ANALISA
ultrasonik dalam
medium adalah dengan pulse echo single probe. Pulse echo single probe adalah
salah satu probe ultrasonik yang pada umumnya digunakan untuk mengukur
ketebalan material baja atau mendeteksi adanya diskontinuitas penyambungan
pada proses pengelasan. Pengukuran menggunakan probe tersebut menghasilkan
tampilan A-scan. Pada penelitian ini dengan menggunakan type probe ultrasonik
tersebut diaplikasikan untuk pendeteksian cacat dalam pada material baja. Dengan
men scan luasan sepanjang x dan y dan merekonstruksikan kembali profil cacat
yang terdeteksi ke dalam tampilan c- scan. Proses scanning menggunakan
mekanis manual untuk melakukan gerakan x y. Pre prosessing terhadap sinyal
pemantulan ultrasonik menggunakan metode contact testing through transmission.
4.2 Propagasi Gelombang Ultrasonik
Sumber bunyi dihasilkan dari piezoelectric yang diberi sinyal DC dengan
frekwensi f. Gelombang ultrasonik yang dipancarkan di dalam medium benda
padat mengalami perambatan secara longitudinal. Gelombang tersebut menjalar
melalui material oleh getaran partikel.
Panjang gelombang yang merambat di dalam material padat tergantung dari cepat
rambat bunyi (velocity) pada material dan frekwensi dari sumber bunyi.
47
48
: 30 cm
Probe
: 0 derajat
Range
: 100 mm
: 80% FSH
Scanning level
: 42,0 Db
50
(a)
(b)
: 30 cm
Probe
: 45 derajat
Range
: 100 mm
: 80% FSH
Transfer of losses
:2
Scanning level
: 38,5 Db
52
: 18,7
Soundpath
: 56,2
Kedalaman
Length
:40 mm
Screen height
: >93% DAC
53
Gambar 4.7 Material Uji Yang Terdeteksi Cacat Dengan Probe Sudut
Ketebalan
: 30 cm
Probe
: 45 derajat
Range
: 100 mm
: 80% FSH
Transfer of losses
:2
Scanning level
: 38,5 Db
54
Gambar 4.9 Permukaan Benda Uji Yang Tidak Menunjukkan Ada Cacat
Hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Pulsa pertama adalah pulsa yang menunjukkan adanya pantulan sudut pada
material uji, sinyal ultrasonik menabrak sudut bevel las lasan. Kesimpulan itu
diambil setelah melakukan scanning pattern, cek visual, dan melakukan
perbandingan antara ketebalan benda uji terhadap nilai jarak probe ke permukaan
las-lasan serta melihat nilai soundpath yang menembus cacat tersebut.
Dari hasil penelitian tentang ultrasonik testing, maka hasil analisa akhir adalah :
1. Metode pemeriksaan yang dipakai pada probe normal adalah metode
through transmision sedangkan probe sudut adalah pulse echo.
2. Pulsa yang timbul pada layar CRT belum tentu menggambarkan suatu
keretakan pada sambungan las.
3. Cacat yang terlalu lebar atau panjang akan menutupi pulsa reflektor
yang menyebar (beam spread).
Untuk menghitung beam spread dari sinyal reflektor tranduser dapat
menggunakan rumus
55
Sin = 1,22
4.1
Dimana :
: panjang gelombang
D : diameter
: sudut pantulan dari tranduser
besar. Tranduser
yang konstan terhadap benda uji. Rumus ini berlaku pada tranduser
yag berdiameter bulat.
5. Hasil pantulan yang berbeda beda ini akan banyak memunculkan
spekulasi para penguji yang tidak memahami prinsip dasar ultrasonik
testing, khususnya orang awam. Banyak spekulan yang timbul jika
pulsa yang tinggi adalah tampilan cacat, atau pulsa yang pertama
adalah pulsa cacat. Atau jika CRT menunjukan pulsa kenaikan yang
tinggi berarti itu cacat. Padahal belum tentu itu cacat.
6. Sebelum mengambil kesimpulan kalau pulsa yang muncul adalah pulsa
cacat ada baiknya jika penguji terlebih dahulu melakukan teknik sizing
ataupun teknik 6 Db drop. Kemudian melihat karakteristik cacat
dengan menentukan lokasi, melihat bentuk pulsa yang timbul, tipe
56
(proses las-lasan), pulsa dinamik dan cek visual dari material uji.
Mengingat bentuk bentuk cacat yang timbul akan berbeda beda.
7. Semakin tinggi frekwensi tranduser maka semakin kecil beam spread
tranduser menembus benda uji, ini akan mempengaruhi sensitifitas dan
resolusi dari suatu tranduser. Frekwensi yang tinggi menghasilkan
sensitifitas dan resolusi yang baik.
57