Anda di halaman 1dari 80

PEDOMAN

S TA N D A R S T R U K T U R B I AYA
BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI

S E K R E TA R I AT J E N D E R A L
PRiME
profesional

responsive

innovative

modern

enthusiastic

PENDAHULUAN

DAFTAR
ISI
standar struktur biaya

KONSEP STANDAR
STRUKTUR BIAYA
DAN PENENTUAN
BIAYA

Latar Belakang

Tujuan dan Manfaat Pedoman Standarisasi


Struktur Biaya

Ruang Lingkup

Sistematika Pedoman Standar Struktur Biaya

Penentuan Struktur Aktivitas Untuk


Menghasilkan Suatu Output

Penentuan Biaya Membutuhkan Konsultasi


dan Pertimbangan

16

Perhitungan Biaya Harus Disesuaikan


dengan Tujuan Untuk Apa Informasi Biaya
Digunakan

17

Biaya Tidak Selalu Berubah Proporsional


dengan Volume

18

Penentuan Biaya Dilakukan Secara


Konsisten Untuk Tujuan Costing yang Sama

19

Data dan Dokumentasi Informasi Biaya


Harus Konsisten, Bisa Direkonsiliasi, dan
Mutakhir

22

PENDAHULUAN

DAFTAR
ISI
standar struktur biaya

KONSEP STANDAR
STRUKTUR BIAYA
DAN PENENTUAN
BIAYA

Latar Belakang

Tujuan dan Manfaat Pedoman Standarisasi


Struktur Biaya

Ruang Lingkup

Sistematika Pedoman Standar Struktur Biaya

Penentuan Struktur Aktivitas Untuk


Menghasilkan Suatu Output

Penentuan Biaya Membutuhkan Konsultasi


dan Pertimbangan

16

Perhitungan Biaya Harus Disesuaikan


dengan Tujuan Untuk Apa Informasi Biaya
Digunakan

17

Biaya Tidak Selalu Berubah Proporsional


dengan Volume

18

Penentuan Biaya Dilakukan Secara


Konsisten Untuk Tujuan Costing yang Sama

19

Data dan Dokumentasi Informasi Biaya


Harus Konsisten, Bisa Direkonsiliasi, dan
Mutakhir

22

PENGANTAR

23

62

Output Layanan Kesekretariatan


Denisi
Suboutput Layanan Pengelolaan Keuangan
Suboutput Layanan Pengelolaan BMN
Suboutput Layanan Organisasi dan Kepatuhan
Internal
Suboutput Layanan Manajemen Sumber Daya
Manusia
Suboutput Layanan Umum
Output Layanan Perkantoran

27

Pengantar

62

27
27
30
32

Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi


SSB

63

APPENDIX A

68

APPENDIX B

71

34
37
39

Denisi
Struktur Biaya
Metode Penghitungan Biaya

39
40
41

Sarana Prasarana (Belanja Modal)

50

Belanja Tanah
Belanja Perlatan dan Mesin
1. Kendaraan Bermotor
2. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
3. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
Belanja Gedung dan Bangunan

MONITORING DAN
EVALUASI ATAS
PENERAPAN STANDAR
STRUKTUR BIAYA

STANDAR STRUKTUR
BIAYA

51
52
52
54
55
57

alah satu inisiatif strategis Sekretariat


Jenderal Tahun 2015 sebagaimana
tercantum dalam Roadmap Pemantapan
Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja
Lingkup Kementerian Keuangan TA 2015 - 2019
adalah penyempurnaan terhadap instrumen
implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja,
yaitu standar biaya. Sebagai tindak lanjut inisiatif
tersebut Biro Perencanaan dan Keuangan telah
menyusun standardisasi struktur biaya dalam
pencapaian output berupa Pedoman Standar
Struktur Biaya.
Pedoman ini berisi panduan penyusunan
anggaran mengacu pada aktivitas pencapaian
output sesiau dengan Standar Pelayanan
Minimum (SPM) dan Standar Operasional
Prosedur (SOP). Penyusunan pedoman ini
dimaksudkan untuk memfasilitasi manajemen
dalam hal perencanaan dan penganggaran,
mendukung tercapainya esiensi, merupakan
dasar evaluasi dalam pelaksanaa pengendalian
biaya (cost control), memudahkan proses

penentuan biaya dan mengurangi pekerjaan


bersifat clerical, dan membantu manajemen
lebih fokus pada variance (management by
exception).
Pada tahap awal, Pedoman Struktur Biaya ini
disusun untuk output Layanan Perkantoran,
output Layanan Kesekretariatam, dan output
Sarana Prasarana (Belanja Modal). Setelah
diimplementasikan pada ketiga output tersebut,
pada tahap berikutnya akan disusun pedoman
untuk output-output tusi lainnya.
Akhirnya, semoga Pedoman Standar Struktur
B i aya i n i d a p at m e n j a d i p a n d u a n ya n g
bermanfaat dalam perencanaan dan
penganggaran bagi para pemangku
kepentingan di Kementerian Keuangan. Untuk
itu, kami mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dan mendukung disusunnya
pedoman ini.

Jakarta, Desember 2015


Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan

Hadiyanto

PENGANTAR

23

62

Output Layanan Kesekretariatan


Denisi
Suboutput Layanan Pengelolaan Keuangan
Suboutput Layanan Pengelolaan BMN
Suboutput Layanan Organisasi dan Kepatuhan
Internal
Suboutput Layanan Manajemen Sumber Daya
Manusia
Suboutput Layanan Umum
Output Layanan Perkantoran

27

Pengantar

62

27
27
30
32

Ruang Lingkup Monitoring dan Evaluasi


SSB

63

APPENDIX A

68

APPENDIX B

71

34
37
39

Denisi
Struktur Biaya
Metode Penghitungan Biaya

39
40
41

Sarana Prasarana (Belanja Modal)

50

Belanja Tanah
Belanja Perlatan dan Mesin
1. Kendaraan Bermotor
2. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
3. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
Belanja Gedung dan Bangunan

MONITORING DAN
EVALUASI ATAS
PENERAPAN STANDAR
STRUKTUR BIAYA

STANDAR STRUKTUR
BIAYA

51
52
52
54
55
57

alah satu inisiatif strategis Sekretariat


Jenderal Tahun 2015 sebagaimana
tercantum dalam Roadmap Pemantapan
Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja
Lingkup Kementerian Keuangan TA 2015 - 2019
adalah penyempurnaan terhadap instrumen
implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja,
yaitu standar biaya. Sebagai tindak lanjut inisiatif
tersebut Biro Perencanaan dan Keuangan telah
menyusun standardisasi struktur biaya dalam
pencapaian output berupa Pedoman Standar
Struktur Biaya.
Pedoman ini berisi panduan penyusunan
anggaran mengacu pada aktivitas pencapaian
output sesiau dengan Standar Pelayanan
Minimum (SPM) dan Standar Operasional
Prosedur (SOP). Penyusunan pedoman ini
dimaksudkan untuk memfasilitasi manajemen
dalam hal perencanaan dan penganggaran,
mendukung tercapainya esiensi, merupakan
dasar evaluasi dalam pelaksanaa pengendalian
biaya (cost control), memudahkan proses

penentuan biaya dan mengurangi pekerjaan


bersifat clerical, dan membantu manajemen
lebih fokus pada variance (management by
exception).
Pada tahap awal, Pedoman Struktur Biaya ini
disusun untuk output Layanan Perkantoran,
output Layanan Kesekretariatam, dan output
Sarana Prasarana (Belanja Modal). Setelah
diimplementasikan pada ketiga output tersebut,
pada tahap berikutnya akan disusun pedoman
untuk output-output tusi lainnya.
Akhirnya, semoga Pedoman Standar Struktur
B i aya i n i d a p at m e n j a d i p a n d u a n ya n g
bermanfaat dalam perencanaan dan
penganggaran bagi para pemangku
kepentingan di Kementerian Keuangan. Untuk
itu, kami mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dan mendukung disusunnya
pedoman ini.

Jakarta, Desember 2015


Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan

Hadiyanto

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

enyusunan anggaran Kementerian/Lembaga,


sesuai dengan PP Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L)
harus mengacu kepada tiga pendekatan, yaitu
Anggaran Terpadu (Unied Budget), Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah/KPJM (Medium Term
Expenditure Framework/MTEF), dan Penganggaran
Berbasis Kinerja/PBK (Performance Based
Budgeting/PBB). Pendekatan PBK menitikberatkan
pada keterkaitan hubungan antara alokasi anggaran
dengan kinerja yang diharapkan, serta memerhatikan
esiensi dalam pencapaian kinerja.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

Untuk mewujudkan PBK, sistem penganggaran


diimplementasikan melalui Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA K/L)
dengan menggunakan tiga instrumen yaitu Indikator
Kinerja, Standar Biaya, dan Evaluasi Kinerja. Dari

ketiga instrumen tersebut, standar biaya memegang


peranan penting dalam mengawal esiensi anggaran,
baik saat alokasi maupun pelaksanaan anggaran. Di
dalam penyusunan RKA K/L, pedoman standar biaya
dan standar struktur biaya telah diatur dalam PMK
Nomor 71/PMK.02/2013 sebagaimana diubah dalam
PMK Nomor 51/PMK.02/2014. Standar struktur biaya
sebagaimana dimaksud dalam peraturan tersebut
merupakan acuan untuk menyusun komposisi
pembiayaan suatu keluaran (output)/kegiatan/program
tertentu.
Kementerian Keuangan selaku Chief Financial Ofcer
(CFO) terus berupaya melakukan penyempurnaan
penerapan PBK di antaranya melalui penataan
Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dan penyusunan
pedoman mengenai standar struktur biaya dalam
penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementerian
Keuangan. Kedua penyempurnaan tersebut

02 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

enyusunan anggaran Kementerian/Lembaga,


sesuai dengan PP Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L)
harus mengacu kepada tiga pendekatan, yaitu
Anggaran Terpadu (Unied Budget), Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah/KPJM (Medium Term
Expenditure Framework/MTEF), dan Penganggaran
Berbasis Kinerja/PBK (Performance Based
Budgeting/PBB). Pendekatan PBK menitikberatkan
pada keterkaitan hubungan antara alokasi anggaran
dengan kinerja yang diharapkan, serta memerhatikan
esiensi dalam pencapaian kinerja.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

Untuk mewujudkan PBK, sistem penganggaran


diimplementasikan melalui Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA K/L)
dengan menggunakan tiga instrumen yaitu Indikator
Kinerja, Standar Biaya, dan Evaluasi Kinerja. Dari

ketiga instrumen tersebut, standar biaya memegang


peranan penting dalam mengawal esiensi anggaran,
baik saat alokasi maupun pelaksanaan anggaran. Di
dalam penyusunan RKA K/L, pedoman standar biaya
dan standar struktur biaya telah diatur dalam PMK
Nomor 71/PMK.02/2013 sebagaimana diubah dalam
PMK Nomor 51/PMK.02/2014. Standar struktur biaya
sebagaimana dimaksud dalam peraturan tersebut
merupakan acuan untuk menyusun komposisi
pembiayaan suatu keluaran (output)/kegiatan/program
tertentu.
Kementerian Keuangan selaku Chief Financial Ofcer
(CFO) terus berupaya melakukan penyempurnaan
penerapan PBK di antaranya melalui penataan
Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dan penyusunan
pedoman mengenai standar struktur biaya dalam
penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementerian
Keuangan. Kedua penyempurnaan tersebut

02 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 1

PENDAHULUAN

Tujuan dan Manfaat


Pedoman Standarisasi
Struktur Biaya
antara lain belum terstandarnya sebagian besar
struktur biaya untuk mencapai output dalam RKA-K/L
Kementerian Keuangan. Kondisi tersebut tercermin
dari beragamnya pendekatan dalam menyusun
tahapan/aktivitas pencapaian suatu output sehingga
belum menjamin kualitas output dan esiensi biaya.
Output-output tersebut memiliki karakteristik proses
bisnis yang sama, tetapi struktur tahapan/aktivitas
dalam pencapaian outputnya berbeda.
Selain itu, struktur biaya yang ada juga belum mengacu
kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai
salah satu faktor penentu kualitas output yang
dihasilkan. Komponen-komponen SPM akan
mempengaruhi struktur dan besaran biaya yang
dibutuhkan dalam pencapaian suatu output. Oleh
karenanya penyusunan tahapan/aktivitas yang
dibutuhkan seharusnya mengacu kepada SPM.
merupakan perbaikan yang saling melengkapi
sehingga terwujud alokasi anggaran yang esien dan
efektif.
Standar struktur biaya mencerminkan
tahapan/aktivitas pencapaian output dan besaran
biaya masukan yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam
perhitungan anggaran untuk menghasilkan suatu
output harus dapat dijelaskan hubungan antara biaya

03 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

yang dibutuhkan dengan ekspektasi hasil yang akan


dicapai sehingga akuntabilitas, esiensi, dan
efektivitasnya dapat diukur. Lebih lanjut, dalam
penyusunan standar biaya juga perlu mengacu pada
standar pelayanan minimum, sebagai salah satu faktor
yang menentukan kualitas output yang dihasilkan.
Namun demikian, terdapat beberapa kendala dalam
penerapan ideal sebuah instrumen standar biaya

Hal ini juga sejalan dengan Roadmap Pemantapan


Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja lingkup
Kementerian Keuangan Tahun 2015 2019.
Penyempurnaan struktur biaya mengacu SPM
dilakukan dengan menyusun suatu pedoman
Standardisasi Struktur Biaya. Roadmap tersebut
secara lengkap dapat dilihat pada gambar disamping.

alam rangka penguatan fondasi penerapan


PBK pada instrumen standar biaya,
Kementerian Keuangan selaku Chief
Operating Ofcer (COO) berinisiatif menyusun
pedoman standar struktur biaya. Pedoman standar
struktur biaya berisi panduan penyusunan anggaran
yang mengacu pada tahapan/aktivitas pencapaian
output yang sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimum (SPM) dan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Penerapan langkah-langkah yang ada pada
Pedoman Standar Struktur Biaya diharapkan dapat:
a. Mempermudah Proses Penyusunan, Penelitian,
Reviu dan Penelaahan RKA-K/L
Penggunaan standarisasi akan mempermudah
proses penyusunan kebutuhan anggaran termasuk
validasinya karena setiap output disusun dengan
pendekatan yang logis dan konsisten.
b. Membantu terwujudnya perbaikan berkelanjutan
dalam Perhitungan KPJM
Adanya standar struktur biaya mempermudah
proses perhitungan alokasi kebutuhan angka dasar
(baseline) dan perkiraan maju yang lebih
mencerminkan kebutuhan riil anggaran.

04 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 1

PENDAHULUAN

Tujuan dan Manfaat


Pedoman Standarisasi
Struktur Biaya
antara lain belum terstandarnya sebagian besar
struktur biaya untuk mencapai output dalam RKA-K/L
Kementerian Keuangan. Kondisi tersebut tercermin
dari beragamnya pendekatan dalam menyusun
tahapan/aktivitas pencapaian suatu output sehingga
belum menjamin kualitas output dan esiensi biaya.
Output-output tersebut memiliki karakteristik proses
bisnis yang sama, tetapi struktur tahapan/aktivitas
dalam pencapaian outputnya berbeda.
Selain itu, struktur biaya yang ada juga belum mengacu
kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai
salah satu faktor penentu kualitas output yang
dihasilkan. Komponen-komponen SPM akan
mempengaruhi struktur dan besaran biaya yang
dibutuhkan dalam pencapaian suatu output. Oleh
karenanya penyusunan tahapan/aktivitas yang
dibutuhkan seharusnya mengacu kepada SPM.
merupakan perbaikan yang saling melengkapi
sehingga terwujud alokasi anggaran yang esien dan
efektif.
Standar struktur biaya mencerminkan
tahapan/aktivitas pencapaian output dan besaran
biaya masukan yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam
perhitungan anggaran untuk menghasilkan suatu
output harus dapat dijelaskan hubungan antara biaya

03 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

yang dibutuhkan dengan ekspektasi hasil yang akan


dicapai sehingga akuntabilitas, esiensi, dan
efektivitasnya dapat diukur. Lebih lanjut, dalam
penyusunan standar biaya juga perlu mengacu pada
standar pelayanan minimum, sebagai salah satu faktor
yang menentukan kualitas output yang dihasilkan.
Namun demikian, terdapat beberapa kendala dalam
penerapan ideal sebuah instrumen standar biaya

Hal ini juga sejalan dengan Roadmap Pemantapan


Implementasi Penganggaran Berbasis Kinerja lingkup
Kementerian Keuangan Tahun 2015 2019.
Penyempurnaan struktur biaya mengacu SPM
dilakukan dengan menyusun suatu pedoman
Standardisasi Struktur Biaya. Roadmap tersebut
secara lengkap dapat dilihat pada gambar disamping.

alam rangka penguatan fondasi penerapan


PBK pada instrumen standar biaya,
Kementerian Keuangan selaku Chief
Operating Ofcer (COO) berinisiatif menyusun
pedoman standar struktur biaya. Pedoman standar
struktur biaya berisi panduan penyusunan anggaran
yang mengacu pada tahapan/aktivitas pencapaian
output yang sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimum (SPM) dan Standar Operasional Prosedur
(SOP). Penerapan langkah-langkah yang ada pada
Pedoman Standar Struktur Biaya diharapkan dapat:
a. Mempermudah Proses Penyusunan, Penelitian,
Reviu dan Penelaahan RKA-K/L
Penggunaan standarisasi akan mempermudah
proses penyusunan kebutuhan anggaran termasuk
validasinya karena setiap output disusun dengan
pendekatan yang logis dan konsisten.
b. Membantu terwujudnya perbaikan berkelanjutan
dalam Perhitungan KPJM
Adanya standar struktur biaya mempermudah
proses perhitungan alokasi kebutuhan angka dasar
(baseline) dan perkiraan maju yang lebih
mencerminkan kebutuhan riil anggaran.

04 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 1

PENDAHULUAN

c. Mempermudah Pelaksanaan Monitoring dan


Evaluasi
Standarisasi struktur biaya akan mempermudah
identikasi tahapan/aktivitas apa saja yang
tidak/kurang memiliki nilai tambah dalam mencapai
output. Selain itu, hasil dari monitoring dan evaluasi
tersebut dapat dijadikan benchmarking sebagai
pembelajaran dalam menentukan prioritas
pengalokasian anggaran yang efektif dan esien.
d. Mendukung Esiensi Alokasi Anggaran Dalam
Penyusunan RKA-K/L
Standar struktur biaya merupakan salah satu alat
untuk mendukung esiensi alokasi biaya dalam
penyusunan RKA-K/L melalui penilaian kewajaran
komposisi biaya tertentu dari
output/kegiatan/program tertentu yang berupa
batasan besaran atau persentase tertentu
(Direktorat Jenderal Anggaran, 2014).

Ruang Lingkup

edoman Standar Struktur Biaya disusun dalam


rangka peningkatan kualitas perencanaan dan
penganggaran, khususnya terkait perhitungan
biaya pencapaian output melalui penentuan
tahapan/aktivitas pencapaian output yang mengacu
kepada Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP). Adapun ruang

05 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

lingkup implementasi pedoman Standar Struktur Biaya


dimaksud adalah pada dokumen RKA-K/L lingkup
Kementerian Keuangan selaku Pengguna Anggaran
(BA 015).

Sistematika Pedoman
Struktur Biaya

PEMBAHASAN

BAB
BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat, Ruang


Lingkup, dan Sistematika

BAB II

Konsep Standar Struktur Biaya


dan Penetuan Biaya

Konsep struktur biaya


Konsep penentuan biaya

Bab III

Standar Struktur Biaya

Standar Struktur Biaya Output Layanan


Kesekretariatan
Fungsi Keuangan
Fungsi Perlengkapan
Fungsi Organisasi dan Kinerja
Fungsi Sumber Daya Manusia
Fungsi Umum
Standar Struktur Biaya Output Layanan
Perkantoran
Standar Struktur Biaya Output Sarana Prasarana
(Belanja Modal)

Bab IV

Monitoring dan Evaluasi


Penerapan Standar Struktur Biaya

Denisi, tujuan, lingkup, timeline, dan teknik


monitoring implementasi SSB

edoman Standar Struktur Biaya terdiri dari


empat bab yang disusun dengan sistematika
Bab I Pendahuluan; Bab II Konsep Struktur
Biaya dan Penentuan Biaya; Bab III Standar Struktur
Biaya; dan Bab IV Monitoring dan Evaluasi Penerapan
Standar Struktur Biaya. Pada bab pertama membahas
gambaran dan alasan perlunya penyusunan pedoman
Standar Struktur Biaya dalam kerangka implementasi
PBK. Bab kedua membahas secara ringkas konsep
struktur biaya berikut metode penyusunan aktivitas
yang baik guna menghasilkan output dan cara
penetuan biayanya. Selanjutnya, pada Bab III yang
merupakan inti pembahasan disampaikan Standar
Struktur Biaya pada output layanan kesekretariatan,
output layanan perkantoran, dan output sarana
prasarana (belanja modal). Pada bagian akhir atau bab
IV dibahas monitoring dan evaluasi penerapan Standar
Struktur Biaya sebagai alat untuk melaksanakan
perbaikan berkelanjutan.
Adapun secara lengkap, sistematika buku pedoman ini
sebagai berikut:

Pedoman Standar Struktur Biaya disusun dalam rangka


peningkatan kualitas perencanaan dan penganggaran,
khususnya terkait perhitungan biaya pencapaian output
melalui penentuan tahapan/aktivitas pencapaian output
yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimum
(SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP).

06 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 1

PENDAHULUAN

c. Mempermudah Pelaksanaan Monitoring dan


Evaluasi
Standarisasi struktur biaya akan mempermudah
identikasi tahapan/aktivitas apa saja yang
tidak/kurang memiliki nilai tambah dalam mencapai
output. Selain itu, hasil dari monitoring dan evaluasi
tersebut dapat dijadikan benchmarking sebagai
pembelajaran dalam menentukan prioritas
pengalokasian anggaran yang efektif dan esien.
d. Mendukung Esiensi Alokasi Anggaran Dalam
Penyusunan RKA-K/L
Standar struktur biaya merupakan salah satu alat
untuk mendukung esiensi alokasi biaya dalam
penyusunan RKA-K/L melalui penilaian kewajaran
komposisi biaya tertentu dari
output/kegiatan/program tertentu yang berupa
batasan besaran atau persentase tertentu
(Direktorat Jenderal Anggaran, 2014).

Ruang Lingkup

edoman Standar Struktur Biaya disusun dalam


rangka peningkatan kualitas perencanaan dan
penganggaran, khususnya terkait perhitungan
biaya pencapaian output melalui penentuan
tahapan/aktivitas pencapaian output yang mengacu
kepada Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP). Adapun ruang

05 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

lingkup implementasi pedoman Standar Struktur Biaya


dimaksud adalah pada dokumen RKA-K/L lingkup
Kementerian Keuangan selaku Pengguna Anggaran
(BA 015).

Sistematika Pedoman
Struktur Biaya

PEMBAHASAN

BAB
BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat, Ruang


Lingkup, dan Sistematika

BAB II

Konsep Standar Struktur Biaya


dan Penetuan Biaya

Konsep struktur biaya


Konsep penentuan biaya

Bab III

Standar Struktur Biaya

Standar Struktur Biaya Output Layanan


Kesekretariatan
Fungsi Keuangan
Fungsi Perlengkapan
Fungsi Organisasi dan Kinerja
Fungsi Sumber Daya Manusia
Fungsi Umum
Standar Struktur Biaya Output Layanan
Perkantoran
Standar Struktur Biaya Output Sarana Prasarana
(Belanja Modal)

Bab IV

Monitoring dan Evaluasi


Penerapan Standar Struktur Biaya

Denisi, tujuan, lingkup, timeline, dan teknik


monitoring implementasi SSB

edoman Standar Struktur Biaya terdiri dari


empat bab yang disusun dengan sistematika
Bab I Pendahuluan; Bab II Konsep Struktur
Biaya dan Penentuan Biaya; Bab III Standar Struktur
Biaya; dan Bab IV Monitoring dan Evaluasi Penerapan
Standar Struktur Biaya. Pada bab pertama membahas
gambaran dan alasan perlunya penyusunan pedoman
Standar Struktur Biaya dalam kerangka implementasi
PBK. Bab kedua membahas secara ringkas konsep
struktur biaya berikut metode penyusunan aktivitas
yang baik guna menghasilkan output dan cara
penetuan biayanya. Selanjutnya, pada Bab III yang
merupakan inti pembahasan disampaikan Standar
Struktur Biaya pada output layanan kesekretariatan,
output layanan perkantoran, dan output sarana
prasarana (belanja modal). Pada bagian akhir atau bab
IV dibahas monitoring dan evaluasi penerapan Standar
Struktur Biaya sebagai alat untuk melaksanakan
perbaikan berkelanjutan.
Adapun secara lengkap, sistematika buku pedoman ini
sebagai berikut:

Pedoman Standar Struktur Biaya disusun dalam rangka


peningkatan kualitas perencanaan dan penganggaran,
khususnya terkait perhitungan biaya pencapaian output
melalui penentuan tahapan/aktivitas pencapaian output
yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimum
(SPM) dan Standar Operasional Prosedur (SOP).

06 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

KONSEP STANDAR
STRUKTUR BIAYA
& PENENTUAN BIAYA
Penentuan biaya atau costing diperlukan guna menjawab pertanyaan terkait biaya yang muncul
dalam pelaksanaan organisasi, seperti berapa anggaran yang tepat untuk menjalankan suatu
program pemerintah, berapa anggaran yang diperlukan untuk pelayanan/service kepada
masyarakat, dan berapa tambahan anggaran yang diperlukan jika pemerintah ingin
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam hal ini costing merupakan fungsi manajemen
guna menghitung biaya atau sumber daya yang dikonsumsi untuk pelaksanaan aktivitas, output
ataupun outcome sebagai suatu cost object.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

ntuk menjaga konsistensi penentuan struktur


biaya dan penentuan biaya guna
menghasilkan suatu output diperlukan
seperangkat prinsip guna dipedomani bersama.
Prinsip tersebut merupakan pendekatan yang logis dan
konsisten dalam menelaah atau mengevaluasi
informasi biaya yang diperlukan dalam suatu
perencanaan kebutuhan sumber daya, perolehan dan
alokasi sumber daya, pengambilan keputusan,
pengukuran dan pelaporan kinerja, serta
pertanggungjawaban.

Setidaknya terdapat enam prinsip yang digunakan


dalam hal penentuan struktur biaya dan penghitungan
biaya bagi pencapaian output organisasi, yaitu (1)
penentuan struktur aktivitas untuk menghasilkan suatu
output; (2) penentuan biaya membutuhkan konsultasi
dan pertimbangan; (3) perhitungan biaya harus
disesuaikan dengan tujuan untuk apa informasi biaya
digunakan; (4) biaya tidak selalu berubah proporsional
dengan volume; (5) penentuan biaya dilakukan secara
konsisten untuk tujuan costing yang sama; (6) data dan
dokumentasi informasi biaya harus konsisten, bisa
direkonsiliasi, dan mutakhir.

08 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

KONSEP STANDAR
STRUKTUR BIAYA
& PENENTUAN BIAYA
Penentuan biaya atau costing diperlukan guna menjawab pertanyaan terkait biaya yang muncul
dalam pelaksanaan organisasi, seperti berapa anggaran yang tepat untuk menjalankan suatu
program pemerintah, berapa anggaran yang diperlukan untuk pelayanan/service kepada
masyarakat, dan berapa tambahan anggaran yang diperlukan jika pemerintah ingin
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dalam hal ini costing merupakan fungsi manajemen
guna menghitung biaya atau sumber daya yang dikonsumsi untuk pelaksanaan aktivitas, output
ataupun outcome sebagai suatu cost object.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

ntuk menjaga konsistensi penentuan struktur


biaya dan penentuan biaya guna
menghasilkan suatu output diperlukan
seperangkat prinsip guna dipedomani bersama.
Prinsip tersebut merupakan pendekatan yang logis dan
konsisten dalam menelaah atau mengevaluasi
informasi biaya yang diperlukan dalam suatu
perencanaan kebutuhan sumber daya, perolehan dan
alokasi sumber daya, pengambilan keputusan,
pengukuran dan pelaporan kinerja, serta
pertanggungjawaban.

Setidaknya terdapat enam prinsip yang digunakan


dalam hal penentuan struktur biaya dan penghitungan
biaya bagi pencapaian output organisasi, yaitu (1)
penentuan struktur aktivitas untuk menghasilkan suatu
output; (2) penentuan biaya membutuhkan konsultasi
dan pertimbangan; (3) perhitungan biaya harus
disesuaikan dengan tujuan untuk apa informasi biaya
digunakan; (4) biaya tidak selalu berubah proporsional
dengan volume; (5) penentuan biaya dilakukan secara
konsisten untuk tujuan costing yang sama; (6) data dan
dokumentasi informasi biaya harus konsisten, bisa
direkonsiliasi, dan mutakhir.

08 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Selain itu, dalam penentuan struktur biaya harus


memperhatikan:

1.

Peraturan terkait tata kerja dan organisasi,


dimaksudkan agar dalam penyusunan output dan
aktivitas memperhatikan tugas pokok dan fungsi
yang dibebankan pada suatu unit organisasi.
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), dokumen tersebut dapat
dijadikan salah satu referensi penentuan aktivitas
untuk menghasilkan suatu output, utamanya
aktivitas bersifat rutin/mandatory/on going dan
mengetahui stakeholder yang dilayani.

project yang selesai untuk kurun periode waktu


tertentu.

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) organisasi,


untuk menjaga kesinambungan perencanaan
dengan penuangannya dalam dokumen RKA-K/L.

Dokumen Rencana Kerja (Renja) organisasi, untuk


menjaga kesinambungan perencanaan dengan
penuangannya dalam dokumen RKA-K/L.

Rencana Kerja dan Anggaran


Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) TA sebelumnya,
bisa dijadikan salah satu referensi awal penyusunan
output dan aktivitas.

Kriteria
Penentuan
Output

Dokumen pengelolaan kinerja organisasi, melalui


peta strategi (Balanced Scorecard) antara lain bisa
diketahui inisiatif strategis atau aktivitas bersifat

Penentuan Struktur Aktivitas Untuk


Menghasilkan Suatu Output

enentuan estimasi total kebutuhan biaya atas


suatu output sebaiknya dilakukan dengan
terlebih dahulu mendenisikan output sesuai
dengan pendekatan yang digunakan dalam penataan
Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK). Setelah output
terdenisi tahap selanjutnya adalah menentukan
aktivitas yang diperlukan, kemudian menghitung
kebutuhan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas
tersebut.

09 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau


jasa yang dihasilkan oleh suatu Kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran
dan tujuan program dan kebijakan. Rumusan output
dalam dokumen RKA-K/L mengambil dari rumusan
output yang ada dalam dokumen Renja-K/L. Setiap
Kegiatan bisa menghasilkan output lebih dari satu jenis.

Tahapan
perumusan
output

Output adalah suatu produk akhir yang dihasilkan


dari serangkaian aktivitas yang diperuntukkan bagi
customer atau kelompok sasaran (target group)
agar outcome dapat terwujud.
Output mencerminkan sasaran kinerja sesuai
tugas dan fungsi satuan kerja secara spesik untuk
mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan.

a. Perhatikan kembali rumusan outcome yang telah


dihasilkan.
b. Tentukan produk akhir yang diperlukan oleh
customer atau target group dan secara langsung
dapat mempengaruhi outcome.
c. Pahami seluruh proses atau siklus dalam
organisasi berkenaan; karena suatu produk untuk
kebutuhan eksternal tetapi digunakan kembali
dalam proses selanjutnya di organisasi berkenaan,
bisa jadi hal tersebut bukanlah produk akhir (nal)
keluaran (output) sehingga tidak bisa
dikategorikan sebagai output.

Output merupakan produk akhir (bukan input,


bukan aktivitas/proses/bagian tahapan dalam
menghasilkan output, dan bukan outcome atau
rincian dari outcome berkenaan).
Output mengandung rumusan perspektif eksternal
(customer oriented), bukan internal.
Output merupakan suatu produk akhir berupa
barang atau jasa yang dihasilkan dari serangkaian
proses yang diperuntukkan bagi customer atau
target group agar outcome dapat terwujud.
Output yang baik memiliki indikator yang baik yaitu
relevan dalam pengukuran output yang telah
ditetapkan; jelas dan tidak bermakna ganda;
sesuai dengan upaya peningkata kinerja; terukur
(ada ukuran); didukung data yang tersedia secara
rutin/periodik; dan sumber data kredibel.

e. Perhatikan kembali output yang telah disusun dan


lihat kembali kesesuaiannya dengan kriteria yang
telah disebutkan di atas.
f.

Tinjau spesikasi output paling tidak setahun


sekali, sempurnakan/perbaiki bila perlu. Review
yang dilakukan harus mempertimbangkan
berbagai sisi dan kepentingan, baik pengelola
p ro g r a m , m a u p u n p i h a k - p i h a k l a i n y a n g
berkepentingan.

d. Jangan terjebak pada paradigma bahwa suatu


output harus berwujud sik, misalnya dokumen
berupa laporan yang dalam perspektif ini tidak
dapat dikategorikan sebagai output karena
laporan tersebut hanya bersifat media saja.

10 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Selain itu, dalam penentuan struktur biaya harus


memperhatikan:

1.

Peraturan terkait tata kerja dan organisasi,


dimaksudkan agar dalam penyusunan output dan
aktivitas memperhatikan tugas pokok dan fungsi
yang dibebankan pada suatu unit organisasi.
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), dokumen tersebut dapat
dijadikan salah satu referensi penentuan aktivitas
untuk menghasilkan suatu output, utamanya
aktivitas bersifat rutin/mandatory/on going dan
mengetahui stakeholder yang dilayani.

project yang selesai untuk kurun periode waktu


tertentu.

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) organisasi,


untuk menjaga kesinambungan perencanaan
dengan penuangannya dalam dokumen RKA-K/L.

Dokumen Rencana Kerja (Renja) organisasi, untuk


menjaga kesinambungan perencanaan dengan
penuangannya dalam dokumen RKA-K/L.

Rencana Kerja dan Anggaran


Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) TA sebelumnya,
bisa dijadikan salah satu referensi awal penyusunan
output dan aktivitas.

Kriteria
Penentuan
Output

Dokumen pengelolaan kinerja organisasi, melalui


peta strategi (Balanced Scorecard) antara lain bisa
diketahui inisiatif strategis atau aktivitas bersifat

Penentuan Struktur Aktivitas Untuk


Menghasilkan Suatu Output

enentuan estimasi total kebutuhan biaya atas


suatu output sebaiknya dilakukan dengan
terlebih dahulu mendenisikan output sesuai
dengan pendekatan yang digunakan dalam penataan
Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK). Setelah output
terdenisi tahap selanjutnya adalah menentukan
aktivitas yang diperlukan, kemudian menghitung
kebutuhan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas
tersebut.

09 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau


jasa yang dihasilkan oleh suatu Kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran
dan tujuan program dan kebijakan. Rumusan output
dalam dokumen RKA-K/L mengambil dari rumusan
output yang ada dalam dokumen Renja-K/L. Setiap
Kegiatan bisa menghasilkan output lebih dari satu jenis.

Tahapan
perumusan
output

Output adalah suatu produk akhir yang dihasilkan


dari serangkaian aktivitas yang diperuntukkan bagi
customer atau kelompok sasaran (target group)
agar outcome dapat terwujud.
Output mencerminkan sasaran kinerja sesuai
tugas dan fungsi satuan kerja secara spesik untuk
mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan.

a. Perhatikan kembali rumusan outcome yang telah


dihasilkan.
b. Tentukan produk akhir yang diperlukan oleh
customer atau target group dan secara langsung
dapat mempengaruhi outcome.
c. Pahami seluruh proses atau siklus dalam
organisasi berkenaan; karena suatu produk untuk
kebutuhan eksternal tetapi digunakan kembali
dalam proses selanjutnya di organisasi berkenaan,
bisa jadi hal tersebut bukanlah produk akhir (nal)
keluaran (output) sehingga tidak bisa
dikategorikan sebagai output.

Output merupakan produk akhir (bukan input,


bukan aktivitas/proses/bagian tahapan dalam
menghasilkan output, dan bukan outcome atau
rincian dari outcome berkenaan).
Output mengandung rumusan perspektif eksternal
(customer oriented), bukan internal.
Output merupakan suatu produk akhir berupa
barang atau jasa yang dihasilkan dari serangkaian
proses yang diperuntukkan bagi customer atau
target group agar outcome dapat terwujud.
Output yang baik memiliki indikator yang baik yaitu
relevan dalam pengukuran output yang telah
ditetapkan; jelas dan tidak bermakna ganda;
sesuai dengan upaya peningkata kinerja; terukur
(ada ukuran); didukung data yang tersedia secara
rutin/periodik; dan sumber data kredibel.

e. Perhatikan kembali output yang telah disusun dan


lihat kembali kesesuaiannya dengan kriteria yang
telah disebutkan di atas.
f.

Tinjau spesikasi output paling tidak setahun


sekali, sempurnakan/perbaiki bila perlu. Review
yang dilakukan harus mempertimbangkan
berbagai sisi dan kepentingan, baik pengelola
p ro g r a m , m a u p u n p i h a k - p i h a k l a i n y a n g
berkepentingan.

d. Jangan terjebak pada paradigma bahwa suatu


output harus berwujud sik, misalnya dokumen
berupa laporan yang dalam perspektif ini tidak
dapat dikategorikan sebagai output karena
laporan tersebut hanya bersifat media saja.

10 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Penggolongan
Output

Untuk memudahkan penyusunan dan analisis output


pada RKA-K/L, jenis output dalam RKA-K/L dibagi
dalam dua kelompok, yaitu:
1)

Output barang, terdiri dari:


a) Output barang infrastruktur yaitu output
kegiatan yang merupakan barang berwujud
dan/atau berupa jaringan. Contoh: jalan,
jembatan, bangunan, jaringan irigasi, dan lainlain.

Volume
Output

2)

Output jasa, terdiri dari:

b) Output jasa layanan non-regulasi yaitu output


kegiatan yang merupakan wujud dari suatu
layanan dari suati instansi terkait dengan tugas
dan fungsi dari instansi berkenaan. Contoh:
layanan SIM, layanan SP2D, dan layanan BOS.

Vo l u m e o u t p u t m e r u p a k a n d a t a m e n g e n a i
jumlah/banyaknya kuantitas output yang dihasilkan
yang diukur dalam satuan output.

3. Untuk output yang masih sama dengan output pada


tahun sebelumnya, penentuan volume output harus
memerhatikan deviasi antara target output dengan
capaian output tahun sebelumnya.

1. Jenis produk akhir yang dihasilkan.


2. Target yang telah ditetapkan dalam dokumen
Rencana Kerja K/L dan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP).

Suboutput hakikatnya merupakan output. yang


mempunyai kesamaan dalam jenis dan satuannya.
Suboutput digunakan sebagai penjabaran dari tiap
barang atau jasa dalam kumpulan barang atau jasa
sejenis yang dirangkum dalam satu output. Banyaknya
suboutput atau akumulasi dari volume sub-sub output
mencerminkan jumlah volume output.

Penggunaan suboutput sifatnya opsional. Suboutput


hanya digunakan pada output yang merupakan
rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis. Output
yang sudah spesik dan berdiri sendiri (bukan
rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis) tidak
memerlukan suboutput.

Aktivitas

Aktivitas merupakan proses pencapaian output yang


memiliki keterkaitan, saling mendukung atau bersinergi
secara efektif dalam mekanisme pencapaian output.
Aktivitas tersebut merupakan berbagai proses yang
diperlukan untuk menghasilkan dan men-deliver
output sampai kepada customer. Dalam banyak
referensi dinyatakan pula bahwa aktivitas merupakan
mekanisme mengonversi input menjadi output.

c.

a) Output jasa regulasi yaitu output kegiatan yang


dihasilkan dalam rangka pembuatan peraturan
atau pendukung administrasi birokrasi. Bentuk
output ini dapat berupa norma, standar,
prosedur dan ketentuan. Contoh: UU,
Peraturan Pemerintah, Perpres, Keppres,
Peraturan Menteri, dan Peraturan Direktur
Jenderal.

b) Output barang non infrastruktur yaitu output


kegiatan yang merupakan barang, baik
berwujud maupun tidak berwujud yang tidak
berupa jaringan. Contoh: kendaraan bermotor,
peralatan kantor, perangkat lunak aplikasi, dan
lain-lain.

Satuan output disesuaikan dengan karakteristik output


tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penentuan volume output yaitu:

Suboutput

4. Volume output harus merupakan sesuatu yang


dapat diukur.

Antaraktivitas mempunyai keterkaitan yang saling


mendukung dalam pencapaian output, sehingga tidak
terlaksananya/terlambatnya satu aktivitas dapat
menyebabkan tidak terlaksananya/terlambatnya
aktivitas lain yang dapat berdampak pada penurunan
kualitas, penurunan kuantitas dan kegagalan
pencapaian output. Selain itu, keterkaitan
antaraktivitas sebagai tahapan dalam rangka
pencapaian keluaran harus dilihat sehingga tidak
ditemukan adanya aktivitas dalam rangka pencapaian
keluaran yang tidak relevan.
Aktivitas diperlukan untuk mengetahui:

11 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

a.

proses pencapaian output/suboutput yang akan


dihasilkan;

b.

relevansi terhadap pencapaian output/suboutput,


baik volume maupun kualitasnya;

keterkaitan dan kesesuaian antartahapan dalam


mendukung pencapaian output/suboutput.

Aktivitas dalam pencapaian output berimplikasi pada


adanya biaya yang akan dikeluarkan, tetapi biaya
tersebut tergantung pada karakteristik aktivitas
dimaksud.
Aktivitas dalam pencapaian output dapat
diklasikasikan sebagai aktivitas berlanjut (on going)
dan aktivitas berakhir untuk periode tertentu
(terminated). Aktivitas bersifat berlanjut umumnya
merupakan aktivitas bersifat rutin atau telah diatur
pentahapannya dalam peraturan tertentu sebagai
bagian pengendalian internal guna menghasilkan
output. Sedangkan aktivitas bersifat berakhir untuk
periode tertentu merupakan aktivitas bersifat
project/inisiatif strategis/crash program dalam rangka
pencapaian spesik target sesuai dengan dinamika
organisasi. Pendekatan ini akan membantu penentuan
kebutuhan biaya dalam jangka lebih dari satu tahun.
Aktivitas berlanjut kebutuhan pendanaannya akan
tetap dimunculkan pada tahun anggaran berikutnya
dengan tetap memperhatikan esiensi pelaksanaan
aktivitas dimaksud. Sementara aktivitas bersifat tidak

12 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Penggolongan
Output

Untuk memudahkan penyusunan dan analisis output


pada RKA-K/L, jenis output dalam RKA-K/L dibagi
dalam dua kelompok, yaitu:
1)

Output barang, terdiri dari:


a) Output barang infrastruktur yaitu output
kegiatan yang merupakan barang berwujud
dan/atau berupa jaringan. Contoh: jalan,
jembatan, bangunan, jaringan irigasi, dan lainlain.

Volume
Output

2)

Output jasa, terdiri dari:

b) Output jasa layanan non-regulasi yaitu output


kegiatan yang merupakan wujud dari suatu
layanan dari suati instansi terkait dengan tugas
dan fungsi dari instansi berkenaan. Contoh:
layanan SIM, layanan SP2D, dan layanan BOS.

Vo l u m e o u t p u t m e r u p a k a n d a t a m e n g e n a i
jumlah/banyaknya kuantitas output yang dihasilkan
yang diukur dalam satuan output.

3. Untuk output yang masih sama dengan output pada


tahun sebelumnya, penentuan volume output harus
memerhatikan deviasi antara target output dengan
capaian output tahun sebelumnya.

1. Jenis produk akhir yang dihasilkan.


2. Target yang telah ditetapkan dalam dokumen
Rencana Kerja K/L dan Rencana Kerja Pemerintah
(RKP).

Suboutput hakikatnya merupakan output. yang


mempunyai kesamaan dalam jenis dan satuannya.
Suboutput digunakan sebagai penjabaran dari tiap
barang atau jasa dalam kumpulan barang atau jasa
sejenis yang dirangkum dalam satu output. Banyaknya
suboutput atau akumulasi dari volume sub-sub output
mencerminkan jumlah volume output.

Penggunaan suboutput sifatnya opsional. Suboutput


hanya digunakan pada output yang merupakan
rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis. Output
yang sudah spesik dan berdiri sendiri (bukan
rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis) tidak
memerlukan suboutput.

Aktivitas

Aktivitas merupakan proses pencapaian output yang


memiliki keterkaitan, saling mendukung atau bersinergi
secara efektif dalam mekanisme pencapaian output.
Aktivitas tersebut merupakan berbagai proses yang
diperlukan untuk menghasilkan dan men-deliver
output sampai kepada customer. Dalam banyak
referensi dinyatakan pula bahwa aktivitas merupakan
mekanisme mengonversi input menjadi output.

c.

a) Output jasa regulasi yaitu output kegiatan yang


dihasilkan dalam rangka pembuatan peraturan
atau pendukung administrasi birokrasi. Bentuk
output ini dapat berupa norma, standar,
prosedur dan ketentuan. Contoh: UU,
Peraturan Pemerintah, Perpres, Keppres,
Peraturan Menteri, dan Peraturan Direktur
Jenderal.

b) Output barang non infrastruktur yaitu output


kegiatan yang merupakan barang, baik
berwujud maupun tidak berwujud yang tidak
berupa jaringan. Contoh: kendaraan bermotor,
peralatan kantor, perangkat lunak aplikasi, dan
lain-lain.

Satuan output disesuaikan dengan karakteristik output


tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penentuan volume output yaitu:

Suboutput

4. Volume output harus merupakan sesuatu yang


dapat diukur.

Antaraktivitas mempunyai keterkaitan yang saling


mendukung dalam pencapaian output, sehingga tidak
terlaksananya/terlambatnya satu aktivitas dapat
menyebabkan tidak terlaksananya/terlambatnya
aktivitas lain yang dapat berdampak pada penurunan
kualitas, penurunan kuantitas dan kegagalan
pencapaian output. Selain itu, keterkaitan
antaraktivitas sebagai tahapan dalam rangka
pencapaian keluaran harus dilihat sehingga tidak
ditemukan adanya aktivitas dalam rangka pencapaian
keluaran yang tidak relevan.
Aktivitas diperlukan untuk mengetahui:

11 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

a.

proses pencapaian output/suboutput yang akan


dihasilkan;

b.

relevansi terhadap pencapaian output/suboutput,


baik volume maupun kualitasnya;

keterkaitan dan kesesuaian antartahapan dalam


mendukung pencapaian output/suboutput.

Aktivitas dalam pencapaian output berimplikasi pada


adanya biaya yang akan dikeluarkan, tetapi biaya
tersebut tergantung pada karakteristik aktivitas
dimaksud.
Aktivitas dalam pencapaian output dapat
diklasikasikan sebagai aktivitas berlanjut (on going)
dan aktivitas berakhir untuk periode tertentu
(terminated). Aktivitas bersifat berlanjut umumnya
merupakan aktivitas bersifat rutin atau telah diatur
pentahapannya dalam peraturan tertentu sebagai
bagian pengendalian internal guna menghasilkan
output. Sedangkan aktivitas bersifat berakhir untuk
periode tertentu merupakan aktivitas bersifat
project/inisiatif strategis/crash program dalam rangka
pencapaian spesik target sesuai dengan dinamika
organisasi. Pendekatan ini akan membantu penentuan
kebutuhan biaya dalam jangka lebih dari satu tahun.
Aktivitas berlanjut kebutuhan pendanaannya akan
tetap dimunculkan pada tahun anggaran berikutnya
dengan tetap memperhatikan esiensi pelaksanaan
aktivitas dimaksud. Sementara aktivitas bersifat tidak

12 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga (RKA-K/L)


berlanjut, pendanaannya berhenti pada periode
berakhirnya inisiatif strategis/project.
Secara umum, aktivitas dalam pencapaian suatu
output/suboutput menggambarkan pelaksanaan
fungsi manajemen yang terdiri dari:
a.

perencanaan (planning);

b.

pengorganisasian (organizing);

c.

pelaksanaan (actuating); dan

d.

monitoring, evaluasi, dan pelaporan (controlling).

Namun demikian, penyusunan aktivitas untuk


menghasilkan output hendaknya bersifat spesik
(tetapi tidak terlalu detail). Sebagai ilustrasi, tahapan
merencanakan pada Output Peraturan tidak sekedar
didenisikan sebagai Aktivitas Perencanaan. Dalam hal
ini aktivitas tersebut bisa dispesikkan, misalnya
menjadi aktivitas Focus Group Discussion (FGD) untuk
menginventarisasi permasalahan. Dengan pendekatan
seperti ini maka penentuan besaran biaya, pemilihan
metode pelaksanaan aktivitas, dan penentuan on going
atau terminated atas suatu aktivitas akan lebih mudah.
Hal ini juga akan mempermudah pelaksanaan
monitoring dan evaluasi.

13 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Aktivitas:

Output Jasa:

a. On going -- Bersifat Rutin/Mandatory;

Jasa regulasi dan output jasa layanan non


regulasi

b.Berakhir untuk periode tertentu--bersifat


project atau pelaksanaan inisiatif strategis

Peraturan terkait tata kerja dan organisasi

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Dokumen pengelolaan kinerja organisasi
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) organisasi
Dokumen Rencana Kerja (Renja) organsasi

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) TA sebelumnya

Activity Based Costing dan Activity Based Management


dalam penentuan dan manajemen aktivitas

Salah satu pendekatan penghitungan biaya dalam sektor publik adalah menggunakan pendekatan Activity
Based Costing (ABC). Melalui pendekatan ini cost object dibebankan biaya berdasarkan besarnya konsumsi
sumber daya karena pelaksanaan suatu aktivitas. Premis ABC adalah, (1) objek biaya mengkonsumsi aktivitas,
(2) aktivitas mengkonsumsi sumber daya, dan (3) konsumsi sumber daya mendorong terjadinya biaya. Sumber
daya dalam hal ini merupakan unsur ekonomik yang digunakan dalam pelaksanaan aktivitas misalnya gaji dan
belanja bahan. Sedangkan aktivitas mengacu kepada setiap kejadian atau transaksi yang menjadi pemicu
biaya (cost driver) di dalam organisasi. Aktivitas juga bisa berupa tindakan ataupun urutan pekerjaan. Terdapat
beberapa hirarki atau tingkatan aktivitas, bisa dilaksanakan pada tingkat unit produk atau jasa (unit level
activity), pada tingkat kelompok produk atau jasa (batch level activity), pada tingkatan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda (product sustaining activity), ataupun pada tingkatan aktivitas yang digunakan
untuk mendukung produksi secara umum atau mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan (facility
sustaining activity). Implementasi ABC dalam penentuan cost untuk mengahasilkan suatu output antara lain
dilakukan pada tahap pemilihan aktivitas. Value added activity analysis akan memisahkan aktivitas yang
memberikan nilai tambah dalam pencapaian output (value added activities) dengan non-value added activities.
Selanjutnya, aktivitas yang memberikan nilai tambah dapat terus ditingkatkan esiensinya.

14 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga (RKA-K/L)


berlanjut, pendanaannya berhenti pada periode
berakhirnya inisiatif strategis/project.
Secara umum, aktivitas dalam pencapaian suatu
output/suboutput menggambarkan pelaksanaan
fungsi manajemen yang terdiri dari:
a.

perencanaan (planning);

b.

pengorganisasian (organizing);

c.

pelaksanaan (actuating); dan

d.

monitoring, evaluasi, dan pelaporan (controlling).

Namun demikian, penyusunan aktivitas untuk


menghasilkan output hendaknya bersifat spesik
(tetapi tidak terlalu detail). Sebagai ilustrasi, tahapan
merencanakan pada Output Peraturan tidak sekedar
didenisikan sebagai Aktivitas Perencanaan. Dalam hal
ini aktivitas tersebut bisa dispesikkan, misalnya
menjadi aktivitas Focus Group Discussion (FGD) untuk
menginventarisasi permasalahan. Dengan pendekatan
seperti ini maka penentuan besaran biaya, pemilihan
metode pelaksanaan aktivitas, dan penentuan on going
atau terminated atas suatu aktivitas akan lebih mudah.
Hal ini juga akan mempermudah pelaksanaan
monitoring dan evaluasi.

13 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Aktivitas:

Output Jasa:

a. On going -- Bersifat Rutin/Mandatory;

Jasa regulasi dan output jasa layanan non


regulasi

b.Berakhir untuk periode tertentu--bersifat


project atau pelaksanaan inisiatif strategis

Peraturan terkait tata kerja dan organisasi

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Dokumen pengelolaan kinerja organisasi
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) organisasi
Dokumen Rencana Kerja (Renja) organsasi

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) TA sebelumnya

Activity Based Costing dan Activity Based Management


dalam penentuan dan manajemen aktivitas

Salah satu pendekatan penghitungan biaya dalam sektor publik adalah menggunakan pendekatan Activity
Based Costing (ABC). Melalui pendekatan ini cost object dibebankan biaya berdasarkan besarnya konsumsi
sumber daya karena pelaksanaan suatu aktivitas. Premis ABC adalah, (1) objek biaya mengkonsumsi aktivitas,
(2) aktivitas mengkonsumsi sumber daya, dan (3) konsumsi sumber daya mendorong terjadinya biaya. Sumber
daya dalam hal ini merupakan unsur ekonomik yang digunakan dalam pelaksanaan aktivitas misalnya gaji dan
belanja bahan. Sedangkan aktivitas mengacu kepada setiap kejadian atau transaksi yang menjadi pemicu
biaya (cost driver) di dalam organisasi. Aktivitas juga bisa berupa tindakan ataupun urutan pekerjaan. Terdapat
beberapa hirarki atau tingkatan aktivitas, bisa dilaksanakan pada tingkat unit produk atau jasa (unit level
activity), pada tingkat kelompok produk atau jasa (batch level activity), pada tingkatan untuk mendukung
produksi produk yang berbeda (product sustaining activity), ataupun pada tingkatan aktivitas yang digunakan
untuk mendukung produksi secara umum atau mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan (facility
sustaining activity). Implementasi ABC dalam penentuan cost untuk mengahasilkan suatu output antara lain
dilakukan pada tahap pemilihan aktivitas. Value added activity analysis akan memisahkan aktivitas yang
memberikan nilai tambah dalam pencapaian output (value added activities) dengan non-value added activities.
Selanjutnya, aktivitas yang memberikan nilai tambah dapat terus ditingkatkan esiensinya.

14 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

2.

Penentuan Biaya Membutuhkan Konsultasi


dan Pertimbangan

erhitungan kebutuhan biaya sangat


dipengaruhi oleh keadaan (circumstances),
pemilihan variabel yang relevan, dan landasan
a s u m s i . O l e h k a re n a n y a p e r h i t u n g a n b i a y a
memerlukan konsultasi dengan seluruh stakeholder
yang terpengaruh atau potensial terpengaruhi kegiatan
yang diperhitungkan biayanya. Konsultasi juga
diperlukan mengingat informasi semua biaya yang
relevan untuk menghasilkan output lebih dipahami oleh
pejabat atau pelaksana tugas dan fungsi pada
organisasi.
Diskusi dengan direktorat teknis dan satuan kerja
vertikal secara intensif perlu dilakukan oleh bagian yang
menangani perencanaan anggaran pada unit eselon I
dalam proses penyusunan anggaran. Kantor pusat unit
eselon I misalnya dapat melakukan pembahasan
usulan anggaran berikut strukturnya dengan direktorat
teknis atau satuan kerja vertikal sehingga informasi
struktur biaya dan kebutuhan biaya dapat diketahui dan
diputuskan bersama. Hal ini juga memastikan
persetujuan telah dilakukan secara berjenjang guna
menjamin quality assurance, pengendalian internal,
dan menjamin bahwa konsulatasi memadai telah
dilaksanakan.
Selain itu, diperlukan juga konsultasi antar unit kerja
yang mengelola sumber daya organisasi, antara lain
yang menangani organisasi dan kinerja, kepegawaian,
perlengkapan/aset, keuangan, serta teknologi

15 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

informasi. Forum konsultasi tersebut dikenal sebagai


Resource Forum, yang dapat dilakukan tingkat unit
eselon I maupun tingkat Kementerian. Sebelum
melakukan reviu baseline, unit Eselon II sebaiknya
menyusun daftar informasi-informasi penting terkait
sumber daya yang dimiliki seperti jumlah pegawai,
jumlah aset, informasi mengenai pelaksanaan suatu
proyek (terminate atau on going) dan informasi lainnya
serta usulan inisiatif baru. Informasi tersebut akan
membantu dalam menentukan besarnya kebutuhan
anggaran untuk belanja operasional dan belanja non
operasional (Better Practice Guide, 2014).
Terdapat kemungkinan pihak lain dipengaruhi oleh
tujuan dan penggunaan informasi biaya. Chief Financial
Ofcer dalam hal ini Direktorat Jenderal Anggaran, Biro
Perencanaan dan Keuangan, serta Inspektorat
Jenderal sebagai APIP merupakan stakeholder utama
yang membutuhkan informasi-informasi biaya. Ketiga
pihak ini akan membuat pertimbangan, petunjuk dan
arahan terkait usulan anggaran unit eselon I. CFO perlu
memastikan agar informasi biaya yang andal dan
relevan serta asumsi yang masuk akal digunakan dalam
perencanaan penganggaran, alokasi sumber daya,
pelaporan kinerja, dan pada saat pengambilan
keputusan yang akan memengaruhi penggunaan
sumber daya (biaya).

ada instansi pemerintah Indonesia, penyajian informasi biaya output sangat berbeda dengan yang
terdapat pada sektor private. Metode yang digunakan untuk menyajikan informasi biaya output
tersebut tidak mengacu pada ketiga model di atas. Dalam metode dimaksud, biaya output hanya
dihitung berdasarkan biaya langsung (direct cost) yang digunakan untuk pencapaian output. Biaya tenaga
kerja dan biaya tidak langsung (indirect cost) serta biaya modal (capital expenditure) tidak diatribusikan
kepada output yang dihasilkan oleh suatu satker/intansi. Biaya tenaga kerja dan biaya tidak langsung (indirect
cost)

3.

Perhitungan Biaya Harus Disesuaikan Dengan


Tujuan Untuk Apa Informasi Biaya Digunakan
Sebelum biaya ditentukan, semua pihak yang berkepentingan harus sudah menyetujui dan memahami keputusan
apa yang akan didukung oleh informasi biaya tersebut, contoh:
A. penentuan biaya untuk menyusun dan
melaksanakan program baru
Tujuannya untuk menentukan seluruh biaya yang
relevan dalam rangka menyusun dan
melaksanakan program baru (biaya yang relevan
bagi organisasi yang akan melaksanakan program
baru dan biaya tidak langsung bagi organisasi yang
terpengaruh dengan pelaksanaan program baru
tersebut).
Dalam menentukan nilai yang digunakan dalam
penentuan biaya, bisa menggunakan data
anggaran, aktual, perkiraan, atau kombinasi.

B. penetuan biaya dalam rangka menambah atau


memperluas kapasitas atas program yang sudah
ada
Tu j u a n n y a u n t u k m e m p e r o l e h t a m b a h a n
pendanaan. Sangat penting bagi organisasi untuk
mengidentikasi dan menentukan tambahan
sumber daya yang dibutuhkan untuk memperluas
kapasitas yang sudah ada. Selain itu, organisasi
harus memerhatikan kapasitas organisasi itu sendiri
untuk melaksanakan tambahan pekerjaan baik
yang langsung dan tidak langsung.
Biaya yang relevan antara lain:
Biaya langsung dari cost object
Bagian dari support cost dimana cost object
berada
Bagian dari internal service cost

16 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

2.

Penentuan Biaya Membutuhkan Konsultasi


dan Pertimbangan

erhitungan kebutuhan biaya sangat


dipengaruhi oleh keadaan (circumstances),
pemilihan variabel yang relevan, dan landasan
a s u m s i . O l e h k a re n a n y a p e r h i t u n g a n b i a y a
memerlukan konsultasi dengan seluruh stakeholder
yang terpengaruh atau potensial terpengaruhi kegiatan
yang diperhitungkan biayanya. Konsultasi juga
diperlukan mengingat informasi semua biaya yang
relevan untuk menghasilkan output lebih dipahami oleh
pejabat atau pelaksana tugas dan fungsi pada
organisasi.
Diskusi dengan direktorat teknis dan satuan kerja
vertikal secara intensif perlu dilakukan oleh bagian yang
menangani perencanaan anggaran pada unit eselon I
dalam proses penyusunan anggaran. Kantor pusat unit
eselon I misalnya dapat melakukan pembahasan
usulan anggaran berikut strukturnya dengan direktorat
teknis atau satuan kerja vertikal sehingga informasi
struktur biaya dan kebutuhan biaya dapat diketahui dan
diputuskan bersama. Hal ini juga memastikan
persetujuan telah dilakukan secara berjenjang guna
menjamin quality assurance, pengendalian internal,
dan menjamin bahwa konsulatasi memadai telah
dilaksanakan.
Selain itu, diperlukan juga konsultasi antar unit kerja
yang mengelola sumber daya organisasi, antara lain
yang menangani organisasi dan kinerja, kepegawaian,
perlengkapan/aset, keuangan, serta teknologi

15 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

informasi. Forum konsultasi tersebut dikenal sebagai


Resource Forum, yang dapat dilakukan tingkat unit
eselon I maupun tingkat Kementerian. Sebelum
melakukan reviu baseline, unit Eselon II sebaiknya
menyusun daftar informasi-informasi penting terkait
sumber daya yang dimiliki seperti jumlah pegawai,
jumlah aset, informasi mengenai pelaksanaan suatu
proyek (terminate atau on going) dan informasi lainnya
serta usulan inisiatif baru. Informasi tersebut akan
membantu dalam menentukan besarnya kebutuhan
anggaran untuk belanja operasional dan belanja non
operasional (Better Practice Guide, 2014).
Terdapat kemungkinan pihak lain dipengaruhi oleh
tujuan dan penggunaan informasi biaya. Chief Financial
Ofcer dalam hal ini Direktorat Jenderal Anggaran, Biro
Perencanaan dan Keuangan, serta Inspektorat
Jenderal sebagai APIP merupakan stakeholder utama
yang membutuhkan informasi-informasi biaya. Ketiga
pihak ini akan membuat pertimbangan, petunjuk dan
arahan terkait usulan anggaran unit eselon I. CFO perlu
memastikan agar informasi biaya yang andal dan
relevan serta asumsi yang masuk akal digunakan dalam
perencanaan penganggaran, alokasi sumber daya,
pelaporan kinerja, dan pada saat pengambilan
keputusan yang akan memengaruhi penggunaan
sumber daya (biaya).

ada instansi pemerintah Indonesia, penyajian informasi biaya output sangat berbeda dengan yang
terdapat pada sektor private. Metode yang digunakan untuk menyajikan informasi biaya output
tersebut tidak mengacu pada ketiga model di atas. Dalam metode dimaksud, biaya output hanya
dihitung berdasarkan biaya langsung (direct cost) yang digunakan untuk pencapaian output. Biaya tenaga
kerja dan biaya tidak langsung (indirect cost) serta biaya modal (capital expenditure) tidak diatribusikan
kepada output yang dihasilkan oleh suatu satker/intansi. Biaya tenaga kerja dan biaya tidak langsung (indirect
cost)

3.

Perhitungan Biaya Harus Disesuaikan Dengan


Tujuan Untuk Apa Informasi Biaya Digunakan
Sebelum biaya ditentukan, semua pihak yang berkepentingan harus sudah menyetujui dan memahami keputusan
apa yang akan didukung oleh informasi biaya tersebut, contoh:
A. penentuan biaya untuk menyusun dan
melaksanakan program baru
Tujuannya untuk menentukan seluruh biaya yang
relevan dalam rangka menyusun dan
melaksanakan program baru (biaya yang relevan
bagi organisasi yang akan melaksanakan program
baru dan biaya tidak langsung bagi organisasi yang
terpengaruh dengan pelaksanaan program baru
tersebut).
Dalam menentukan nilai yang digunakan dalam
penentuan biaya, bisa menggunakan data
anggaran, aktual, perkiraan, atau kombinasi.

B. penetuan biaya dalam rangka menambah atau


memperluas kapasitas atas program yang sudah
ada
Tu j u a n n y a u n t u k m e m p e r o l e h t a m b a h a n
pendanaan. Sangat penting bagi organisasi untuk
mengidentikasi dan menentukan tambahan
sumber daya yang dibutuhkan untuk memperluas
kapasitas yang sudah ada. Selain itu, organisasi
harus memerhatikan kapasitas organisasi itu sendiri
untuk melaksanakan tambahan pekerjaan baik
yang langsung dan tidak langsung.
Biaya yang relevan antara lain:
Biaya langsung dari cost object
Bagian dari support cost dimana cost object
berada
Bagian dari internal service cost

16 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

4.

Biaya Tidak Selalu Berubah Proporsional


dengan Volume

erbagai variabel akan memengaruhi


bagaimana biaya berubah. Sebelum tambahan
biaya dikeluarkan, kapasitas yang ada saat ini
untuk mengakomodir perubahan pada volume harus
dipertimbangkan. Oleh karena itu penting bagi
penyusun anggaran untuk memahami biaya tetap dan
biaya variabel dan hubungan sebab akibat yang
memengaruhi perilaku biaya. Perilaku biaya adalah
respon biaya terhadap perubahan atas variabel
berbeda, dan merupakan kunci untuk menentukan
hubungan sebab akibat. Perilaku biaya dapat dilihat
menggunakan informasi historis biaya.

5.

Penentuan Biaya Dilakukan Secara Konsisten


untuk Tujuan Costing Yang Sama

Contoh:

osting harus diterapkan secara konsisten


untuk situasi dan tujuan costing yang sama.
Jika tidak, maka informasi perbandingan untuk
tujuan kinerja atau lainnya menjadi tidak valid. Dalam
hal ini, pendekatan struktur output untuk tujuan yang
sama seharusnya lebih terstandardisasi. Outputoutput generik yang ada pada setiap unit eselon I,
misalnya output layanan kesekretariatan dan layanan
perkantoran memiliki tujuan yang sama, sehingga
penentuan biaya atau struktur biaya setiap unit eselon I
untuk output tetsebut haruslah terstandardisasi.

penambahan volume suatu output tusi eselon I tidak


membutuhkan penambahan biaya pegawai, karena
biaya tersebut sudah masuk ke dalam output layanan
perkantoran. Lagipula organisasi harus menggunakan
kapasitas organisasi yang ada saat ini untuk
mendukung penambahan volume output tersebut.

Manfaat yang akan diperoleh dengan adanya


standarisasi struktur output yaitu:

Memfasilitasi manajemen dalam hal perencanaan


dan penganggaran

Mendukung tercapainya esiensi, karena para


pejabat/pegawai menjadi lebih sadar biaya (cost
conscious)

Dapat dijadikan sebagai dasar evaluasi dalam


pelaksanaan pengendalian biaya (cost control)

Memudahkan proses penentuan biaya dan


mengurangi pekerjaanyang bersifat administratif
(clerical).

Manajemen bisa lebih fokus pada variance antara


perencanaan dan pelaksanaan (management by
exception)

COSTING PRINCIPLE
Completeness

Tracking of costs

Seluruh output dan


biaya dari suatu
organisasi
diidentikasi dan
diperhitungkan.
Menjamin tidak ada
biaya yang tidak
diperhitungkan
dalam analisis

Memungkinkan
untuk melakukan
penelusuran biaya
dan
pengklasikasian
biaya (dari output,
suboutput,
activities, input,
s.d. akun)

Cost must be clear


and able to
withstand
comparison

Consistency in
estimating,
accumulating and
reporting costs

Perbandingan antar
layanan,
organisasi, lokasi,
waktu, dan sektor
privat

Perlakuan yang
sama untuk tipe
biaya yang serupa

Cost should be
displayed along
with the outputs
Apa yang diperoleh
dari biaya yang
dikeluarkan

Biaya Produk/
Output

Secara sederhana, perhitungan untuk keseluruhan


biaya produksi yang digunakan untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu baik yang bersifat tetap
maupun variabel adalah sebagai berikut:

Biaya Produksi = P x Q

Keterangan:
P = jumlah yang seharusnya dibayar untuk
kuantitas input yang digunakan.
Q = jumlah input yang seharusnya digunakan
per output yang dihasilkan.

Sumber : Guide to Costing Financial and Management Analysis Sector

17 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

18 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

4.

Biaya Tidak Selalu Berubah Proporsional


dengan Volume

erbagai variabel akan memengaruhi


bagaimana biaya berubah. Sebelum tambahan
biaya dikeluarkan, kapasitas yang ada saat ini
untuk mengakomodir perubahan pada volume harus
dipertimbangkan. Oleh karena itu penting bagi
penyusun anggaran untuk memahami biaya tetap dan
biaya variabel dan hubungan sebab akibat yang
memengaruhi perilaku biaya. Perilaku biaya adalah
respon biaya terhadap perubahan atas variabel
berbeda, dan merupakan kunci untuk menentukan
hubungan sebab akibat. Perilaku biaya dapat dilihat
menggunakan informasi historis biaya.

5.

Penentuan Biaya Dilakukan Secara Konsisten


untuk Tujuan Costing Yang Sama

Contoh:

osting harus diterapkan secara konsisten


untuk situasi dan tujuan costing yang sama.
Jika tidak, maka informasi perbandingan untuk
tujuan kinerja atau lainnya menjadi tidak valid. Dalam
hal ini, pendekatan struktur output untuk tujuan yang
sama seharusnya lebih terstandardisasi. Outputoutput generik yang ada pada setiap unit eselon I,
misalnya output layanan kesekretariatan dan layanan
perkantoran memiliki tujuan yang sama, sehingga
penentuan biaya atau struktur biaya setiap unit eselon I
untuk output tetsebut haruslah terstandardisasi.

penambahan volume suatu output tusi eselon I tidak


membutuhkan penambahan biaya pegawai, karena
biaya tersebut sudah masuk ke dalam output layanan
perkantoran. Lagipula organisasi harus menggunakan
kapasitas organisasi yang ada saat ini untuk
mendukung penambahan volume output tersebut.

Manfaat yang akan diperoleh dengan adanya


standarisasi struktur output yaitu:

Memfasilitasi manajemen dalam hal perencanaan


dan penganggaran

Mendukung tercapainya esiensi, karena para


pejabat/pegawai menjadi lebih sadar biaya (cost
conscious)

Dapat dijadikan sebagai dasar evaluasi dalam


pelaksanaan pengendalian biaya (cost control)

Memudahkan proses penentuan biaya dan


mengurangi pekerjaanyang bersifat administratif
(clerical).

Manajemen bisa lebih fokus pada variance antara


perencanaan dan pelaksanaan (management by
exception)

COSTING PRINCIPLE
Completeness

Tracking of costs

Seluruh output dan


biaya dari suatu
organisasi
diidentikasi dan
diperhitungkan.
Menjamin tidak ada
biaya yang tidak
diperhitungkan
dalam analisis

Memungkinkan
untuk melakukan
penelusuran biaya
dan
pengklasikasian
biaya (dari output,
suboutput,
activities, input,
s.d. akun)

Cost must be clear


and able to
withstand
comparison

Consistency in
estimating,
accumulating and
reporting costs

Perbandingan antar
layanan,
organisasi, lokasi,
waktu, dan sektor
privat

Perlakuan yang
sama untuk tipe
biaya yang serupa

Cost should be
displayed along
with the outputs
Apa yang diperoleh
dari biaya yang
dikeluarkan

Biaya Produk/
Output

Secara sederhana, perhitungan untuk keseluruhan


biaya produksi yang digunakan untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu baik yang bersifat tetap
maupun variabel adalah sebagai berikut:

Biaya Produksi = P x Q

Keterangan:
P = jumlah yang seharusnya dibayar untuk
kuantitas input yang digunakan.
Q = jumlah input yang seharusnya digunakan
per output yang dihasilkan.

Sumber : Guide to Costing Financial and Management Analysis Sector

17 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

18 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Biaya Produk/
Output

Perhitungan tersebut merupakan dasar untuk


menentukan biaya produk baik yang dihasilkan di
perusahaan swasta maupun untuk instansi
pemerintahan. Pada instansi pemerintah, perhitungan
output dapat digambarkan sebagai berikut:
Biaya output merupakan penjumlahan dari beberapa
biaya aktivitas/aktivitas yang saling berhubungan
dalam pencapaian output tersebut. Biaya aktivitas
sendiri dihasilkan dari penjumlahan semua input
(sumber daya) yang digunakan untuk menjalankan
aktivitas/aktivitas. Biaya dari suatu input merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh sejumlah
sumber daya yang akan digunakan.

Kesesuaian
Besaran dan
Persentase
Biaya
Pendukung
dan Biaya
Tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 71/PMK.02/2013 tentang


Standar Struktur Biaya, penerapan Standar Struktur
Biaya merujuk pada batasan komposisi biaya yang
ditetapkan sesuai jenis dan karakteristik output.
1. Pengaturan batasan persentase biaya pendukung
yang diizinkan.
2. Pengaturan batasan persentase biaya perjalanan
dinas/konsinyering.
3. Perjalanan dinas/konsinyering harus diperhatikan
tingkat keperluannya dalam pencapaian output
yang bersangkutan.
4. Pengaturan batasan persentase honor yang
diizinkan.

19 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Biaya Output =
Biaya Suatu Aktivitas/Komponen
Biaya Aktivitas/Komponen =
(Harga x Kuantitas)

Seiring dengan konsep single remuneration system,


besaran remunerasi yang diberikan telah
memperhitungkan semua output yang akan dihasilkan.
Konsekuensinya, alokasi honorarium untuk
pembiayaan suatu output seharusnya tidak diperlukan
lagi. Pembatasan alokasi honor merupakan langkah
awal guna mendukung konsepsi dimaksud.

Penyajian
Informasi
Biaya
(Metode
Akumulasi
Biaya)

Dalam menyajikan informasi biaya, perlu diperhatikan metode akumulasi biaya yang akan diterapkan dan
disesuaikan dengan karakteristik organisasi. Menurut Carter (2009:123), metode akumulasi biaya pada
umumnya terdiri dari Job Order Costing, Process Costing, dan Activity Based Costing.

no.

metode akumulasi biaya

denisi

karakteristik

1.

Job Order Costing System

suatu sistem perhitungan biaya


produksi untuk menentukan
harga pokok produksi pada
perusahaan atas dasar
pesanan

- Aktivitas produksi bila ada


pesanan
- Produk berbagai macam
sesuai pesanan
- Biaya Produksi = Biaya
Langsung (bahan baku dan
tenaga kerja) + Biaya Tidak
Langsung
- Beban Pokok Produksi =
Total Cost/Total Unit

2.

Process Costing System

sistem perhitungan biaya


produksi yang dibebankan
pada pusat biaya dan
diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan barang
atau jasa secara terus menerus

- Aktivitas produksi
barang/jasa terus menerus
- Produksi banyak untuk
mengisi persediaan
- Produk homogen
- Beban Pokok Produksi =
Total Cost pada pusat
biaya/Total Unit

3.

Activity-based Costing System


(ABC)

sistem perhitungan biaya yang


menerapkan pembebanan
biaya terhadap aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan
suatu produk atau jasa.

- Produk mengkonsumsi
aktivitas, aktivitas
mengkonsumsi sumber daya
- Aktivitas yang tidak bernilai
tambah berkurang/hilang

20 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

Biaya Produk/
Output

Perhitungan tersebut merupakan dasar untuk


menentukan biaya produk baik yang dihasilkan di
perusahaan swasta maupun untuk instansi
pemerintahan. Pada instansi pemerintah, perhitungan
output dapat digambarkan sebagai berikut:
Biaya output merupakan penjumlahan dari beberapa
biaya aktivitas/aktivitas yang saling berhubungan
dalam pencapaian output tersebut. Biaya aktivitas
sendiri dihasilkan dari penjumlahan semua input
(sumber daya) yang digunakan untuk menjalankan
aktivitas/aktivitas. Biaya dari suatu input merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh sejumlah
sumber daya yang akan digunakan.

Kesesuaian
Besaran dan
Persentase
Biaya
Pendukung
dan Biaya
Tertentu

Berdasarkan PMK Nomor 71/PMK.02/2013 tentang


Standar Struktur Biaya, penerapan Standar Struktur
Biaya merujuk pada batasan komposisi biaya yang
ditetapkan sesuai jenis dan karakteristik output.
1. Pengaturan batasan persentase biaya pendukung
yang diizinkan.
2. Pengaturan batasan persentase biaya perjalanan
dinas/konsinyering.
3. Perjalanan dinas/konsinyering harus diperhatikan
tingkat keperluannya dalam pencapaian output
yang bersangkutan.
4. Pengaturan batasan persentase honor yang
diizinkan.

19 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Biaya Output =
Biaya Suatu Aktivitas/Komponen
Biaya Aktivitas/Komponen =
(Harga x Kuantitas)

Seiring dengan konsep single remuneration system,


besaran remunerasi yang diberikan telah
memperhitungkan semua output yang akan dihasilkan.
Konsekuensinya, alokasi honorarium untuk
pembiayaan suatu output seharusnya tidak diperlukan
lagi. Pembatasan alokasi honor merupakan langkah
awal guna mendukung konsepsi dimaksud.

Penyajian
Informasi
Biaya
(Metode
Akumulasi
Biaya)

Dalam menyajikan informasi biaya, perlu diperhatikan metode akumulasi biaya yang akan diterapkan dan
disesuaikan dengan karakteristik organisasi. Menurut Carter (2009:123), metode akumulasi biaya pada
umumnya terdiri dari Job Order Costing, Process Costing, dan Activity Based Costing.

no.

metode akumulasi biaya

denisi

karakteristik

1.

Job Order Costing System

suatu sistem perhitungan biaya


produksi untuk menentukan
harga pokok produksi pada
perusahaan atas dasar
pesanan

- Aktivitas produksi bila ada


pesanan
- Produk berbagai macam
sesuai pesanan
- Biaya Produksi = Biaya
Langsung (bahan baku dan
tenaga kerja) + Biaya Tidak
Langsung
- Beban Pokok Produksi =
Total Cost/Total Unit

2.

Process Costing System

sistem perhitungan biaya


produksi yang dibebankan
pada pusat biaya dan
diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan barang
atau jasa secara terus menerus

- Aktivitas produksi
barang/jasa terus menerus
- Produksi banyak untuk
mengisi persediaan
- Produk homogen
- Beban Pokok Produksi =
Total Cost pada pusat
biaya/Total Unit

3.

Activity-based Costing System


(ABC)

sistem perhitungan biaya yang


menerapkan pembebanan
biaya terhadap aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan
suatu produk atau jasa.

- Produk mengkonsumsi
aktivitas, aktivitas
mengkonsumsi sumber daya
- Aktivitas yang tidak bernilai
tambah berkurang/hilang

20 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

6.

Data dan Dokumentasi Informasi Biaya


Harus Konsisten, Bisa Direkonsiliasi,
dan Mutakhir

satuan kerja juga harus menyimpan dan


mendokumentasikan dokumen dan data
pendukung usulan anggaran dalam bentuk
hardcopy dan softcopy guna penelitian, reviu
maupun pemeriksaan atas usulan anggaran
oleh setiap satuan kerja.

21 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

esuai dengan ketentuan petunjuk penyusunan


dan penelaahan RKA-K/L, unit organisasi atau
satuan kerja juga harus menyimpan dan
mendokumentasikan dokumen dan data pendukung
usulan anggaran dalam bentuk hardcopy dan softcopy
guna penelitian, reviu maupun pemeriksaan atas
usulan anggaran oleh setiap satuan kerja. Data dan
dokumen tersebut antara lain Term of Reference (TOR),
Rincian Anggaran Biaya (RAB), daftar harga (price list),
kontrak tahun sebelumnya, matriks usulan Tim, dan
data/dokumen terkait lainnya. Data tersebut nantinya
bisa dimanfaatkan juga guna continuous improvement.
Selain itu, dalam rangka monitoring dan evaluasi,
setiap satuan kerja seharusnya mendokumentasikan
seluruh asumsi, proses, dan perhitungan yang
digunakan untuk menghasilkan informasi biaya.
Seluruh data tersebut direviu minimal setiap dua tahun
untuk memastikan keberlanjutan validitasnya.
Adaupun sumber data penyajian informasi biaya dapat
berupa biaya aktual, biaya historis, biaya rata-rata
tahun jamak, biaya estimasi, dan biaya standar
(standard cost).

Setidaknya terdapat enam prinsip yang digunakan dalam hal penentuan struktur biaya dan
penghitungan biaya bagi pencapaian output organisasi, yaitu (1) penentuan struktur aktivitas untuk
menghasilkan suatu output; (2) penentuan biaya membutuhkan konsultasi dan pertimbangan; (3)
perhitungan biaya harus disesuaikan dengan tujuan untuk apa informasi biaya digunakan; (4) biaya
tidak selalu berubah proporsional dengan volume; (5) penentuan biaya dilakukan secara konsisten
untuk tujuan costing yang sama; (6) data dan dokumentasi informasi biaya harus konsisten, bisa
direkonsiliasi, dan mutakhir.

22 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 2

KONSEP STANDAR STRUKTUR BIAYA DAN PENENTUAN BIAYA

6.

Data dan Dokumentasi Informasi Biaya


Harus Konsisten, Bisa Direkonsiliasi,
dan Mutakhir

satuan kerja juga harus menyimpan dan


mendokumentasikan dokumen dan data
pendukung usulan anggaran dalam bentuk
hardcopy dan softcopy guna penelitian, reviu
maupun pemeriksaan atas usulan anggaran
oleh setiap satuan kerja.

21 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

esuai dengan ketentuan petunjuk penyusunan


dan penelaahan RKA-K/L, unit organisasi atau
satuan kerja juga harus menyimpan dan
mendokumentasikan dokumen dan data pendukung
usulan anggaran dalam bentuk hardcopy dan softcopy
guna penelitian, reviu maupun pemeriksaan atas
usulan anggaran oleh setiap satuan kerja. Data dan
dokumen tersebut antara lain Term of Reference (TOR),
Rincian Anggaran Biaya (RAB), daftar harga (price list),
kontrak tahun sebelumnya, matriks usulan Tim, dan
data/dokumen terkait lainnya. Data tersebut nantinya
bisa dimanfaatkan juga guna continuous improvement.
Selain itu, dalam rangka monitoring dan evaluasi,
setiap satuan kerja seharusnya mendokumentasikan
seluruh asumsi, proses, dan perhitungan yang
digunakan untuk menghasilkan informasi biaya.
Seluruh data tersebut direviu minimal setiap dua tahun
untuk memastikan keberlanjutan validitasnya.
Adaupun sumber data penyajian informasi biaya dapat
berupa biaya aktual, biaya historis, biaya rata-rata
tahun jamak, biaya estimasi, dan biaya standar
(standard cost).

Setidaknya terdapat enam prinsip yang digunakan dalam hal penentuan struktur biaya dan
penghitungan biaya bagi pencapaian output organisasi, yaitu (1) penentuan struktur aktivitas untuk
menghasilkan suatu output; (2) penentuan biaya membutuhkan konsultasi dan pertimbangan; (3)
perhitungan biaya harus disesuaikan dengan tujuan untuk apa informasi biaya digunakan; (4) biaya
tidak selalu berubah proporsional dengan volume; (5) penentuan biaya dilakukan secara konsisten
untuk tujuan costing yang sama; (6) data dan dokumentasi informasi biaya harus konsisten, bisa
direkonsiliasi, dan mutakhir.

22 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

STANDAR STRUKTUR BIAYA

STANDAR STRUKTUR
BIAYA
Standar biaya sebagai salah satu instrumen
Penganggaran Berbasis Kinerja berperan penting
dalam mengawal efektivitas dan esiensi anggaran.
Sebagaimana telah disebutkan, adanya standardisasi
biaya menyebabkan aktivitas administratif dapat
dikurangi sehingga penyusun anggaran akan lebih
cost conscious dan fokus kepada output yang
bersifat tugas dan fungsi. Oleh karena itu, Pedoman
Standar Struktur Biaya menstandardkan
tahapan/aktivitas pencapaian output yang
seharusnya dapat disusun dengan struktur sama.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

onteks penyusunan RKA-K/L,


output tersebut antara lain adalah
output Layanan Kesekretariatan,
output Layanan Perkantoran, dan output
Sarana Prasarana (Belanja Modal). Dilihat
dari karakteristiknya rumusan outputoutput tersebut merupakan sebuah input,
namun sampai pada penyusunan RKAK/L TA 2016 ketiga output tersebut masih
dikategorikan sebagai output/produk
akhir. Dalam penyusunan RKA-K/L tahuntahun berikutnya, jenis output-output
tersebut akan distandarkan sebagai input
sebagaimana telah diatur dalam PMK
Juksunlah.

Layanan Kesekretariatan

erupakan output pada sekretariat kantor


pusat unit eselon I yang bersifat dukungan
terhadap manajemen internal (supporting)
dan umumnya memiliki kesamaan tugas dan fungsi
pada setiap unit. Buku Pedoman Standar Struktur
Biaya ini disusun berdasarkan pendekatan fungsi dan
tidak mencerminkan struktur organisasi. Oleh sebab
itu, apabila terdapat perbedaan struktur organisasi unit
eselon I dengan yang diuraikan dalam pedoman ini,
struktur biaya dapat disesuaikan dengan unit
pelaksana tusi yang ada pada unit eselon I yang
bersangkutan. Adapun tahapan/aktivitas pencapaian
output yang dijabarkan pada Output Layanan
Kesekretariatan ini merupakan aktivitas yang bersifat
rutin/berlanjut. Sedangkan aktivitas yang bersifat
project/inisiatif strategis/crash program dapat
disesuaikan dengan masing-masing unit eselon I.

24

/ PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

STANDAR STRUKTUR BIAYA

STANDAR STRUKTUR
BIAYA
Standar biaya sebagai salah satu instrumen
Penganggaran Berbasis Kinerja berperan penting
dalam mengawal efektivitas dan esiensi anggaran.
Sebagaimana telah disebutkan, adanya standardisasi
biaya menyebabkan aktivitas administratif dapat
dikurangi sehingga penyusun anggaran akan lebih
cost conscious dan fokus kepada output yang
bersifat tugas dan fungsi. Oleh karena itu, Pedoman
Standar Struktur Biaya menstandardkan
tahapan/aktivitas pencapaian output yang
seharusnya dapat disusun dengan struktur sama.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

onteks penyusunan RKA-K/L,


output tersebut antara lain adalah
output Layanan Kesekretariatan,
output Layanan Perkantoran, dan output
Sarana Prasarana (Belanja Modal). Dilihat
dari karakteristiknya rumusan outputoutput tersebut merupakan sebuah input,
namun sampai pada penyusunan RKAK/L TA 2016 ketiga output tersebut masih
dikategorikan sebagai output/produk
akhir. Dalam penyusunan RKA-K/L tahuntahun berikutnya, jenis output-output
tersebut akan distandarkan sebagai input
sebagaimana telah diatur dalam PMK
Juksunlah.

Layanan Kesekretariatan

erupakan output pada sekretariat kantor


pusat unit eselon I yang bersifat dukungan
terhadap manajemen internal (supporting)
dan umumnya memiliki kesamaan tugas dan fungsi
pada setiap unit. Buku Pedoman Standar Struktur
Biaya ini disusun berdasarkan pendekatan fungsi dan
tidak mencerminkan struktur organisasi. Oleh sebab
itu, apabila terdapat perbedaan struktur organisasi unit
eselon I dengan yang diuraikan dalam pedoman ini,
struktur biaya dapat disesuaikan dengan unit
pelaksana tusi yang ada pada unit eselon I yang
bersangkutan. Adapun tahapan/aktivitas pencapaian
output yang dijabarkan pada Output Layanan
Kesekretariatan ini merupakan aktivitas yang bersifat
rutin/berlanjut. Sedangkan aktivitas yang bersifat
project/inisiatif strategis/crash program dapat
disesuaikan dengan masing-masing unit eselon I.

24

/ PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Adapun lima fungsi yang terdapat pada sekretariat unit


eselon I, yaitu:

Fungsi
Keuangan

Merupakan fungsi dalam manajemen yang


merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
pemanfaatan sumber daya keuangan dalam kegiatan
organisasi secara esien dan efektif. Tugas fungsi
keuangan diantaranya adalah:

Fungsi
Sumber Daya
Manusia

Fungsi
Perlengkapan

Melaksanakan penyusunan rencana kerja dan


anggaran;

Melaksanakan urusan kebendaharaan;

Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan


pelaksanaan anggaran.

perlengkapan dalam cakupan layanan kesekretariatan


antara lain:

penyusunan rencana kebutuhan dan pelaksanaan


urusan pengadaan perlengkapan, serta
pelaksanaan, penyiapan dokumen, dan pelaporan
layanan pemilihan penyedia barang/jasa;

pelaksanaan urusan penyimpanan dan distribusi


perlengkapan;

pelaksanaan inventarisasi, pemeliharaan dan


penghapusan sarana dan prasarana yang menjadi
aset milik Negara.

Fungsi
Organisasi dan
Kepatuhan Internal
Merupakan sebuah fungsi dalam organisasi yang
didesain untuk memaksimalkan potensi kinerja
pegawai dalam memberikan layanan yang mendukung
sasaran strategis pegawai itu sendiri maupun
organisasi. Layanan Manajemen SDM dalam sebuah
organisasi lebih berfokus pada dua hal besar yaitu
kebijakan dan sistem. Aktivitas yang mendukung dua
hal tersebut antara lain terkait dengan, rekrutmen,
career path (pola karir), pendidikan dan pelatihan,
reward and punishment.

Merupakan fungsi yang menyelenggarakan urusan


perlengkapan/Barang Milik Negara (BMN), yang terkait
dengan proses penyusunan rencana kebutuhan dan
penganggaran, pelaksanaan pengadaan, penggunaan
dan pemanfaatan, pengamanan, pemindahtanganan,
penghapusan, penatausahaan, hingga pemantauan
dan pelaporan BMN. Adapun tugas dan fungsi

25 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Merupakan fungsi dalam manajemen yang terkait


dengan pembinaan dan penataan organisasi, tata
laksana dan jabatan fungsional. Pada unit-unit tertentu,
fungsi organisasi juga mencakup fungsi kepatuhan
internal. Tugas dan fungsi organisasi dan kepatuhan
internal dalam cakupan layanan kesekretariatan antara
lain:

pembinaan, koordinasi evaluasi, dan monitoring


organisasi, analisis jabatan, dan peningkatan kinerja
organisasi;

pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring


sistem dan prosedur kerja, sistem administrasi
umum, tata laksana pelayanan publik, dan
penyusunan laporan akuntabilitas kinerja;

pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring


jabatan fungsional;

penyusunan kerangka kerja, pelaksanaan dan


pembinaan kepatuhan internal.

Fungsi
Umum

Merupakan fungsi dalam manajemen yang


melaksanakan/menyelenggarakan layanan yang terkait
dengan layanan tata usaha, layanan kehumasan dan
protokoler, layanan IT, layanan rumah tangga dan
layanan hukum. Tugas dan fungsi layanan umum
antara lain:

pelaksanaan urusan surat menyurat, komputerisasi


persuratan, kearsipan dan pengelolaan
kepustakaan;

pelaksanaaan layanan dukungan pimpinan;

pelaksanaan layanan kehumasan, pelaksanaan


layanan informasi/publikasi;

pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan


sistem informasi dan dukungan teknis penggunaan
teknologi informasi;

pelaksanaan layanan rumah tangga, ekspedisi,


penggandaan, pengadaan dan distribusi alat tulis
kantor, angkutan, pemeliharaan sarana dan
prasarana, serta penatausahaan, pengamanan,
pengawasan barang milik negara;

pelaksanaan penyusunan rumusan kebijakan,


pemberian pertimbangan dan bantuan hukum
terhadap masalah hukum yang timbul akibat
pelaksanaan tugas.

Layanan Perkantoran

erupakan output yang bersifat layanan


internal kepada satuan kerja terdiri dari
Belanja Barang dan Belanja Barang
Operasional. Tahapan/aktivitas Layanan Perkantoran
telah ditentukan dalam PMK Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-K/L, terdiri dari tiga komponen, yaitu
Komponen 001, Komponen 002, dan Komponen 005.

Sarana Prasarana
(Belanja Modal)

erupakan belanja dalam rangka memperoleh


atau menambah nilai aset tetap/aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi dan melebihi batas minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
pemerintah. Dalam proses penyusunan RKA-K/L
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
Belanja Modal, baik dari sisi struktur biaya yang harus
dipenuhi/dikapitalisasi, maupun data dukung yang
dapat menjelaskan dilaksanakannya Belanja Modal
tersebut, seperti TOR, RAB, dan data dukung teknis
lainnya.

26 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Adapun lima fungsi yang terdapat pada sekretariat unit


eselon I, yaitu:

Fungsi
Keuangan

Merupakan fungsi dalam manajemen yang


merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
pemanfaatan sumber daya keuangan dalam kegiatan
organisasi secara esien dan efektif. Tugas fungsi
keuangan diantaranya adalah:

Fungsi
Sumber Daya
Manusia

Fungsi
Perlengkapan

Melaksanakan penyusunan rencana kerja dan


anggaran;

Melaksanakan urusan kebendaharaan;

Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan


pelaksanaan anggaran.

perlengkapan dalam cakupan layanan kesekretariatan


antara lain:

penyusunan rencana kebutuhan dan pelaksanaan


urusan pengadaan perlengkapan, serta
pelaksanaan, penyiapan dokumen, dan pelaporan
layanan pemilihan penyedia barang/jasa;

pelaksanaan urusan penyimpanan dan distribusi


perlengkapan;

pelaksanaan inventarisasi, pemeliharaan dan


penghapusan sarana dan prasarana yang menjadi
aset milik Negara.

Fungsi
Organisasi dan
Kepatuhan Internal
Merupakan sebuah fungsi dalam organisasi yang
didesain untuk memaksimalkan potensi kinerja
pegawai dalam memberikan layanan yang mendukung
sasaran strategis pegawai itu sendiri maupun
organisasi. Layanan Manajemen SDM dalam sebuah
organisasi lebih berfokus pada dua hal besar yaitu
kebijakan dan sistem. Aktivitas yang mendukung dua
hal tersebut antara lain terkait dengan, rekrutmen,
career path (pola karir), pendidikan dan pelatihan,
reward and punishment.

Merupakan fungsi yang menyelenggarakan urusan


perlengkapan/Barang Milik Negara (BMN), yang terkait
dengan proses penyusunan rencana kebutuhan dan
penganggaran, pelaksanaan pengadaan, penggunaan
dan pemanfaatan, pengamanan, pemindahtanganan,
penghapusan, penatausahaan, hingga pemantauan
dan pelaporan BMN. Adapun tugas dan fungsi

25 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Merupakan fungsi dalam manajemen yang terkait


dengan pembinaan dan penataan organisasi, tata
laksana dan jabatan fungsional. Pada unit-unit tertentu,
fungsi organisasi juga mencakup fungsi kepatuhan
internal. Tugas dan fungsi organisasi dan kepatuhan
internal dalam cakupan layanan kesekretariatan antara
lain:

pembinaan, koordinasi evaluasi, dan monitoring


organisasi, analisis jabatan, dan peningkatan kinerja
organisasi;

pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring


sistem dan prosedur kerja, sistem administrasi
umum, tata laksana pelayanan publik, dan
penyusunan laporan akuntabilitas kinerja;

pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan monitoring


jabatan fungsional;

penyusunan kerangka kerja, pelaksanaan dan


pembinaan kepatuhan internal.

Fungsi
Umum

Merupakan fungsi dalam manajemen yang


melaksanakan/menyelenggarakan layanan yang terkait
dengan layanan tata usaha, layanan kehumasan dan
protokoler, layanan IT, layanan rumah tangga dan
layanan hukum. Tugas dan fungsi layanan umum
antara lain:

pelaksanaan urusan surat menyurat, komputerisasi


persuratan, kearsipan dan pengelolaan
kepustakaan;

pelaksanaaan layanan dukungan pimpinan;

pelaksanaan layanan kehumasan, pelaksanaan


layanan informasi/publikasi;

pelaksanaan pengembangan dan pengelolaan


sistem informasi dan dukungan teknis penggunaan
teknologi informasi;

pelaksanaan layanan rumah tangga, ekspedisi,


penggandaan, pengadaan dan distribusi alat tulis
kantor, angkutan, pemeliharaan sarana dan
prasarana, serta penatausahaan, pengamanan,
pengawasan barang milik negara;

pelaksanaan penyusunan rumusan kebijakan,


pemberian pertimbangan dan bantuan hukum
terhadap masalah hukum yang timbul akibat
pelaksanaan tugas.

Layanan Perkantoran

erupakan output yang bersifat layanan


internal kepada satuan kerja terdiri dari
Belanja Barang dan Belanja Barang
Operasional. Tahapan/aktivitas Layanan Perkantoran
telah ditentukan dalam PMK Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-K/L, terdiri dari tiga komponen, yaitu
Komponen 001, Komponen 002, dan Komponen 005.

Sarana Prasarana
(Belanja Modal)

erupakan belanja dalam rangka memperoleh


atau menambah nilai aset tetap/aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu
periode akuntansi dan melebihi batas minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan
pemerintah. Dalam proses penyusunan RKA-K/L
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait
Belanja Modal, baik dari sisi struktur biaya yang harus
dipenuhi/dikapitalisasi, maupun data dukung yang
dapat menjelaskan dilaksanakannya Belanja Modal
tersebut, seperti TOR, RAB, dan data dukung teknis
lainnya.

26 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Output Layanan Kesekretariatan.

Penyusunan
Dokumen
Perencanaan

Merupakan output yang dihasilkan oleh sekretariat dan umumnya memiliki lima fungsi
layanan yang sama pada setiap unit eselon I (walaupun tidak selalu berada pada struktur
organisasi yang sama). Dalam hal penyusunan anggaran melalui aplikasi RKA-K/L,
kelima fungsi ini merupakan suboutput dari output Layanan Kesekretariatan. Adapun
komponen/aktivitas yang dilakukan untuk mencapai output/suboutput ini
menggunakan pendekatan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK).

Aktivitas penyusunan dokumen perencanaan


dilaksanakan melalui proses koordinasi penyusunan
rencana kerja dan rencana strategis unit eselon I, dalam
mana unit eselon I melakukan koordinasi internal untuk
menyepakati rencana dan target kinerja untuk tahun
anggaran y+1.

menghadiri Bilateral Meeting tingkat kementerian


dengan Biro Perencanaan dan Keuangan;

menghadiri Trilateral Meeting bersama Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Direktorat Jenderal Anggaran selaku Chief Financial
Ofcer (CFO).

Aktivitas penyusunan dokumen perencanaan antara


lain meliputi:

Dalam aktivitas penyusunan dokumen perencanaan


terdapat biaya-biaya yang mungkin akan timbul,
antara lain biaya penyelenggaraan rapat, perjalanan
dinas dan jasa profesi. Biaya-biaya ini
dimungkinkan timbul terutama dalam rangka
koordinasi penyusunan dokumen perencanaan
antar satker. Adapun kegiatan bilateral meeting
tingkat kementerian dan trilateral meeting pada
umumnya tidak menimbulkan biaya bagi unit eselon
I.

melaksanakan proses pemetaan dan pemutakhiran


outcome unit eselon I;

melakukan koordinasi penyusunan sasaran


strategis/outcome unit eselon I beserta indikator
kinerja dan output strategis melalui Resource
Forum maupun Bilateral Meeting tingkat unit eselon
I;

Suboutput Layanan
Pengelolaan Keuangan

erupakan suboutput yang dihasilkan


berdasarkan siklus keuangan organisasi,
dimulai dari perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan anggaran, hingga
pelaporan keuangan. Suboutput tersebut terdiri dari
beberapa aktivitas antara lain:

LAYANAN PENGELOLAAN
KEUANGAN

Penyusunan
RKA-K/L

1. Penyusunan Dokumen Perencanaan;


2. Penyusunan RKA-K/L;
3. Penyelenggaraan Layanan Perbendaharaan;
4. Penyusunan Laporan Keuangan.

27 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Penyusunan
Dokumen
Perencanaan

Penyusunan
RKA-K/L

Penyelenggaraan
Layanan
Perbendaharaan

Penyusunan
Laporan
Keuangan

Aktivitas penyusunan RKA-K/L merupakan tindak


lanjut atau rangkaian proses setelah tersusunnya
Renstra dan Renja K/L. Pada tahap ini kebutuhan
sumber daya guna mencapai target kinerja dihitung
secara komprehensif. Aktivitas-aktivitas yang
diperlukan akan direviu relevansinya terhadap capaian
output. Data dukung yang diperlukan untuk
melengkapi proposal kegiatan akan dipenuhi dan
dievaluasi pada tahap ini.
Secara lebih lanjut aktivitas ini meliputi antara lain
kegiatan sebagai berikut:

menyusun rencana kebutuhan anggaran y+1 (reviu


angka dasar dan inisiatif baru);

menyusun dokumen RKA-K/L pagu anggaran dan


pagu alokasi melalui aplikasi;

memonitor hasil reviu RKA-K/L oleh APIP dan

Catatan Hasil Penelitian (CHP) oleh Biro


Perencanaan dan Keuangan baik pada saat pagu
anggaran maupun saat pagu alokasi;

menghadiri proses penelaahan dengan Bappenas


dan Direktorat Jenderal Anggaran;

melakukan pembinaan (bimbingan teknis anggaran)


khususnya bagi unit yang memiliki satker vertikal;

menyiapkan usulan revisi anggaran;

melakukan tindak lanjut APBN-P.

Dalam aktivitas penyusunan RKA-K/L DIPA ini terdapat


biaya-biaya yang pada umumnya diperlukan antara lain
biaya penyelenggaraan rapat, perjalanan dinas dan
jasa profesi. Adapun kegiatan memonitor hasil reviu
dan CHP dan menghadiri proses penelaahan pada
umumnya tidak menimbulkan biaya bagi unit eselon I.

28 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Output Layanan Kesekretariatan.

Penyusunan
Dokumen
Perencanaan

Merupakan output yang dihasilkan oleh sekretariat dan umumnya memiliki lima fungsi
layanan yang sama pada setiap unit eselon I (walaupun tidak selalu berada pada struktur
organisasi yang sama). Dalam hal penyusunan anggaran melalui aplikasi RKA-K/L,
kelima fungsi ini merupakan suboutput dari output Layanan Kesekretariatan. Adapun
komponen/aktivitas yang dilakukan untuk mencapai output/suboutput ini
menggunakan pendekatan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK).

Aktivitas penyusunan dokumen perencanaan


dilaksanakan melalui proses koordinasi penyusunan
rencana kerja dan rencana strategis unit eselon I, dalam
mana unit eselon I melakukan koordinasi internal untuk
menyepakati rencana dan target kinerja untuk tahun
anggaran y+1.

menghadiri Bilateral Meeting tingkat kementerian


dengan Biro Perencanaan dan Keuangan;

menghadiri Trilateral Meeting bersama Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Direktorat Jenderal Anggaran selaku Chief Financial
Ofcer (CFO).

Aktivitas penyusunan dokumen perencanaan antara


lain meliputi:

Dalam aktivitas penyusunan dokumen perencanaan


terdapat biaya-biaya yang mungkin akan timbul,
antara lain biaya penyelenggaraan rapat, perjalanan
dinas dan jasa profesi. Biaya-biaya ini
dimungkinkan timbul terutama dalam rangka
koordinasi penyusunan dokumen perencanaan
antar satker. Adapun kegiatan bilateral meeting
tingkat kementerian dan trilateral meeting pada
umumnya tidak menimbulkan biaya bagi unit eselon
I.

melaksanakan proses pemetaan dan pemutakhiran


outcome unit eselon I;

melakukan koordinasi penyusunan sasaran


strategis/outcome unit eselon I beserta indikator
kinerja dan output strategis melalui Resource
Forum maupun Bilateral Meeting tingkat unit eselon
I;

Suboutput Layanan
Pengelolaan Keuangan

erupakan suboutput yang dihasilkan


berdasarkan siklus keuangan organisasi,
dimulai dari perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan anggaran, hingga
pelaporan keuangan. Suboutput tersebut terdiri dari
beberapa aktivitas antara lain:

LAYANAN PENGELOLAAN
KEUANGAN

Penyusunan
RKA-K/L

1. Penyusunan Dokumen Perencanaan;


2. Penyusunan RKA-K/L;
3. Penyelenggaraan Layanan Perbendaharaan;
4. Penyusunan Laporan Keuangan.

27 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Penyusunan
Dokumen
Perencanaan

Penyusunan
RKA-K/L

Penyelenggaraan
Layanan
Perbendaharaan

Penyusunan
Laporan
Keuangan

Aktivitas penyusunan RKA-K/L merupakan tindak


lanjut atau rangkaian proses setelah tersusunnya
Renstra dan Renja K/L. Pada tahap ini kebutuhan
sumber daya guna mencapai target kinerja dihitung
secara komprehensif. Aktivitas-aktivitas yang
diperlukan akan direviu relevansinya terhadap capaian
output. Data dukung yang diperlukan untuk
melengkapi proposal kegiatan akan dipenuhi dan
dievaluasi pada tahap ini.
Secara lebih lanjut aktivitas ini meliputi antara lain
kegiatan sebagai berikut:

menyusun rencana kebutuhan anggaran y+1 (reviu


angka dasar dan inisiatif baru);

menyusun dokumen RKA-K/L pagu anggaran dan


pagu alokasi melalui aplikasi;

memonitor hasil reviu RKA-K/L oleh APIP dan

Catatan Hasil Penelitian (CHP) oleh Biro


Perencanaan dan Keuangan baik pada saat pagu
anggaran maupun saat pagu alokasi;

menghadiri proses penelaahan dengan Bappenas


dan Direktorat Jenderal Anggaran;

melakukan pembinaan (bimbingan teknis anggaran)


khususnya bagi unit yang memiliki satker vertikal;

menyiapkan usulan revisi anggaran;

melakukan tindak lanjut APBN-P.

Dalam aktivitas penyusunan RKA-K/L DIPA ini terdapat


biaya-biaya yang pada umumnya diperlukan antara lain
biaya penyelenggaraan rapat, perjalanan dinas dan
jasa profesi. Adapun kegiatan memonitor hasil reviu
dan CHP dan menghadiri proses penelaahan pada
umumnya tidak menimbulkan biaya bagi unit eselon I.

28 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Penyelenggaraan
Layanan
Perbendaharaan

Aktivitas penyelenggaraan layanan perbendaharaan


merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan
anggaran yang dimulai dari penyusunan rencana
penarikan kas hingga penatausahaan pembayaran.
Dalam rangka penyelenggaraan layanan
perbendaharaan terdapat serangkaian kegiatan yang
dilakukan unit eselon I sebagai berikut:

menyusun rencana penarikan kas;

melakukan pengujian tagihan serta penerbitan surat


perintah membayar dan penetapan Surat
Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP);

melakukan penilaian dan pengesahan terhadap


penggunaan uang yang telah disalurkan;

menghitung kebutuhan pembayaran gaji;

menatausahakan dokumen pembayaran.

Suboutput Layanan
Pengelolaan BMN
LAYANAN PENGELOLAAN
BMN

Dalam proses penyelenggaraan layanan


perbendaharaan pada umumnya kegiatan yang
dilakukan tidak memerlukan alokasi biaya secara
khusus.

Dalam rangka penyelenggaraan urusan BMN,


dihasilkan suboutput Layanan Pengelolaan BMN pada
output Layanan Kesekretariatan. Layanan ini secara
umum melaksanakan tiga aktivitas utama yang
mencakup siklus pengelolaan BMN, yaitu:

Penyusunan
Rencana
Kebutuhan
Barang Milik
Negara

1. Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik


Negara
2. Pelaksanaan Layanan Pengelolaan BMN
Penyusunan
Laporan
Keuangan

Aktivitas penyusunan laporan keuangan merupakan


aktivitas terkait dengan pencatatan, pengumpulan,
serta penyusunan data dan transaksi keuangan
menjadi suatu laporan keuangan. Penyusunan laporan
keuangan dilakukan secara berjenjang dari tingkat
satker, Kanwil, Kantor Pusat sampai dengan
Kementerian. Guna meningkatkan kualitas/keandalan
data dilakukan rekonsiliasi pada setiap jenjang
penyusun laporan keuangan. Laporan keuangan
disusun secara periodik antara lain:
a. Laporan keuangan triwulan I;
b. Laporan keuangan semester I;
c. Laporan keuangan triwulan III;
d. Laporan keuangan tahunan unaudited;
e. Laporan keuangan tahunan audited.

29 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Aktivitas penyusunan laporan keuangan meliputi


beberapa kegiatan sebagai berikut:

mengonsolidasi laporan keuangan;

melakukan rekonsiliasi data;

melakukan pembinaan penyusunan laporan


keuangan;

memonitor tindak lanjut temuan BPK.

Dalam proses pemeriksaan oleh auditor eksternal


(BPK) atas Laporan Keuangan K/L, terdapat temuan
yang perlu ditindaklanjuti dan dimonitor progres
penyelesaiannya. Lokus temuan pemeriksaan dapat di
Kantor Pusat ataupun kantor daerah.
Biaya yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan
kegiatan di atas antara lain biaya penyelenggaraan
rapat, perjalanan dinas, dan jasa profesi.

3. Penyusunan Laporan BMN

Penyusunan
Rencana
Kebutuhan
Barang Milik
Negara

Aktivitas penyusunan rencana kebutuhan BMN


(RKBMN) merupakan aktivitas awal dari serangkaian
layanan pengelolaan aset, yaitu kegiatan yang
dilaksanakan untuk menghubungkan ketersediaan
BMN sebagai hasil pengadaan yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan.
RKBMN yang disusun oleh unit eselon I setidaknya
merupakan Rencana Pengadaan BMN dan Rencana
Pemeliharaan BMN. Rencana pengadaan BMN
disusun dengan memerhatikan ketersediaan BMN
yang ada pada suatu organisasi dengan berpedoman
pada Rencana Strategis, Standar Barang, dan Standar
Kebutuhan; sedangkan rencana pemeliharaan BMN
disusun dengan memerhatikan daftar barang yang
memuat informasi mengenai status barang dan kondisi
barang.

Pelaksanaan
Layanan
Pengelolaan
BMN

Penyusunan
Laporan BMN

Sebagai pengguna barang, kegiatan ini terdiri


dari/tidak terbatas pada:

meneliti RKBMN yang telah disampaikan oleh


Kuasa Pengguna Barang;

menyusun RKBMN tingkat Pengguna Barang;

menyampaikan RKBMN tingkat Pengguna Barang


kepada Pengelola Barang;

melaksanakan proses penggabungan RKBMN


untuk wilayah kerja bagi satker yang memiliki unit
vertikal;

melakukan reviu bersama APIP terhadap


kebenaran, kelengkapan, dan kepatuhan usulan
RKBMN.

Berdasarkan aktivitas di atas, biaya-biaya yang


mungkin timbul antara lain biaya penyelenggaraan
rapat, jasa profesi, serta biaya perjalanan dinas.

30 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Penyelenggaraan
Layanan
Perbendaharaan

Aktivitas penyelenggaraan layanan perbendaharaan


merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan
anggaran yang dimulai dari penyusunan rencana
penarikan kas hingga penatausahaan pembayaran.
Dalam rangka penyelenggaraan layanan
perbendaharaan terdapat serangkaian kegiatan yang
dilakukan unit eselon I sebagai berikut:

menyusun rencana penarikan kas;

melakukan pengujian tagihan serta penerbitan surat


perintah membayar dan penetapan Surat
Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP);

melakukan penilaian dan pengesahan terhadap


penggunaan uang yang telah disalurkan;

menghitung kebutuhan pembayaran gaji;

menatausahakan dokumen pembayaran.

Suboutput Layanan
Pengelolaan BMN
LAYANAN PENGELOLAAN
BMN

Dalam proses penyelenggaraan layanan


perbendaharaan pada umumnya kegiatan yang
dilakukan tidak memerlukan alokasi biaya secara
khusus.

Dalam rangka penyelenggaraan urusan BMN,


dihasilkan suboutput Layanan Pengelolaan BMN pada
output Layanan Kesekretariatan. Layanan ini secara
umum melaksanakan tiga aktivitas utama yang
mencakup siklus pengelolaan BMN, yaitu:

Penyusunan
Rencana
Kebutuhan
Barang Milik
Negara

1. Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik


Negara
2. Pelaksanaan Layanan Pengelolaan BMN
Penyusunan
Laporan
Keuangan

Aktivitas penyusunan laporan keuangan merupakan


aktivitas terkait dengan pencatatan, pengumpulan,
serta penyusunan data dan transaksi keuangan
menjadi suatu laporan keuangan. Penyusunan laporan
keuangan dilakukan secara berjenjang dari tingkat
satker, Kanwil, Kantor Pusat sampai dengan
Kementerian. Guna meningkatkan kualitas/keandalan
data dilakukan rekonsiliasi pada setiap jenjang
penyusun laporan keuangan. Laporan keuangan
disusun secara periodik antara lain:
a. Laporan keuangan triwulan I;
b. Laporan keuangan semester I;
c. Laporan keuangan triwulan III;
d. Laporan keuangan tahunan unaudited;
e. Laporan keuangan tahunan audited.

29 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Aktivitas penyusunan laporan keuangan meliputi


beberapa kegiatan sebagai berikut:

mengonsolidasi laporan keuangan;

melakukan rekonsiliasi data;

melakukan pembinaan penyusunan laporan


keuangan;

memonitor tindak lanjut temuan BPK.

Dalam proses pemeriksaan oleh auditor eksternal


(BPK) atas Laporan Keuangan K/L, terdapat temuan
yang perlu ditindaklanjuti dan dimonitor progres
penyelesaiannya. Lokus temuan pemeriksaan dapat di
Kantor Pusat ataupun kantor daerah.
Biaya yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan
kegiatan di atas antara lain biaya penyelenggaraan
rapat, perjalanan dinas, dan jasa profesi.

3. Penyusunan Laporan BMN

Penyusunan
Rencana
Kebutuhan
Barang Milik
Negara

Aktivitas penyusunan rencana kebutuhan BMN


(RKBMN) merupakan aktivitas awal dari serangkaian
layanan pengelolaan aset, yaitu kegiatan yang
dilaksanakan untuk menghubungkan ketersediaan
BMN sebagai hasil pengadaan yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan.
RKBMN yang disusun oleh unit eselon I setidaknya
merupakan Rencana Pengadaan BMN dan Rencana
Pemeliharaan BMN. Rencana pengadaan BMN
disusun dengan memerhatikan ketersediaan BMN
yang ada pada suatu organisasi dengan berpedoman
pada Rencana Strategis, Standar Barang, dan Standar
Kebutuhan; sedangkan rencana pemeliharaan BMN
disusun dengan memerhatikan daftar barang yang
memuat informasi mengenai status barang dan kondisi
barang.

Pelaksanaan
Layanan
Pengelolaan
BMN

Penyusunan
Laporan BMN

Sebagai pengguna barang, kegiatan ini terdiri


dari/tidak terbatas pada:

meneliti RKBMN yang telah disampaikan oleh


Kuasa Pengguna Barang;

menyusun RKBMN tingkat Pengguna Barang;

menyampaikan RKBMN tingkat Pengguna Barang


kepada Pengelola Barang;

melaksanakan proses penggabungan RKBMN


untuk wilayah kerja bagi satker yang memiliki unit
vertikal;

melakukan reviu bersama APIP terhadap


kebenaran, kelengkapan, dan kepatuhan usulan
RKBMN.

Berdasarkan aktivitas di atas, biaya-biaya yang


mungkin timbul antara lain biaya penyelenggaraan
rapat, jasa profesi, serta biaya perjalanan dinas.

30 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelaksanaan
Layanan
Pengelolaan
BMN

Secara lebih lanjut aktivitas ini meliputi antara lain


kegiatan sebagai berikut:

melaksanakan pengadaan BMN;

menyiapkan dokumen dan melaporkan layanan


pemilihan penyedia barang/jasa;

menyimpan dan mendistribusikan BMN;

menatausahakan BMN;
Kegiatan ini meliputi setidaknya proses pembukuan
dan inventarisasi BMN. Pembukuan BMN
merupakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan
BMN ke dalam daftar barang menurut
penggolongan dan kodikasi barang, sedangkan
inventarisasi merupakan kegiatan untuk melakukan

Penyusunan
Laporan BMN

Aktivitas penyusunan laporan BMN, sama halnya


dengan penyusunan laporan keuangan, dilaksanakan
secara berjenjang dari tingkat satker, Kanwil, Kantor
Pusat sampai dengan Kementerian. Laporan BMN
disusun dan disampaikan pada periode semesteran
dan tahunan.
Secara lebih lanjut aktivitas ini meliputi antara lain
kegiatan sebagai berikut:

memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan


pengadaan BMN;
memverikasi Laporan BMN satker;

mengompilasi Laporan BMN tingkat Kanwil;

melakukan pembinaan/pendampingan
penyusunan Laporan BMN;

31 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Suboutput Layanan Organisasi


dan Kepatuhan Internal

pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil


pendataan BMN. Secara umum tidak terdapat
biaya yang timbul pada kegiatan inventarisasi dan
pencatatan BMN.

Aktivitas pelaksanaan layanan pengelolaan BMN


merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari
pengadaan BMN, penyimpanan dan distribusi BMN,
penatausahaan BMN, hingga penghapusan BMN.

m e n g u s u l k a n p e n g h a p u s a n
barang/menindaklanjuti hasil inventarisasi.

LAYANAN ORGANISASI
DAN KEPATUHAN INTERNAL

unit yang memiliki satker vertikal melakukan


pengumpulan data usulan penghapusan secara
berjenjang.

Merupakan suboutput yang dihasilkan berdasarkan


tugas pelaksanaaan pembinaan dan penataan
organisasi, tata laksana, jabatan fungsional dan
kepatuhan internal pada lingkup unit eselon I.
Suboutput layanan organisasi dan kepatuhan internal
terdiri dari beberapa aktivitas antara lain:

Dalam aktivitas pelaksanaan layanan BMN ini, biaya


yang mungkin timbul antara lain adalah honorarium,
biaya penyelenggaraan rapat (konsumsi, pengadaan
ATK dan perlengkapan habis pakai, penggandaan), dan
biaya perjalanan dinas. Adapun kegiatan
menatausahakan dan mengusulkan penghapusan
BMN pada umumnya tidak menimbulkan biaya bagi
unit eselon I.

melakukan rekonsiliasi data dengan pengelola


keuangan untuk laporan keuangan.

Jika diperlukan, unit dapat melakukan pemutakhiran


data di wilayah kerjanya. Guna esiensi pelaksanaan
kegiatan, penyusunan laporan BMN dapat dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pembinaan, misalnya
sosialisasi peraturan terkait pengadaan barang/jasa
dan pengelolaan BMN terbaru.
Biaya yang mungkin timbul pada aktivitas penyusunan
laporan BMN ini antara lain biaya penyelenggaraan
rapat, belanja jasa profesi dan belanja perjalanan dinas
dalam rangka pendampingan dan asistensi.

Penataan
Organisasi dan
Tata Laksana

1. Penataan Organisasi dan Tata Laksana


2. Manajemen Kinerja Organisasi

Manajemen
Kinerja
Organisasi

Pelaksanaan
Kepatuhan
Internal

3. Pelaksanaan Kepatuhan Internal

Penataan
Organisasi dan
Tata Laksana

Aktivitas penataan organisasi dan tata laksana


merupakan aktivitas yang terkait dengan pengumpulan
dan pengolahan data, penelaahan, analisis, dan
penyiapan bahan pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan
monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem
administrasi umum, tata laksana pelayanan publik,
organisasi, analisis dan evaluasi jabatan serta
peringkat jabatan. Rangkaian aktivitas tersebut
menitikberatkan pada penataan organisasi dari
perspektif organizational tness.
Aktivitas penataan organisasi dan tata laksana
meliputi:

memonitor dan mengevaluasi efektivitas kinerja


organisasi;

merumuskan dan menyempurnakan SOP dan


standar pelayanan publik;

mengumpulkan masukan kinerja atas pelayanan


publik;

mengevaluasi pelaksanaan SOP;

melaksanakan program pengarusutamaan gender


pada kantor pelayanan;

melakukan review dan penyempurnaan uraian dan


peringkat jabatan;

memonitor dan mengevaluasi efektivitas


organisasi;

merumuskan dan menyempurnakan beban kerja;

menyusun kamus kompetensi jabatan.

Aktivitas penataan organisasi dan tata laksana lebih


bersifat koordinatif, pembinaan, dan asistensi, baik
dengan administrator tingkat kementerian, maupun
dengan unit eselon II. Oleh sebab itu, biaya yang

32 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelaksanaan
Layanan
Pengelolaan
BMN

Secara lebih lanjut aktivitas ini meliputi antara lain


kegiatan sebagai berikut:

melaksanakan pengadaan BMN;

menyiapkan dokumen dan melaporkan layanan


pemilihan penyedia barang/jasa;

menyimpan dan mendistribusikan BMN;

menatausahakan BMN;
Kegiatan ini meliputi setidaknya proses pembukuan
dan inventarisasi BMN. Pembukuan BMN
merupakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan
BMN ke dalam daftar barang menurut
penggolongan dan kodikasi barang, sedangkan
inventarisasi merupakan kegiatan untuk melakukan

Penyusunan
Laporan BMN

Aktivitas penyusunan laporan BMN, sama halnya


dengan penyusunan laporan keuangan, dilaksanakan
secara berjenjang dari tingkat satker, Kanwil, Kantor
Pusat sampai dengan Kementerian. Laporan BMN
disusun dan disampaikan pada periode semesteran
dan tahunan.
Secara lebih lanjut aktivitas ini meliputi antara lain
kegiatan sebagai berikut:

memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan


pengadaan BMN;
memverikasi Laporan BMN satker;

mengompilasi Laporan BMN tingkat Kanwil;

melakukan pembinaan/pendampingan
penyusunan Laporan BMN;

31 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Suboutput Layanan Organisasi


dan Kepatuhan Internal

pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil


pendataan BMN. Secara umum tidak terdapat
biaya yang timbul pada kegiatan inventarisasi dan
pencatatan BMN.

Aktivitas pelaksanaan layanan pengelolaan BMN


merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari
pengadaan BMN, penyimpanan dan distribusi BMN,
penatausahaan BMN, hingga penghapusan BMN.

m e n g u s u l k a n p e n g h a p u s a n
barang/menindaklanjuti hasil inventarisasi.

LAYANAN ORGANISASI
DAN KEPATUHAN INTERNAL

unit yang memiliki satker vertikal melakukan


pengumpulan data usulan penghapusan secara
berjenjang.

Merupakan suboutput yang dihasilkan berdasarkan


tugas pelaksanaaan pembinaan dan penataan
organisasi, tata laksana, jabatan fungsional dan
kepatuhan internal pada lingkup unit eselon I.
Suboutput layanan organisasi dan kepatuhan internal
terdiri dari beberapa aktivitas antara lain:

Dalam aktivitas pelaksanaan layanan BMN ini, biaya


yang mungkin timbul antara lain adalah honorarium,
biaya penyelenggaraan rapat (konsumsi, pengadaan
ATK dan perlengkapan habis pakai, penggandaan), dan
biaya perjalanan dinas. Adapun kegiatan
menatausahakan dan mengusulkan penghapusan
BMN pada umumnya tidak menimbulkan biaya bagi
unit eselon I.

melakukan rekonsiliasi data dengan pengelola


keuangan untuk laporan keuangan.

Jika diperlukan, unit dapat melakukan pemutakhiran


data di wilayah kerjanya. Guna esiensi pelaksanaan
kegiatan, penyusunan laporan BMN dapat dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pembinaan, misalnya
sosialisasi peraturan terkait pengadaan barang/jasa
dan pengelolaan BMN terbaru.
Biaya yang mungkin timbul pada aktivitas penyusunan
laporan BMN ini antara lain biaya penyelenggaraan
rapat, belanja jasa profesi dan belanja perjalanan dinas
dalam rangka pendampingan dan asistensi.

Penataan
Organisasi dan
Tata Laksana

1. Penataan Organisasi dan Tata Laksana


2. Manajemen Kinerja Organisasi

Manajemen
Kinerja
Organisasi

Pelaksanaan
Kepatuhan
Internal

3. Pelaksanaan Kepatuhan Internal

Penataan
Organisasi dan
Tata Laksana

Aktivitas penataan organisasi dan tata laksana


merupakan aktivitas yang terkait dengan pengumpulan
dan pengolahan data, penelaahan, analisis, dan
penyiapan bahan pembinaan, koordinasi, evaluasi, dan
monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem
administrasi umum, tata laksana pelayanan publik,
organisasi, analisis dan evaluasi jabatan serta
peringkat jabatan. Rangkaian aktivitas tersebut
menitikberatkan pada penataan organisasi dari
perspektif organizational tness.
Aktivitas penataan organisasi dan tata laksana
meliputi:

memonitor dan mengevaluasi efektivitas kinerja


organisasi;

merumuskan dan menyempurnakan SOP dan


standar pelayanan publik;

mengumpulkan masukan kinerja atas pelayanan


publik;

mengevaluasi pelaksanaan SOP;

melaksanakan program pengarusutamaan gender


pada kantor pelayanan;

melakukan review dan penyempurnaan uraian dan


peringkat jabatan;

memonitor dan mengevaluasi efektivitas


organisasi;

merumuskan dan menyempurnakan beban kerja;

menyusun kamus kompetensi jabatan.

Aktivitas penataan organisasi dan tata laksana lebih


bersifat koordinatif, pembinaan, dan asistensi, baik
dengan administrator tingkat kementerian, maupun
dengan unit eselon II. Oleh sebab itu, biaya yang

32 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

aparat pengawas;

mungkin timbul terkait aktivitas penataan organisasi


dan tata laksana antara lain belanja bahan, biaya
penyelenggaraan rapat, jasa profesi, perjalanan dinas,
jasa konsultan, serta ATK dan komputer supplies.

Manajemen
Kinerja
Organisasi

Aktivitas manjemen kinerja organisasi merupakan


aktivitas yang terkait dengan perumusan kebijakan,
pengembangan, dan pemantauan penerapan
manajemen kinerja organisasi, penyiapan bahan
perumusan kebijakan, pengembangan, dan
p e m a n t a u a n m a n a j e m e n k i n e r j a o rg a n i s a s i ,
penyusunan laporan akuntabilitas kinerja serta
monitoring dan pelaporan program reformasi birokrasi.
Aktivitas manajemen kinerja organisasi meliputi:

Pelaksanaan
Kepatuhan
Internal

melaksanakan inisiatif strategi transformasi


kelembagaan;

melaksanakan program reformasi birokrasi;

m e n s o s i a l i s a s i k a n p ro g r a m t r a n s f o r m a s i
kelembagaan;

menerapkan program layanan bersama


Kementerian Keuangan di daerah;

Aktivitas pelaksanaan kepatuhan internal merupakan


aktivitas yang terkait dengan penyusunan strategi,
perancangan, dan pelaksanaan uji coba
pengembangan konsep quality assurance pelaksanaan
tugas, evaluasi dan pengembangan sistem
pengendalian internal, manajemen pengaduan,
pemantauan dan evaluasi hasil pemeriksaan,
pengelolaan sistem investigasi internal dan penegakan

33 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

melaksanakan pelatihan pegawai terkait konsep


Balanced Scorecard;

melakukan asistensi penyusunan peta strategi dan


IKU dengan unit eselon II;

melaksanakan koordinasi penyusunan peta strategi


dan IKU dengan Pushaka;

memonitor capaian kinerja;

mengevaluasi pelaksanaan tugas;

menyusun laporan akuntabilitas kinerja pemerintah;

melaksanakan rapat kerja evaluasi kinerja.

Biaya yang mungkin timbul terkait aktivitas manajemen


kinerja organisasi antara lain belanja bahan, biaya
penyelenggaraan rapat, jasa profesi, perjalanan dinas,
jasa konsultan, serta ATK dan komputer supplies.

kode etik dan disiplin pegawai serta analisis tindak


lanjut kepatuhan dan penetapan rekomendasi
penindakan.
Aktivitas pelaksanaan kepatuhan internal meliputi:

menganalisis temuan hasil pemeriksaan;

melaksanakan asistensi penyusunan tanggapan;

mengevaluasi tindak lanjut hasil pemeriksaan

menyusun dan menyempurnakan kode etik


pegawai;

melaksanakan audit internal;

menyusun prol risiko;

melakukan sosialisasi kode etik pegawai;

menyusun strategi pengendalian risiko;

memeriksa pelanggaran kode etik pegawai;

menyusun rencana mitigasi risiko;

melaksanakan asistensi dan pembinaan


implementasi manajemen risiko dengan unit eselon
II;

mengkaji dan menyusun rekomendasi atas materi


prosedur dan kode etik;

menyusun rekomendasi penindakan.

menetapkan zona integritas;

menyusun basis data pengaduan;

menindaklanjuti pengaduan;

Biaya yang mungkin timbul atas pelaksanaan aktivitas


pelaksanaan kepatuhan internal antara lain; belanja
bahan, perjalanan dinas, biaya rapat, ATK dan
komputer supplies, dan jasa profesi.

Suboutput Layanan Manajemen


Sumber Daya Manusia
LAYANAN MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA
Dalam Peraturan Menteri Keuangan terkait Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, pengelolaan
sumber daya manusia meliputi; pengangkatan,
pengembangan pegawai, penyusunan rencana
kebutuhan diklat, assessment center, kepangkatan,
penempatan, mutasi, pemberhentian, pemensiunan,
penggajian, penghargaan, hukuman disiplin, cuti,
absensi, data dan informasi, analisis kebutuhan
pegawai, penilaian kinerja pegawai, pengembangan
kompetensi dan jabatan, kepemimpinan, kode etik,
kepatuhan internal, dan perizinan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pelaksanaan Fungsi
SDM dapat difokuskan menjadi 2 (dua) kategori
aktivitas, yaitu:

Pelayanan
Administrasi
Kepegawaian

Pelayanan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia

1. Pelayanan Administrasi Kepegawaian


2. Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia

34 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

aparat pengawas;

mungkin timbul terkait aktivitas penataan organisasi


dan tata laksana antara lain belanja bahan, biaya
penyelenggaraan rapat, jasa profesi, perjalanan dinas,
jasa konsultan, serta ATK dan komputer supplies.

Manajemen
Kinerja
Organisasi

Aktivitas manjemen kinerja organisasi merupakan


aktivitas yang terkait dengan perumusan kebijakan,
pengembangan, dan pemantauan penerapan
manajemen kinerja organisasi, penyiapan bahan
perumusan kebijakan, pengembangan, dan
p e m a n t a u a n m a n a j e m e n k i n e r j a o rg a n i s a s i ,
penyusunan laporan akuntabilitas kinerja serta
monitoring dan pelaporan program reformasi birokrasi.
Aktivitas manajemen kinerja organisasi meliputi:

Pelaksanaan
Kepatuhan
Internal

melaksanakan inisiatif strategi transformasi


kelembagaan;

melaksanakan program reformasi birokrasi;

m e n s o s i a l i s a s i k a n p ro g r a m t r a n s f o r m a s i
kelembagaan;

menerapkan program layanan bersama


Kementerian Keuangan di daerah;

Aktivitas pelaksanaan kepatuhan internal merupakan


aktivitas yang terkait dengan penyusunan strategi,
perancangan, dan pelaksanaan uji coba
pengembangan konsep quality assurance pelaksanaan
tugas, evaluasi dan pengembangan sistem
pengendalian internal, manajemen pengaduan,
pemantauan dan evaluasi hasil pemeriksaan,
pengelolaan sistem investigasi internal dan penegakan

33 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

melaksanakan pelatihan pegawai terkait konsep


Balanced Scorecard;

melakukan asistensi penyusunan peta strategi dan


IKU dengan unit eselon II;

melaksanakan koordinasi penyusunan peta strategi


dan IKU dengan Pushaka;

memonitor capaian kinerja;

mengevaluasi pelaksanaan tugas;

menyusun laporan akuntabilitas kinerja pemerintah;

melaksanakan rapat kerja evaluasi kinerja.

Biaya yang mungkin timbul terkait aktivitas manajemen


kinerja organisasi antara lain belanja bahan, biaya
penyelenggaraan rapat, jasa profesi, perjalanan dinas,
jasa konsultan, serta ATK dan komputer supplies.

kode etik dan disiplin pegawai serta analisis tindak


lanjut kepatuhan dan penetapan rekomendasi
penindakan.
Aktivitas pelaksanaan kepatuhan internal meliputi:

menganalisis temuan hasil pemeriksaan;

melaksanakan asistensi penyusunan tanggapan;

mengevaluasi tindak lanjut hasil pemeriksaan

menyusun dan menyempurnakan kode etik


pegawai;

melaksanakan audit internal;

menyusun prol risiko;

melakukan sosialisasi kode etik pegawai;

menyusun strategi pengendalian risiko;

memeriksa pelanggaran kode etik pegawai;

menyusun rencana mitigasi risiko;

melaksanakan asistensi dan pembinaan


implementasi manajemen risiko dengan unit eselon
II;

mengkaji dan menyusun rekomendasi atas materi


prosedur dan kode etik;

menyusun rekomendasi penindakan.

menetapkan zona integritas;

menyusun basis data pengaduan;

menindaklanjuti pengaduan;

Biaya yang mungkin timbul atas pelaksanaan aktivitas


pelaksanaan kepatuhan internal antara lain; belanja
bahan, perjalanan dinas, biaya rapat, ATK dan
komputer supplies, dan jasa profesi.

Suboutput Layanan Manajemen


Sumber Daya Manusia
LAYANAN MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA
Dalam Peraturan Menteri Keuangan terkait Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, pengelolaan
sumber daya manusia meliputi; pengangkatan,
pengembangan pegawai, penyusunan rencana
kebutuhan diklat, assessment center, kepangkatan,
penempatan, mutasi, pemberhentian, pemensiunan,
penggajian, penghargaan, hukuman disiplin, cuti,
absensi, data dan informasi, analisis kebutuhan
pegawai, penilaian kinerja pegawai, pengembangan
kompetensi dan jabatan, kepemimpinan, kode etik,
kepatuhan internal, dan perizinan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pelaksanaan Fungsi
SDM dapat difokuskan menjadi 2 (dua) kategori
aktivitas, yaitu:

Pelayanan
Administrasi
Kepegawaian

Pelayanan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia

1. Pelayanan Administrasi Kepegawaian


2. Pelayanan Pengembangan Sumber Daya Manusia

34 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelayanan
Administrasi
Kepegawaian

Aktivitas pelayanan administrasi kepegawaian


merupakan aktivitas yang terkait dengan kegiatan
penanganan pegawai sejak rekrutmen sampai dengan
pemberhentian dan atau pemensiunan. Di samping itu,
aktivitas ini juga terkait dengan sistem informasi
kepegawaian serta dokumentasi dan statistik
kepegawaian. Adapun kegiatan pada aktivitas
pelayanan administrasi kepegawaian meliputi antara
lain:

menganalisis dan mengidentikasi kebutuhan


pegawai;

melakukan rekrutmen;

Aktivitas ini tidak terbatas pada rekrutmen pegawai


baru, melainkan juga rekrutmen jabatan yang
dilakukan dengan cara pengadaan umum dan atau
open bidding.

mengelola Sistem Aplikasi Kepegawaian;


Aktivitas ini merupakan pelaksanaan dari
e-governance di bidang kepegawaian. Aktivitas
dimaksud berupa pengembangan sistem
kepegawaian yang ada dengan pembangunan baru
maupun pembaharuan modul-modul yang ada
dalam aplikasi kepegawaian sesuai dengan
kebutuhan dan aturan yang berlaku serta
pembaharuan data pegawai secara elektronik.

35 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

melaksanakan pengangkatan, pemberhentian, dan


pemensiunan;

menatausahakan kepangkatan dan jabatan;

menatausahakan perizinan;

memberikan penghargaan, kode etik, dan hukuman


disiplin;

melakukan penilaian kinerja dan menyusun laporan


kepegawaian.

Pelayanan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia

Aktivitas pelayanan pengembangan SDM merupakan


aktivitas yang terkait dengan proses pengembangan
sumber daya manusia guna memenuhi kebutuhan
organisasi. Adapun penjelasan lebih lanjut aktivitas ini
adalah sebagai berikut:

menyelenggarakan assessment pegawai;

mengidentikasi kebutuhan diklat;

melaksanaan program pendidikan dan pelatihan;


Aktivitas pelaksanaan diklat dapat dilakukan
melalui sarana seminar, lokakarya, workshop,
capacity building, serta pendidikan dan pelatihan
lainnya baik formal ataupun informal. Adapun
penyelenggara diklat lebih ditekankan pada Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK),
apabila diklat yang diperlukan tidak tercantum
dalam kalender diklat yang dikeluarkan BPPK maka
dapat menggunakan penyelenggara selain BPPK.

Aktivitas pelayanan administrasi kepegawaian


termasuk jenis aktivitas yang bersifat administratif dan
dokumentatif, di antaranya terdapat pula kegiatan yang
pembiayaannya sudah termasuk dalam output
Layanan Perkantoran-Pelaksanaan Operasional
Kantor, yaitu Pelantikan/Pengambilan Sumpah
Jabatan.
Biaya yang mungkin timbul dalam layanan dimaksud
antara lain, belanja bahan, belanja penyelenggaraan
rapat, belanja perjalanan dinas dan belanja jasa profesi.
Adapun jenis kegiatan khusus seperti Sistem Informasi
Kepegawaian dapat menimbulkan belanja modal
peralatan dan mesin yang pengadaannya perlu
berkoordinasi dengan Biro SDM dan Pusintek.

Jenis aktivitas ini meliputi proses seleksi beasiswa


yang diadakan oleh unit Eselon I masing-masing,
maupun tambahan tunjangan yang tidak diberikan
oleh penyelenggara beasiswa. Ke depannya
program beasiswa dan segala biaya yang timbul
akan diselenggarakan dan dikoordinasikan oleh
BPPK sebagai pengelolan pendidikan dan pelatihan
lingkup Kementerian Keuangan.

memonitor dan mengevaluasi pengembangan


pegawai.

Aktivitas pelayanan pengembangan SDM merupakan


jenis aktivitas yang memiliki dampak pembiayaan yang
cukup signikan dalam rangka pencapaian suboutput
Layanan Manajemen SDM. Berkenaan dengan hal
tersebut, biaya yang mungkin timbul adalah belanja
penyelenggaraan rapat, belanja bahan, belanja
perjalanan dinas, belanja jasa profesi, serta belanja jasa
lainnya.

menyelenggarakan program beasiswa;

36 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelayanan
Administrasi
Kepegawaian

Aktivitas pelayanan administrasi kepegawaian


merupakan aktivitas yang terkait dengan kegiatan
penanganan pegawai sejak rekrutmen sampai dengan
pemberhentian dan atau pemensiunan. Di samping itu,
aktivitas ini juga terkait dengan sistem informasi
kepegawaian serta dokumentasi dan statistik
kepegawaian. Adapun kegiatan pada aktivitas
pelayanan administrasi kepegawaian meliputi antara
lain:

menganalisis dan mengidentikasi kebutuhan


pegawai;

melakukan rekrutmen;

Aktivitas ini tidak terbatas pada rekrutmen pegawai


baru, melainkan juga rekrutmen jabatan yang
dilakukan dengan cara pengadaan umum dan atau
open bidding.

mengelola Sistem Aplikasi Kepegawaian;


Aktivitas ini merupakan pelaksanaan dari
e-governance di bidang kepegawaian. Aktivitas
dimaksud berupa pengembangan sistem
kepegawaian yang ada dengan pembangunan baru
maupun pembaharuan modul-modul yang ada
dalam aplikasi kepegawaian sesuai dengan
kebutuhan dan aturan yang berlaku serta
pembaharuan data pegawai secara elektronik.

35 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

melaksanakan pengangkatan, pemberhentian, dan


pemensiunan;

menatausahakan kepangkatan dan jabatan;

menatausahakan perizinan;

memberikan penghargaan, kode etik, dan hukuman


disiplin;

melakukan penilaian kinerja dan menyusun laporan


kepegawaian.

Pelayanan
Pengembangan
Sumber Daya
Manusia

Aktivitas pelayanan pengembangan SDM merupakan


aktivitas yang terkait dengan proses pengembangan
sumber daya manusia guna memenuhi kebutuhan
organisasi. Adapun penjelasan lebih lanjut aktivitas ini
adalah sebagai berikut:

menyelenggarakan assessment pegawai;

mengidentikasi kebutuhan diklat;

melaksanaan program pendidikan dan pelatihan;


Aktivitas pelaksanaan diklat dapat dilakukan
melalui sarana seminar, lokakarya, workshop,
capacity building, serta pendidikan dan pelatihan
lainnya baik formal ataupun informal. Adapun
penyelenggara diklat lebih ditekankan pada Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK),
apabila diklat yang diperlukan tidak tercantum
dalam kalender diklat yang dikeluarkan BPPK maka
dapat menggunakan penyelenggara selain BPPK.

Aktivitas pelayanan administrasi kepegawaian


termasuk jenis aktivitas yang bersifat administratif dan
dokumentatif, di antaranya terdapat pula kegiatan yang
pembiayaannya sudah termasuk dalam output
Layanan Perkantoran-Pelaksanaan Operasional
Kantor, yaitu Pelantikan/Pengambilan Sumpah
Jabatan.
Biaya yang mungkin timbul dalam layanan dimaksud
antara lain, belanja bahan, belanja penyelenggaraan
rapat, belanja perjalanan dinas dan belanja jasa profesi.
Adapun jenis kegiatan khusus seperti Sistem Informasi
Kepegawaian dapat menimbulkan belanja modal
peralatan dan mesin yang pengadaannya perlu
berkoordinasi dengan Biro SDM dan Pusintek.

Jenis aktivitas ini meliputi proses seleksi beasiswa


yang diadakan oleh unit Eselon I masing-masing,
maupun tambahan tunjangan yang tidak diberikan
oleh penyelenggara beasiswa. Ke depannya
program beasiswa dan segala biaya yang timbul
akan diselenggarakan dan dikoordinasikan oleh
BPPK sebagai pengelolan pendidikan dan pelatihan
lingkup Kementerian Keuangan.

memonitor dan mengevaluasi pengembangan


pegawai.

Aktivitas pelayanan pengembangan SDM merupakan


jenis aktivitas yang memiliki dampak pembiayaan yang
cukup signikan dalam rangka pencapaian suboutput
Layanan Manajemen SDM. Berkenaan dengan hal
tersebut, biaya yang mungkin timbul adalah belanja
penyelenggaraan rapat, belanja bahan, belanja
perjalanan dinas, belanja jasa profesi, serta belanja jasa
lainnya.

menyelenggarakan program beasiswa;

36 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Suboutput Layanan
Umum

Pelayanan
Kehumasan dan
Protokoler

Pada sekretariat unit eselon I Kementerian Keuangan,


suboutput ini setidaknya memiliki lima aktivitas utama,
yaitu:

3. Pelayanan IT

Aktivitas pelayanan kehumasan dan protokoler meliputi


kegiatan kehumasan, layanan informasi dan
keprotokoleran kegiatan pimpinan. Sebagian besar
aktivitas tersebut bersifat koordinatif dan administratif.
Biaya - biaya yang mungkin timbul dari aktivitas
layanan protokoler telah tertampung dalam layanan
perkantoran komponen 002, yaitu belanja keperluan

operasional kantor, belanja barang operasional lainnya.


Biaya yang mungkin timbul dari aktivitas layanan
humas antara lain belanja bahan, biaya
penyelenggaraan rapat, perjalanan dinas, dan jasa
profesi.

4. Pelayanan Rumah Tangga


5. Pelayanan Hukum

1. Pelayanan Tata Usaha


Aktivitas pelayananan IT meliputi kegiatan
pengembangan IT dan pelaksanaan kebijakan IT.

2. Pelayanan Kehumasan dan Protokoler


Pelayanan IT

LAYANAN UMUM

Pelayanan Tata
Usaha

Pelayanan Tata
Usaha

Pelayanan
Kehumasan dan
Protokoler

Pelayanan IT

Aktivitas pelayanan tata usaha meliputi pelaksanaan


urusan pengelolaan kearsipan, surat-menyurat dan
kepustakaan. Aktivitas dalam layanan ini sebagian
besar bersifat administratif dan dokumentatif.

37 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelayanan
Rumah Tangga

Pelayanan
Hukum

Pelayanan
Rumah Tangga

Biaya yang mungkin timbul dari aktivitas ini antara lain


belanja bahan dan belanja perjalanan dinas biasa.
Pelayanan
Hukum

Biaya-biaya yang mungkin timbul dari aktivitas layanan


IT antara lain belanja bahan, biaya penyelenggaraan
rapat, perjalanan dinas, jasa profesi, penjilidan, serta
AT K d a n k o m p u t e r s u p p l i e s . A d a p u n b i a y a

pemeliharaan IT telah tertampung dalam layanan


perkantoran komponen 002, yaitu belanja
pemeliharaan peralatan dan mesin. Sedangkan biaya
pengadaan IT diklasikasikan masuk pada fungsi aset
manajemen.

Aktivitas pelayananan rumah tangga meliputi urusan


rumah tangga, pengadaan dan distribusi alat tulis
kantor, angkutan, pemeliharaan sarana dan prasarana,
serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan
barang inventaris kantor.

Adapun biaya yang mungkin timbul sudah tertampung


di dalam output Layanan Perkantoran komponen 002,
yaitu belanja pengiriman surat dinas dan pos surat,
belanja barang operasional lainnya, belanja barang
persediaan untuk konsumsi.

Aktivitas layanan layanan hukum meliputi kegiatan


legal drafting dan legal aid (pemberian pertimbangan
dan bantuan hukum terhadap masalah hukum yang
timbul akibat pelaksanaan tugas). Mengingat kegiatan
tersebut bersifat administratif dan koordinatif biaya
yang mungkin timbul dari aktivitas layanan hukum

antara lain belanja bahan, biaya penyelenggaraan


rapat, perjalanan dinas, jasa profesi.

38 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Suboutput Layanan
Umum

Pelayanan
Kehumasan dan
Protokoler

Pada sekretariat unit eselon I Kementerian Keuangan,


suboutput ini setidaknya memiliki lima aktivitas utama,
yaitu:

3. Pelayanan IT

Aktivitas pelayanan kehumasan dan protokoler meliputi


kegiatan kehumasan, layanan informasi dan
keprotokoleran kegiatan pimpinan. Sebagian besar
aktivitas tersebut bersifat koordinatif dan administratif.
Biaya - biaya yang mungkin timbul dari aktivitas
layanan protokoler telah tertampung dalam layanan
perkantoran komponen 002, yaitu belanja keperluan

operasional kantor, belanja barang operasional lainnya.


Biaya yang mungkin timbul dari aktivitas layanan
humas antara lain belanja bahan, biaya
penyelenggaraan rapat, perjalanan dinas, dan jasa
profesi.

4. Pelayanan Rumah Tangga


5. Pelayanan Hukum

1. Pelayanan Tata Usaha


Aktivitas pelayananan IT meliputi kegiatan
pengembangan IT dan pelaksanaan kebijakan IT.

2. Pelayanan Kehumasan dan Protokoler


Pelayanan IT

LAYANAN UMUM

Pelayanan Tata
Usaha

Pelayanan Tata
Usaha

Pelayanan
Kehumasan dan
Protokoler

Pelayanan IT

Aktivitas pelayanan tata usaha meliputi pelaksanaan


urusan pengelolaan kearsipan, surat-menyurat dan
kepustakaan. Aktivitas dalam layanan ini sebagian
besar bersifat administratif dan dokumentatif.

37 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelayanan
Rumah Tangga

Pelayanan
Hukum

Pelayanan
Rumah Tangga

Biaya yang mungkin timbul dari aktivitas ini antara lain


belanja bahan dan belanja perjalanan dinas biasa.
Pelayanan
Hukum

Biaya-biaya yang mungkin timbul dari aktivitas layanan


IT antara lain belanja bahan, biaya penyelenggaraan
rapat, perjalanan dinas, jasa profesi, penjilidan, serta
AT K d a n k o m p u t e r s u p p l i e s . A d a p u n b i a y a

pemeliharaan IT telah tertampung dalam layanan


perkantoran komponen 002, yaitu belanja
pemeliharaan peralatan dan mesin. Sedangkan biaya
pengadaan IT diklasikasikan masuk pada fungsi aset
manajemen.

Aktivitas pelayananan rumah tangga meliputi urusan


rumah tangga, pengadaan dan distribusi alat tulis
kantor, angkutan, pemeliharaan sarana dan prasarana,
serta penatausahaan, pengamanan, pengawasan
barang inventaris kantor.

Adapun biaya yang mungkin timbul sudah tertampung


di dalam output Layanan Perkantoran komponen 002,
yaitu belanja pengiriman surat dinas dan pos surat,
belanja barang operasional lainnya, belanja barang
persediaan untuk konsumsi.

Aktivitas layanan layanan hukum meliputi kegiatan


legal drafting dan legal aid (pemberian pertimbangan
dan bantuan hukum terhadap masalah hukum yang
timbul akibat pelaksanaan tugas). Mengingat kegiatan
tersebut bersifat administratif dan koordinatif biaya
yang mungkin timbul dari aktivitas layanan hukum

antara lain belanja bahan, biaya penyelenggaraan


rapat, perjalanan dinas, jasa profesi.

38 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Output Layanan Perkantoran.

Struktur Biaya.

Output Layanan Perkantoran merupakan output yang dihasilkan oleh satuan kerja dalam
rangka pelayanan yang bersifat internal kepada satker yang bersangkutan antara lain
untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penyelenggaraan operasional dan
pemeliharaan perkantoran.

OUTPUT LAYANAN
PERKANTORAN

Komponen 001

elompok belanja yang terdapat pada output ini yaitu Belanja


Pegawai dan Belanja Barang Operasional. Belanja Barang
Operasional merupakan pembelian barang dan/atau jasa
habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar suatu satuan kerja dan umumnya pelayanan yang bersifat
internal. Pada output ini tidak diperkenankan untuk mengalokasikan
belanja modal.
Dalam rangka pengalokasian anggaran untuk Output Layanan
Perkantoran diperlukan beberapa dokumen pendukung sebagai
berikut:
a. Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) dan Rincian Anggaran
Biaya (RAB)
KAK merupakan dokumen perencanaan kegiatan yang berisi
dasar hukum, gambaran umum, penerima manfaat, strategi
pencapaian keluaran, kurun waktu pencapaian dan biaya yang
diperlukan atas suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. KAK
berada pada level output/keluaran kegiatan. Sedangkan RAB
merupakan dokumen pendukung KAK yang menjelaskan biaya
yang dibutuhkan dalam pencapaian output/keluaran kegiatan.
Dokumen RAB berisi rincian komponen-komponen masukan
(input) dari sebuah kegiatan serta besaran biaya dari tiap
komponen.

39 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

b. Daftar Perhitungan Anggaran (DPA)


DPA merupakan dokumen yang dibuat oleh Satuan
Kerja yang memuat data historis pegawai, data
langganan daya dan jasa, data gedung dan bangunan,
data kendaraan, dan data peralatan kantor dengan
klasikasi tertentu yang digunakan sebagai dasar
pengalokasian anggaran dalam RKA-K/L.

Pembayaran Gaji dan


Tunjangan

Komponen 002
Penyelenggaraan
Operasional dan
Pemeliharaan
Perkantoran

Gaji dan
Tunjangan serta
Uang Makan

Kebutuhan
sehari-hari
perkantoran

Uang Lembur

Langganan daya
dan jasa

Uang
Duka/Wafat

Pemeliharaan
perkantoran

Komponen 005
Dukungan
penyelengaraan tusi unit

Belanja barang
pemeliharaan
kapal

c. Laporan SIMAK BMN


Laporan SIMAK BMN digunakan sebagai data dukung
dalam perhitungan kebutuhan belanja pemeliharaan
untuk mengetahui luas, jumlah, dan kondisi BMN.
Seluruh aset yang diperlukan atau dialokasikan
anggarannya merupakan aset yang tercatat pada data
SIMAK BMN satuan kerja bersangkutan. Atas aset yang
dialokasikan belanja pemeliharaan namun tidak
terdapat dalam SIMAK BMN dapat dilampirkan data
dukung berupa surat peminjaman aset dari satker lain
dan belanja pemeliharaan atas aset hanya ditanggung
oleh satu satker (tidak duplikasi).

Pelaksanaan
operasional
kantor

40 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Output Layanan Perkantoran.

Struktur Biaya.

Output Layanan Perkantoran merupakan output yang dihasilkan oleh satuan kerja dalam
rangka pelayanan yang bersifat internal kepada satker yang bersangkutan antara lain
untuk pembayaran gaji dan tunjangan serta penyelenggaraan operasional dan
pemeliharaan perkantoran.

OUTPUT LAYANAN
PERKANTORAN

Komponen 001

elompok belanja yang terdapat pada output ini yaitu Belanja


Pegawai dan Belanja Barang Operasional. Belanja Barang
Operasional merupakan pembelian barang dan/atau jasa
habis pakai yang dipergunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
dasar suatu satuan kerja dan umumnya pelayanan yang bersifat
internal. Pada output ini tidak diperkenankan untuk mengalokasikan
belanja modal.
Dalam rangka pengalokasian anggaran untuk Output Layanan
Perkantoran diperlukan beberapa dokumen pendukung sebagai
berikut:
a. Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) dan Rincian Anggaran
Biaya (RAB)
KAK merupakan dokumen perencanaan kegiatan yang berisi
dasar hukum, gambaran umum, penerima manfaat, strategi
pencapaian keluaran, kurun waktu pencapaian dan biaya yang
diperlukan atas suatu kegiatan yang akan dilaksanakan. KAK
berada pada level output/keluaran kegiatan. Sedangkan RAB
merupakan dokumen pendukung KAK yang menjelaskan biaya
yang dibutuhkan dalam pencapaian output/keluaran kegiatan.
Dokumen RAB berisi rincian komponen-komponen masukan
(input) dari sebuah kegiatan serta besaran biaya dari tiap
komponen.

39 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

b. Daftar Perhitungan Anggaran (DPA)


DPA merupakan dokumen yang dibuat oleh Satuan
Kerja yang memuat data historis pegawai, data
langganan daya dan jasa, data gedung dan bangunan,
data kendaraan, dan data peralatan kantor dengan
klasikasi tertentu yang digunakan sebagai dasar
pengalokasian anggaran dalam RKA-K/L.

Pembayaran Gaji dan


Tunjangan

Komponen 002
Penyelenggaraan
Operasional dan
Pemeliharaan
Perkantoran

Gaji dan
Tunjangan serta
Uang Makan

Kebutuhan
sehari-hari
perkantoran

Uang Lembur

Langganan daya
dan jasa

Uang
Duka/Wafat

Pemeliharaan
perkantoran

Komponen 005
Dukungan
penyelengaraan tusi unit

Belanja barang
pemeliharaan
kapal

c. Laporan SIMAK BMN


Laporan SIMAK BMN digunakan sebagai data dukung
dalam perhitungan kebutuhan belanja pemeliharaan
untuk mengetahui luas, jumlah, dan kondisi BMN.
Seluruh aset yang diperlukan atau dialokasikan
anggarannya merupakan aset yang tercatat pada data
SIMAK BMN satuan kerja bersangkutan. Atas aset yang
dialokasikan belanja pemeliharaan namun tidak
terdapat dalam SIMAK BMN dapat dilampirkan data
dukung berupa surat peminjaman aset dari satker lain
dan belanja pemeliharaan atas aset hanya ditanggung
oleh satu satker (tidak duplikasi).

Pelaksanaan
operasional
kantor

40 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Metode Penghitungan Biaya.

tercantum dalam Daftar Perhitungan Anggaran


(DPA) serta disajikan per golongan.

- Uang makan lembur diberikan setelah 2 (dua) jam


lembur secara berturut-turut dan maksimal 1
(satu) kali per hari.

- Pengalokasian uang lembur maksimal 100%


dibandingkan dengan alokasi uang lembur pada
tingkat unit eselon I tahun sebelumnya.
- Khusus untuk satker baru, dapat mengalokasikan
uang lembur dengan perhitungan tiap pegawai
maksimal 16 jam per bulan.

Akun yang digunakan untuk alokasi uang lembur


yaitu 512211 (Belanja Uang Lembur).

Uang duka merupakan uang yang diberikan kepada


ahli waris Pegawai ASN yang meninggal ketika
menjadi Pegawai ASN baik karena tewas maupun
wafat. Uang duka diberikan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah nomor 12 Tahun 1981
Tentang Perawatan, Tunjangan Cacat, Dan Uang
Duka Pegawai Negeri Sipil.

Akun yang digunakan untuk alokasi uang duka yaitu


511147 (Belanja Tunjangan Lain-lain termasuk uang
duka Pegawai ASN Dalam dan Luar Negeri).

Uang duka dialokasikan paling banyak sebesar


2.5% (dua setengah persen) dari total alokasi
Belanja Gaji dan Tunjangan. Uang duka hanya
dialokasikan pada Kantor Pusat.

Komponen 001 - Pembayaran Gaji dan Tunjangan


Jenis belanja yang digunakan pada komponen ini yaitu Belanja Pegawai. Alokasi
belanja pegawai perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan formasi pegawai
sehingga tidak mengakibatkan pagu minus.

Uang Duka

Pada Komponen 001 ini, pada umumnya terdapat


beberapa jenis belanja pegawai yaitu:

Gaji dan
Tunjangan
serta Uang
Makan

Uang Lembur

Pengalokasian belanja Gaji dan Tunjangan serta


Uang Makan dilakukan dengan berbasis data yang
terdapat pada aplikasi Gaji Pokok Pegawai (GPP)
termutakhir.

Data hasil aplikasi GPP ditransfer ke modul Belanja


Pegawai dalam aplikasi RKA-K/L yang akan
menghitung secara otomatis kebutuhan biaya Gaji
dan Tunjangan pegawai suatu Satker untuk tahun
yang direncanakan.

Uang lembur merupakan kompensasi bagi Pegawai


ASN yang melakukan kerja lembur berdasarkan
surat perintah dari pejabat yang berwenang. Uang
lembur terdiri dari uang lembur dan uang makan
lembur.

41 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Tunjangan Kinerja Kementerian Keuangan hanya


dialokasikan pada Satker Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan.

- Alokasi anggaran uang lembur merupakan batas


tertinggi dalam satu tahun anggaran.

Komponen 002 - Penyelenggaraan Operasional dan


Pemeliharaan Perkantoran

Ketentuan pengalokasian uang lembur yaitu


sebagai berikut:

Jenis belanja yang digunakan pada komponen ini


yaitu Belanja Barang Operasional.

- Uang lembur dapat dialokasikan dengan


p e r h i t u n g a n b e rd a s a r k a n S B M d e n g a n
memerhatikan jumlah pegawai sebagaimana

Komponen ini terdiri dari pembelian barang


dan/atau jasa habis pakai yang dipergunakan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu

satuan kerja dan umumnya pelayanan yang bersifat


internal. Belanja barang operasional ini merupakan
kebutuhan minimal yang harus disediakan untuk
menjamin kelangsungan operasional satker.

42 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Metode Penghitungan Biaya.

tercantum dalam Daftar Perhitungan Anggaran


(DPA) serta disajikan per golongan.

- Uang makan lembur diberikan setelah 2 (dua) jam


lembur secara berturut-turut dan maksimal 1
(satu) kali per hari.

- Pengalokasian uang lembur maksimal 100%


dibandingkan dengan alokasi uang lembur pada
tingkat unit eselon I tahun sebelumnya.
- Khusus untuk satker baru, dapat mengalokasikan
uang lembur dengan perhitungan tiap pegawai
maksimal 16 jam per bulan.

Akun yang digunakan untuk alokasi uang lembur


yaitu 512211 (Belanja Uang Lembur).

Uang duka merupakan uang yang diberikan kepada


ahli waris Pegawai ASN yang meninggal ketika
menjadi Pegawai ASN baik karena tewas maupun
wafat. Uang duka diberikan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah nomor 12 Tahun 1981
Tentang Perawatan, Tunjangan Cacat, Dan Uang
Duka Pegawai Negeri Sipil.

Akun yang digunakan untuk alokasi uang duka yaitu


511147 (Belanja Tunjangan Lain-lain termasuk uang
duka Pegawai ASN Dalam dan Luar Negeri).

Uang duka dialokasikan paling banyak sebesar


2.5% (dua setengah persen) dari total alokasi
Belanja Gaji dan Tunjangan. Uang duka hanya
dialokasikan pada Kantor Pusat.

Komponen 001 - Pembayaran Gaji dan Tunjangan


Jenis belanja yang digunakan pada komponen ini yaitu Belanja Pegawai. Alokasi
belanja pegawai perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan formasi pegawai
sehingga tidak mengakibatkan pagu minus.

Uang Duka

Pada Komponen 001 ini, pada umumnya terdapat


beberapa jenis belanja pegawai yaitu:

Gaji dan
Tunjangan
serta Uang
Makan

Uang Lembur

Pengalokasian belanja Gaji dan Tunjangan serta


Uang Makan dilakukan dengan berbasis data yang
terdapat pada aplikasi Gaji Pokok Pegawai (GPP)
termutakhir.

Data hasil aplikasi GPP ditransfer ke modul Belanja


Pegawai dalam aplikasi RKA-K/L yang akan
menghitung secara otomatis kebutuhan biaya Gaji
dan Tunjangan pegawai suatu Satker untuk tahun
yang direncanakan.

Uang lembur merupakan kompensasi bagi Pegawai


ASN yang melakukan kerja lembur berdasarkan
surat perintah dari pejabat yang berwenang. Uang
lembur terdiri dari uang lembur dan uang makan
lembur.

41 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Tunjangan Kinerja Kementerian Keuangan hanya


dialokasikan pada Satker Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan.

- Alokasi anggaran uang lembur merupakan batas


tertinggi dalam satu tahun anggaran.

Komponen 002 - Penyelenggaraan Operasional dan


Pemeliharaan Perkantoran

Ketentuan pengalokasian uang lembur yaitu


sebagai berikut:

Jenis belanja yang digunakan pada komponen ini


yaitu Belanja Barang Operasional.

- Uang lembur dapat dialokasikan dengan


p e r h i t u n g a n b e rd a s a r k a n S B M d e n g a n
memerhatikan jumlah pegawai sebagaimana

Komponen ini terdiri dari pembelian barang


dan/atau jasa habis pakai yang dipergunakan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar suatu

satuan kerja dan umumnya pelayanan yang bersifat


internal. Belanja barang operasional ini merupakan
kebutuhan minimal yang harus disediakan untuk
menjamin kelangsungan operasional satker.

42 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Kebutuhan
sehari-hari
perkantoran

Biaya keperluan sehari-hari perkantoran

Alokasi anggaran ini dihitung dengan mengacu


ketentuan SBM dan memerhatikan jumlah pegawai
pada satker serta digunakan untuk menampung biayabiaya yang berkaitan dengan keperluan sehari-hari
perkantoran antara lain:

Langganan
Daya dan Jasa

Alat tulis kantor (ATK)

Barang cetak untuk manajemen kantor

Alat-alat rumah tangga (misalnya alat kebersihan)

Langganan surat kabar/berita/majalah

Air minum pegawai

Biaya honorarium satpam, petugas kebersihan,


sopir, pramubakti yang dipekerjakan secara
kontraktual
Biaya honorarium satpam, petugas kebersihan, sopir,
pramubakti dihitung berdasarkan jumlah personel
sesuai dengan DPA serta mengikuti ketentuan SBM.
Apabila ketentuan SBM tersebut lebih rendah dari
standar upah daerah (UMR) di lokasi kantor yang
bersangkutan, maka besaran biaya honorarium
tersebut mengacu pada standar upah daerah (UMR).
Selain itu, dapat dialokasikan tambahan honorarium
sebanyak satu bulan sebagai tunjangan hari raya.

Perlengkapan fotokopi/komputer.

Pengurusan sertikat tanah, pembayaran PBB


atas rumah dinas yang tidak ditempati.

Alokasi anggaran dihitung berdasarkan kebutuhan


dengan memerhatikan realisasi tahun sebelumnya
serta kewajaran harga di pasar

Akun yang digunakan untuk alokasi kebutuhan seharihari perkantoran yaitu 521111 (Belanja Keperluan
Perkantoran

Biaya langganan listrik


Biaya langganan listrik dihitung berdasarkan realisasi
tahun sebelumnya dengan memerhatikan rencana
penambahan jumlah aset yang menggunakan listrik,
rencana kenaikan tarif dasar listrik, dan rencana
peningkatan kapasitas listrik (voltase). Termasuk di
dalam biaya ini adalah belanja apabila terjadi denda

43 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

atas keterlambatan pembayaran tagihan langganan


listrik. Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu
522111 (Belanja Langganan Listrik).

Biaya langganan air

Biaya langganan daya dan jasa lainnya

Biaya langganan air dihitung berdasarkan realisasi


tahun sebelumnya dengan memerhatikan rencana
kenaikan tarif PDAM. Termasuk di dalam biaya ini
adalah belanja apabila terjadi denda atas
keterlambatan pembayaran tagihan langganan air.
Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 522113
(Belanja Langganan Air).

Biaya langganan daya dan jasa lainnya (misal gas)


dihitung berdasarkan realisasi tahun sebelumnya.
Termasuk di dalam biaya adalah ini belanja apabila
terjadi denda atas keterlambatan pembayaran tagihan
langganan daya dan jasa lainnya. Akun yang digunakan
untuk alokasi ini yaitu 522119 (Belanja Langganan Daya
dan Jasa Lainnya)

Biaya langganan telepon

Sewa internet

Biaya langganan telepon dihitung berdasarkan realisasi


tahun sebelumnya, dengan memerhatikan rencana
kenaikan tarif. Termasuk di dalam biaya adalah ini
belanja apabila terjadi denda atas keterlambatan
pembayaran tagihan langganan telepon. Akun yang
digunakan untuk alokasi ini yaitu 522112 (Belanja
Langganan Telepon)

Biaya sewa internet dapat dialokasikan apabila satker


belum terjangkau oleh jaringan Pusat Sistem Informasi
dan Teknologi Keuangan, Sekretariat Jenderal
(Pusintek). Biaya sewa internet dihitung berdasarkan
realisasi tahun sebelumnya. Akun yang digunakan
untuk alokasi ini yaitu 522119 (Belanja Langganan Daya
dan Jasa Lainnya)

Sewa kantor/gedung
Biaya sewa kantor/gedung dapat dialokasikan apabila
satker belum mempunyai gedung kantor sendiri atau
kapasitas gudang yang dimiliki sudah tidak memadai.
Alokasi biaya ini dihitung berdasarkan harga pasar
kantor/gedung yang akan disewa. Gedung/kantor yang
disewa dimaksudkan untuk digunakan dalam rangka
operasional kantor, sedangkan sewa ruangan/gedung
dalam rangka pelaksanaan tusi (misalnya penyimpanan
barang sitaan/barang yang akan dilelang atau
penyimpanan dokumen/arsip) dibebankan pada
belanja non-operasional. Akun yang digunakan untuk
alokasi ini yaitu 522141 (Belanja Sewa).

Biaya jasa pos dan giro


Biaya jasa pos dan giro dihitung berdasarkan realisasi
tahun sebelumnya dengan memerhatikan rencana
kerja yang ada. Akun yang digunakan untuk alokasi ini
yaitu 521114 (Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos
Pusat). Alokasi anggaran tersebut tidak termasuk biaya
materai. Pengalokasian biaya pembelian materai
didasarkan pada kebutuhan satker dengan
menggunakan akun 521813 (Belanja Barang
Persediaan Pita Cukai, Meterai dan Leges)

44 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Kebutuhan
sehari-hari
perkantoran

Biaya keperluan sehari-hari perkantoran

Alokasi anggaran ini dihitung dengan mengacu


ketentuan SBM dan memerhatikan jumlah pegawai
pada satker serta digunakan untuk menampung biayabiaya yang berkaitan dengan keperluan sehari-hari
perkantoran antara lain:

Langganan
Daya dan Jasa

Alat tulis kantor (ATK)

Barang cetak untuk manajemen kantor

Alat-alat rumah tangga (misalnya alat kebersihan)

Langganan surat kabar/berita/majalah

Air minum pegawai

Biaya honorarium satpam, petugas kebersihan,


sopir, pramubakti yang dipekerjakan secara
kontraktual
Biaya honorarium satpam, petugas kebersihan, sopir,
pramubakti dihitung berdasarkan jumlah personel
sesuai dengan DPA serta mengikuti ketentuan SBM.
Apabila ketentuan SBM tersebut lebih rendah dari
standar upah daerah (UMR) di lokasi kantor yang
bersangkutan, maka besaran biaya honorarium
tersebut mengacu pada standar upah daerah (UMR).
Selain itu, dapat dialokasikan tambahan honorarium
sebanyak satu bulan sebagai tunjangan hari raya.

Perlengkapan fotokopi/komputer.

Pengurusan sertikat tanah, pembayaran PBB


atas rumah dinas yang tidak ditempati.

Alokasi anggaran dihitung berdasarkan kebutuhan


dengan memerhatikan realisasi tahun sebelumnya
serta kewajaran harga di pasar

Akun yang digunakan untuk alokasi kebutuhan seharihari perkantoran yaitu 521111 (Belanja Keperluan
Perkantoran

Biaya langganan listrik


Biaya langganan listrik dihitung berdasarkan realisasi
tahun sebelumnya dengan memerhatikan rencana
penambahan jumlah aset yang menggunakan listrik,
rencana kenaikan tarif dasar listrik, dan rencana
peningkatan kapasitas listrik (voltase). Termasuk di
dalam biaya ini adalah belanja apabila terjadi denda

43 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

atas keterlambatan pembayaran tagihan langganan


listrik. Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu
522111 (Belanja Langganan Listrik).

Biaya langganan air

Biaya langganan daya dan jasa lainnya

Biaya langganan air dihitung berdasarkan realisasi


tahun sebelumnya dengan memerhatikan rencana
kenaikan tarif PDAM. Termasuk di dalam biaya ini
adalah belanja apabila terjadi denda atas
keterlambatan pembayaran tagihan langganan air.
Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 522113
(Belanja Langganan Air).

Biaya langganan daya dan jasa lainnya (misal gas)


dihitung berdasarkan realisasi tahun sebelumnya.
Termasuk di dalam biaya adalah ini belanja apabila
terjadi denda atas keterlambatan pembayaran tagihan
langganan daya dan jasa lainnya. Akun yang digunakan
untuk alokasi ini yaitu 522119 (Belanja Langganan Daya
dan Jasa Lainnya)

Biaya langganan telepon

Sewa internet

Biaya langganan telepon dihitung berdasarkan realisasi


tahun sebelumnya, dengan memerhatikan rencana
kenaikan tarif. Termasuk di dalam biaya adalah ini
belanja apabila terjadi denda atas keterlambatan
pembayaran tagihan langganan telepon. Akun yang
digunakan untuk alokasi ini yaitu 522112 (Belanja
Langganan Telepon)

Biaya sewa internet dapat dialokasikan apabila satker


belum terjangkau oleh jaringan Pusat Sistem Informasi
dan Teknologi Keuangan, Sekretariat Jenderal
(Pusintek). Biaya sewa internet dihitung berdasarkan
realisasi tahun sebelumnya. Akun yang digunakan
untuk alokasi ini yaitu 522119 (Belanja Langganan Daya
dan Jasa Lainnya)

Sewa kantor/gedung
Biaya sewa kantor/gedung dapat dialokasikan apabila
satker belum mempunyai gedung kantor sendiri atau
kapasitas gudang yang dimiliki sudah tidak memadai.
Alokasi biaya ini dihitung berdasarkan harga pasar
kantor/gedung yang akan disewa. Gedung/kantor yang
disewa dimaksudkan untuk digunakan dalam rangka
operasional kantor, sedangkan sewa ruangan/gedung
dalam rangka pelaksanaan tusi (misalnya penyimpanan
barang sitaan/barang yang akan dilelang atau
penyimpanan dokumen/arsip) dibebankan pada
belanja non-operasional. Akun yang digunakan untuk
alokasi ini yaitu 522141 (Belanja Sewa).

Biaya jasa pos dan giro


Biaya jasa pos dan giro dihitung berdasarkan realisasi
tahun sebelumnya dengan memerhatikan rencana
kerja yang ada. Akun yang digunakan untuk alokasi ini
yaitu 521114 (Belanja Pengiriman Surat Dinas Pos
Pusat). Alokasi anggaran tersebut tidak termasuk biaya
materai. Pengalokasian biaya pembelian materai
didasarkan pada kebutuhan satker dengan
menggunakan akun 521813 (Belanja Barang
Persediaan Pita Cukai, Meterai dan Leges)

44 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Sewa kendaraan

Biaya sewa kendaraan merupakan biaya yang


dibutuhkan untuk sewa kendaraan yang
difungsikan sebagai kendaraan dinas kantor
sebagai pengganti pengadaan kendaraan melalui
pembelian, dengan tetap memerhatikan rencana
kebutuhan kendaraan dinas kantor mengacu ke
SE Nomor 9/MK.1/2015 tentang Jumlah dan
Spesikasi Kebutuhan Rumah Negara dan
Kendaraan Dinas di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Penggunaan sewa kendaraan
dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan anggaran.

iii. Biaya pemeliharaan dialokasikan secara


bergilir setiap tahun di antara satker-satker
yang menempati gedung. Hal ini harus
dilengkapi dengan adanya Nota Kesepahaman
tiap satker. Implikasi dari model pengalokasian
ini yaitu angka dasar tahun berikutnya harus
disesuaikan dengan Nota Kesepahaman yang
ada (hal ini tidak direkomendasikan).

Sedangkan sewa kendaraan untuk pelaksanaan


kegiatan yang bersifat insidental dialokasikan pada
belanja non-operasional.
Biaya sewa kendaraan dialokasikan dengan
mengikuti ketentuan SBM serta memerhatikan
jumlah kendaraan yang dimiliki sesuai SE nomor
9/MK.1/2015 tentang Jumlah dan Spesikasi
Kebutuhan Rumah Negara dan Kendaraan Dinas di
Lingkungan Kementerian Keuangan.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 522141


(Belanja Sewa).

Pemeliharaan
Perkantoran

Subkomponen ini digunakan untuk menampung


biaya yang digunakan dalam rangka pemeliharaan
aset yang dimiliki oleh kantor sehingga nilai atau
usia aset tersebut tetap terjaga. Anggaran
pemeliharaan ini digunakan untuk pengeluaran
yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset
tetap atau aset tetap lainnya yang sudah ada ke
dalam kondisi normal yang nilainya tidak memenuhi
nilai kapitalisasi sebagaimana yang ditetapkan oleh
pemerintah dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Biaya pemeliharaan dialokasikan sesuai dengan
jumlah dan kondisi aset di SIMAK BMN. Aset/BMN
yang dapat dipelihara adalah Aset/BMN dengan
kondisi baik atau rusak ringan.
Biaya pemeliharaan antara lain meliputi:

45 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Biaya pemeliharaan gedung/bangunan


dan halaman

Gedung/bangunan yang dapat dialokasikan biaya


pemeliharaannya adalah gedung/bangunan yang
tercatat di SIMAK-BMN satker dan kondisinya
baik/rusak ringan.
Apabila satu gedung dipakai oleh beberapa satker,
pengalokasian anggaran pemeliharaan dapat
dilakukan melalui:
i. Biaya pemeliharaan hanya dialokasikan pada
satker yang memiliki gedung (tercatat di SIMAK
BMN); atau
ii. Biaya pemeliharaan dialokasikan ke semua
satker yang menempati gedung berdasarkan
luas ruangan yang ditempati masing-masing.
Luas total yang dipelihara yaitu sebesar luas
gedung. Hal ini harus dilengkapi dengan adanya
Nota Kesepahaman tiap satker; atau

Biaya pemeliharaan gedung dan bangunan bagi


satker yang menempati gedung GKN dialokasikan
pada DIPA GKN/KPTIK-BMN sesuai surat
Sekretaris Jenderal nomor S-1646/SJ/2014 tanggal
3 Oktober 2014.
Biaya pemeliharaan untuk rumah dinas tidak dapat
dialokasikan kecuali untuk rumah dinas yang telah
ditetapkan menjadi Rumah Dinas Golongan I
sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 40 Tahun
1994 jo. PP Nomor 31 Tahun 2005 tentang Rumah
Negara.
Biaya pemeliharaan untuk gedung yang disewa
dialokasikan berdasarkan kontrak dengan penyedia
gedung.
Biaya pemeliharaan gedung/bangunan
dialokasikan mengacu pada ketentuan SBM
dengan memerhatikan luas bangunan atau gedung
dan klasikasi bangunan bertingkat/tidak
bertingkat.
Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523111
(Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan)

Biaya pemeliharaan instalasi jaringan dan


sarana prasarana kantor seperti komputer,
AC split dan genset.

Biaya pemeliharaan hanya dialokasikan atas aset


dalam kondisi baik dan rusak ringan (tidak termasuk
aset dalam kondisi rusak berat) sesuai data kondisi
SIMAK BMN.

Biaya pemeliharaan instalasi jaringan dan sarana


prasarana kantor dialokasikan dengan mengacu
pada ketentuan SBM.

Apabila terdapat sarana prasarana kantor yang


perlu dipelihara namun tidak terdapat dalam SBM,
maka alokasi anggaran pemeliharaannya dihitung
dengan mengacu pada harga pasar wajar dan
realisasi tahun sebelumnya (melampirkan tagihan
tahun sebelumnya/termutakhir).

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523121


(Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin)
atau 523133 (Belanja Biaya Pemeliharaan Jaringan)

Biaya pemeliharaan instalasi jaringan dan


sarana prasarana kantor seperti komputer,
AC split dan genset.

Biaya pemeliharaan kendaraan bermotor hanya


dialokasikan untuk kendaraan bermotor dalam
kondisi baik dan kondisi rusak ringan (tidak
termasuk kondisi rusak berat) sesuai data kondisi
SIMAK BMN.

Apabila kendaraan bermotor yang digunakan


adalah kendaraan pinjaman dari satker lain maka
dapat dialokasikan anggaran pemeliharaan
sepanjang satker yang mempunyai hak milik atas
kendaraan tersebut tidak menganggarkannya.

46 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Sewa kendaraan

Biaya sewa kendaraan merupakan biaya yang


dibutuhkan untuk sewa kendaraan yang
difungsikan sebagai kendaraan dinas kantor
sebagai pengganti pengadaan kendaraan melalui
pembelian, dengan tetap memerhatikan rencana
kebutuhan kendaraan dinas kantor mengacu ke
SE Nomor 9/MK.1/2015 tentang Jumlah dan
Spesikasi Kebutuhan Rumah Negara dan
Kendaraan Dinas di Lingkungan Kementerian
Keuangan. Penggunaan sewa kendaraan
dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas
penggunaan anggaran.

iii. Biaya pemeliharaan dialokasikan secara


bergilir setiap tahun di antara satker-satker
yang menempati gedung. Hal ini harus
dilengkapi dengan adanya Nota Kesepahaman
tiap satker. Implikasi dari model pengalokasian
ini yaitu angka dasar tahun berikutnya harus
disesuaikan dengan Nota Kesepahaman yang
ada (hal ini tidak direkomendasikan).

Sedangkan sewa kendaraan untuk pelaksanaan


kegiatan yang bersifat insidental dialokasikan pada
belanja non-operasional.
Biaya sewa kendaraan dialokasikan dengan
mengikuti ketentuan SBM serta memerhatikan
jumlah kendaraan yang dimiliki sesuai SE nomor
9/MK.1/2015 tentang Jumlah dan Spesikasi
Kebutuhan Rumah Negara dan Kendaraan Dinas di
Lingkungan Kementerian Keuangan.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 522141


(Belanja Sewa).

Pemeliharaan
Perkantoran

Subkomponen ini digunakan untuk menampung


biaya yang digunakan dalam rangka pemeliharaan
aset yang dimiliki oleh kantor sehingga nilai atau
usia aset tersebut tetap terjaga. Anggaran
pemeliharaan ini digunakan untuk pengeluaran
yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset
tetap atau aset tetap lainnya yang sudah ada ke
dalam kondisi normal yang nilainya tidak memenuhi
nilai kapitalisasi sebagaimana yang ditetapkan oleh
pemerintah dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Biaya pemeliharaan dialokasikan sesuai dengan
jumlah dan kondisi aset di SIMAK BMN. Aset/BMN
yang dapat dipelihara adalah Aset/BMN dengan
kondisi baik atau rusak ringan.
Biaya pemeliharaan antara lain meliputi:

45 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Biaya pemeliharaan gedung/bangunan


dan halaman

Gedung/bangunan yang dapat dialokasikan biaya


pemeliharaannya adalah gedung/bangunan yang
tercatat di SIMAK-BMN satker dan kondisinya
baik/rusak ringan.
Apabila satu gedung dipakai oleh beberapa satker,
pengalokasian anggaran pemeliharaan dapat
dilakukan melalui:
i. Biaya pemeliharaan hanya dialokasikan pada
satker yang memiliki gedung (tercatat di SIMAK
BMN); atau
ii. Biaya pemeliharaan dialokasikan ke semua
satker yang menempati gedung berdasarkan
luas ruangan yang ditempati masing-masing.
Luas total yang dipelihara yaitu sebesar luas
gedung. Hal ini harus dilengkapi dengan adanya
Nota Kesepahaman tiap satker; atau

Biaya pemeliharaan gedung dan bangunan bagi


satker yang menempati gedung GKN dialokasikan
pada DIPA GKN/KPTIK-BMN sesuai surat
Sekretaris Jenderal nomor S-1646/SJ/2014 tanggal
3 Oktober 2014.
Biaya pemeliharaan untuk rumah dinas tidak dapat
dialokasikan kecuali untuk rumah dinas yang telah
ditetapkan menjadi Rumah Dinas Golongan I
sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 40 Tahun
1994 jo. PP Nomor 31 Tahun 2005 tentang Rumah
Negara.
Biaya pemeliharaan untuk gedung yang disewa
dialokasikan berdasarkan kontrak dengan penyedia
gedung.
Biaya pemeliharaan gedung/bangunan
dialokasikan mengacu pada ketentuan SBM
dengan memerhatikan luas bangunan atau gedung
dan klasikasi bangunan bertingkat/tidak
bertingkat.
Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523111
(Belanja Biaya Pemeliharaan Gedung dan
Bangunan)

Biaya pemeliharaan instalasi jaringan dan


sarana prasarana kantor seperti komputer,
AC split dan genset.

Biaya pemeliharaan hanya dialokasikan atas aset


dalam kondisi baik dan rusak ringan (tidak termasuk
aset dalam kondisi rusak berat) sesuai data kondisi
SIMAK BMN.

Biaya pemeliharaan instalasi jaringan dan sarana


prasarana kantor dialokasikan dengan mengacu
pada ketentuan SBM.

Apabila terdapat sarana prasarana kantor yang


perlu dipelihara namun tidak terdapat dalam SBM,
maka alokasi anggaran pemeliharaannya dihitung
dengan mengacu pada harga pasar wajar dan
realisasi tahun sebelumnya (melampirkan tagihan
tahun sebelumnya/termutakhir).

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523121


(Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin)
atau 523133 (Belanja Biaya Pemeliharaan Jaringan)

Biaya pemeliharaan instalasi jaringan dan


sarana prasarana kantor seperti komputer,
AC split dan genset.

Biaya pemeliharaan kendaraan bermotor hanya


dialokasikan untuk kendaraan bermotor dalam
kondisi baik dan kondisi rusak ringan (tidak
termasuk kondisi rusak berat) sesuai data kondisi
SIMAK BMN.

Apabila kendaraan bermotor yang digunakan


adalah kendaraan pinjaman dari satker lain maka
dapat dialokasikan anggaran pemeliharaan
sepanjang satker yang mempunyai hak milik atas
kendaraan tersebut tidak menganggarkannya.

46 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelaksanaan
operasional
kantor

Besaran biaya pemeliharaan kendaraan bermotor


per unit dialokasikan mengacu pada ketentuan
SBM.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523121


(Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin)

Alokasi anggaran honorarium terkait operasional


pada umumnya terdiri dari honorarium penanggung
jawab pengelola keuangan, honorarium pengadaan
barang dan jasa, honorarium penerima hasil
p e k e r j a a n , h o n o r a r i u m p e n g e l o l a P N B P,
honorarium pengelola SAI, dan honorarium
pengurus/penyimpan barang milik negara.

Perhitungan alokasi anggaran bisa mengacu pada


rencana pelantikan/pengambilan sumpah jabatan
tahun berikutnya.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521119


(Belanja Barang Operasional Lainnya).

Belanja penambah daya tahan tubuh

Alokasi biaya ini termasuk belanja obat-obatan dan


pemeriksaan kesehatan pejabat/pegawai.

Perhitungan biaya permeriksaan kesehatan


dialokasikan per eselon pegawai dengan indeks.

Honorarium terkait PBJ Belanja Modal dialokasikan


di luar layanan perkantoran karena akan
dikapitalisasi menjadi harga perolehan aset.
Honorarium dimaksud dialokasikan dengan
mengacu pada ketentuan SBM.
Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521115
(Belanja Honor Operasional Satuan Kerja), khusus
untuk honorarium pejabat pengadaan barang/jasa
dan honorarium penerima hasil pekerjaan
menggunakan akun 521213 (Belanja Honor Output
Kegiatan).

47 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Belanja penambah daya tahan tubuh dialokasikan


untuk sejumlah pegawai (tidak semua pegawai di
satker) yang diberi tugas melaksanakan pekerjaan
tugas dan fungsi kantor yang dapat memberikan
dampak buruk bagi kesehatan pegawai dimaksud
dengan menggunakan indeks yang diatur dalam
SBM. Kebutuhan anggaran obat-obatan
dialokasikan dengan mengacu pada perhitungan
tahun anggaran sebelumnya.

Biaya penambah daya tahan tubuh dialokasikan


dengan mengacu pada ketentuan SBM.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521113


(Belanja Penambah Daya Tahan Tubuh).

Biaya ini dialokasikan dalam rangka


pelantikan/pengambilan sumpah kerja yaitu untuk
honorarium rohaniwan dan sebagaimana pada
ketentuan SBM, lingkup Kementerian Keuangan
dilaksanakan di kantor pusat dan kantor wilayah.

Subkomponen ini digunakan untuk membiayai


kebutuhan operasional kantor antara lain meliputi:

Honor terkait operasional satker

Biaya Pelantikan/pengambilan sumpah


jabatan

Pakaian dinas, toga, pakaian kerja

Biaya pakaian dinas pegawai dialokasikan dengan


mengacu pada ketentuan SBM. Pakaian dinas
pegawai dan pakaian kerja pengemudi, petugas
kebersihan, pramubakti dan satpam diberikan
paling banyak 2 (dua) setel per tahun yang
penyediaannya dilaksanakan secara selektif.

Biaya ini dialokasikan dengan memerhatikan jumlah


pegawai sebagaimana trercantum dalam DPA

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521119


(Belanja Barang Operasional Lainnya).

Biaya pindah

Merupakan biaya yang timbul akibat satker terkait


pindah lokasi, baik pindah permanen atau pindah
sementara karena dalam proses renovasi.

Perhitungan biaya pindah mengacu pada estimasi


biaya pindah setempat.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521119


(Belanja Barang Operasional Lainnya).

Perjalanan dinas dalam rangka konsultasi/


koordinasi

Alokasi anggaran perjalanan dinas dalam pos ini


meliputi/terbatas pada anggaran perjalanan dinas
dalam rangka konsultasi/koordinasi.

Tidak termasuk anggaran perjalanan dinas dalam


rangka pencapaian output tusi mengingat anggaran
dimaksud dialokasikan pada output terkait.

Alokasi per jenis perjalanan dinas untuk dipisahkan.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu akun


Belanja Perjalanan Dinas yaitu akun 5241

48 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Pelaksanaan
operasional
kantor

Besaran biaya pemeliharaan kendaraan bermotor


per unit dialokasikan mengacu pada ketentuan
SBM.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523121


(Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin)

Alokasi anggaran honorarium terkait operasional


pada umumnya terdiri dari honorarium penanggung
jawab pengelola keuangan, honorarium pengadaan
barang dan jasa, honorarium penerima hasil
p e k e r j a a n , h o n o r a r i u m p e n g e l o l a P N B P,
honorarium pengelola SAI, dan honorarium
pengurus/penyimpan barang milik negara.

Perhitungan alokasi anggaran bisa mengacu pada


rencana pelantikan/pengambilan sumpah jabatan
tahun berikutnya.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521119


(Belanja Barang Operasional Lainnya).

Belanja penambah daya tahan tubuh

Alokasi biaya ini termasuk belanja obat-obatan dan


pemeriksaan kesehatan pejabat/pegawai.

Perhitungan biaya permeriksaan kesehatan


dialokasikan per eselon pegawai dengan indeks.

Honorarium terkait PBJ Belanja Modal dialokasikan


di luar layanan perkantoran karena akan
dikapitalisasi menjadi harga perolehan aset.
Honorarium dimaksud dialokasikan dengan
mengacu pada ketentuan SBM.
Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521115
(Belanja Honor Operasional Satuan Kerja), khusus
untuk honorarium pejabat pengadaan barang/jasa
dan honorarium penerima hasil pekerjaan
menggunakan akun 521213 (Belanja Honor Output
Kegiatan).

47 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Belanja penambah daya tahan tubuh dialokasikan


untuk sejumlah pegawai (tidak semua pegawai di
satker) yang diberi tugas melaksanakan pekerjaan
tugas dan fungsi kantor yang dapat memberikan
dampak buruk bagi kesehatan pegawai dimaksud
dengan menggunakan indeks yang diatur dalam
SBM. Kebutuhan anggaran obat-obatan
dialokasikan dengan mengacu pada perhitungan
tahun anggaran sebelumnya.

Biaya penambah daya tahan tubuh dialokasikan


dengan mengacu pada ketentuan SBM.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521113


(Belanja Penambah Daya Tahan Tubuh).

Biaya ini dialokasikan dalam rangka


pelantikan/pengambilan sumpah kerja yaitu untuk
honorarium rohaniwan dan sebagaimana pada
ketentuan SBM, lingkup Kementerian Keuangan
dilaksanakan di kantor pusat dan kantor wilayah.

Subkomponen ini digunakan untuk membiayai


kebutuhan operasional kantor antara lain meliputi:

Honor terkait operasional satker

Biaya Pelantikan/pengambilan sumpah


jabatan

Pakaian dinas, toga, pakaian kerja

Biaya pakaian dinas pegawai dialokasikan dengan


mengacu pada ketentuan SBM. Pakaian dinas
pegawai dan pakaian kerja pengemudi, petugas
kebersihan, pramubakti dan satpam diberikan
paling banyak 2 (dua) setel per tahun yang
penyediaannya dilaksanakan secara selektif.

Biaya ini dialokasikan dengan memerhatikan jumlah


pegawai sebagaimana trercantum dalam DPA

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521119


(Belanja Barang Operasional Lainnya).

Biaya pindah

Merupakan biaya yang timbul akibat satker terkait


pindah lokasi, baik pindah permanen atau pindah
sementara karena dalam proses renovasi.

Perhitungan biaya pindah mengacu pada estimasi


biaya pindah setempat.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 521119


(Belanja Barang Operasional Lainnya).

Perjalanan dinas dalam rangka konsultasi/


koordinasi

Alokasi anggaran perjalanan dinas dalam pos ini


meliputi/terbatas pada anggaran perjalanan dinas
dalam rangka konsultasi/koordinasi.

Tidak termasuk anggaran perjalanan dinas dalam


rangka pencapaian output tusi mengingat anggaran
dimaksud dialokasikan pada output terkait.

Alokasi per jenis perjalanan dinas untuk dipisahkan.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu akun


Belanja Perjalanan Dinas yaitu akun 5241

48 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Komponen 005 Dukungan Penyelenggaraan Tusi Unit

Jenis belanja yang digunakan pada komponen ini


yaitu Belanja Barang Operasional.

Pada komponen ini dapat dialokasikan anggaran


untuk belanja barang yang mendukung
penyelenggaraan tugas dan fungsi unit, yang
meliputi/terbatas pada belanja barang
pemeliharaan kapal pada Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai dan belanja barang sejenis lainnya.

Dasar pengalokasian pada belanja pemeliharaan


kapal adalah tingkat kewajaran harga pasar
(kontrak dengan penyedia) dan realisasi tahun
sebelumnya (dilampirkan biaya kontrak/realisasi
tahun sebelumnya).

Sarana Prasarana (Belanja Modal).

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang


digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523121


(Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin).
Tanah

Peralatan dan
Mesin

BELANJA MODAL

49 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Gedung dan
Bangunan

Secara umum penyusunan anggaran belanja modal


harus memerhatikan:
a. Alasan pentingnya mengusulkan belanja modal
b. Hasil analisis kebutuhan belanja modal dengan
melihat

Ketersediaan barang modal dari hasil


pengadaan tahun anggaran sebelumnya dan
keadaan aset pada tahun berjalan (keadaan
aset yang tercatat di SIMAK-BMN)

Pengalokasian anggaran untuk belanja modal


harus sesuai dengan rencana manajeman aset

Jumlah pegawai

c. Prioritas, berdasarkan

Pergantian atas modal yang dihapus

Analisis kebutuhan

Berdasarkan PMK 196/PMK.02/2015, dalam penataan


ADIK, belanja modal tidak lagi dikategorikan sebagai
jenis keluaran/output, melainkan sebagai
masukan/input karena merupakan produk yang
berorientasi ke dalam (untuk kepentingan internal).
Adapun input ini terdiri dari tiga jenis kategori belanja
modal, yaitu Belanja Modal Tanah, Belanja Modal
Peralatan dan Mesin, serta Belanja Modal Gedung dan
Bangunan.

50

/ PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Komponen 005 Dukungan Penyelenggaraan Tusi Unit

Jenis belanja yang digunakan pada komponen ini


yaitu Belanja Barang Operasional.

Pada komponen ini dapat dialokasikan anggaran


untuk belanja barang yang mendukung
penyelenggaraan tugas dan fungsi unit, yang
meliputi/terbatas pada belanja barang
pemeliharaan kapal pada Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai dan belanja barang sejenis lainnya.

Dasar pengalokasian pada belanja pemeliharaan


kapal adalah tingkat kewajaran harga pasar
(kontrak dengan penyedia) dan realisasi tahun
sebelumnya (dilampirkan biaya kontrak/realisasi
tahun sebelumnya).

Sarana Prasarana (Belanja Modal).

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang


digunakan dalam rangka memperoleh atau
menambah nilai aset tetap/aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi
dan melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap
atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.

Akun yang digunakan untuk alokasi ini yaitu 523121


(Belanja Biaya Pemeliharaan Peralatan dan Mesin).
Tanah

Peralatan dan
Mesin

BELANJA MODAL

49 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Gedung dan
Bangunan

Secara umum penyusunan anggaran belanja modal


harus memerhatikan:
a. Alasan pentingnya mengusulkan belanja modal
b. Hasil analisis kebutuhan belanja modal dengan
melihat

Ketersediaan barang modal dari hasil


pengadaan tahun anggaran sebelumnya dan
keadaan aset pada tahun berjalan (keadaan
aset yang tercatat di SIMAK-BMN)

Pengalokasian anggaran untuk belanja modal


harus sesuai dengan rencana manajeman aset

Jumlah pegawai

c. Prioritas, berdasarkan

Pergantian atas modal yang dihapus

Analisis kebutuhan

Berdasarkan PMK 196/PMK.02/2015, dalam penataan


ADIK, belanja modal tidak lagi dikategorikan sebagai
jenis keluaran/output, melainkan sebagai
masukan/input karena merupakan produk yang
berorientasi ke dalam (untuk kepentingan internal).
Adapun input ini terdiri dari tiga jenis kategori belanja
modal, yaitu Belanja Modal Tanah, Belanja Modal
Peralatan dan Mesin, serta Belanja Modal Gedung dan
Bangunan.

50

/ PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Belanja Tanah

Denisi

Belanja Peralatan dan Mesin

Belanja ini merupakan belanja dalam rangka pengadaan tanah untuk mendukung pencapaian output organisasi, yang
antara lain meliputi pembebasan tanah, pembayaran honor tim tanah, pembuatan sertikat tanah, pengurukan dan
pematangan tanah, biaya pengukuran tanah, atau perjalanan pengadaan tanah.

Kategori belanja pada input peralatan dan mesin antara


lain meliputi:
1. Kendaraan Bermotor
2. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
3. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

Perencanaan

Persiapan

Struktur
Biaya

TANAH
Pelaksanaan

Penyerahan
Hasil

Metode
Penghitungan
Biaya

Dalam pengusulan pengadaan tanah, perlu


dipastikan bahwa status tanah dimaksud harus
tidak dalam kondisi terdapat gugatan/
permasalahan hukum atau permasalahan
kepemilikan sertikat. Kejelasan status tanah
dibuktikan dengan antara lain bukti kepemilikan
tanah/sertikat tanah, penetapan status penggunaan
BMN oleh Pengguna BMN.

51 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Adapun pengadaan atas Belanja Modal ini harus


memerhatikan spesikasi umum antara lain:

Sebelum mengusulkan pengadaan tanah, satker


harus berkoordinasi dengan Pengguna
Barang/Pengelola Barang terkait ketersediaan aset
menganggur (idle) yang mungkin dapat
dimanfaatkan.
Pada umumnya, komponen pada belanja ini terdiri
dari:
Perencanaan
Persiapan
Pelaksanaan
Penyerahan hasil
Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:
-

Keadaan aset tercatat di SIMAK-BMN


Lokasi tanah

Akun yang digunakan: 531111 (Belanja Modal


Tanah),

Dokumen Pendukung:
- Kerangka Acuan Kerja (KAK)
- Rincian Anggaran Biaya (RAB)
- Surat Penawaran Tanah
- Surat Keterangan Harga Pasar Tanah, minimal
dari Kecamatan
- Surat Keterangan bahwa tanah tidak berada
dalam keadaan sengketa
- Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

a. Kompatibilitas yang tinggi baik terhadap perangkat


pendukung maupun pada sistem operasi
komputer;

Kendaraan
Bermotor

b. Mudah digunakan (user friendly);


c. Andal dan ekonomis;
d. Dapat dan mudah ditingkatkan kemampuannya
(upgrade);
e. Memiliki dukungan purnajual dan/atau pelayanan
dan/atau suku cadang yang baik dari prinsipal
dan/atau dukungan kantor cabang atau pusat
layanan yang menjangkau seluruh wilayah di
Indonesia.

Denisi
Belanja ini merupakan belanja dalam rangka
pemenuhan kebutuhan sarana transportasi darat untuk
pejabat, angkutan pegawai, dan operasional
kantor/lapangan, misalnya alat transportasi darat yang
merupakan produk manufaktur dan dipasarkan secara

umum/masal. Alat transportasi yang mempunyai


karakteristik khusus, spesikasi khusus dan/atau
pengadaannya berdasarkan pesanan khusus dan/atau
digunakan dalam rangka pelaksanaan tusi teknis
khusus, maka belanjanya dinyatakan tersendiri.

Struktur Biaya
Pengadaan
Kendaraan
Bermotor

Kendaraan Bermotor
Biaya Pengiriman (Jika ada)

KENDARAAN
BERMOTOR
Panitia
Pengadaan dan
PPHP

Honor Panitia Pengadaan


Honor PPHP

52 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Belanja Tanah

Denisi

Belanja Peralatan dan Mesin

Belanja ini merupakan belanja dalam rangka pengadaan tanah untuk mendukung pencapaian output organisasi, yang
antara lain meliputi pembebasan tanah, pembayaran honor tim tanah, pembuatan sertikat tanah, pengurukan dan
pematangan tanah, biaya pengukuran tanah, atau perjalanan pengadaan tanah.

Kategori belanja pada input peralatan dan mesin antara


lain meliputi:
1. Kendaraan Bermotor
2. Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
3. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran

Perencanaan

Persiapan

Struktur
Biaya

TANAH
Pelaksanaan

Penyerahan
Hasil

Metode
Penghitungan
Biaya

Dalam pengusulan pengadaan tanah, perlu


dipastikan bahwa status tanah dimaksud harus
tidak dalam kondisi terdapat gugatan/
permasalahan hukum atau permasalahan
kepemilikan sertikat. Kejelasan status tanah
dibuktikan dengan antara lain bukti kepemilikan
tanah/sertikat tanah, penetapan status penggunaan
BMN oleh Pengguna BMN.

51 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Adapun pengadaan atas Belanja Modal ini harus


memerhatikan spesikasi umum antara lain:

Sebelum mengusulkan pengadaan tanah, satker


harus berkoordinasi dengan Pengguna
Barang/Pengelola Barang terkait ketersediaan aset
menganggur (idle) yang mungkin dapat
dimanfaatkan.
Pada umumnya, komponen pada belanja ini terdiri
dari:
Perencanaan
Persiapan
Pelaksanaan
Penyerahan hasil
Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:
-

Keadaan aset tercatat di SIMAK-BMN


Lokasi tanah

Akun yang digunakan: 531111 (Belanja Modal


Tanah),

Dokumen Pendukung:
- Kerangka Acuan Kerja (KAK)
- Rincian Anggaran Biaya (RAB)
- Surat Penawaran Tanah
- Surat Keterangan Harga Pasar Tanah, minimal
dari Kecamatan
- Surat Keterangan bahwa tanah tidak berada
dalam keadaan sengketa
- Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

a. Kompatibilitas yang tinggi baik terhadap perangkat


pendukung maupun pada sistem operasi
komputer;

Kendaraan
Bermotor

b. Mudah digunakan (user friendly);


c. Andal dan ekonomis;
d. Dapat dan mudah ditingkatkan kemampuannya
(upgrade);
e. Memiliki dukungan purnajual dan/atau pelayanan
dan/atau suku cadang yang baik dari prinsipal
dan/atau dukungan kantor cabang atau pusat
layanan yang menjangkau seluruh wilayah di
Indonesia.

Denisi
Belanja ini merupakan belanja dalam rangka
pemenuhan kebutuhan sarana transportasi darat untuk
pejabat, angkutan pegawai, dan operasional
kantor/lapangan, misalnya alat transportasi darat yang
merupakan produk manufaktur dan dipasarkan secara

umum/masal. Alat transportasi yang mempunyai


karakteristik khusus, spesikasi khusus dan/atau
pengadaannya berdasarkan pesanan khusus dan/atau
digunakan dalam rangka pelaksanaan tusi teknis
khusus, maka belanjanya dinyatakan tersendiri.

Struktur Biaya
Pengadaan
Kendaraan
Bermotor

Kendaraan Bermotor
Biaya Pengiriman (Jika ada)

KENDARAAN
BERMOTOR
Panitia
Pengadaan dan
PPHP

Honor Panitia Pengadaan


Honor PPHP

52 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Metode Penghitungan Biaya


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengalokasiaan
belanja modal kendaraan bermotor:

Alokasi anggaran belanja modal kendaraan


bermotor termasuk biaya yang dibutuhkan untuk
memperoleh kendaraan bermotor tersebut seperti
honorarium panitia pengadaan, honor PPHP,
ongkos kirim, biaya instalasi, dan Pajak
Pertambahan Nilai.
Pengadaan kendaraan bermotor harus mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan
Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa
Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional
Jabatan di Dalam Negeri sebagaimana diatur lebih
lanjut dalam Surat Edaran Menteri Keuangan
Nomor SE-9/MK.1/2015 tentang Jumlah dan
Spesikasi Kebutuhan Rumah Negara dan
Kendaraan Dinas di Lingkungan Kementerian
Keuangan.
Kendaraan roda 4 dan/atau roda 6 untuk keperluan
antar jemput pegawai dapat dialokasikan secara
sangat selektif. Usulan pengadaan kendaraan
bermotor memerhatikan asas esiensi dan
kepatutan.
Pengadaan kendaraan yang merupakan
penggantian kendaraan yang dihapuskan harus
sama jenis maupun fungsinya dengan kendaraan
yang dihapuskan.
Mempertimbangkan esiensi antara pengadaan
kendaraan operasional dengan biaya sewa
kendaraan operasional berdasarkan besaran biaya
pada standar biaya masukan. Dalam hal kebutuhan

53 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

kendaraan operasional telah dipenuhi melalui


mekanisme sewa kendaraan maka pengadaan
melalui pembelian tidak diperkenankan lagi.

Mengingat kendaraan bermotor termasuk hal yang


dibatasi, maka pengadaan kendaraan bermotor
dimaksud hanya dapat dilakukan untuk yang
sifatnya penggantian. Jika pengadaan kendaraan
bermotor di luar penggantian maka harus meminta
persetujuan dari Menteri Keuangan.

Akun yang digunakan yaitu 532111 (Belanja Modal


Peralatan dan Mesin)

Data-data yang harus diperhatikan :

Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN

Jumlah pegawai

Roadmap kebutuhan Kendaraan operasional


dalam 5 tahun ke depan

Perkiraan umur aset

Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan

Ketentuan SBM 2016

Perangkat
Pengolah Data
dan Komunikasi

Denisi
Belanja ini merupakan belanja dalam rangka
pemenuhan kebutuhan media pemroses data,
penyimpan data, menampilkan hasil olahan data,
dan/atau media komunikasi misalnya peralatan
elektronikal dalam rangka pengolahan data dan

Struktur Biaya
Komputer

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Analisa standar kebutuhan

Berita acara penghapusan kendaraan/surat


persetujuan penghapusan

Printer

Pengadaan
PPDK

Faximile

KENDARAAN
BERMOTOR

dll

Honor Panitia Pengadaan

Panitia
Pengadaan

Dokumen pendukung pengusulan alokasi :


-

telekomunikasi yang menunjang aktivitas administratif


umum sebuah instansi/perkantoran, termasuk
perangkat pengolah data dan komunikasi yang bersifat
khusus untuk pelaksanaan tugas dan fungsi yang
khusus.

Honor PPHP

Metode Penghitungan Biaya


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengalokasian
belanja modal perangkat pengolah dan komunikasi:

Alokasi anggaran belanja modal perangkat


pengolah data dan komunikasi termasuk biaya
dibutuhkan untuk memperoleh perangkat pengolah
data dan komunikasi tersebut seperti honorarium
panitia pengadaan, honor PPHP, ongkos kirim,
biaya instalasi, dan Pajak Pertambahan Nilai.

Detail barang pada belanja ini antara lain :


- Laptop
- LCD/Proyektor
- Komputer/PC
- Harddisk Eksternal
- Printer/Printer Multiguna

54 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Metode Penghitungan Biaya


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengalokasiaan
belanja modal kendaraan bermotor:

Alokasi anggaran belanja modal kendaraan


bermotor termasuk biaya yang dibutuhkan untuk
memperoleh kendaraan bermotor tersebut seperti
honorarium panitia pengadaan, honor PPHP,
ongkos kirim, biaya instalasi, dan Pajak
Pertambahan Nilai.
Pengadaan kendaraan bermotor harus mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan
Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa
Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional
Jabatan di Dalam Negeri sebagaimana diatur lebih
lanjut dalam Surat Edaran Menteri Keuangan
Nomor SE-9/MK.1/2015 tentang Jumlah dan
Spesikasi Kebutuhan Rumah Negara dan
Kendaraan Dinas di Lingkungan Kementerian
Keuangan.
Kendaraan roda 4 dan/atau roda 6 untuk keperluan
antar jemput pegawai dapat dialokasikan secara
sangat selektif. Usulan pengadaan kendaraan
bermotor memerhatikan asas esiensi dan
kepatutan.
Pengadaan kendaraan yang merupakan
penggantian kendaraan yang dihapuskan harus
sama jenis maupun fungsinya dengan kendaraan
yang dihapuskan.
Mempertimbangkan esiensi antara pengadaan
kendaraan operasional dengan biaya sewa
kendaraan operasional berdasarkan besaran biaya
pada standar biaya masukan. Dalam hal kebutuhan

53 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

kendaraan operasional telah dipenuhi melalui


mekanisme sewa kendaraan maka pengadaan
melalui pembelian tidak diperkenankan lagi.

Mengingat kendaraan bermotor termasuk hal yang


dibatasi, maka pengadaan kendaraan bermotor
dimaksud hanya dapat dilakukan untuk yang
sifatnya penggantian. Jika pengadaan kendaraan
bermotor di luar penggantian maka harus meminta
persetujuan dari Menteri Keuangan.

Akun yang digunakan yaitu 532111 (Belanja Modal


Peralatan dan Mesin)

Data-data yang harus diperhatikan :

Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN

Jumlah pegawai

Roadmap kebutuhan Kendaraan operasional


dalam 5 tahun ke depan

Perkiraan umur aset

Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan

Ketentuan SBM 2016

Perangkat
Pengolah Data
dan Komunikasi

Denisi
Belanja ini merupakan belanja dalam rangka
pemenuhan kebutuhan media pemroses data,
penyimpan data, menampilkan hasil olahan data,
dan/atau media komunikasi misalnya peralatan
elektronikal dalam rangka pengolahan data dan

Struktur Biaya
Komputer

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Analisa standar kebutuhan

Berita acara penghapusan kendaraan/surat


persetujuan penghapusan

Printer

Pengadaan
PPDK

Faximile

KENDARAAN
BERMOTOR

dll

Honor Panitia Pengadaan

Panitia
Pengadaan

Dokumen pendukung pengusulan alokasi :


-

telekomunikasi yang menunjang aktivitas administratif


umum sebuah instansi/perkantoran, termasuk
perangkat pengolah data dan komunikasi yang bersifat
khusus untuk pelaksanaan tugas dan fungsi yang
khusus.

Honor PPHP

Metode Penghitungan Biaya


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengalokasian
belanja modal perangkat pengolah dan komunikasi:

Alokasi anggaran belanja modal perangkat


pengolah data dan komunikasi termasuk biaya
dibutuhkan untuk memperoleh perangkat pengolah
data dan komunikasi tersebut seperti honorarium
panitia pengadaan, honor PPHP, ongkos kirim,
biaya instalasi, dan Pajak Pertambahan Nilai.

Detail barang pada belanja ini antara lain :


- Laptop
- LCD/Proyektor
- Komputer/PC
- Harddisk Eksternal
- Printer/Printer Multiguna

54 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

- Pemindai (Scanner)/ Pemindai Multiguna

Perkiraan umur aset

- Kamera/ Handycam/ CCTV

Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan

- Mesin Fotokopi/ Mesin Fotokopi multiguna

Minimal terdapat 3 daftar harga (price list) surat


penawaran dengan kualitas dan spesikasi
teknis yang dibutuhkan

- Pesawat Telepon
- Mesin PABX
-

- Mesin FAX

- Mesin Handkey

Akun yang digunakan :


Peralatan dan Mesin)

Meubelair

532111 (Belanja Modal

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:


-

Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN

Jumlah pegawai.

Roadmap kebutuhan aset dalam 5 tahun ke


depan

Pengadaan

Lemari Arsip

PFK

Genset, AC

Memerhatikan kewajaran harga/referensi harga

Dokumen Pendukung
- Kerangka Acuan Kerja (KAK)

- Server

Struktur Biaya

PERALATAN DAN
FASILITAS PERKANTORAN

- Rincian Anggaran Biaya (RAB)

dll

- Dasar pengajuan harga (misal: brosur, daftar


harga)

Honor Panitia Pengadaan

Panitia
Pengadaan

- Data inventaris
- Analisis standar kebutuhan

Honor PPHP

Metode Penghitungan Biaya

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengalokasian


belanja modal perangkat pengolah dan komunikasi:

Peralatan
dan Fasilitas
Perkantoran

Denisi
Belanja dalam rangka pemenuhan kebutuhan sarana
kelengkapan gedung perkantoran yang memadai dan
layak misalnya peralatan elektronik/non elektronik yang
disediakan dalam rangka memenuhi unsur kelayakan
secara umum fasilitas sebuah gedung/ bangunan
perkantoran. Peralatan Fasilitas Perkantoran yang

55 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

mempunyai karakteristik khusus, spesikasi khusus


dan/atau pengadaannya berdasarkan pesanan khusus
dan/atau serta digunakan dalam rangka pelaksanaan
tusi teknis khusus, maka outputnya dinyatakan
tersendiri.

- Pemindai (Scanner)/ Pemindai Multiguna


- Kamera/ Handycam/ CCTV

Alokasi anggaran belanja modal perangkat


pengolah data dan komunikasi termasuk biaya
dibutuhkan untuk memperoleh perangkat pengolah
data dan komunikasi tersebut seperti honorarium
panitia pengadaan, honor PPHP, ongkos kirim,
biaya instalasi, dan Pajak Pertambahan Nilai.

- Mesin PABX

Detail barang pada belanja ini antara lain :

- Server

- Laptop

- Mesin Fotokopi/ Mesin Fotokopi multiguna


- Pesawat Telepon
- Mesin FAX
- Mesin Handkey

- LCD/Proyektor

Akun yang digunakan :


Peralatan dan Mesin)

- Komputer/PC

532111 (Belanja Modal

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:

- Harddisk Eksternal

- Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN

- Printer/Printer Multiguna

- Jumlah pegawai.

56 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

- Pemindai (Scanner)/ Pemindai Multiguna

Perkiraan umur aset

- Kamera/ Handycam/ CCTV

Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan

- Mesin Fotokopi/ Mesin Fotokopi multiguna

Minimal terdapat 3 daftar harga (price list) surat


penawaran dengan kualitas dan spesikasi
teknis yang dibutuhkan

- Pesawat Telepon
- Mesin PABX
-

- Mesin FAX

- Mesin Handkey

Akun yang digunakan :


Peralatan dan Mesin)

Meubelair

532111 (Belanja Modal

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:


-

Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN

Jumlah pegawai.

Roadmap kebutuhan aset dalam 5 tahun ke


depan

Pengadaan

Lemari Arsip

PFK

Genset, AC

Memerhatikan kewajaran harga/referensi harga

Dokumen Pendukung
- Kerangka Acuan Kerja (KAK)

- Server

Struktur Biaya

PERALATAN DAN
FASILITAS PERKANTORAN

- Rincian Anggaran Biaya (RAB)

dll

- Dasar pengajuan harga (misal: brosur, daftar


harga)

Honor Panitia Pengadaan

Panitia
Pengadaan

- Data inventaris
- Analisis standar kebutuhan

Honor PPHP

Metode Penghitungan Biaya

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengalokasian


belanja modal perangkat pengolah dan komunikasi:

Peralatan
dan Fasilitas
Perkantoran

Denisi
Belanja dalam rangka pemenuhan kebutuhan sarana
kelengkapan gedung perkantoran yang memadai dan
layak misalnya peralatan elektronik/non elektronik yang
disediakan dalam rangka memenuhi unsur kelayakan
secara umum fasilitas sebuah gedung/ bangunan
perkantoran. Peralatan Fasilitas Perkantoran yang

55 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

mempunyai karakteristik khusus, spesikasi khusus


dan/atau pengadaannya berdasarkan pesanan khusus
dan/atau serta digunakan dalam rangka pelaksanaan
tusi teknis khusus, maka outputnya dinyatakan
tersendiri.

- Pemindai (Scanner)/ Pemindai Multiguna


- Kamera/ Handycam/ CCTV

Alokasi anggaran belanja modal perangkat


pengolah data dan komunikasi termasuk biaya
dibutuhkan untuk memperoleh perangkat pengolah
data dan komunikasi tersebut seperti honorarium
panitia pengadaan, honor PPHP, ongkos kirim,
biaya instalasi, dan Pajak Pertambahan Nilai.

- Mesin PABX

Detail barang pada belanja ini antara lain :

- Server

- Laptop

- Mesin Fotokopi/ Mesin Fotokopi multiguna


- Pesawat Telepon
- Mesin FAX
- Mesin Handkey

- LCD/Proyektor

Akun yang digunakan :


Peralatan dan Mesin)

- Komputer/PC

532111 (Belanja Modal

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:

- Harddisk Eksternal

- Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN

- Printer/Printer Multiguna

- Jumlah pegawai.

56 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

- Roadmap kebutuhan aset dalam 5 tahun ke


depan

Dokumen Pendukung
- Kerangka Acuan Kerja (KAK)

- Perkiraan umur aset

- Rincian Anggaran Biaya (RAB)

- Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan

- Dasar pengajuan harga (misal: brosur, daftar


harga)

- Minimal terdapat 3 daftar harga (price list) surat


penawaran dengan kualitas dan spesikasi
teknis yang dibutuhkan

Metode
Penghitungan
Biaya

- Data inventaris
- Analisis standar kebutuhan

Pengusulan pembangunan gedung baru/rekonstruksi


perlu dipastikan status tanahnya. Status tanah
dimaksud harus tidak dalam kondisi terdapat
gugatan/permasalahan hukum, atau permasalahan
kepemilikan sertikat. Kejelasan status tanah
dibuktikan dengan antara lain bukti kepemilikan
tanah/sertikat tanah dan penetapan status
penggunaan BMN oleh Pengguna BMN.

- Memerhatikan kewajaran harga/referensi harga


Sebelum mengusulkan pembangunan gedung baru,
satker harus berkoordinasi dengan Pengguna
Barang/Pengelola Barang terkait ketersediaan aset
menganggur (idle) yang mungkin dapat dimanfaatkan.

Belanja Gedung dan Bangunan

Denisi

Belanja gedung dan bangunan merupakan belanja dalam rangka mendirikan/membangun/merehabilitasi sarana
prasarana instansi/perkantoran seperti gedung kantor, rumah dinas, gedung serba guna, taman, tempat parkir, pagar,
pos pengamanan dan bangunan lainnya.

Struktur
Biaya

Perencanaan
teknis kontruksi

GEDUNG DAN
BANGUNAN

57 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Biaya Konsultan
Perencana

Pengawasan/
manajemen
kontruksi

Biaya Konsultas
Pengawas/
Manajemen

Pelaksanaan
kontruksi

Biaya Penyedia
Jasa Konstruksi
(Fisik)

Pengelola
kegiatan/Honor
Panitia dan

Biaya Pengelola
kegiatan/Honor
Panitia dan
PPHP

Klasikasi
Belanja
Gedung dan
Bangunan

Pada umumnya, komponen pada belanja ini terdiri dari:

Perencanaan teknis kontruksi

Pengawasan/manajemen kontruksi

Pelaksanaan kontruksi

Pengelola kegiatan

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:

Keadaan aset tercatat di SIMAK-BMN

Rasio jumlah pegawai terhadap luasan bangunan


yang akan dibangun

Jumlah stakeholder (untuk kantor pelayanan)

Lokasi gedung/bangunan

Pembangunan Gedung Baru


Pembangunan gedung baru diprioritaskan untuk
gedung yang bersifat pelayanan umum (seperti rumah
sakit, rumah tahanan, pos penjagaan) dan
gedung/bangunan khusus (antara lain: laboratorium,
gudang). Sedangkan pembangunan gedung baru yang
sifatnya tidak langsung menunjang untuk pelaksanaan
tugas dan fungsi satker (antara lain: mess, wisma,
rumah dinas/rumah jabatan, gedung pertemuan) agar
dilakukan pembatasan.

Dokumen Pendukung:

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Surat usulan/perhitungan teknis dari Dinas


Pekerjaan Umum Setempat (Provinsi)

Luas gedung/rumah yang akan dibangun

Status Tanah

Untuk pembangunan baru menggunakan akun 533111


(Belanja Modal Gedung dan Bangunan)

58 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

- Roadmap kebutuhan aset dalam 5 tahun ke


depan

Dokumen Pendukung
- Kerangka Acuan Kerja (KAK)

- Perkiraan umur aset

- Rincian Anggaran Biaya (RAB)

- Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan

- Dasar pengajuan harga (misal: brosur, daftar


harga)

- Minimal terdapat 3 daftar harga (price list) surat


penawaran dengan kualitas dan spesikasi
teknis yang dibutuhkan

Metode
Penghitungan
Biaya

- Data inventaris
- Analisis standar kebutuhan

Pengusulan pembangunan gedung baru/rekonstruksi


perlu dipastikan status tanahnya. Status tanah
dimaksud harus tidak dalam kondisi terdapat
gugatan/permasalahan hukum, atau permasalahan
kepemilikan sertikat. Kejelasan status tanah
dibuktikan dengan antara lain bukti kepemilikan
tanah/sertikat tanah dan penetapan status
penggunaan BMN oleh Pengguna BMN.

- Memerhatikan kewajaran harga/referensi harga


Sebelum mengusulkan pembangunan gedung baru,
satker harus berkoordinasi dengan Pengguna
Barang/Pengelola Barang terkait ketersediaan aset
menganggur (idle) yang mungkin dapat dimanfaatkan.

Belanja Gedung dan Bangunan

Denisi

Belanja gedung dan bangunan merupakan belanja dalam rangka mendirikan/membangun/merehabilitasi sarana
prasarana instansi/perkantoran seperti gedung kantor, rumah dinas, gedung serba guna, taman, tempat parkir, pagar,
pos pengamanan dan bangunan lainnya.

Struktur
Biaya

Perencanaan
teknis kontruksi

GEDUNG DAN
BANGUNAN

57 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Biaya Konsultan
Perencana

Pengawasan/
manajemen
kontruksi

Biaya Konsultas
Pengawas/
Manajemen

Pelaksanaan
kontruksi

Biaya Penyedia
Jasa Konstruksi
(Fisik)

Pengelola
kegiatan/Honor
Panitia dan

Biaya Pengelola
kegiatan/Honor
Panitia dan
PPHP

Klasikasi
Belanja
Gedung dan
Bangunan

Pada umumnya, komponen pada belanja ini terdiri dari:

Perencanaan teknis kontruksi

Pengawasan/manajemen kontruksi

Pelaksanaan kontruksi

Pengelola kegiatan

Beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan:

Keadaan aset tercatat di SIMAK-BMN

Rasio jumlah pegawai terhadap luasan bangunan


yang akan dibangun

Jumlah stakeholder (untuk kantor pelayanan)

Lokasi gedung/bangunan

Pembangunan Gedung Baru


Pembangunan gedung baru diprioritaskan untuk
gedung yang bersifat pelayanan umum (seperti rumah
sakit, rumah tahanan, pos penjagaan) dan
gedung/bangunan khusus (antara lain: laboratorium,
gudang). Sedangkan pembangunan gedung baru yang
sifatnya tidak langsung menunjang untuk pelaksanaan
tugas dan fungsi satker (antara lain: mess, wisma,
rumah dinas/rumah jabatan, gedung pertemuan) agar
dilakukan pembatasan.

Dokumen Pendukung:

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Surat usulan/perhitungan teknis dari Dinas


Pekerjaan Umum Setempat (Provinsi)

Luas gedung/rumah yang akan dibangun

Status Tanah

Untuk pembangunan baru menggunakan akun 533111


(Belanja Modal Gedung dan Bangunan)

58 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Renovasi
Renovasi merupakan perawatan yang memerlukan
penanganan khusus atau dalam usaha meningkatkan
wujud bangunan. Renovasi harus memenuhi kriteria
kapitalisasi.

Untuk pembangunan aset tetap renovasi yang akan


diserahkan kepada entitas lain dan masih di lingkungan
pemerintah pusat menggunakan akun 536111 (Belanja
Modal Lainnya).

Selain merenovasi aset gedung/bangunan milik sendiri,


satker dapat mengalokasikan anggaran untuk renovasi
atas bangunan/gedung milik satker lain (BMN) dengan
catatan memperoleh izin dari satker pemilik BMN dan
dilakukan secara selektif. Untuk satker yang menyewa
gedung/bangunan, dapat mengusulkan renovasi
karena adanya standardisasi desain gedung oleh
Kantor Pusat/pihak lain.

Dokumen Pendukung:

Untuk renovasi gedung menggunakan akun 533121


(Belanja Penambahan Nilai Gedung dan Bangunan)

Pembelian gedung/bangunan
Selain dengan cara pembangunan, perolehan
gedung/bangunan juga dapat dilakukan dengan
metode pembelian dengan mengikuti ketentuan
pengadaan barang dan jasa.
Untuk pembelian menggunakan akun 533111 (Belanja
Modal Gedung dan Bangunan).
Dokumen Pendukung.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Analisis kerusakan yang dibuat oleh Dinas


Pekerjaan Umum setempat (Provinsi)

Surat usulan/perhitungan teknis dari Dinas


Pekerjaan Umum Setempat (Provinsi)

Konteks penyusunan RKA-K/L, output antara lain adalah output


Layanan Kesekretariatan, output Layanan Perkantoran, dan
output Sarana Prasarana (Belanja Modal). Dilihat dari
karakteristiknya rumusan output-output tersebut merupakan
sebuah input, namun sampai pada penyusunan RKA-K/L TA
2016 ketiga output tersebut masih dikategorikan sebagai
output/produk akhir. Dalam penyusunan RKA-K/L tahun-tahun
berikutnya, jenis output-output tersebut akan distandarkan
sebagai input sebagaimana telah diatur dalam PMK Juksunlah.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Daftar harga

59 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

60 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 3

STANDAR STRUKTUR BIAYA

Renovasi
Renovasi merupakan perawatan yang memerlukan
penanganan khusus atau dalam usaha meningkatkan
wujud bangunan. Renovasi harus memenuhi kriteria
kapitalisasi.

Untuk pembangunan aset tetap renovasi yang akan


diserahkan kepada entitas lain dan masih di lingkungan
pemerintah pusat menggunakan akun 536111 (Belanja
Modal Lainnya).

Selain merenovasi aset gedung/bangunan milik sendiri,


satker dapat mengalokasikan anggaran untuk renovasi
atas bangunan/gedung milik satker lain (BMN) dengan
catatan memperoleh izin dari satker pemilik BMN dan
dilakukan secara selektif. Untuk satker yang menyewa
gedung/bangunan, dapat mengusulkan renovasi
karena adanya standardisasi desain gedung oleh
Kantor Pusat/pihak lain.

Dokumen Pendukung:

Untuk renovasi gedung menggunakan akun 533121


(Belanja Penambahan Nilai Gedung dan Bangunan)

Pembelian gedung/bangunan
Selain dengan cara pembangunan, perolehan
gedung/bangunan juga dapat dilakukan dengan
metode pembelian dengan mengikuti ketentuan
pengadaan barang dan jasa.
Untuk pembelian menggunakan akun 533111 (Belanja
Modal Gedung dan Bangunan).
Dokumen Pendukung.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Analisis kerusakan yang dibuat oleh Dinas


Pekerjaan Umum setempat (Provinsi)

Surat usulan/perhitungan teknis dari Dinas


Pekerjaan Umum Setempat (Provinsi)

Konteks penyusunan RKA-K/L, output antara lain adalah output


Layanan Kesekretariatan, output Layanan Perkantoran, dan
output Sarana Prasarana (Belanja Modal). Dilihat dari
karakteristiknya rumusan output-output tersebut merupakan
sebuah input, namun sampai pada penyusunan RKA-K/L TA
2016 ketiga output tersebut masih dikategorikan sebagai
output/produk akhir. Dalam penyusunan RKA-K/L tahun-tahun
berikutnya, jenis output-output tersebut akan distandarkan
sebagai input sebagaimana telah diatur dalam PMK Juksunlah.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Rincian Anggaran Biaya (RAB)

Daftar harga

59 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

60 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

MONITORING DAN EVALUASI ATAS PENERAPAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

MONITORING DAN
EVALUASI ATAS PENERAPAN
STANDAR STRUKTUR BIAYA
Pengantar

onitoring dan evaluasi merupakan salah satu


pilar dalam penerapan penganggaran
berbasis kinerja sebagai bagian dari
rangkaian proses yang tidak terpisahkan dalam proses
perencanaan dan penganggaran. Kegiatan monitoring
dan evaluasi terutama bermanfaat untuk
mengidentikasi perkembangan pencapaian target
anggaran dan kinerja, serta menilai apakah
pelaksanaan tugas-tugas tersebut dilaksanakan
secara efektif dan esien. Selain itu, kegiatan
monitoring dan evaluasi ditujukan sebagai sarana
check and balance dan mekanisme kontrol dalam
proses perencanaan anggaran.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

Berdasarkan terminologi, monitoring dan evaluasi


memiliki makna dan pengertian yang berbeda.
Monitoring menekankan pada hal yang sedang
dilakukan sedangkan evaluasi berhubungan dengan

target apa yang ingin dicapai. Dalam monitoring,


dilakukan pengumpulan informasi secara sistematis
terkait aktivitas yang dilakukan, pemantauan
perkembangan aktivitas, dan penilaian deviasi untuk
memastikan dimana dan/atau kapan dibutuhkan
tindakan korektif yang tepat. Di sisi lain, evaluasi
merupakan penilaian objektif atas pencapaian target
dan analisis deviasi antara kontribusi output yang
dihasilkan terhadap outcome yang diharapkan.
Berdasarkan PMK 195/PMK.02/2014 tentang Standar
Struktur Biaya, disebutkan bahwa komposisi biaya atas
suatu keluaran (output) terdiri dari biaya utama dan
biaya pendukung, serta ditetapkan bahwa batasan
besaran biaya pendukung tertinggi yang diizinkan
untuk output jasa layanan non-regulasi adalah sebesar
45% (empat puluh lima persen) dari total biaya output
jasa layanan non-regulasi.

62 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

MONITORING DAN EVALUASI ATAS PENERAPAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

MONITORING DAN
EVALUASI ATAS PENERAPAN
STANDAR STRUKTUR BIAYA
Pengantar

onitoring dan evaluasi merupakan salah satu


pilar dalam penerapan penganggaran
berbasis kinerja sebagai bagian dari
rangkaian proses yang tidak terpisahkan dalam proses
perencanaan dan penganggaran. Kegiatan monitoring
dan evaluasi terutama bermanfaat untuk
mengidentikasi perkembangan pencapaian target
anggaran dan kinerja, serta menilai apakah
pelaksanaan tugas-tugas tersebut dilaksanakan
secara efektif dan esien. Selain itu, kegiatan
monitoring dan evaluasi ditujukan sebagai sarana
check and balance dan mekanisme kontrol dalam
proses perencanaan anggaran.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

Berdasarkan terminologi, monitoring dan evaluasi


memiliki makna dan pengertian yang berbeda.
Monitoring menekankan pada hal yang sedang
dilakukan sedangkan evaluasi berhubungan dengan

target apa yang ingin dicapai. Dalam monitoring,


dilakukan pengumpulan informasi secara sistematis
terkait aktivitas yang dilakukan, pemantauan
perkembangan aktivitas, dan penilaian deviasi untuk
memastikan dimana dan/atau kapan dibutuhkan
tindakan korektif yang tepat. Di sisi lain, evaluasi
merupakan penilaian objektif atas pencapaian target
dan analisis deviasi antara kontribusi output yang
dihasilkan terhadap outcome yang diharapkan.
Berdasarkan PMK 195/PMK.02/2014 tentang Standar
Struktur Biaya, disebutkan bahwa komposisi biaya atas
suatu keluaran (output) terdiri dari biaya utama dan
biaya pendukung, serta ditetapkan bahwa batasan
besaran biaya pendukung tertinggi yang diizinkan
untuk output jasa layanan non-regulasi adalah sebesar
45% (empat puluh lima persen) dari total biaya output
jasa layanan non-regulasi.

62 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 4

MONITORING DAN EVALUASI ATAS PENERAPAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Dalam kaitannya dengan penerapan Standar Struktur


Biaya (SSB), monitoring dan evaluasi lebih difokuskan
ruang lingkup sebagai berikut:
1. Kesesuaian struktur biaya yang ditetapkan dalam
perencanaan penganggaran yang mencerminkan
aktivitas dalam pencapaian output.
2. Benchmarking dengan unit eselon I lain atas output
yang sejenis.

3. Analisis deviasi antara perencanaan anggaran


dengan pelaksanaan anggaran.
4. Mengukur tingkat esiensi alokasi anggaran dalam
pencapaian output.
Berikut ini akan diuraikan secara ringkas kegiatan
monitoring dan evaluasi yang perlu dilakukan guna
menjaga konsistensi dan meningkatkan kualitas
penerapan SSB di lingkungan Kementerian Keuangan.

Ruang Lingkup Monitoring


dan Evaluasi SSB
1
Kesesuaian
struktur biaya
yang ditetapkan
dalam
perencanaan
penganggaran
yang mencerminkan
aktivitas dalam
pencapaian output.

esuai dengan PMK nomor 195/PMK.02/2014


tentang Standar Struktur Biaya, SSB adalah
batasan komposisi biaya atas suatu keluaran
(output)/kegiatan/program tertentu yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan selaku pengelola skal (Chief
Financial Ofcer). Namun konsep SSB yang dimaksud
dalam pedoman ini adalah komposisi biaya yang paling
esien dan mencerminkan aktivitas/proses bisnis yang
dilaksanakan dalam mencapai suatu keluaran
(output)/kegiatan/program tertentu.
Dalam kaitannya dengan monitoring dan evaluasi SSB
yang mendukung implementasi PBK, unit eselon I
dapat membandingkan struktur biaya yang telah
disusun pada tahap penganggaran dengan tahap
pelaksanaan anggaran.

63 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Monitoring dan evaluasi struktur biaya dapat


difokuskan pada komponen/tahapan yang seharusnya
m e n c e r m i n k a n a k t i v i t a s / p ro s e s b i s n i s y a n g
memberikan nilai tambah untuk menghasilkan output
y a n g d i t a rg e t k a n . H a l l a i n y a n g j u g a p e r l u
dipertimbangkan adalah kesesuaian komponen/
tahapan dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM)
dan Standar Operasional Prosedur (SOP), serta
kesesuaian harga satuan, tarif dan indeks yang
ditetapkan dalam menghasilkan biaya komponen
keluaran.

2
Benchmarking
dengan unit
eselon I lain
atas output
yang sejenis.

3
Analisis deviasi
antara perencanaan
anggaran dengan
pelaksanaan
anggaran.

enchmarking dilakukan dengan


membandingkan baik perbandingan struktur
antar output, perbandingan biaya, ataupun
kombinasi keduanya. Perbandingan dilakukan dengan
unit eselon I untuk mengetahui esiensi biaya yang
dikeluarkan untuk mencapai output tertentu.
Benchmarking dapat dilakukan dengan mulai
menganalisis output pada unit eselon I yang pada
dasarnya memiliki tugas dan fungsi yang sama.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada struktur biaya
kemudian dapat didalami lebih jauh apakah hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan struktur

eviasi terjadi karena adanya perubahan


komposisi pembiayaan suatu output maupun
perubahan level komponen/aktivitas
pencapaian output pada saat pelaksanaan anggaran.
Deviasi tercermin dari pelaksanaan revisi anggaran,
dan dapat dilakukan dengan ketentuan untuk
menjamin capaian kinerja sakter serta
mempertimbangkan aspek esiensi dan efektivitas.
Revisi anggaran merupakan salah satu faktor yang
baik secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi realisasi anggaran dan pencapaian
output.
Dalam hal adanya revisi anggaran yang memengaruhi
tahapan/komponen kegiatan, perlu diteliti lebih dalam
apakah perubahan tersebut terjadi dalam bentuk
penambahan atau pengurangan komponen kegiatan.
Selanjutnya penambahan atau pengurangan
komponen tersebut perlu diidentikasi penyebabnya,
apakah karena adanya perubahan proses bisnis/SOP
atau dikarenakan adanya kebijakan pimpinan.

organisasi, perbedaan tugas dan fungsi atau


perbedaan proses bisnis.
Selain itu, perbandingan dapat dilakukan dengan
melihat tren antar tahun. Analisis tren dilakuan dengan
melakukan perbandingan nilai dari selisih anggaran
dan realisasi dalam beberapa periode. Dengan
dilakukannya benchmarking atas output sejenis pada
beberapa unit eselon I, dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi dalam proses perencanaan penganggaran
pada tahun anggaran berikutnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah frekuensi revisi


anggaran yang dilakukan. Semakin tinggi frekuensi
revisi anggaran, menunjukkan adanya inkonsistensi
antara tahapan perencanaan dan penganggaran.
Terlebih apabila revisi anggaran tersebut juga
mengubah tahapan/komponen kegiatan. Namun
rendahnya frekuensi revisi juga belum pasti
memberikan jaminan atas keakuratan perencanaan
penganggaran, dokumen RKA-K/L atau penganggaran
harus diperiksa kembali.
Dengan memerhatikan seberapa sering suatu
unit/satker melakukan revisi anggaran, dapat dilihat
tingkat akurasi atau efektivitas perencanaan yang
dilakukan. Selain itu monitoring atas frekuensi
anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk
perbaikan dalam penyusunan anggaran di tahun
berikutnya. Semakin tinggi frekuensi revisi maka harus
mendapat perhatian yang lebih serius.

64 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 4

MONITORING DAN EVALUASI ATAS PENERAPAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Dalam kaitannya dengan penerapan Standar Struktur


Biaya (SSB), monitoring dan evaluasi lebih difokuskan
ruang lingkup sebagai berikut:
1. Kesesuaian struktur biaya yang ditetapkan dalam
perencanaan penganggaran yang mencerminkan
aktivitas dalam pencapaian output.
2. Benchmarking dengan unit eselon I lain atas output
yang sejenis.

3. Analisis deviasi antara perencanaan anggaran


dengan pelaksanaan anggaran.
4. Mengukur tingkat esiensi alokasi anggaran dalam
pencapaian output.
Berikut ini akan diuraikan secara ringkas kegiatan
monitoring dan evaluasi yang perlu dilakukan guna
menjaga konsistensi dan meningkatkan kualitas
penerapan SSB di lingkungan Kementerian Keuangan.

Ruang Lingkup Monitoring


dan Evaluasi SSB
1
Kesesuaian
struktur biaya
yang ditetapkan
dalam
perencanaan
penganggaran
yang mencerminkan
aktivitas dalam
pencapaian output.

esuai dengan PMK nomor 195/PMK.02/2014


tentang Standar Struktur Biaya, SSB adalah
batasan komposisi biaya atas suatu keluaran
(output)/kegiatan/program tertentu yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan selaku pengelola skal (Chief
Financial Ofcer). Namun konsep SSB yang dimaksud
dalam pedoman ini adalah komposisi biaya yang paling
esien dan mencerminkan aktivitas/proses bisnis yang
dilaksanakan dalam mencapai suatu keluaran
(output)/kegiatan/program tertentu.
Dalam kaitannya dengan monitoring dan evaluasi SSB
yang mendukung implementasi PBK, unit eselon I
dapat membandingkan struktur biaya yang telah
disusun pada tahap penganggaran dengan tahap
pelaksanaan anggaran.

63 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

Monitoring dan evaluasi struktur biaya dapat


difokuskan pada komponen/tahapan yang seharusnya
m e n c e r m i n k a n a k t i v i t a s / p ro s e s b i s n i s y a n g
memberikan nilai tambah untuk menghasilkan output
y a n g d i t a rg e t k a n . H a l l a i n y a n g j u g a p e r l u
dipertimbangkan adalah kesesuaian komponen/
tahapan dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM)
dan Standar Operasional Prosedur (SOP), serta
kesesuaian harga satuan, tarif dan indeks yang
ditetapkan dalam menghasilkan biaya komponen
keluaran.

2
Benchmarking
dengan unit
eselon I lain
atas output
yang sejenis.

3
Analisis deviasi
antara perencanaan
anggaran dengan
pelaksanaan
anggaran.

enchmarking dilakukan dengan


membandingkan baik perbandingan struktur
antar output, perbandingan biaya, ataupun
kombinasi keduanya. Perbandingan dilakukan dengan
unit eselon I untuk mengetahui esiensi biaya yang
dikeluarkan untuk mencapai output tertentu.
Benchmarking dapat dilakukan dengan mulai
menganalisis output pada unit eselon I yang pada
dasarnya memiliki tugas dan fungsi yang sama.
Perbedaan-perbedaan yang ada pada struktur biaya
kemudian dapat didalami lebih jauh apakah hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan struktur

eviasi terjadi karena adanya perubahan


komposisi pembiayaan suatu output maupun
perubahan level komponen/aktivitas
pencapaian output pada saat pelaksanaan anggaran.
Deviasi tercermin dari pelaksanaan revisi anggaran,
dan dapat dilakukan dengan ketentuan untuk
menjamin capaian kinerja sakter serta
mempertimbangkan aspek esiensi dan efektivitas.
Revisi anggaran merupakan salah satu faktor yang
baik secara langsung maupun tidak langsung
memengaruhi realisasi anggaran dan pencapaian
output.
Dalam hal adanya revisi anggaran yang memengaruhi
tahapan/komponen kegiatan, perlu diteliti lebih dalam
apakah perubahan tersebut terjadi dalam bentuk
penambahan atau pengurangan komponen kegiatan.
Selanjutnya penambahan atau pengurangan
komponen tersebut perlu diidentikasi penyebabnya,
apakah karena adanya perubahan proses bisnis/SOP
atau dikarenakan adanya kebijakan pimpinan.

organisasi, perbedaan tugas dan fungsi atau


perbedaan proses bisnis.
Selain itu, perbandingan dapat dilakukan dengan
melihat tren antar tahun. Analisis tren dilakuan dengan
melakukan perbandingan nilai dari selisih anggaran
dan realisasi dalam beberapa periode. Dengan
dilakukannya benchmarking atas output sejenis pada
beberapa unit eselon I, dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi dalam proses perencanaan penganggaran
pada tahun anggaran berikutnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah frekuensi revisi


anggaran yang dilakukan. Semakin tinggi frekuensi
revisi anggaran, menunjukkan adanya inkonsistensi
antara tahapan perencanaan dan penganggaran.
Terlebih apabila revisi anggaran tersebut juga
mengubah tahapan/komponen kegiatan. Namun
rendahnya frekuensi revisi juga belum pasti
memberikan jaminan atas keakuratan perencanaan
penganggaran, dokumen RKA-K/L atau penganggaran
harus diperiksa kembali.
Dengan memerhatikan seberapa sering suatu
unit/satker melakukan revisi anggaran, dapat dilihat
tingkat akurasi atau efektivitas perencanaan yang
dilakukan. Selain itu monitoring atas frekuensi
anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk
perbaikan dalam penyusunan anggaran di tahun
berikutnya. Semakin tinggi frekuensi revisi maka harus
mendapat perhatian yang lebih serius.

64 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 4

MONITORING DAN EVALUASI ATAS PENERAPAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

4
Mengukur tingkat
esiensi alokasi
anggaran dalam
pencapaian output.

siensi anggaran merupakan salah satu hal


penting yang perlu diperhatikan dalam
menyusun struktur biaya. Esiensi alokasi
anggaran dapat diukur antara lain dengan melakukan
perbandingan dengan unit/satker lain yang memiliki
output sejenis yaitu dengan menyandingkan struktur

biaya. Selain itu, esiensi juga dapat diukur dengan


menganalisis data historis yang telah tersedia atas
output berkenaan, yaitu dengan melihat struktur,
alokasi anggaran, dan capaian kinerjanya. Semakin
rendah alokasi anggaran maka semakin esien, namun
dengan catatan target kinerja tetap tercapai.

Sesuai dengan loso monitoring dan evaluasi, perbandingan merupakan hal yang perlu dilakukan untuk melihat
apakah target kinerja akan dapat dicapai atau tidak; untuk itu berikut ini merupakan tabel perbandingan antara
struktur biaya direncanakan dengan struktur biaya pelaksanaan.

STRUKTUR BIAYA
STRUKTUR BIAYA
DIRENCANAKAN
PELAKSANAAN
PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/ PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/

KODE

SUBOUTPUT/KOMPONEN
(1)

Program ......... (2)


Indikator Kinerja Utama
Program:
......................
(3) (4)
......................
(3) (4)

SUBOUTPUT/KOMPONEN
Program ......... (2)
Indikator Kinerja Utama
Program:
......................
(4.a)
......................
(4.b)

dst...(5)
(6)
(8)

(11)

(13)
(13)

Kegiatan ......... (7)


......................
(9)
Lokasi: ...........
(10)
......................
(12)

Kegiatan ......... (7)


......................
(9)
Lokasi: ...........
(10)
......................
(12)

JUMLAH KOMPONEN UTAMA


.....................
(14)
.....................
(14)

JUMLAH KOMPONEN UTAMA


.....................
(14)
.....................
(14)

JUMLAH KOMPONEN
PENDUKUNG
....................
(17)
....................
(17)

JUMLAH KOMPONEN
PENDUKUNG
....................
(16)
....................
(16)

dst...(15)

(16)
(16)
dst...(18)

65 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

PENJELASAN
PERUBAHAN
STRUKTUR
BIAYA

Keterangan:
(1) Diisi kode program
(2) Diisi nomenklatur program
(3) Diisi kode/nomor urut indikator
kinerja utama program
(4) Diisi uraian indikator kinerja
utama program
(5) Diisi dengan nomor urut
indikator berikutnya
(6) Diisi kode kegiatan
(7) Diisi nomenklatur kegiatan
(8) Diisi kode output
(9) Diisi uraian output
(10) Diisi nama kota/daerah
(11) Diisi kode suboutput
(12) Diisi uraian suboutput
(13) Diisi kode/nomor urut
komponen utama
(14) Diisi uraian komponen utama
(15) Diisi dengan nomor urut
komponen utama berikutnya
(16) Diisi kode/nomor urut
komponen pendukung
(17) Diisi uraian komponen
pendukung

Kegiatan monitoring dan evaluasi terutama bermanfaat untuk


mengidentikasi perkembangan pencapaian target anggaran dan
kinerja, serta menilai apakah pelaksanaan tugas-tugas tersebut
dilaksanakan secara efektif dan esien. Selain itu, kegiatan
monitoring dan evaluasi ditujukan sebagai sarana check and
balance dan mekanisme kontrol dalam proses perencanaan
anggaran.

66 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

BAB 4

MONITORING DAN EVALUASI ATAS PENERAPAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

4
Mengukur tingkat
esiensi alokasi
anggaran dalam
pencapaian output.

siensi anggaran merupakan salah satu hal


penting yang perlu diperhatikan dalam
menyusun struktur biaya. Esiensi alokasi
anggaran dapat diukur antara lain dengan melakukan
perbandingan dengan unit/satker lain yang memiliki
output sejenis yaitu dengan menyandingkan struktur

biaya. Selain itu, esiensi juga dapat diukur dengan


menganalisis data historis yang telah tersedia atas
output berkenaan, yaitu dengan melihat struktur,
alokasi anggaran, dan capaian kinerjanya. Semakin
rendah alokasi anggaran maka semakin esien, namun
dengan catatan target kinerja tetap tercapai.

Sesuai dengan loso monitoring dan evaluasi, perbandingan merupakan hal yang perlu dilakukan untuk melihat
apakah target kinerja akan dapat dicapai atau tidak; untuk itu berikut ini merupakan tabel perbandingan antara
struktur biaya direncanakan dengan struktur biaya pelaksanaan.

STRUKTUR BIAYA
STRUKTUR BIAYA
DIRENCANAKAN
PELAKSANAAN
PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/ PROGRAM/KEGIATAN/OUTPUT/

KODE

SUBOUTPUT/KOMPONEN
(1)

Program ......... (2)


Indikator Kinerja Utama
Program:
......................
(3) (4)
......................
(3) (4)

SUBOUTPUT/KOMPONEN
Program ......... (2)
Indikator Kinerja Utama
Program:
......................
(4.a)
......................
(4.b)

dst...(5)
(6)
(8)

(11)

(13)
(13)

Kegiatan ......... (7)


......................
(9)
Lokasi: ...........
(10)
......................
(12)

Kegiatan ......... (7)


......................
(9)
Lokasi: ...........
(10)
......................
(12)

JUMLAH KOMPONEN UTAMA


.....................
(14)
.....................
(14)

JUMLAH KOMPONEN UTAMA


.....................
(14)
.....................
(14)

JUMLAH KOMPONEN
PENDUKUNG
....................
(17)
....................
(17)

JUMLAH KOMPONEN
PENDUKUNG
....................
(16)
....................
(16)

dst...(15)

(16)
(16)
dst...(18)

65 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

PENJELASAN
PERUBAHAN
STRUKTUR
BIAYA

Keterangan:
(1) Diisi kode program
(2) Diisi nomenklatur program
(3) Diisi kode/nomor urut indikator
kinerja utama program
(4) Diisi uraian indikator kinerja
utama program
(5) Diisi dengan nomor urut
indikator berikutnya
(6) Diisi kode kegiatan
(7) Diisi nomenklatur kegiatan
(8) Diisi kode output
(9) Diisi uraian output
(10) Diisi nama kota/daerah
(11) Diisi kode suboutput
(12) Diisi uraian suboutput
(13) Diisi kode/nomor urut
komponen utama
(14) Diisi uraian komponen utama
(15) Diisi dengan nomor urut
komponen utama berikutnya
(16) Diisi kode/nomor urut
komponen pendukung
(17) Diisi uraian komponen
pendukung

Kegiatan monitoring dan evaluasi terutama bermanfaat untuk


mengidentikasi perkembangan pencapaian target anggaran dan
kinerja, serta menilai apakah pelaksanaan tugas-tugas tersebut
dilaksanakan secara efektif dan esien. Selain itu, kegiatan
monitoring dan evaluasi ditujukan sebagai sarana check and
balance dan mekanisme kontrol dalam proses perencanaan
anggaran.

66 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPENDIX

APPENDIX
Appendix A
No.

Komponen Biaya

Dasar Alokasi

Perhitungan

Satuan

Akun

THN atau
BLN

511111
s.d.
511129

OJ

512211

OH

512211

THN

511147

Satker/Tahun

521111

OT

521111

THN

521111

Catatan

Komponen 001
1.

Gaji dan Tunjangan


serta Uang Makan

Aplikasi GPP

2.

Uang Lembur

- DPA
- SBM

3.

Uang Makan Lembur

- DPA
- SBM

4.

Uang Duka

Hitung Otomatis
S Pegawai Tiap
Golongan x S Jam x
S Hari x Indeks SBM
S Pegawai Tiap
Golongan x S Jam x
S Hari x Indeks SBM
2,5% x Belanja
Pegawai

Hanya
dialokasikan di
Kantor Pusat

Komponen 002
1.

1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran

a.

b.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

Biaya keperluan seharihari perkantoran

- DPA
- SBM

Perlengkapan
fotokopi/komputer.

Realisasi T-1

c.

Biaya honorarium
satpam, cleaning
service, sopir,
pramubakti.

- DPA
- SBM

d.

Pengurusan
penggantian sertifikat
tanah, pembayaran PBB

1) Indeks SBM
(S Pegawai < 40)
2) S Pegawai x Indeks
SBM
(S Pegawai > 40)
Realisasi T-1

S Pegawai x S Bulan
x Indeks SBM

OB

521111

Jika
menggunakan
outsourcing
dapat
ditambahkan
15% dan iuran
jaminan sosial
yang
ditanggung
pemberi kerja

521111

68 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPENDIX

APPENDIX
Appendix A
No.

Komponen Biaya

Dasar Alokasi

Perhitungan

Satuan

Akun

THN atau
BLN

511111
s.d.
511129

OJ

512211

OH

512211

THN

511147

Satker/Tahun

521111

OT

521111

THN

521111

Catatan

Komponen 001
1.

Gaji dan Tunjangan


serta Uang Makan

Aplikasi GPP

2.

Uang Lembur

- DPA
- SBM

3.

Uang Makan Lembur

- DPA
- SBM

4.

Uang Duka

Hitung Otomatis
S Pegawai Tiap
Golongan x S Jam x
S Hari x Indeks SBM
S Pegawai Tiap
Golongan x S Jam x
S Hari x Indeks SBM
2,5% x Belanja
Pegawai

Hanya
dialokasikan di
Kantor Pusat

Komponen 002
1.

1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran

a.

b.

PEDOMAN
STANDAR
STRUKTUR
BIAYA

Biaya keperluan seharihari perkantoran

- DPA
- SBM

Perlengkapan
fotokopi/komputer.

Realisasi T-1

c.

Biaya honorarium
satpam, cleaning
service, sopir,
pramubakti.

- DPA
- SBM

d.

Pengurusan
penggantian sertifikat
tanah, pembayaran PBB

1) Indeks SBM
(S Pegawai < 40)
2) S Pegawai x Indeks
SBM
(S Pegawai > 40)
Realisasi T-1

S Pegawai x S Bulan
x Indeks SBM

OB

521111

Jika
menggunakan
outsourcing
dapat
ditambahkan
15% dan iuran
jaminan sosial
yang
ditanggung
pemberi kerja

521111

68 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPDX

APPENDIX

No.

1.

Dasar Alokasi

Perhitungan

Satuan

Akun

b.
c.
d.
e.

f.

Biaya langganan listrik

Biaya langganan air


Biaya langganan
telepon
Biaya langganan daya
dan jasa lainnya
Biaya jasa pos dan giro

Sewa Internet

1.

- Realisasi T-1
- Rencana
penambahan
jumlah aset yang
menggunakan
listrik
- Kenaikan ratarata TDL T-1
- Realisasi T-1
- Kenaikan ratarata tarif air T-1
Realisasi T-1
Realisasi T-1

S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1

S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1
S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1
S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1

- Realisasi T-1
- Rencana Kerja
T+1

Sesuai Kebutuhan

Realisasi T-1

S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1

BLN

522111

BLN

522113

BLN

522112

BLN

522119

THN

521114
521813

BLN

522119

g.

Sewa kantor/gedung

Harga Pasar Wajar

Sesuai Kebutuhan

Unit

522141

h.

Sewa mesin fotokopi

- SBM

S Bulan x S unit x
Indeks SBM

Unit Bulan

522141

Sewa kendaraan

- DPA
- SBM
- SE 9/MK.1/2015

i.

No.

Catatan

2. Langganan daya dan jasa

a.

1.

Komponen Biaya

S Bulan x S unit

Unit Bulan

522141

Jasa pos dan


giro
Meterai
Jika belum
terjangkau
oleh jaringan
Pusintek
Jika belum
memiliki
kantor/gudang

Dasar Alokasi

2. Pelaksanaan Operasional Kantor


- SK KPA/PPK
- SK Bendahara
Honor terkait
- SK Pengelola
a.
operasional satker
Keuangan/SAI/B
MN
- Indeks SBM

b.

Misal: gas

Komponen Biaya

Belanja penambah daya


tahan tubuh

DPA
SBM
Alokasi T-1
Harga Pasar
Wajar

c.

Pelantikan/pengambilan
sumpah jabatan

d.

Pakaian dinas, toga,


pakaian kerja

- Rencana
pelantikan
- SBM
- DPA
- SBM

e.

Biaya pindah/angkut

Harga Pasar Wajar

Perjalanan dinas dalam


rangka
konsultasi/koordinasi

- Realisasi T-1
-

Perhitungan

Satuan

Akun

Catatan

521115
S Orang x S Bulan x
Indeks SBM

OB

S Pegawai tertentu x
S Hari x Indeks SBM

OH

521113

Alokasi T-1
S Pegawai atau
Pejabat x Harga Pasar
Wajar

THN

521113

OK

521113

S Rohaniwan x Frek
Pelantikan

OK

521119

S Pegawai x 2 (dua)
stel x Indeks SBM

Stel

521119

Sesuai kebutuhan
Realisasi T-1 +
Kebutuhan
Anggaran Perjadin
Konsultasi/Koordinasi
di luar tusi

Frek

521119

THN

524111/
524113

THN

523121

521213

Untuk pejabat
PBJ dan PPHP
Hanya untuk
pegawai
tertentu
Obat-obatan
Pemeriksaan
Kesehatan

Maksimal 2
(dua) stel

Komponen 005

Hanya sewa
kendaraan
operasional

a.

Belanja barang
pemeliharaan kapal

- Harga Pasar
Wajar
- Realisasi T-1

Sesuai kebutuhan

3. Pemeliharaan Perkantoran
a.

Biaya pemeliharaan
gedung/bangunan dan
halaman

DPA
SBM
SIMAK BMN
S-1646/SJ/2014

Luas Gedung/Halaman
x Indeks SBM

m2/
tahun

523111

DPA
SBM
Harga Pasar Wajar
SIMAK BMN

S Pegawai x Indeks
SBM
S Unit BMN x Indeks
SBM atau S Unit BMN x
Harga pasar Wajar

Pegawai /
Tahun

523131

Inventaris kantor

b.

Biaya pemeliharaan
instalasi jaringan dan
sarana prasarana kantor

Unit / Tahun

523131

Sarana
Prasarana
Kantor

Biaya pemeliharaan
kendaraan bermotor

- DPA
- SBM
- SIMAK BMN

Unit / Tahun

523131

c.

69 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

S Unit BMN x Indeks


SBM

70 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPDX

APPENDIX

No.

1.

Dasar Alokasi

Perhitungan

Satuan

Akun

b.
c.
d.
e.

f.

Biaya langganan listrik

Biaya langganan air


Biaya langganan
telepon
Biaya langganan daya
dan jasa lainnya
Biaya jasa pos dan giro

Sewa Internet

1.

- Realisasi T-1
- Rencana
penambahan
jumlah aset yang
menggunakan
listrik
- Kenaikan ratarata TDL T-1
- Realisasi T-1
- Kenaikan ratarata tarif air T-1
Realisasi T-1
Realisasi T-1

S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1

S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1
S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1
S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1

- Realisasi T-1
- Rencana Kerja
T+1

Sesuai Kebutuhan

Realisasi T-1

S Bulan x
Realisasi/Bulan T-1

BLN

522111

BLN

522113

BLN

522112

BLN

522119

THN

521114
521813

BLN

522119

g.

Sewa kantor/gedung

Harga Pasar Wajar

Sesuai Kebutuhan

Unit

522141

h.

Sewa mesin fotokopi

- SBM

S Bulan x S unit x
Indeks SBM

Unit Bulan

522141

Sewa kendaraan

- DPA
- SBM
- SE 9/MK.1/2015

i.

No.

Catatan

2. Langganan daya dan jasa

a.

1.

Komponen Biaya

S Bulan x S unit

Unit Bulan

522141

Jasa pos dan


giro
Meterai
Jika belum
terjangkau
oleh jaringan
Pusintek
Jika belum
memiliki
kantor/gudang

Dasar Alokasi

2. Pelaksanaan Operasional Kantor


- SK KPA/PPK
- SK Bendahara
Honor terkait
- SK Pengelola
a.
operasional satker
Keuangan/SAI/B
MN
- Indeks SBM

b.

Misal: gas

Komponen Biaya

Belanja penambah daya


tahan tubuh

DPA
SBM
Alokasi T-1
Harga Pasar
Wajar

c.

Pelantikan/pengambilan
sumpah jabatan

d.

Pakaian dinas, toga,


pakaian kerja

- Rencana
pelantikan
- SBM
- DPA
- SBM

e.

Biaya pindah/angkut

Harga Pasar Wajar

Perjalanan dinas dalam


rangka
konsultasi/koordinasi

- Realisasi T-1
-

Perhitungan

Satuan

Akun

Catatan

521115
S Orang x S Bulan x
Indeks SBM

OB

S Pegawai tertentu x
S Hari x Indeks SBM

OH

521113

Alokasi T-1
S Pegawai atau
Pejabat x Harga Pasar
Wajar

THN

521113

OK

521113

S Rohaniwan x Frek
Pelantikan

OK

521119

S Pegawai x 2 (dua)
stel x Indeks SBM

Stel

521119

Sesuai kebutuhan
Realisasi T-1 +
Kebutuhan
Anggaran Perjadin
Konsultasi/Koordinasi
di luar tusi

Frek

521119

THN

524111/
524113

THN

523121

521213

Untuk pejabat
PBJ dan PPHP
Hanya untuk
pegawai
tertentu
Obat-obatan
Pemeriksaan
Kesehatan

Maksimal 2
(dua) stel

Komponen 005

Hanya sewa
kendaraan
operasional

a.

Belanja barang
pemeliharaan kapal

- Harga Pasar
Wajar
- Realisasi T-1

Sesuai kebutuhan

3. Pemeliharaan Perkantoran
a.

Biaya pemeliharaan
gedung/bangunan dan
halaman

DPA
SBM
SIMAK BMN
S-1646/SJ/2014

Luas Gedung/Halaman
x Indeks SBM

m2/
tahun

523111

DPA
SBM
Harga Pasar Wajar
SIMAK BMN

S Pegawai x Indeks
SBM
S Unit BMN x Indeks
SBM atau S Unit BMN x
Harga pasar Wajar

Pegawai /
Tahun

523131

Inventaris kantor

b.

Biaya pemeliharaan
instalasi jaringan dan
sarana prasarana kantor

Unit / Tahun

523131

Sarana
Prasarana
Kantor

Biaya pemeliharaan
kendaraan bermotor

- DPA
- SBM
- SIMAK BMN

Unit / Tahun

523131

c.

69 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

S Unit BMN x Indeks


SBM

70 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPDX

APPENDIX

c. Kenapa proyek ini menjadi prioritas untuk diberi alokasi anggaran


d. Jika proyek ini tidak terlaksana, konsekuensi apa yang terjadi (worst case scenario)

Appendix B
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE
OUTPUT : Sarana dan Prasarana
Kementerian Negara/Lembaga
Unit Eselon I
Program
Hasil (Outcome)

:
:
:
:

Unit Eselon II/Satker


Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan
Jenis Keluaran (Output)
Volume Keluaran (Output)

:
:
:
:
:

Satuan Ukur Keluaran (Output)

Diisi nama Kementerian/Lembaga


Diisi nama unit eselon I sebagai Penanggung Jawab
Diisi nama Program sesuai dengan dokumen Renja K/L
Diisi dengan hasil (Outcome) yang akan dicapai
dalam Program
Diisi nama unit eselon II
Diisi nama Kegiatan sesuai dengan Dokumen Renja K/L
Diisi uraian indikator kinerja kegiatan
Diisi nama/nomenklatur keluaran (output) secara spesifik
Diisi mengenai jumlah/banyaknya kuantitas
keluaran (output) yang dihasilkan
Diisi uraian mengenai satuan ukur yang digunakan
dalam rangka pengukuran kuantitas keluaran (output)
sesuai dengan karateristiknya.

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
Dasar Hukum Kegiatan
Dasar hukum yang terkait langsung dengan dengan proyek yang akan dilaksanakan
Dasar Hukum Lainnya yang terkait
Dasar hukum yang tidak terkait langsung dengan proyek yang akan dilaksanakan namun dibutuhkan sebagai petunjuk
dalam melaksanakan kegiatan misalnya Peraturan berkaitan dengan pembangunan gedung, pengadaaan barang dan
jasa, dan hal lain yang berkaitan
2. Gambaran Umum
Gambaran umum diawali dengan mendeskripsikan produk yang akan dihasilkan dari proyek atau spesikasi teknis yang
terdiri dari jenis proyek, nama kegiatan, volume, lokasi proyek dan siapa penanggung jawab kegiatan.
- Gedung dan Bangunan
Dalam Gambaran umum perlu ada penjelasan sebagai berikut
1. Latar belakang atau alasan yang mendasari perlunya proyek ini terhadap prioritas organisasi dan kaitannya
dengan peningkatan kinerja.
a. Penjelasan apakah telah melakukan koordinasi dengan Ditjen Kekayaan Negara selaku Pengelola Barang
terkait ketersediaan aset idle yang mungkin dapat dimanfaatkan.
b. Alasan pentingnya proyek ini dilakukan
Jika pembangunan gedung baru/renovasi/rehabilitasi/restorasi, jelaskan keadaan yang ada sekarang yang
menjadi alasan perlu adanya pembangunan.
Jika kegiatan dilakukan secara multiyears maka perlu dijelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan per
tahunnya atau jika telah ada pekerjaan di tahun sebelumnya maka dijelaskan progress yang telah ada.

71 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

2. Identikasi stakeholder dan uraikan kebutuhan stakeholder


3. Jelaskan apa saja batasan pekerjaan yang akan dilakukan (scope activities and deliverables kegiatan) dengan
memerhatikan:
a. Keadaan aset tercatat di laporan aset, jumlah pegawai dan jumlah stakeholder (untuk kantor pelayanan).
b. Komponen atau sarana pendukung dari bangunan seperti jaringan, meubelair, re sprinkler system, halaman,
parkir, pagar, dan lain-lain.
4. Tujuan berupa pernyataan konkrit apa yang ingin dicapai dari kegiatan ini. Tujuan harus spesik, komprehensif,
terukur, realistis, dan terikat waktu. Deskripsikan. Sasaran atau Outcome yang ingin dicapai jika kegiatan ini
terlaksana. Deskripsikan secara singkat, jelas, dan padat.
- Peralatan Fasilitas Perkantoran/ Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi/ Kendaraan Bermotor
Dalam Gambaran umum perlu ada penjelasan sebagai berikut
1. Latar belakang atau alasan yang mendasari perlunya proyek ini terhadap prioritas organisasi dan kaitannya dengan
peningkatan kinerja.
a. Alasan pentingnya proyek ini dilakukan
b. Kenapa proyek ini menjadi prioritas untuk diberi alokasi anggaran
c. Jika proyek ini tidak terlaksana, konsekuensi apa yang terjadi (worst case scenario)
2. Identikasi stakeholder dan uraikan kebutuhan pemangku kepentinganyang disesuaikan dengan
a. Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN dengan menguraikan statistik aset dan keadaan aset.
b. Jumlah pegawai
c. Roadmap kebutuhan aset dalam 5 tahun ke depan
d. Perkiraan umur aset
e. Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan
f. Jika pembelian baru untuk pergantian, maka jelaskan progress proses penghapusan
3. Tujuan berupa pernyataan konkrit apa yang ingin dicapai dari kegiatan ini. Tujuan harus spesik, komprehensif,
terukur, realistis, dan terikat waktu. Deskripsikan. Sasaran atau Outcome yang ingin dicapai jika kegiatan ini
terlaksana secara singkat, jelas, dan padat.
B. Penerima Manfaat
1. Sebutkan penerima manfaat atas proyek ini baik internal ataupun eksternal Kemenkeu
2. Uraikan manfaat yang diterima masing-masing pemangku kepentingan
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
1. Diisi dengan cara pelaksanaan secara swakelola dan kontraktual. Jika dilaksanakan dengan kontraktual maka
sebutkan jenis pengadaan dan strategi pengadaan yang akan dilakukan.
2. Jelaskan metode swakelola yang dilakukan
K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran;
Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola;
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
a. Gedung dan Bangunan
1. Jelaskan komponen dan tahapan yang digunakan dalam pencapaian keluaran kegiatan.
2. Identikasi dan uraikan pekerjaan/milestone dari tiap komponen secara detail.
3. Uraikan batas waktu tiap tahapan komponen kemudian uraikan waktu tiap tahapan pekerjaan/milestone yang

72 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPDX

APPENDIX

c. Kenapa proyek ini menjadi prioritas untuk diberi alokasi anggaran


d. Jika proyek ini tidak terlaksana, konsekuensi apa yang terjadi (worst case scenario)

Appendix B
KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE
OUTPUT : Sarana dan Prasarana
Kementerian Negara/Lembaga
Unit Eselon I
Program
Hasil (Outcome)

:
:
:
:

Unit Eselon II/Satker


Kegiatan
Indikator Kinerja Kegiatan
Jenis Keluaran (Output)
Volume Keluaran (Output)

:
:
:
:
:

Satuan Ukur Keluaran (Output)

Diisi nama Kementerian/Lembaga


Diisi nama unit eselon I sebagai Penanggung Jawab
Diisi nama Program sesuai dengan dokumen Renja K/L
Diisi dengan hasil (Outcome) yang akan dicapai
dalam Program
Diisi nama unit eselon II
Diisi nama Kegiatan sesuai dengan Dokumen Renja K/L
Diisi uraian indikator kinerja kegiatan
Diisi nama/nomenklatur keluaran (output) secara spesifik
Diisi mengenai jumlah/banyaknya kuantitas
keluaran (output) yang dihasilkan
Diisi uraian mengenai satuan ukur yang digunakan
dalam rangka pengukuran kuantitas keluaran (output)
sesuai dengan karateristiknya.

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
Dasar Hukum Kegiatan
Dasar hukum yang terkait langsung dengan dengan proyek yang akan dilaksanakan
Dasar Hukum Lainnya yang terkait
Dasar hukum yang tidak terkait langsung dengan proyek yang akan dilaksanakan namun dibutuhkan sebagai petunjuk
dalam melaksanakan kegiatan misalnya Peraturan berkaitan dengan pembangunan gedung, pengadaaan barang dan
jasa, dan hal lain yang berkaitan
2. Gambaran Umum
Gambaran umum diawali dengan mendeskripsikan produk yang akan dihasilkan dari proyek atau spesikasi teknis yang
terdiri dari jenis proyek, nama kegiatan, volume, lokasi proyek dan siapa penanggung jawab kegiatan.
- Gedung dan Bangunan
Dalam Gambaran umum perlu ada penjelasan sebagai berikut
1. Latar belakang atau alasan yang mendasari perlunya proyek ini terhadap prioritas organisasi dan kaitannya
dengan peningkatan kinerja.
a. Penjelasan apakah telah melakukan koordinasi dengan Ditjen Kekayaan Negara selaku Pengelola Barang
terkait ketersediaan aset idle yang mungkin dapat dimanfaatkan.
b. Alasan pentingnya proyek ini dilakukan
Jika pembangunan gedung baru/renovasi/rehabilitasi/restorasi, jelaskan keadaan yang ada sekarang yang
menjadi alasan perlu adanya pembangunan.
Jika kegiatan dilakukan secara multiyears maka perlu dijelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan per
tahunnya atau jika telah ada pekerjaan di tahun sebelumnya maka dijelaskan progress yang telah ada.

71 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

2. Identikasi stakeholder dan uraikan kebutuhan stakeholder


3. Jelaskan apa saja batasan pekerjaan yang akan dilakukan (scope activities and deliverables kegiatan) dengan
memerhatikan:
a. Keadaan aset tercatat di laporan aset, jumlah pegawai dan jumlah stakeholder (untuk kantor pelayanan).
b. Komponen atau sarana pendukung dari bangunan seperti jaringan, meubelair, re sprinkler system, halaman,
parkir, pagar, dan lain-lain.
4. Tujuan berupa pernyataan konkrit apa yang ingin dicapai dari kegiatan ini. Tujuan harus spesik, komprehensif,
terukur, realistis, dan terikat waktu. Deskripsikan. Sasaran atau Outcome yang ingin dicapai jika kegiatan ini
terlaksana. Deskripsikan secara singkat, jelas, dan padat.
- Peralatan Fasilitas Perkantoran/ Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi/ Kendaraan Bermotor
Dalam Gambaran umum perlu ada penjelasan sebagai berikut
1. Latar belakang atau alasan yang mendasari perlunya proyek ini terhadap prioritas organisasi dan kaitannya dengan
peningkatan kinerja.
a. Alasan pentingnya proyek ini dilakukan
b. Kenapa proyek ini menjadi prioritas untuk diberi alokasi anggaran
c. Jika proyek ini tidak terlaksana, konsekuensi apa yang terjadi (worst case scenario)
2. Identikasi stakeholder dan uraikan kebutuhan pemangku kepentinganyang disesuaikan dengan
a. Keadaan aset yang tercatat di SIMAK-BMN dengan menguraikan statistik aset dan keadaan aset.
b. Jumlah pegawai
c. Roadmap kebutuhan aset dalam 5 tahun ke depan
d. Perkiraan umur aset
e. Spesikasi teknis aset yang dibutuhkan
f. Jika pembelian baru untuk pergantian, maka jelaskan progress proses penghapusan
3. Tujuan berupa pernyataan konkrit apa yang ingin dicapai dari kegiatan ini. Tujuan harus spesik, komprehensif,
terukur, realistis, dan terikat waktu. Deskripsikan. Sasaran atau Outcome yang ingin dicapai jika kegiatan ini
terlaksana secara singkat, jelas, dan padat.
B. Penerima Manfaat
1. Sebutkan penerima manfaat atas proyek ini baik internal ataupun eksternal Kemenkeu
2. Uraikan manfaat yang diterima masing-masing pemangku kepentingan
C. Strategi Pencapaian Keluaran
1. Metode Pelaksanaan
1. Diisi dengan cara pelaksanaan secara swakelola dan kontraktual. Jika dilaksanakan dengan kontraktual maka
sebutkan jenis pengadaan dan strategi pengadaan yang akan dilakukan.
2. Jelaskan metode swakelola yang dilakukan
K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran;
Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola;
Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
a. Gedung dan Bangunan
1. Jelaskan komponen dan tahapan yang digunakan dalam pencapaian keluaran kegiatan.
2. Identikasi dan uraikan pekerjaan/milestone dari tiap komponen secara detail.
3. Uraikan batas waktu tiap tahapan komponen kemudian uraikan waktu tiap tahapan pekerjaan/milestone yang

72 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPDX
harus diselesaikan.
4. Susun matriks jadwal kegiatan dan uraikan waktu proses pengadaan dari tiap komponen sesuai dengan surat
Sekretaris Jenderal nomor S-1862/SJ/2013 hal Penyusunan KAK/TOR.
5. Uraikan dokumen pendukung yang telah disiapkan dan atau dalam proses perijinan (dilampirkan).
a. Perhitungan Teknis PU
b. Ijin Multiyears, ijin teknis dari KemenPU dan ijin persetujuan anggaran dari Kemenkeu
c. Status Kepemilikan Tanah dan Izin Mendirikan Bangunan (Jika Pembangunan di lokasi baru)
d. Analisa kerusakan dari PU (Jika Renovasi)
e. Pricelist Surat Penawaran (Jika Pembelian)
f. Berita acara penghapusan (jika menggantikan bangunan lama)
6. Uraikan bentuk monitoring dan evaluasi atas pekerjaan terdiri dari siapa yang memonitoring dan
mengevaluasi, kapan dan bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi.
7. Jelaskan dan identikasi kriteria sukses dari proyek yang berupa kriteria penentu berhasilnya kegiatan ini.
8. Identikasi dan jelaskan kendala serta analisa potensi resiko yang mungkin akan timbul baik oleh lingkungan
sekitar atau oleh lingkup intern satker misalnya inesiensi, terbatasnya sumber daya, melewati batas waktu
pekerjaan, gagal lelang, kesulitan penyedia barang dan jasa, perijinan, status BMN, persiapan pengadaan
barang dan jasa dan lain sebagainya. Deskripsikan strategi meminimalisir potensi resiko atau mitigasi atas
potensi resiko tersebut.
b. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran/ Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi/ Kendaraan Bermotor
1. Jelaskan komponen dan tahapan yang digunakan dalam pencapaian keluaran kegiatan.
2. Susun matriks jadwal kegiatan dan uraikan waktu proses pengadaan dari tiap komponen sesuai dengan surat
Sekretaris Jenderal nomor S-1862/SJ/2013 hal Penyusunan KAK/TOR.
3. Uraikan dokumen pendukung yang telah disiapkan dan atau dalam proses perijinan (dilampirkan).
a. Pricelist Surat Penawaran
b. Spesikasi aset yang akan dibutuhkan
c. Berita acara Penghapusan
4. Uraikan bentuk monitoring dan evaluasi atas pekerjaan terdiri dari siapa yang memonitoring dan
mengevaluasi, kapan dan bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi.
5. Identikasi dan jelaskan kendala serta analisa potensi resiko yang mungkin akan timbul baik oleh lingkungan
sekitar atau oleh lingkup internal satker misalnya inesiensi, terbatasnya sumber daya, melewati batas waktu
pekerjaan, gagal lelang, kesulitan penyedia barang dan jasa, persiapan pengadaan barang dan jasa dan lain
sebagainya. Deskripsikan strategi meminimalisir potensi resiko atau mitigasi atas potensi resiko tersebut.
D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Diisi dengan jangka waktu kapan pencapaian output dimaksud harus diselesaikan (selama hari atau selama bulan)
yang terhitung sejak bulansampai dengan bulan
E. Biaya yang Diperlukan
Diisi total anggaran yang dibutuhkan untuk pencapaian keluaran dan penjelasan bahwa rincian biaya sesuai dengan RAB
terlampir

PENANGGUNG JAWAB USULAN PROYEK


Kepala Kanwil/Direktur/Kepala Kantor...

.,
NIP

73 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

APPDX
harus diselesaikan.
4. Susun matriks jadwal kegiatan dan uraikan waktu proses pengadaan dari tiap komponen sesuai dengan surat
Sekretaris Jenderal nomor S-1862/SJ/2013 hal Penyusunan KAK/TOR.
5. Uraikan dokumen pendukung yang telah disiapkan dan atau dalam proses perijinan (dilampirkan).
a. Perhitungan Teknis PU
b. Ijin Multiyears, ijin teknis dari KemenPU dan ijin persetujuan anggaran dari Kemenkeu
c. Status Kepemilikan Tanah dan Izin Mendirikan Bangunan (Jika Pembangunan di lokasi baru)
d. Analisa kerusakan dari PU (Jika Renovasi)
e. Pricelist Surat Penawaran (Jika Pembelian)
f. Berita acara penghapusan (jika menggantikan bangunan lama)
6. Uraikan bentuk monitoring dan evaluasi atas pekerjaan terdiri dari siapa yang memonitoring dan
mengevaluasi, kapan dan bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi.
7. Jelaskan dan identikasi kriteria sukses dari proyek yang berupa kriteria penentu berhasilnya kegiatan ini.
8. Identikasi dan jelaskan kendala serta analisa potensi resiko yang mungkin akan timbul baik oleh lingkungan
sekitar atau oleh lingkup intern satker misalnya inesiensi, terbatasnya sumber daya, melewati batas waktu
pekerjaan, gagal lelang, kesulitan penyedia barang dan jasa, perijinan, status BMN, persiapan pengadaan
barang dan jasa dan lain sebagainya. Deskripsikan strategi meminimalisir potensi resiko atau mitigasi atas
potensi resiko tersebut.
b. Peralatan dan Fasilitas Perkantoran/ Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi/ Kendaraan Bermotor
1. Jelaskan komponen dan tahapan yang digunakan dalam pencapaian keluaran kegiatan.
2. Susun matriks jadwal kegiatan dan uraikan waktu proses pengadaan dari tiap komponen sesuai dengan surat
Sekretaris Jenderal nomor S-1862/SJ/2013 hal Penyusunan KAK/TOR.
3. Uraikan dokumen pendukung yang telah disiapkan dan atau dalam proses perijinan (dilampirkan).
a. Pricelist Surat Penawaran
b. Spesikasi aset yang akan dibutuhkan
c. Berita acara Penghapusan
4. Uraikan bentuk monitoring dan evaluasi atas pekerjaan terdiri dari siapa yang memonitoring dan
mengevaluasi, kapan dan bagaimana bentuk monitoring dan evaluasi.
5. Identikasi dan jelaskan kendala serta analisa potensi resiko yang mungkin akan timbul baik oleh lingkungan
sekitar atau oleh lingkup internal satker misalnya inesiensi, terbatasnya sumber daya, melewati batas waktu
pekerjaan, gagal lelang, kesulitan penyedia barang dan jasa, persiapan pengadaan barang dan jasa dan lain
sebagainya. Deskripsikan strategi meminimalisir potensi resiko atau mitigasi atas potensi resiko tersebut.
D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
Diisi dengan jangka waktu kapan pencapaian output dimaksud harus diselesaikan (selama hari atau selama bulan)
yang terhitung sejak bulansampai dengan bulan
E. Biaya yang Diperlukan
Diisi total anggaran yang dibutuhkan untuk pencapaian keluaran dan penjelasan bahwa rincian biaya sesuai dengan RAB
terlampir

PENANGGUNG JAWAB USULAN PROYEK


Kepala Kanwil/Direktur/Kepala Kantor...

.,
NIP

73 / PEDOMAN STANDAR STRUKTUR BIAYA

PEDOMAN
S TA N D A R S T R U K T U R B I AYA
BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KEUANGAN RI

S E K R E TA R I AT J E N D E R A L
PRiME
profesional

responsive

innovative

modern

enthusiastic

Anda mungkin juga menyukai