Anda di halaman 1dari 10

PENGATURAN OSMOLARITAS

CAIRAN EKSTRA SEL DAN


KONSENTRASI NATRIUM

A.Pengertian
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar
(milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa
darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh termasuk darah, meliputi
lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa.
Dalam cairan tubuh, terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan
oleh sel untuk hidup, berkembang, dan menjalankan tugasnya.

B.Kompartemen dan Komposisi Cairan Tubuh


Tubuh manusia terdiri atas cairan dan zat padat, 40% tubuh manusia
merupakan zat padat seperti protein, lemak, mineral, karbohidrat, mineral organik
dan mineral anorganik, 60% sisanya adalah cairan.
Air adalah komponen tubuh manusia yang paling banyak, menyusun sekitar 60%
berat tubuh. Air tubuh terdistribusi diantara dua kompartemen cairan utama, yaitu:

1. Cairan intrasel (CIS)


Yaitu cairan yang berada di dalam sel, terdapat 2/3 bagian atau
40% dari cairan tubuh.dan bekerja sebagai sarana intern yang diperlukan
agar fungsi kimiawi sel dapat berlangsung sebagaimana mestinya. Dalam
cairan intrasel ini, terdapat ion K+ dan terdapat pula protein sel yang tidak
dapat menembus membran untuk keluar sel.

2. Cairan Ekstrasel (CES)

Yaitu cairan yang mengelilingi sel, terdapat 1/3 atau 20% bagian
dari cairan tubuh dan berfungsi untuk mengangkut zat-zat makana ke selsel dan mengangkut buangan-buangan dari sel-sel tersebut. Dalam cairan
ekstrasel ini, terdapat ion Na+ dan Cl-. Cairan ekstrasel dibagi lagi
menjadi :
Cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES
atau 15% dari total berat badan.
Cairan interstisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total
berat badan adalah cairan yang terdapat di ruang-ruang antara selsel. Cairan ini dikenal sebagai cairan jaringan, merupakan
lingkungan internal sejati , yaitu adalah cairan yang membasahi
sel-sel jaringan.C
Cairan transel atau cairan lintas sel terdiri dari sejumlah volume
cairan khusus kecil yang semuanya disekresikan oleh sel-sel
spesifik ke dalam rongga tubuh tertentu untuk melaksanakan fungsi
khusus yang mencakup :
Cairan cerebrospinalis

yang

fungsinya

mengelilingi,

membentuk bantalan, dan memberi makan otak dan korda


spinalis.
Cairan intraokulus yang fungsinya mempertahankan bentuk
dan memberi makan mata.
Cairan synovial yang fungsinya membasahi dan sebagai
penyerap getaran bagi sendi.
Cairan pericardium, pleura, peritoneum yang masingmasing membasahi gerakan jantung, paru-paru dan usus.
Getah pencernaan yang fungsinya mencerna makanan yang
masuk.
Air memiliki beberapa fungsi diantaranya, transportasi nutriens dan zat buangan;
sebagai media reaksi kimia; sebagai pelarut elektrolit dan zat terlarut lainnya;
membantu mempertahankan suhu tubuh; dan transport enzim, hormon, sel darah
dan zat-zat lainnya.
Perbedaan komposisi cairan tubuh sebagai kompartemen terjadi karena
adanya barier yang memisahkan mereka. Cairan intrasel (CIS) dengan cairan

ekstrasel (CES) dipisahkan oleh membran plasma sel yang sangat selektif yang
mengizinkan lewatnya bahan tertentu saja sedangkan dinding pembuluh darah
memisahkan plasma dan cairan interstisium.

C. Cara-cara Mengangkut Cairan Tubuh


a) Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu
bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya
tinggi ke konsentrasi lebih rendah sehinnga konsentrasi substansi
partikel tersebut merata. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi
ditentukan sesuai dengan hukum fick, yaitu :
1. Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi,
2. Peningkatan permeabilitas,
3. Peningkatan luas permukaan difusi,
4. Berat molekul substansi,
5. Jarak yang ditempuh untuk difusi.

b) Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan
tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air
murni dengan volume yang sama. Hal ini terjadi karena tempat molekul
air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi, bila konsentrasi
zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan menurun.
Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang
semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda
konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari
larutan

dengan

konsentrasi

zat

terlarut

lebih

tinggi.

Terdapat tiga larutan garam dengan kepekatan berbeda satu sama lain,
lalu sebuah sel darah merah dimasukkan ke dalam tiap larutan. Salah
satu larutan adalah isotonik artinyaia lebih kurang mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan yang sedang diperbandingkan dengannya. Jika
ke dalam larutan dimasukkan sel darah merah yang mempunyai
kepekatan lebih tinggi dibandingkan dengan cairan intraseluler, maka
larutan itu dikatakan hipertonik, jika ke dalam larutan dimasukkan sel

darah

merah

yang

mempunyai

kepekatan

yang

lebih

rendah

dibandingkan dengan cairan intraseluler, maka larutan itu dikatakan


hipotonik.

c) Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang
yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Jumlah cairan yang
keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan
membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi
filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.

d) Transpor Aktif
Transpor aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah
berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah
yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini memerlukan
energi

(ATP)

untuk

melawan

perbedaan

konsentrasi.

Contoh: pompa Na-K.

D.

Organ-organ Utama Homeostatis Cairan

Organ-organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi :

Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan
meliputi :
Pengaturan volume dan osmolaritas CES melalui retensi dan ekskresi
selektif cairan tubuh.
Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi
yang dibutuhkan.Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
Ekskresi
sampah
metabolik
dan
substansi
toksik.
Oleh karena itu, gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan
karena ginjal tidak dapat berfungsi.

Jantung dan Pembuluh Darah


Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan
yang sesuai untuk menghasilkan urin. Kegagalan pompa jantung ini
mengganggu perfusi ginjal dan karena itu mengganggu pengaturan air dan
elektrolit.

Paru-paru
Melalui ekhalasi, paru-paru mengeluarkan air sebanyak + 300L setiap hari
pada orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau
batuk yang terus menerus akan memperbanyak kehilangan air, ventilasi
mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air ini.

Kelenjar Pituitary
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga
hormon penyimpan air karena fungsinya mempertahankan tekanan
osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi ginjal dengan
mengatur volume darah.

Kelenjar Adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona
glomerulus). Peningkatan aldostereron ini mengakibatkan retensi natrium
sehingga air juga ditahan kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron
kurang, maka air akan banyak keluar karena natrium hilang. Kortisol juga
menyebabkan retensi natrium.

Kelenjar Paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid
(PTH). Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium
dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.

E. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter


penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal
mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan
garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur
keluaran garam dan air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Pengaturan volume cairan ekstrasel (CES)


Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan
tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya,
peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan
volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka
panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran air untuk
mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada
keseimbangan antara air yang keluar dan yang masuk ke dalam tubuh. Hal
ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartemen dan antara
tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turn over dibagi dalam eksternal
fluid exchange , pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar dan
internal fluid exchange, pertukaran cairan antar berbagai kompartemen
seperti proses filtrasi dan reabsorbsi di kapiler ginjal.
Memerhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan
air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam
sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir
tidak pernah memerhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga
sesuai dengan kebutuhannya. Tatapi, seseorang mengonsumsi garam
sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhannya.
Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urin untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara:

Mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan


pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/Glomerulus Filtration

Rate (GFR).
Mengontrol jumlah

yang

direabsorbsi

di

tubulus

ginjal.

Jumlah Na+ yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang


berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-AngiotensinAldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus
distal dan tubulus kolektifus. Retensi Na+ meningkatkan retensi air
sehingga

meningkatkan

peningkatan

tekanan

volume
darah

plasma

arteri.

dan

Selain

menyebabkan
sistem

Renin-

Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau


hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air.
Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami
distensi peningkatan ekskresi urin sehingga mengembalikan
volume darah kembali normal.

Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel


Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat
terlarut) dalam suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi
konsentrasi solut atau konsentrasi air lebih tinggi ke area yang kosentrasi
solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang
tidak dapat menembus embran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion
natrium merupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel dan
ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik
cairan ekstrasel sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium
bertanggung jawab dalam menentukan aktifitas cairan intrasel. Distribusi
yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan
perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menentukan
aktifitas osmotik di kedua kompartemen ini. Pengaturan osmolaritas cairan
ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui :
Perubahan osmolaritas di nefron

Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjdi


perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin
yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di
duktus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isoosmotik
di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa henle pars
decending sangat permeable terhadap air sehingga di bagian ini
terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal
ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi
hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acendenstidak permeable terhadap
air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini
menyebabkan garam tanpa osmosis air sehingga cairan yang
sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik.
Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi
bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH) sehingga urin
yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke
pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya
vasopresin (ADH).

Mekanisme

haus

dan

peranan

vasopresin

(antidiuretic

hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm)
akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini
akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensntesis
vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke
dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus
koligen. Ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen
memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membran
bagian apeks duktus koligen. Pembentukan aquaporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini
menyebabkan urin yang terbentuk di duktus koligen menjadi

sedikit dan hiperosmotik atau pekat sehingga cairan di dalam tubuh


tetap dipertahankan.
Selian itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus
akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan
dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk
perilaku untuk membatasi haus dan cairan di dalam tubuh kembali
normal.

Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan cairan dan
elektrolit diperankan oleh sistem saraf dan sistem endokrin. Sistem
saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan
dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus
karotikus, osmoreseptor di hipotalamus, dan volume reseptor atau
reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin,
hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan
cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH
dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara jika
terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormon atriopeptin
(ANP)

akan

meningkatkan

volume

natrium

dan

air.

Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada


beberapa keadaan. Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan
cairan dan elektrolit diantaranya ialah umur, suhu lingkunagan,
diet, stres, dan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka.
Jakarta. 2009.

Anda mungkin juga menyukai