Anda di halaman 1dari 7

Persamaan dan Perbedaan Hukum Acara PTUN dengan Hukum Acara Perdata

A. Persamaan Antara Hukum Acara Pengadilan TUN dengan Hukum Acara Perdata
1. Pengajuan Gugatan
Pengajuan gugatan menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 54 UU PTUN sedangkan
menurut hukum acara perdata diatur dalam pasal 118 HIR.
2. Isi Gugatan
Persyaratan mmengenai isi guga tan menurut hukum acara PTUN di atur dalam pasal 56 UU
PTUN, sedangkan menurut hukum acara perdata diatur dalam pasal 8 nomor 3 Rv.
3. Pendaftaran Perkara

4.
5.

6.
7.

Pendaftaran perkara menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 59 UU PTUN, sedangkan
dalam hukum acara perdata diatur dalam pasal 121 HIR.
Penetapan Hari Sidang
Penetapan hari sidang menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 59 ayat 3 dan pasal 64
UU PTUN,sedangkan menurut hukum acara perdata diatur dalam pasal 122 HIR.
Pemanggilan Para Pihak
Pemanggilan para pihak menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasal 65 dan pasal 66 UU
PTUN, sedangkan menurut hukum acara perdata di atur dalam pasal 121 ayat (1) HIR, pasal 390
ayat (1) dan pasal 126 HIR.
Pemberian Kuasa
Pemberian kuasa oleh kedua belah pihak menurut hukum acara PTUN diatur dalam pasala 67
UU PTUN, sedangkan menurut hukum acara perdata diatur dalam pasal 123 ayat (1) HIR.
Hakim Majelis

8.

9.

12.

13.

14.

15.

Pemeriksaan perkara dalam hukum acara PTUN dan hukum acara Perdata dilakukan dengan
Hakim Majeis (tiga orang hakim) yang terdiri atas satu orang bertindak selaku hakim ketua dan
dua orang lagi bertindak sebagai hakim anggota (pasal 68 UU PTUN).
Persidangan Terbuka Untuk Umum
Sidang pemeriksaan perkara di pengadilan pada asasnya terbuka untuk umum, dengan demikian
setiap orang dapat untuk hadir dan mendengarkan jalannya pemeriksaan perkara tersebut. Dalam
hukum acara PTUN diatur dalam pasal 70 ayat (1) UU PTUN sedangkan dalam ukum acara
perdata diatur dalam pasal 179 ayat (1) HIR.
Mendegar Kedua Belah Pihak
Dalam pasal 5 ayat (1) UU 14/1970 disebutkan bahwa pengadilan mengadili menurut hukum
dengan tidak membedakan orang. Dengan demikian ketentuan pasal ini mengandung asas kedua
belah pihak haruslah diperlakukan sama, tidak memihak, dan kedua belah pihak didengar dengan
adil. Hakim tidak diperkenankan hanya mendengarkan atau memperhatikan keterangan salah
satu pihak saja (audi et alteran p artem).
10. Pencabutan dan Perubahan Gugatan
Penggugat dapat sewaktu-waktu mencabut gugatannya, sebelumtergugat memberikan jawaban.
Apabila tergugat sudah memberikan jawaban atas gugatan yang diajukan penggugat, maka akan
dikabulkan hakim, apabila mendapat persetujuan tergugat (pasal 76 UU PTUN dan pasal 271
RV).
11. Hak Ingkar
Untuk menjaga obyektivitas dan keadilan dari putusan hakim, maka hakim atau panitera wajib
mengundurkan diri, apabila diantara para hakim,antara hakim dan panitera,antara hakim atau
dengan salah satu pihak yang berperkara mempunyai hubungan sedarah atau semenda sampai
derajat ketiga,atau hubungan suami isteri meskipun telah bercerai,atau juga hakim atau panitera
mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan sengketanya.
Pengikutsertakan Pihak Ketiga
Baik dalam hukum acara PTUN maupun hukum acara perdata, pada dasarnya didalam suatau
sengketa atau perkara, sekurang-kurangnya terdapat dua pihak, yaitu penggugat (sebagai pihak
yang mengajukan gugatan) dan pihak tergugat (sebagai pihak yang digugat oleh penggugat).
Baik hukum acara PTUN maupun hukum acara perdata sama-sama menganut asas bahwa beban
pembuktian ada pada kedua belah pihak, hanya karena yang mengajukan gugatan adalah
penggugat,
maka
penggugatlah
yang
mendapat
kesempatan
pertama
untuk
membuktikannya.sedangkan kewajiban tergugat untuk membuktikan adalah dalam rangka
membantah bukti yang diajukan oleh penggugat dengan mengajukan bukti yang lebih kuat (pasal
100 sampai dengan pasal 107 UU PTUN dan pasal 163 dan 164 HIR).
Pelaksanaan Putusan Pengadilan
Pelaksanaan putusan pengadilan dilakukan setelah adanya putusan. Dan putusan pengadilan yang
dapat dilaksanakan adalah terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (pasal 115 UU PTUN),yang pelaksanaanya dilakukan atas perintah ketua pengadilan yang
mengadilinya dalam tingkat pertama (pasal 116 UU PTUN, pasal 195 HIR).
Juru Sita

B. Perbedaan Antara Hukum Acara TUN dengan Hukum Acara Perdata


1. Objek Gugatan

2.
3.

4.
5.

6.
7.
8.

9.
10.

11.

12.

13.

Objek gugatan atau pangkal sengketa TUN adalah KTUN yang dikeluarkan oleh badan atau
pejabat TUN yang mengandung perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa,
sedangkan dalam hukum acara perdata adalah peruatan melawan hu kum.
Kedudukan Para Pihak
Kedudukan para pihak dalam sengketa TUN,selalu menempatkan seseorang atau badan hukum
perdata sebagai pihak tergugat. Sedangkan dalam hukum acara perdata tidaklah demikian.
Gugat Rekonvensi
Gugat rekonvensi adalah gugatan yang diajukan oleh tergugat terhadap penggugat dalam
sengketa yang sedang berjalan antar mereka. Dalam hukum acara PTUN tidak mungkin dikenal
adanya gugat rekonvensi, karena dalam gugat rekonvensi berarti kedudukan para pihak semula
menjadi berbalik.
Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan
Tuntutan dalam Gugatan
Dalam hukum acara perdata boleh dikatakan selalu tuntutan pokok itu disertakan dengan
tuntutan pengganti atau petitum subsidiair. Dalam hukum acara PTUN, hanya dikenal satu
macam tuntutan agar KTUN yang digugat dinyatakan batal atau tidak sah atau tuntutan agar
KTUN yang dimohonkan oleh penggugat dikeluarkan tergugat.
Rapat Permusyawaratan
Prosedur ini tidak dikenal dalam hukum acara perdata. Sedangkan dalam hukum acara PTUN,
ketentuan ini diatur dalam pasal 62 UU PTUN.
Pemeriksaan Persiapan
Disamping pemeriksaan melalui rapat permusyawaratan, hukum acara PTUN juga mengenal
pemeriksaan persiapan,yang juga tidak dikenal dalam hukum acara perdata.
Putusan Verstek
Verstek berarti pernyataan bahwa tergugat tidak datang pada hari sidang pertama. Putusan
verstek dikenal dalam hukum acara perdata dan boleh dijatuhkan pada hari sidang
pertama,apabila terggat tidak datang setelah dipanggil dengan patut. Sedangkan dalam pasal 72
ayat 1 UU PTUN, maka dapat diketahui bahwa dalam hukum acara PTUN tidak dikenal putusan
verstek karena badan atau pejabat TUN yang digugat itu tidak mungkin tidak diketahui
kedudukannya.
Pemeriksaan Acara Cepat
Dalam hukum acara PTUN dikenal pemeriksaan dengan acara cepat (pasal 98 dan 99 UU
PTUN ), sedangkan dalam hukum acara perdata tidak dikenal pemeriksaan dengan acara cepat.
Sistem Hukum Pembuktian
Sistem pembuktian dalam hukum acara perdata dilakukan dalam rangka memperoleh kebenaran
formal, sedangkan dalam hukum acara PTUN dilakukan dalam rangka memperoleh kebenaran
materiil.
Sifat Erga Omnesnya Putusan Pengadilan
Dalam hukum acara PTUN, putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap
mengandung sifat erga omnes artinya berlaku untuk siapa saja dan tidak hanya terbatas
berlakunya bagi pihak-pihak yang berperkara,seperti halnya dalam hukum acara perdata.
Pelaksanaan Serta Merta
Dalam hukum acara PTUN tidak dikenal pelaksanaan serta merta sebagaimana yang dikenal
dalam hukum acara perdata. D alam hukum acara PTUN, hanya putusan akhir yang telah
berkekuatan hukum tetap saja yang dapat dilaksanakan.
Upaya Pemaksa Agar Putusan Dilaksanakan

Dalma hukum acara perdata,apabila pihak yang dikalahkan tidak mau melaksanakan putusan
secara sukarela,maka dikenal adanya upaya-upaya pemaksa agar putusan tersebut dilaksanakan,
sedangkan dalam hukum acara PTUN tidak dikenal adanya upaya-upaya pemaksa, karena
hakikat putusan adalah bukan menghukum sebagaimana hakikat putusan dalam hukum acara
perdata.
14. Kedudukan Pengadilan Tinggi
Dalam hukum acara perdata kedudukan pengadilan tinggi selalu sebagai pengadilan tingkat
banding sehingga setiap perkara tidak dapat langsung diperiksa oleh p engadilan tinggi, tetapi
harus terlebih dahulu melalui pengadilan tingkat pertama. Sedangkan dalm hukum acara PTUN
kedudukan pengadilan tinggi dapat sebagai pengadilan tingkat pertama.
15. Hakim Ad Hc
Hakim ad hoc tidak dikenal dalam hukum acara perdata apabila diperlukan keterangan ahli
dalam bidang tertentu, hakim cukup mendengarkan keterangan dari saksi ahli, sedangkan dalam
hukum acara PTUN,hakim ad hoc diatur dalam pasal 135 UU PTUN. Apabila memerlukan
keahlian khusus, maka ketua pengadilan dapat menunjuk seorang hakim ad hoc sebagai anggota
majelis.

Follow by Email

Mari Berbagi Link

<div
class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a
href="http://amankpermahimakassar.blogspot.com/-a_lUqeIs3hA/T7pafklyMLI/AAAAAAAAAQQ/cNWbGGQX3So/s1600/gggg.jpg"

Followers
Lihat aku di Facebook Facebook

Sufriaman Amir

Buat Lencana Anda

Tentang Aku

Sufriaman Amir
* Aku hanya lelaki biasa.. yang selalu mencoba untuk luar biasa.. Selalu merasa bodoh,
mungkin juga tak tahu diri & belum ada apa-apanya.. HANYA seonggok daging seadanya
dengan segala kelemahan & kekurangannya..
Lihat profil lengkapku

Flag Counter

Feedjit

Arsip Blog

Shoutcamp

wibiya widget
Template Simple. Gambar template oleh Jason Morrow. Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Anda mungkin juga menyukai