasi Gelombang Ultrasonik
Sumber bunyi dihasilkan dari piezoelectric yang diberi sinyal DC dengan
frekwensi f. Gelombang ultrasonik yang dipancarkan di dalam medium benda
padat mengalami perambatan secara longitudinal. Gelombang tersebut menjalar
melalui material oleh getaran partikel.
Panjang gelombang yang merambat di dalam material padat tergantung dari cepat
rambat bunyi (velocity) pada material dan frekwensi dari sumber bunyi.

47

Gelombang ultrasonik yang dipantulkan ke permukaan membawa beberapa


informasi dalam bentuk frekwensi resonansi.
4.3 Ultrasonic Contact Testing Pulse Echo
Ultrasonic Test Pulse Echo merupakan salah satu teknik pemeriksaan yang
paling banyak digunakan oleh para penguji. Dikarenakan memungkinkan
pengujian ketika akses ke hanya satu sisi dari bahan yang mungkin, dan
memungkinkan lokasi reflektor untuk ditentukan secara tepat. Selain itu sinyal
reflektor yang menerobos dari suatu indikasi akan merefleksikan ke CRT ketika
terjadi tabrakan antara sinyal reflektor dengan suatu indikasi. Untuk metode ini,
dengan tranduser yang sama bisa difungsikan sebagai transmitter dan receiver
Probe ultrasonik yang digunakan adalah pulse echo single element dengan
frekwensi 4MHz. Dengan metode pengujian contact testing. Probe ultrasonik kita
gerakkan secara manual dengan tangan untuk menghasilkan gerakan scanning
arah x dan y terhadap luasan material uji. Pulsa ultrasonik dibangkitkan dari
pulser-receiver dengan PRF (Pulse Repetition Frequency). Akuisisi data hasil
pemantulan menggunakan krautkramer USN52. Data akuisisi selanjutnya dikirim
ke layar CRT. Hasil transformasi sinyal di treshold untuk mendapatkan lokasi dari
frekwensi sinyal pantul. Selanjutnya setiap yang terdeteksi dianalisa dalam
susunan posisi atau lokasi dengan tingkat kedalaman, jenis cacat dan jarak dari
tranduser ke las-an. Material yang diuji adalah baja rendah karbon steel dengan
profil uji seperti pada gambar.

48

4.4 Hasil dan Pembahasan


Data akuisisi hasil pembacaan dari layar alat mempunyai nilai FSH
80% DAC dengan frekwensi 4 MHz. Data tersebut dibaca dan dilakukan
pemrosesan sinyal dengan menggunakan cara scanning pattern. Data pertama
dengan cara proses uji laminasi menggunakan probe normal pada bahan uji
kemudian melakukan scanning dengan probe sudut.

Gambar 4.1 Material Uji Proses Laminasi Tampak Atas

Gambar 4.2 Material Uji Proses Laminasi Tampak Bawah


49

Uji laminasi pada umumnya digunakan untuk mengetahui keadaan plat


yang digunakan apakah dalam kondisi normal atau abnormal. Cacat laminasi
biasanya timbul akibat proses peleburan produksi yang tidak presisi, yang
mengakibatkan adanya lobang didalam plat tersebut atau disebabkan gangguan
operasional pada penyambungan. Namun cacat laminasi ini sangat jarang sekali
terjadi karena adanya uji quality product pada perusahaan peleburan.
1. Data pemeriksaan dengan probe normal adalah sebagai berikut :
Ketebalan

: 30 cm

Probe

: 0 derajat

Range

: 100 mm

Full screen height

: 80% FSH

Scanning level

: 42,0 Db

a. Tampilan Pulsa Tanpa Cacat Laminasi

50

b. Tampilan Pulsa Dengan Cacat Laminasi

Gambar 4.3 Bentuk Gelombang Test Laminasi


Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Gambar a). Pulsa pada layar CRT menunjukkan tidak ada indikasi cacat laminasi
dikarenakan pulsa gelombang ultrasonik yang masuk kedalam material saling
menabrak backwall dan kembali lagi ke transmitter. Pulsa akan membentuk
seperti kurva DAC (Distance Amplitudo Correction) secara kontinyu.
Gambar b). Pulsa yang ditampilkan pada layar CRT menunjukkan adanya cacat
laminasi karena terjadi perbedaan impedansi antara plat baja karbon dengan udara.
Pulsa akan muncul secara tidak beraturan.
Hasil penggambaran bentuk gelombang terhadap cacat dari pemeriksaan
pada test laminasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(a)

(b)

Gambar 4.4 Tampilan Pulsa Dan Sinyal Pantul Ultrasonik Terhadap


Material Uji
51

Keterangannya gambar diatas adalah :


a. Menunjukkan 1 indikasi cacat yang terdeteksi sinyal reflektor, dimana
ketiga pulsa tersebut masing masing berbeda petunjuk indikasinya. Pulsa
yang pertama adalah initial pulse sedangkan pulsa kedua adalah pulsa
reflektor dari suatu indikasi, sedangkan pulsa ketiga adalah pulsa reflektor
dari hasil pantulan suatu backwall bahan uji.
b. Data yang kedua menunjukan ada 2 indikasi cacat yang masuk kedalam
wilayah beam spread sinyal reflektor. Sinyal yang dikirim ke layar CRT
menghasilkan 4 pulsa indikasi. Namun kedua pulsa ditengah layar CRT
adalah pulsa indikasi tersebut.
2. Data pemeriksaan dengan probe sudut 45 adalah sebagai berikut :
Ketebalan

: 30 cm

Probe

: 45 derajat

Range

: 100 mm

Full screen height

: 80% FSH

Transfer of losses

:2

Scanning level

: 38,5 Db

Gambar 4.5 Permukaan Material Uji

52

Dibawah adalah hasil tampilan pulsa pada layar CRT.

Gambar 4.6 Tampilan Pulsa Yang Teridentifikasi Adanya Cacat

Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :


Pulsa pertama adalah pulsa yang menunjukkan adanya cacat pada material uji,
kesimpulan itu diambil setelah melakukan scanning pattern, cek visual, dan
melakukan perbandingan antara ketebalan benda uji terhadap nilai jarak probe ke
permukaan las-lasan serta melihat nilai soundpath yang menembus cacat tersebut.
Nilai nya adalah :
Surface distance

: 18,7

Soundpath

: 56,2

Kedalaman

:27,7 mm dari permukaan sambungan las

Length

:40 mm

Screen height

: >93% DAC

53

Gambar 4.7 Material Uji Yang Terdeteksi Cacat Dengan Probe Sudut

Gambar 4.8 Tampilan Pulsa Yang Teridentifikasi Bukan Cacat

Ketebalan

: 30 cm

Probe

: 45 derajat

Range

: 100 mm

Full screen height

: 80% FSH

Transfer of losses

:2

Scanning level

: 38,5 Db

54

Gambar 4.9 Permukaan Benda Uji Yang Tidak Menunjukkan Ada Cacat
Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Pulsa pertama adalah pulsa yang menunjukkan adanya pantulan sudut pada
material uji, sinyal ultrasonik menabrak sudut bevel las lasan. Kesimpulan itu
diambil setelah melakukan scanning pattern, cek visual, dan melakukan
perbandingan antara ketebalan benda uji terhadap nilai jarak probe ke permukaan
las-lasan serta melihat nilai soundpath yang menembus cacat tersebut.
Dari hasil penelitian tentang ultrasonik testing, maka hasil analisa akhir adalah :
1. Metode pemeriksaan yang dipakai pada probe normal adalah metode
through transmision sedangkan probe sudut adalah pulse echo.
2. Pulsa yang timbul pada layar CRT belum tentu menggambarkan suatu
keretakan pada sambungan las.
3. Cacat yang terlalu lebar atau panjang akan menutupi pulsa reflektor
yang menyebar (beam spread).
Untuk menghitung beam spread dari sinyal reflektor tranduser dapat
menggunakan rumus

55

Sin = 1,22

4.1

Dimana :

: panjang gelombang
D : diameter
: sudut pantulan dari tranduser

4. Untuk probe normal tranduser berdiameter kecil lebih baik digunakan


daripada tranduser yang memiliki diameter

besar. Tranduser

berdiameter kecil mengeluarkan gelombang ultrasonik yang berpencar


membentuk sudut seperti cahaya yang keluar pada lampu senter
sedangkan tranduser berdiameter

besar mengeluarkan gelombang

yang konstan terhadap benda uji. Rumus ini berlaku pada tranduser
yag berdiameter bulat.
5. Hasil pantulan yang berbeda beda ini akan banyak memunculkan
spekulasi para penguji yang tidak memahami prinsip dasar ultrasonik
testing, khususnya orang awam. Banyak spekulan yang timbul jika
pulsa yang tinggi adalah tampilan cacat, atau pulsa yang pertama
adalah pulsa cacat. Atau jika CRT menunjukan pulsa kenaikan yang
tinggi berarti itu cacat. Padahal belum tentu itu cacat.
6. Sebelum mengambil kesimpulan kalau pulsa yang muncul adalah pulsa
cacat ada baiknya jika penguji terlebih dahulu melakukan teknik sizing
ataupun teknik 6 Db drop. Kemudian melihat karakteristik cacat
dengan menentukan lokasi, melihat bentuk pulsa yang timbul, tipe

56

(proses las-lasan), pulsa dinamik dan cek visual dari material uji.
Mengingat bentuk bentuk cacat yang timbul akan berbeda beda.
7. Semakin tinggi frekwensi tranduser maka semakin kecil beam spread
tranduser menembus benda uji, ini akan mempengaruhi sensitifitas dan
resolusi dari suatu tranduser. Frekwensi yang tinggi menghasilkan
sensitifitas dan resolusi yang baik.

57

Anda mungkin juga menyukai