Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

TUTORIAL SKENARIO C BLOK 20

Disusun oleh :
Kelompok B4
1. Renal Yusuf
2. Nur Suci Trendy asih
3. Citra Maharani
4. Imam Arif W
5. Lisa Yuniarti
6. Arie Wahyudi W
7. Faris Naufal A
8. Teguh Ridho P
9. Sri Aryasatyani
10.Mohd.Quarratul Aiman

04111401015
04111401016
04111401017
04111401018
04111401049
04111401071
04111401077

Tutor :
dr.Yan Effendi Hasyim DAHK

04111401080
04111401088
04111401089

PENDIDIKAN DOKTER UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013/2014

KATA PENGANTAR

SyukurAlhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Tuhan YME karena rahmat dan
anugerah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas tutorial dengan topik Skenario C Blok
XX. Adapun tujuan pembuatan tugas ini adalah untuk melengkapi persyaratan dalam
pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat waktu dan tepat
sasaransesuai dengan harapan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan
ini.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya kami berharap kepada teman teman dan para
pembacasemoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Palembang, 14November 2013

Penyusun Kelompok 4

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...
Daftar Isi ....
BAB I

: Pendahuluan
1

BAB II

Latar Belakang.

: Pembahasan
2.1

Data Tutorial

2.2

Skenario Kasus ..

2.3

Paparan
I.

Klarifikasi Istilah. ..............

II.

Identifikasi Masalah...........

III.

Analisis Masalah .................................

IV.

Learning Issues ............

V.

Kerangka Konsep..................

BAB III : Penutup


3.1

Kesimpulan ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok mengenai Jiwa dan Fungsi
Luhuryang berada dalam blok 20 pada semester 5 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistemKBK
di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor

: dr.Yan Effendi Hasyim DAHK

Moderator

: Faris Naufal

Sekretaris Meja

: Renal Yusuf

Sekretaris Laptop

: Nur Suci Trendy Asih

Hari, Tanggal

: Senin, 11 November 2013

Peraturan

: 1. Alat komunikasi di non-aktifkan


2. Semua anggota tutorial harus aktif mengeluarkan pendapat
3. Dilarang makan dan minum

2.2. Skenario kasus


Ny. N, umur 56 tahun datang ke poli saraf dengan keluhan utama sering tersesat
saat akan pulang ke rumah setelah dari pasar. Penderita pernah dirawat dengan kelemahan
separuh tubuh sebelah kanan karena stroke iskemik. Riwayat hipertensi ada tapi tidak rutin
meminum obat. Menurut keluarga penderita juga sering lupa dengan aktivitas rutin yang
dilakukannya. Penderita juga sering lupa pada anak atau cucunya. Aktivitas sehari-hari bisa
dilakukan sendiri tanpa bantuan keluarga. Akhir-akhir ini penderita juga sering marah atau
mudah tersinggung.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : GCS 15
Tanda vital : TD 160/100 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Temp 37,0 C
Pemeriksaan Neurologis:

Pemeriksaan Nn kranialis :
-

Parese nn VII kanan dan XII kanan tipe sentral


Pemeriksaan fungsi motorik:
Kekuatan lengan dan tungkai kanan 4 dengan reflex fisiologis meningkat.

Pemeriksaan penunjang :
Ct scan kepala: Infark lama di ganglia basalis kiri + atropi serebri lobus frontalis bilateral
MoCA INA: 15

2.3. Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1. Stroke iskemik: stroke yang disebabkan karena adanya hambatan atau sumbatan pada pembuluh
darah otak tertentu sehingga daerah otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut tidak
No

Masalah

Concern

Ny. N, umur 56 tahun datang ke poli saraf dengan

VVV

keluhan utama sering tersesat saat akan pulang ke


rumah setelah dari pasar

Penderita pernah dirawat dengan kelemahan separuh


tubuh sebelah kanan karena stroke iskemik. Riwayat
hipertensi ada tapi tidak rutin meminum obat

VV

Ket

Menurut keluarga penderita juga sering lupa dengan

VV

aktivitas rutin yang dilakukannya. Penderita juga sering


lupa pada anak atau cucunya. Aktivitas sehari-hari bisa
dilakukan sendiri tanpa bantuan keluarga

4.

Akhir-akhir ini penderita juga sering marah atau mudah

VV

tersinggung.

5.

Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : GCS 15
Tanda vital : TD 160/100 mmHg, Nadi 80x/menit,
RR 20x/menit, Temp 37,0 C

6.

Pemeriksaan Nn kranialis :
-

Parese nn VII kanan dan XII kanan tipe

sentral
Pemeriksaan fungsi motorik:
Kekuatan lengan dan tungkai kanan 4
dengan reflex fisiologis meningkat.

7.

Pemeriksaan penunjang :
Ct scan kepala: Infark lama di ganglia basalis kiri +
atropi serebri lobus frontalis bilateral
MoCA INA: 15

mendapat pasokan energi dan oksigen yang akan menyebabkan jaringan sel-sel otak tersebut mati
dan tidak berfungsi lagi.
2. Parese nervus tipe sentral: Kelumpuhan akibat adanya lesi disepanjang jalur Upper Motor
Neuron.
3. Refleks fisiologis: Suatu respon involunter terhadap sebuah stimulus pada orang normal.
4. Infark: daerah nekrosis iskemik terbatas yang disebabkan oleh oklusi suplai arteri atau drainase
vena di bagian tertentu.
5. MoCA INA: Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia. Merupakan tes untuk memeriksa
gangguan kognitif yang digunakan untuk mengetahui adanya Mild
Cognitive Impairment. Biasanya dilakukan pada penderita stroke.
6. Ganglia basalis : struktur di otak yang membantu mengontrol gerakan tubuh.
7. Atrofi serebri: Pengecilan ukuran sel pada serebri.

II. Identifikasi Masalah


1

III. Analisis Masalah


1. Ny. N, umur 56 tahun datang ke poli saraf dengan keluhan utama sering tersesat
saat akan pulang ke rumah setelah dari pasar
a. Apa hubungan jenis kelamin dan usia pada kasus? 1 10
b. Apa makna dari sering tersesat saat akan pulang ke rumah setelah dari pasar?2
11
2. Penderita pernah dirawat dengan kelemahan separuh tubuh sebelah kanan karena
stroke iskemik. Riwayat hipertensi ada tapi tidak rutin meminum obat
a. Apa hubungan adanya riwayat stroke iskemik dengan keluhan yang sekarang?3
1

b. Apa hubungan adanya riwayat hipertensi dengan tidak rutin meminum obat? 4
2
3. Menurut keluarga penderita juga sering lupa dengan aktivitas rutin yang
dilakukannya. Penderita juga sering lupa pada anak atau cucunya. Aktivitas seharihari bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan keluarga
a. Bagaimana proses penyimpanan memori normal?5 3
b. Bagaimana proses terjadinya lupa?6 4
c. Mengapa keluhan lupa baru muncul sekarang?7 5
d. Mengapa penderita juga sering lupa dengan aktivitas rutin yang dilakukannya?
mekanisme jgn lupa dan bagian otaknya?8 6
e. Mengapa penderita juga sering lupa pada anak atau cucunya? 9 7 mekanisme
jgn lupa dan bagian otaknya
f. Apa makna aktivitas sehari-hari bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan keluarga?
10 8
g. Apa saja penyakit yang dapat menyebabkan lupa?11 9
4. Akhir-akhir ini penderita juga sering marah atau mudah tersinggung.
a. Apa makna dari penderita sering marah atau mudah tersinggung?1 10
Mekanisme dan bagian otak mana
5. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : GCS 15
Tanda vital : TD 160/100 mmHg, Nadi 80x/menit, RR 20x/menit, Temp 37,0
C
a. Bagaimana interpretasi dari GCS?2 11
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari tanda vital?3 1
c.
6. Pemeriksaan Nn kranialis :
Parese nn VII kanan dan XII kanan tipe sentral
Pemeriksaan fungsi motorik:
Kekuatan lengan dan tungkai kanan 4 dengan reflex fisiologis meningkat.
a. BAgaimana anatomi dan fisiologi otak?4 2
b. Bagaiaman interpretasi dan mekanisme pemeriksaan nn kranialis?5 3 Pd kasus
yah
c. BAgaiaman interpretasi dan mekanisme pemeriksaan fungsi motorik?6 4

7. Pemeriksaan penunjang :
Ct scan kepala: Infark lama di ganglia basalis kiri + atropi serebri lobus frontalis
bilateral
MoCA INA: 15

a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari CT scan kepala?7 5 Gambar juga,


sambungin antara ct scan kepala sama gejalanya dan anatomi
b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme MoCA INA?8 6
c. BAgaimana pemeriksaan pada MoCA INA?9 7
8. HIPOTESIS: Ny. N umur 56 tahun mengalami demensia vascular.
8.1 . Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus? 1 2
8.2 Bagaimana pemeriksaan penunjang spesifik pada kasus? 2 3
8.3 Bagaimana DD pada kasus? 3 4
8.4 Apa Working Diagnosis pada kasus? 4 5
8.5 Apa saja klarifikasi dari demensia vascular? 5 6
8.6 Bagaimana epidemiologi pada kasus? 6 7
8.7 Bagaimana etiologi pada kasus? 7 8
8.8 Bagaimana faktor resiko pada kasus? 8 9
8.9 Bagaimana patofisiologi dan patogenesis pada kasus? 9 10
8.10 Bagaimana gejala klinis pada kasus? 10 11
8.11 Bagaimana tatalaksana pada kasus? 11 1
8.12 Bagaimana pencegahan dan edukasi pada kasus? 1 2
8.13 Bagaimana komplikasi pada kasus? 2 3
8.14 Bagaimana prognosis pada kasus? 3 4
8.15 Apa SKDI pada kasus? 4 5
LI
1. Demensia (semua hal) 1 3 5 7 9 11
2. Tatalaksana pada kasus (hipertensi, stroke, lupa, dll itulaaa) 2 4 6 8 10
1. Ikke
2. Rizki
3. Arcel
4. Padek
5. Karin
6. Izzy
7. Dika
8. Yudha
9. Puspa
10. Rizka
11. Hesti
12. ]

b. Mengapapasiendibawakeruanganemergensi ?
Karena bunuh diri merupakan gangguan kejiwaan yang berat dan merupakan penyebab
umum kematian di antara pasien skizofrenik. Kira kira 50 persen dari semua pasen
dengan skizofrenia mencoba bunuh diri sekurangnya satu kali selama hidupnya, dan 10

10

sampai 15 persen pasien skizofrenik meninggal karena bunuh diri selama periode follow
up 20 tahun.

2. She looked very depressed and sometimes cried without any particular
reason.
a. apamaknaklinisdaridepresidanmenangistanpasebab ?
Makna klinis dari depresi dan menangis tanpa sebab munjukkan pasien mengalami gangguan mood
, perasaan dan afek. Depresi dapat merupakan suatu ciri dari psikosis akut dan suatu akibat dari
suatu episode psikotik.Gejala depresif

kadang-kadang disebut sebagai depresi sekunder pada

skizofrenia atau gangguan depresi pascapsikotik dari skizofrenia.

b. bagaimanapengaruhdepresidenganpercobaanbunuhdiri ?
Faktor resiko utama untuk bunuh diri di antara orang skizofrenik adalah adanya gejala depresi,usia
muda, dan tingkat premorbid yang tinggi (khususnya pendidikan perguruan tinggi). Kelompok
tersebut mungkin menyadari bahwa kehancuran yang cukup berarti dari penyakitnya lebih daripada
kelompok pasien skizofrenik lainnya dan mungkin melihat bunuh diri sebagai alternatif yang
beralasan. Hal inilah yang menyebabkan pasien mencoba bunuh diri.

3 Her family mentioned that there were changes in her ehavior since 2 years
ago, she gradually became more and more withdrawn to herself and
preferred to stay in her room all day long.
a.apamaknapasiensenangmenarikdiridaripergaulandanmengurungdiridalamruangansepanja
nghari ?

Perjalanan gangguan skozofrenia itu terdiri dari tiga fase : fase prodormal, fase aktif gejala
dan fase residual . Cek Ela Menarik diri dari pergaulan; Suka mengurung diri didalam

11

kamar sepanjang hari (tidak ada interaksi sosial) hal itu menunjukan bahwa tuan tn sedang
mengalami fase prodromal yang mana pada fase prodromal ditandai dengan deteriorasi
yang jelas dalam fungsi kehidupan, sebelum tergangguannya fase aktif gejala,dan tidak
disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan.
Individu yang mengalami fase prodormal itu dapat berlangsung dalam beberapa minggu,
bulan hingga bertahun tahun sebelum gejala lain memenuhi kritera diagnosis skizofrenia.
Semakin lama fase prodromal semakin jelak prognosisnya

b. Apamaknaklinisdariperubahansikapsejak 2 tahun yang lalu ?

Ini lebih menunjukan suatu proses perjalanan penyakit, dimana penyakit schizofrenia
memiliki tiga fase (Luana, 2007)yaitu :
a. Fase prodormal
Biasanya timbul gejala-gejala nonspesifik yang lamanya minggu, bulan, ataupun lebih
dari satu tahun, sebelum onset sikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi hendaknya
fungsi pekerjaan, fungsi social, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri,
semakin lama masa prodormal semakin buruk prognosisnya.
b. Fase aktif
Gejala sikotik atau psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi,
waham, halusinasi, disertai gangguan afek.
c. Fase residual
Gejala-gejalanya sama dengan fase prodormal tetapi gejala positif atau psikotiknya
sudah berkurang.
Pada kasus didapatkan bahwa :

12

Cek Ela memiliki kepribadian premorbid yang mengarah ke skizoid, dan pada umur 20
tahun menjadi makin nyata, makin mengisolasi diri dan tak ada interaksi sosial sama
sekali. (fase prodormal)
Sejak 2 tahun yang lalu terdapat perubahan perilaku pada Cek Ela ditandai dengan
secara berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan dan lebih suka mengurung diri di
dalam kamar sepanjang hari. (fase prodormal)
Dalam 1 tahun terakhir kemunduran Cek Ela makin hebat, kurang bisa mengurus diri
dan tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari, bicara terbatas, kalimat yang
diucapakan kacau dan sukar dimengerti. (fase prodormal)
Seminggu yang lalu suara tersebut memaksa nya untuk melukai dirinya sendiri. (fase
aktif)

4. One year ago she complained about hearing voices such as conversation
or sometimes the voice commenting on her, while the person didnt exist.
Later on, the voice became more disturbing, commanding her to do
something which was difficult or impossible to refuse. The last command
forced her to hurt herself.

a. Apamaknaklinisdanmekanismemrs.CekElabiasmendengarsuarapercakapandanperin
tah , padahaltidakada orang berbicara?
Mekanisme terjadi halusinasi dengar
Halusinasi merupakan persepsi sensoris yang palsu dan tidak disertai stimulus
eksternal yang nyata. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Berbeda dengan ilusi dimana
pasien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien.
13

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:


a. Faktor Predisposisi

Faktor Biologis
Halusinasi timbul akibat kelainan di area otak yang dinamakan system
limbic. Terdapat berbagai malfungsi dari system neurotransmitter di daerah
tersebut, yang paling lama diketahui adalah adanya hiperaktivitas dari neuron
dopaminergik.

Gambar 8. Kelainan pada Jaras Mesolimbik yang Dipengaruhi Dopamin dan


Neurotransmiter Lainnya- Menghasilkan Halusinasi Sebagai Salah Satu Gejala
Positif

Faktor Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan pasien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis pasien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup pasien.

Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.

b. Faktor Presipitasi

14

Factor Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika
individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran,
penglihatan,

penghidu,

pengecapan,

dan

perabaan),

pasien

dengan

halusinasi

mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak
ada.

Gambar 9. Rentang Respon Terhadap Stimulus (Stressor)- Respon Maladaptif Berupa


Halusinasi
Jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %

15

Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara orang,


biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti : darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
f.

merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.


Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir

melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.


g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
Halusinasi dapat terjadi pad a pasien dengan gangguan jiwa seperti
skizofrenia, depresi atau keadaan delirium, demensia, dan k o n d i s i y a n g
berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi dapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi
s i s t e m i k d e n g a n gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari
berbagai pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinerg ik, anti
inflamasi

dan

antibiotik,sedangkan

obat-obatan

halusinogenik

dapat

membuat terjadinya halusinasi sama seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga
terjadi pada saat keadaan individu n o r m a l y a i t u p a d a i n d i v i d u y a n g m e n g a l a m i
i s o l a s i , p e r u b a h a n s e n s o r i k s e p e r t i kebutaan, kurangnya pendengaran
atau adanya permasalahan pada pembicaraan.Penyebab halusinasi pendengaran secara
spesifik tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis ,
psikologis , sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress lingkungan,
biologi, pemicu masalah sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
16

Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang
diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lainlain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak
dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun
dari luar tubuh. Input ini akan m e n g i n h i b i s i p e r s e p s i y a n g l e b i h
d a r i m u n c u l n y a k e a l a m s a d a r . B i l a i n p u t i n i dilemahkan atau tidak
ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis, maka
materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa dilepaskan dalam bentuk
halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan
yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya
kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan
keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

b. Mengapagejalamakinberat ?
Adanya kemunduran yang hebat dalam hal kurang bisa mengurus diri dan
tak dapat mengerjakan pekerjaan seharai-hari merupakan adanya deteriorasi
yang semakin berat. Deteriorasi terlihat pada fase prodromal dan semakin
berat pada fase aktif.
Berbicara yang terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sukar
dimengerti merupakan tanda adanya gejala psikosis yakni inkoherensi.
Inkoherensi merupakan kelainan progresi pikiran dimana ide yang berurutan
diekspresikan tidak mempunyai urutan yang logis sehingga terjadi
diorganisasi struktur kalimat sehingga kalimat yang ducapkan sukar
dimengerti. Bleuer menggolongkan gejala ini sebagai salah satu bentuk
pelanggaran asosiasi yang termasuk dalam gejala primer skizofrenia.
Fase-fase pada sizofrenia
A. Fase prodromal
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi
kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan
oleh gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta
mencakup paling sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria
diagnosis skizofrenia. Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah
17

melewati suatu periode yang sangat panjang, yaitu ketika seorang


individu mulai menarik diri secara sosial dari lingkungannya Individu
yang mengalami fase prodromal dapat berlangsung selama beberapa
minggu hingga bertahun-tahun, sebelum gejala lain yang memenuhi
kriteria untuk menegakkan diagnosis skizorenia muncul. Individu
dengan fase prodromal singkat, perkembangan gejala gangguannya
lebih jelas terlihat daripada individu yang mengalami fase prodromal
panjang.
B. Fase Aktif Gejala
Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia
secara jelas. Sebagian besar penderita gangguan skizofrenia memiliki
kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas dan kesulitan
dalam mencapai insight. Sebagai akibatnya episode psikosis dapat
ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu
dengan lingkungan sosialnya.
C. Fase Residual
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua
gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat
mentap dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan
penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannya, beberapa pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh
karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan
mencegah terjadinya kekambuhan.
Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak
ada, namun pada pasien Skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah
gejala yang bersifat aneh, antara lain berupa delusi, halusinasi,
ketidakteraturan pembicaraan, dan perubahan perilaku (Kaplan &
Sadock, 2004).
Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu,
seperti perasaan yang datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan
gembira, menarik diri, ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami
gangguan sosial, serta kurangnya motivasi untuk beraktivitas (Kaplan &
Sadock, 2004).
Kategori gejala yang ketiga adalah disorganisasi, antara lain perilaku
yang aneh (misalnya katatonia, di mana pasien menampilkan perilaku
18

tertentu berulang-ulang, menampilkan pose tubuh yang aneh; atau waxy


flexibility, yaitu orang lain dapat memutar atau membentuk posisi
tertentu dari anggota badan pasien, yang akan dipertahankan dalam
waktu yang lama) dan disorganisasi pembicaraan. Adapun disorganisasi
pembicaraan adalah masalah dalam mengorganisasikan ide dan
pembicaraan, sehingga orang lain mengerti (dikenal dengan gangguan
berpikir formal). Misalnya asosiasi longgar, inkoherensi, dan sebagainya
Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala fundamental
(atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan
gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental
lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan
gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi (Kaplan & Sadock,
2004).

5. The premorbid personality was schizoid and after the age of 20 years it
was clear that her personality became more annoying especially to her family
and also the neighbors. She became isolated and no special interaction at all.
In the last one year, she become more deteriorated, lacked of self care and
couldnt do house chores. Her speech was limited and the sentences were very
disorganized.
a. apaketerkaitanantarakepribadian premorbid dankasussekarang ?
Kepribadian premorbid adalah kepribadian pasien sebelum onset penyakit
terjadi. Pada perjalanan skizofrenia, gejala premorbid terlihat sebelum fase
prodromal dari penyakit. Pada riwayat premorbid skizofrenia, pasien
memiliki kepribadian schizoid atau skizotypal yang yang cirinya seperti
diam, pasif dan tertutup. Pada anak-anak mereka punya sedikit teman. Pada
anak remaja, mereka tidak memiliki teman dekat, pacar dan mengindari
keramaian.1 ciri dari gangguan kepribadian schizoid menurut PPDGJ III
adalah sebagai berikut:
a. Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
b. Emosi dingin, afek mendatar, atau tak peduli

19

c. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan kelembutan dan


kemarahan terhadap orang lain
d. Tampak nyata ketidak pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
e. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
f. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab dan
tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
g. Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan sosial yang
berlaku.3
Kepribadian premorbid yang mengarah ke schizoid berhubungan dengan
prognosis penyakit cek la. Kepribadian premorbid yang buruk akan
memberikan prognosis yang buruk dalam kasus ini sedangkan kepribadian
yang siklotimik memberikan prognosis yang baik.
JAWABAN LAIN

o
1.
2.
3.

PPDGJ III
Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut:
Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
Emosi dingin, afek mendatar atau tidak peduli (detatchment)
Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan

terhadap orang lain


4. Tampak nyata ketidak-pedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
5. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita)
6. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
7. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
8. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada hanya
satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
9. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas

DSM IV
o Pola pervasif dari hubungan sosial dan rentang pengalaman emosi yang terbatas
dalam lingkungan interpersonal, dimulai pada masa dewasa awal dan ditemukan
dalam berbagai konteks, seperti yang dinyatakan oleh empat (atau lebih) dari
berikut:
1. Tidak memiliki minat ataupun menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi
bagian dari keluarga
2. Hampir selalu memilih aktivitas seorang diri
3. Memiliki sedikit, jika ada, minat mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
4. Merasakan kesenangan dalam sedikit, jika ada, aktivitas

20

5. Tidak memiliki teman dekat atau orang yang dipercaya selain sanak saudara derajat
pertama
6. Tampak tidak acuh terhadap pujian atau kritik orang lain
7. Menunjukkan kedinginan emosi, pelepasan atau pendataran afektivitas
o Tidak terjadi semata-mata selama perjalanan skizofrenia, gangguan mood dengan
cirri psikotik, atau gangguan psikotik lain atau gangguan perkembangan pervasif
dan bukan karena efek fisiologis langsung dari kondisi medis umum.
Catatan: jika kriteria terpenuhi sebelum onset skizofrenia, tambahkan Premorbid
gangguan kepribadian schizoid (premorbid).

b. mengapamrs.Cekelatidakbiasberinteraksisosial ?
Gangguan Emosi, penderita skizofrenia terkadang menunjukkan emosi yang kosong atau kurang,
meski dalam situasi tertentu atau kadang tanpa emosi sama sekali. Sebaliknya kadang penderita
skizofrenia menunjukkan emosi yang berlebihan. Bahkan penderita skizofrenia bisa tertawa atau
marah-marah tanpa sebab yang jelas. Penderita skizofrenia juga sering menutup diri, penderita
skizofrenia biasanya tidak tertarik dengan dunia luar. Mereka tidak bersosialisasi dengan orang lain
atau berkomunikasi dengan dunia luar. Kadang yang lebih ekstrem penderita skizofrenia
mengurung diri, dan tidak mau bertemu dengan siapapun. Mereka lebih suka mengurung diri di
kamar, tempat yang tidak ada siapa-siapa selain dia (Feldman,2005 ).

c. mengapamrs.Cekelatidakdapatmengurusdirisendiri ?
Seperti yang telah dijelaskan diatas, gangguan transmisi sinyal-sinyal persepsi menyebakan
gangguan perasaan berupa mood dan afek, serta gangguan pemikiran.Kedua hal ini
menyebakan gangguan perbuatan yang berefek pada penurunan kinerja dan fungsi
social.Gangguan ini menyebabkan keterbatasan melakukan aktivitas/kerja/tugas rutin
sehingga tn. Abu kesulitan dalam mengurus dirinya sendiri.
Tidak bisa mengurus diri
Jawab : Semuanya kembali lagi ke patofisiologi dan etiologi dari terjadinya
schizofrenia,

ada

teori

yang

mengatakan

bahwa

terjadinya

ketidakseimbangan

neurotransmitter, apabila terjadi ketidakseimbangan neurotransmitter dopamin dan

21

serotonin maka akan memberikan gejala seperti tidak bisa mengurus diri, tidak menjaga
higinitas, kelainan sexual, dan gejala lain.

d. mengapamrs.Cekelahberbicarasedikitdankalimatnyatidakjelas ?

Jawaban hanya sepatah dua patah kata saja, tidak begitu jelas dan kadang menolak untuk
bicara sama sekali merupakan ciri dari kelainan bicara. Hal ini termasuk dalam kelainan
bicara psikogenik yakni stammering/stuttering dan mutisme. Stammering ditandai dengan
terputusnya arus pembicaran karena istirahat yang pendek atau pengulangan sehingga katakata yang keluar hanya sepatah dua patah kata saja. Mutisme adalah kehilangnan bicara
yang total atau membisu. Mutisme dapat berlangsung dari jam sampai berhari-hari bahkan
pertahun-tahun. Sehingga pasien menolak untuk bicara sama sekali.
Pasien yang terlihat diam, tidak banyak bergerak dan kadang menangis merupakan tanda
dari gangguan afektif dalam hal ini adalah episode depresi yang mana pasien memiliki
perasaan kecil hati, tak bahagia rendah diri tak ada harapan hilangnya gairah hidup,
hipoaktif kadang menangis

6. According to her family there was no stressor before these behavioral


changes happened.In autoanamnesis the patient was very quiet, sometimes
cried and difficult to answer the question. Her answers were in one or two
words, not so clear and sometimes she refused to talk at all

a. apahubungantidakada stressor dengantimbulnyaperubahanperilakumrs.CekEla?


Tidak adanya stressor pada perubahan perilaku mrs. Cek Ela ini menunjukkan
bahwa perubahan perilaku cek ela tidak dipengaruhi oleh stresor.

22

b. apamaknaklinismrs.Cekelasangatdiam,
terkadangmenangisdantidakmaumenjawabpertanyaanpadaautoanamnesis ?
Makna linis dari pasien sangat diam, terkadang menangis dan tidak mau menjawab
pertanyaan pada autoanamnesis menunjukkan pasien mengalami depresi dan menarik diri
dari interaksi sosial dimana hal ini merupakan tanda dari gangguan kepribadian skizoid.

7. Summary of Psychiatric Examination:


The psychopathologies of this patient are poor discriminative insight,
command auditoric hallucination, autism, anxiety, and association disorder
such as incoherence and hemmung. The conclusion is the reality testing
ability of this patient is really disturbed.
a. Apainterpretasipadapemeriksaanpsikiatri ?

b. Bagaimanamekanisme abnormal padapemeriksaanpsikiatri ?

poor discriminative insight (daya tilik diri)


command auditoric hallucination
Mendengar suara aneh
Mendengar suara aneh pada kasus ini berarti Tn.Abu sudah mengalami halusinasi
pendengaran. Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi
pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi
pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan
kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh
klien dan tidak dapat dibuktikan (Nasution, 2003).

23

Halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara,


terutamanya suarasuara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
Mekanisme pasti dari mendengar suara aneh masih dalam bentuk teori,
menyesuaikan teori dopamin, maka meningkatnya aktivitas dopamin di otak menyebabkan
gangguan terhadap tindakan sehari harinya. Gangguan pada uncinate fasciculus dan
cingulate cortex maka akan menyebabkan terjadinya atrophy pada suatu bagian otak, dan
beberapa kelainan lain, sehingga dapat menyebabkan bahasa dari broca area akan
diteruskan ke auditory sistem, dan tubuh tidak dapat membedakan bahwa itu suara dari
internal, sehingga terdengarlah suatu suara seperti bisikan, walaupun tidak ada orang di
sekitarnya.

autism
Tanda-tanda autisme pada Tn.Abu yaitu makin mengisolasi diri dan tidak ada interaksi
sosial kemungkikanan akibat peningkatan aktivitas serotonergik yang akan menurunkan
aktivitas dopaminergik pada sistem mesokortis yang menyebabkan interaksi sosialnya
terganggu. Kemungkinan ini juga merupakan progresivitas penyakit Tn.Abu yang semakin
bertambah parah akibat dari halusinasi yang ditimbulkan dari dirinya sendiri, sehiingga dia
menutup diri dari orang lain. Gejala-gejala autisme ini memang merupakan salah satu
kriteria primer pada pasien skizofren.

anxiety
gangguan asosiasi; inkoheren dan hemmung
Bicara terbatas, kalimat yang diucapkan kacau dan sulit dimengerti ini kemungkinan
terjadi gangguan pada sistem dopaminergik jalur mesocortical. Jalur ini berperan dalam
attention, motivasi individu, dan sistem reward. Apabila terjadi gangguan pada jalur ini
dapat menimbulkan gangguan berupa inkoherensi dan disorganized speech. Jalan pikiran
pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti.Hal ini dinamakan
inkoherensi.

24

gangguan pada RTA (reality testing ability)


Kekacauan perilaku, waham, dan halusinasi adalah salah satu contoh penggambaran
gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas (Reality Testing of Ability).

c. Bagaimanacarapemeriksaanpsikopatologi ?
Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini akan menentukan
persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan realitas kehidupan.

8. Additional Information:
The patient has good marital history, no history of schizophrenia or affective
disorders in the family, the level of intelligence is within the normal range, no
stressor during the last 12 months and GAF scale is around 40-31 at the
moment of examination.
Physical examination: no abnormality is found.

a. Bagaimanacarapemeriksaan gaf scale ?


GAF Scale
100-91 = gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak

tertanggulangi.
90-81 = gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah

harian yang biasa.


80-71 = gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,

pekerjaan, sekolah, dll.


70-61 = beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,

secara umum masih baik.


60-51 = gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
50-41 = gejala berat (serious), disabilitas berat.

25

40-31 = beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,

disabilitas berat dalam beberapa fungsi.


30-21 = disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi

hamper semua bidang.


20-11 = bahaya mencederai diri/ orang lain, disabilitas sangat berat dalam

komunikasi dan mengurus diri.


10-01 = seperti di atas persisten dan lebih serius.
0 = informasi tidak adekuat.

8. Apa DD pada kasus ini?


Gejala Cek Ela

Skizofrenia

Gangguan

Gangguan Mood

Autism

Psikosis
Tentamen

suicidum
Perubahan perilaku

Kelainan interaksi

social
Halusinasi

Schizoid

Gangguan Afektif

Gejala Autistik

Gejala depresi

(tidak

dapat

mengurus diri dan


tidak

dapat

mengerjakan
pekerjaan rumah)
Kemampuan
Kognitif

9. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan?

26

Penegakkan diagnosis untuk skizofrenia sebenarnya cukup hanya dengan


anamnesis dan observasi. Akan tetapi dapat juga dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding ataupun sebagai bagian dari
pemeriksaan rutin.
a. Darah lengkap/pungsi lumbal : menilai apakah terdapat kelainan yang bisa
menjelaskan gejala klinis yang dirasai pasien.
b. CT Scan/MRI : pencitraan untuk mengevaluasi apakah terdapat kelainan pada
tubuh yang boleh menjelaskan gejala klinis yang dirasai pasien contohnya
kelainan pada kepala yang boleh menyebabkan gangguan neurologis di mana
turut menyebabkan gangguan psikosis
c. screening alkohol
(Jonathan Gleadle. At A Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan Psikiatrik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran ECG;2003.p.4850.)
10. Bagaimana cara mendiagnosis dan WD pada kasus?
Anamnesis
- Riwayat penyakit sekarang:
o siapa yang merujuk
o alasan masuk RS
o keluhan pasien
o lamanya keluhan
o hal yang mencetuskan
- Riwayat keluarga
- Riwayat pribadi:
o kesehatan masa anak-anak
o sekolah
o masa remaja
o riwayat pekerjaan
o riwayat perkawinan
o anak-anak
o kebiasaan
o riwayat penyakit dahulu
o riwayat penyakit psikiatri sebelumnya
o perilaku antisosial
o keadaan hidup saat ini
- Kepribadian sebelum sakit:
o riwayat sosial
o kegiatan dan minat
27

o
o
o
o
o

afek
watak/karakter
pendapat umum
energi dan inisiatif
reaksi terhadap stress

Pemeriksaan tambahan
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan status mental
o perilaku umum
o berbicara
o afek
o pola pikir
o isi pikir
o waham dan salah interpretasi
o halusinasi
o fenomena obsesi
o orientasi
o daya ingat
o perhatian dan konsentrasi
o pengetahuan umum
o insight dan judgment
Tes psikologis
- Tes neuropsikologis formal dari fungsi kognitif
- Tes intelegensia hasilnya lebih rendah
- Tes proyektif dan kepribadian hasilnya abnormal
Menurut DSM IV gejala-gejala skizofrenia adalah :
Terdapat dua atau lebihgejala gejala berikut ini dengan porsi waktu yang signifikan
selama sekurang-kurangnya satu bulan :
1. Waham, yaitu keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan
2. Halusinasi yaitu suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan.
Yang paling sering terjadi adalah halusinasi auditori kemudian halusinasi visual.

28

3. Disorganisasi bicara, yaitu pembicaraan yang aneh dimana terjadi inkoherensi


dalampercakapan penderita. Bicara juga dapat terganggu karena sesuatu hal yang
disebut dengan asosiasi longgar, atau keluar jalur, dalam hal ini penderita dapat
lebih berhasil dalam berkomunikasi dengan seorang pendengar namun mengalami
kesulitan untuk tetap pada satu topic pembicaraan.
4. Disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik. Penderita mengalami
ktidakmampuan untuk mengatur perilakunya dan menyesuaikannya dengan
berbagai standar masyarakat. Penderita juga mengalami kesulitan melakukan tugas
sehari-hari dalam hidup.
5. Simtom-simtom negatif, yaitu berbagai defisit perilaku seperti :
a. apatis yaitu kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan
untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktifitas rutin.
b. Alogia yaitu kondisi dimana penderita mengalami miskin percakapan, jumlah
total percakapan sangat jauh berkurang. Dalam miskin isi percakapan, jumlah
percakapan memadai, namun hanya mengandung sedikit informasi dan
cenderung membingungkan serta diulang-ulang.
c. Anhedonia yaitu ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan, tercermin
dalam kurangnya minat dalam berbagai aktifitas rekreasional, gagal untuk
mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat
dalam hubungan seks.
d. Afek datar, penderita hampir tidak ada stimulus yang dapat memunculkan
respon emosional.
e. Asosialitas, penderita mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan
sosial. Penderita hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial yang
rendah, dan sangat kurang berminat untuk berkumpul bersama orang lain.
6. Keberfungsian sosial dan pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan

29

7. Gejala-gejala gangguan terjadi selama sekurang-kurangnya enam bulan, sekurangkurangnya satu bulan untuk simtom-simtom pada poin

pertama, selebihnya simtom-

simtom negatif atau simtom lain pada poin pertama dalam bentuk ringan

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll tentang Kriteria Skizofrenia :

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda ; atau
- thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya;
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas
merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus);
- delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:

suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap


perilaku pasien, atau

30

mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri


(diantara berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a

halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;

arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;

perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh


tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
stupor;

gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)
31

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll tentang Kriteria Skizofrenia Paranoid:


1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whisting),
mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mingkin ada tapi jarang menonjol.
c) Waham dapat hampir setiap jenis tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik
secara relative tidak nyata
Berdasarkan kiteria tersebut. Maka diagnosis multiaxialnya adalah
Axis 1: F20.0 Skizofrenia paranoid
Axis 2: F 60.1 Gangguan Kepribadian skizoid
Axis 3: Tidak diketahui
Axis 4: tidak diketahui

32

Axis 5: 20-11

11. Apa etiologi dan faktor resiko pada kasus ini?


Etiologi dan faktir resiko :
- Factor genetik
Anak dengan satu orang tua skizofrenia
Kembar dizigot dengan orang tua skizofrenia
Kembar monozygot dengan orang tua skizofrenia
Anak dengan kedua orang tua skizofrenia

12 %
12 %
40 %
47 %

( Kaplan & Sadock, 2007)


-

Faktor biokimia
1. Dopamine
o Reseptor D2 hiperaktifitas timbulnya symptom positif
o Reseptor D1 hipoaktifitas symptom negatif dan gangguan
kognitif (Dawe, 2009)
2. Serotonin
Kelebihan serotonin bisa menyebabkan timbulnya symptom positif
maupun negative ( Kaplan & Sadock, 2007)
3. GABA
Berfungsi dalam meregulasi aktifitas dopamine, jika gaba menurun
maka akan terjadi peningkatan dopamine hal ini akan menyebabkan

terjadinya skizofrenia ( Kaplan & Sadock, 2007)


4. Glutamat
Neuropathology
1. Pembesaran ventrikel
Ventrikel membesar penurunan volume kortikal menimbulkan
manifestasi ( Kaplan & Sadock, 2007)
2. Penurunan volume sistim limbik
Sistem limbik berperan besar dalam pengaturan emosi, jika terjadi
gangguan pada system limbic maka akan terjadi gangguan emosi.
( Kaplan & Sadock, 2007)
3. Prefrontal korteks
Mempengaruhi fungsi kognitif, jika terjadi gangguan pada area ini maka

terjadi kesulitan untuk focus, gangguan memori. (Steffek, 2007)


Lingkungan
Infeksi saat kehamilan, stress, riwayat imigrasi, riwayat kehamilan,
kelahiran dan komplikasi neonatal akan mempengaruhi perkembangan
skizofrenia ( oliver, 2005)

33

12. Bagaimana Epidemiologi kasus ini?


Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu
dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau
sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar
sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini
atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia.
Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16
sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai
diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di
antara anggota keluarga sedarah.
13. Bagaimana manifestasi klinis kasus ini?
Gejala-gejala
Ada dua gejala yang menyertai schizophrenia yakni gejala negatif dan
gejala positif. Gejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa dampak
merugikan bagi lingkungannya, seperti mengurung diri di kamar, melamun,
menarik diri dari pergaulan, dan sebagainya. Sementara gejala positif adalah
tindakan yang mulai membawa dampak bagi lingkungannya, seperti mengamuk
dan berteriak-teriak.
Gejala negatifpendataran afektif, alogia (miskin bicara, kemiskinan isi bicara,
afek yang tidak sesuai), tidak ada kemauan-apati, anhedonia-asosialitas, tidak

memiliki atensi social, tidak ada perhatian selama tes


Gejala positif halusinasi, waham, perilaku aneh (cara berpakaian, perilaku
social,

agresif,

perilaku

berulang),

ganggun

pikiran

formal

positif

(penyimpangan, tangensialitas, inkoherensi, dll)


Selain itu, ada juga pengelompokan gejala-gejala menjadi gejala primer dan
sekunder (oleh Bleuler). Gejala primer adalah gejala pokok, sedangkan gejala
sekunder merupakan gejala tambahan.
Gejala primer

Gangguan proses pikiran yang terutama terganggu adalah asosiasi.


Gangguannya

berupa

terdapatnya
34

inkoherensi,

pasien

cenderung

menyamakan hal, seakan-akan pikiran berhenti, stereotipi pikiran (ide yang

sama berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya)


Gangguan afek dan emosi afek dan emosi dangkal (acuh tak acuh
terjadap dirinya), parathimi (yang seharusnya menimbulkan rasa senang,
malah menimbulkan rasa sedih pada pasien), paramimi (penderita senang
tapi menangis), terkadang afek dan emosinya tidak mempunyai satu
kesatuan, emosi yang berlebihan, hilangnya kemampuan untuk mengadakan
hubungan emosi yang baik, dua hal yang berlwanan mungkin terjadi

bersama-sama
Gangguan kemauan kelemahan kemauan dengan alasan yang tidak jelas,
negativisme (sikap yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan), ambivalensi kemauan (menghendaki dua hal yang berlawanan
pada waktu bersamaan), otomatisme (penderita merasa kemauannya
dipengaruhi orang lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu

secara otomatis)
Gejala psikomotor gejala katatonik (gerakan kurang luwes), bias sampai
stupor (tidak bergerak sama sekali), mutisme, berulang-ulang melakukan
satu gerakan atau sikap, verbigerasi (mengulang-ngulang kata), manerisme
(keanehan cara berjala dan gaya), gejala katalepsi (bila dalam jangka waktu
lama), flexibilitas cerea (bila anggota gerak dibengkokan terasa ada tahanan
seperti pada lilin, negativism (melakukan hal berlawanan dengan yang
diperintahkan), echolalia (meniru kata-kata yang diucapkan orang lain),
ekhopraxia (meniru perbuatan orang lain)

Gejala sekunder

Waham waham primer (timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa
penyebab apa-apa dari luar hamper patognomonis pada skizofrenia),
waham sekunder (biasanya terdengar logis, seperti waham kebesaran,

waham nihilistic, dll)


Halusinasi pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran
(pada kelainan lain tidak ditemukan yang seperti ini). Paling sering
halusinasi auditorik. Halusinasi penglihatan jarang, namun bila ada,
biasanya pada stadium permulaan

35

Menurut kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder


(DSM) IV:
2 kriteria selama > 1 bulan
Delusi
Halusinasi
Disorganisasi perkataan
Perilaku katatonik
Gejala-gejala negatif
Disfungsi sosial
Durasi 6 bulan
Eksklusi gangguan skizoafektif/mood
Eksklusi gangguan akibat obat
Gangguan perkembangan relationship hingga pervasif
Menurut PPDGJ III
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. 1) thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
2) thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
3) thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. 1) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
2) delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara
jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran,
tindakan, atau penginderaan khusus);

36

3) delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar,


yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau
mukjizat;
c. Halusinasi auditorik:
1) suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
2) mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
3) jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
b. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
c. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
d. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

37

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal).
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,
tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude),
dan penarikan diri secara sosial.
14. Bagaimana patofisiologinya?
Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan dorongan
bagisistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa
nyaman,menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, dorongan
seksual yangsesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan
menyebabkanserangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan
bahwa pusat-pusat rewarddan punishment di otak pada hipotalamus dan daerah
sekitarnya menerima sejumlahbesar ujung-ujung saraf dari sistem norepinefrin dan
serotonin (Guyton 1997:954)
Pada pasien penyakit jiwa sepertiskizofrenia terdapat berbagai keadaan
yangdiyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan berikut:
(1) terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada
lobusprefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal;
(2) perangsangan yangberlebihan terhadap sekelompok neuron yang mensekresi
dopamin dipusat-pusat perilakuotak, termasuk di lobus frontalis, dan atau;
(3) abnormalitas fungsi dari bagian-bagianpenting pada pusat-pusat sistem
pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampusotak
(Guyton,1997:954)
Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak
langsungkarena banyak pasien parkison yang mengalami gejala skizofrenia ketika

38

diobati denganobat yang disebut L-DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam
otak, yang sangatbermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu
bersamaanobat ini menekanberbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang
berkaitan dengan lainnya. Telah didugabahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan
dopamin yang disekresikan oleh sekelompokneuron yang mensekresikan dopamin
yang badan selnya terletak tegmentum ventral darimesensefalon, disebelah medial
dan anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus,amigdala,nukleus kaudatus
anterior dan sebagian lobus frefrontalis ini semua pusat-pusat pengatur tingkah laku
yang sangat kuat. Suatu alasan yang sangat kuat. Suatu alasan yang lebih
meyakinkan untuk mempercayai skizofrenia mungkin disebabkanproduksi dopamin
yang berlebihan ialah bahwa obat-obat yang bersifat efektif mengobati skizofrenia
seperti klorpromazin, haloperidol, dan tiotiksen semuanya menurunkan sekresi
dopamin pada ujung-ujung syaraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin
pada neuron yang selanjutnya (Guyton,1997:954 )
Kerusakan sedikit saja pada otak akan membawa dampak yang luar biasa
pada seseorang, seperti operasi otak, akibat stroke, pasien yang pernah mengalami
stroke,setelah sembuh banyak yang mengalami perubahan kepribadian.
Otak yang pernah mengalami perdarahan, trauma, misalnya seperti akibat
strokeataupun operasi contohnya pada otak depan atau frontal bagian ventromedial
akan timbulgejala si pasien akan kehilangan moral, tatakrama, tidak bisa
mendudukan diri padaposisi semestinya.
Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton
diterangkan. Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem Limbik(Guyton,
1997:937)
1.

Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan


timbulnya rasahaus dan nafsu makan tapi juga besarnya aktivitas emosi

binatang sepertitimbulnya rasa marah yang hebat dan keinginan berkelahi.


2.
Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila
dirangsangmenimbulkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan dan
binatang menjaditenang.

39

3.

Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang terletak


sangatberdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila disertai dengan
perangsangan padaarea kelabu dibagian tengah mesensefalon yang merupakan
kelanjutan dari bagianhipotalamus biasanya berhubungan dengan rasa takut dan

reaksi terhukum.
4.
Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa
areahipotalamus. Khususnya pada sebagian besar bagian anterior dan posterior
hipotalamus.
15. Bagaimana tata laksana untuk kasus ini?
a.

Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan
skizofrenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998)
antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala
emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal : 325 mg, kemudian dapat ditingkatkan
supaya optimal, dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik menarik diri. Dosis
awal : 31 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50 mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis,dan mania. Dosis
awal : 30,5 mg sampai 3 mg.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang mengatasi gangguan waham. Pada
kondisi gawat darurat, klien yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik
secara intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan obat pada dosis
yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti psikotik dari kelas lain harus diberikan.
Penyebab kegagalan pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien
minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan perawat. Sedangkan

40

terapi yang berhasil dapat ditandai adanya suatu penyesuaian sosial, dan bukan
hilangnya waham pada klien.
2) Anti parkinson
Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi

ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15 mg/hari


Difehidamin
Dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari

3) Anti Depresan
Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatik.

Dosis : 75-300 mg/hari.


Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotik. Dosis
awal : 25 mg/hari, dosis pemeliharaan : 50-75 mg/hari.

4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas, kelainan somatroform, kelainan
disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala
insomnia dan ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
Fenobarbital
: 16-320 mg/hari
Meprobamat
: 200-2400 mg/hari
Klordiazepoksida
: 15-100 mg/hari
b. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya.
Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh
mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus
membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat
perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang
kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang berlebihan dapat
meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa tidak
semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa
keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan
mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya,
terapis dapat meningkatkan tes realitas.

41

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan
berkata : Anda pasti merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, tanpa
menyetujui setiap mis persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan
klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap
persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan
inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan
perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah
ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan.
c. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu
dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu
ahli terapi dan membantu perawatan klien.
16. Apa tindakan preventif yang dapat dilakukan pada kasus ini?
Skizofrenia paranoid hanya dapat dicegah perkembangannya ketika diobati sejak
dini sebelum menjadi lebih serius.
17. Bagaimana prognosisnya?
Jawab :
Prognosis positif
Prognosis negatif
onset terjadi pada usia yang lebih onset gangguan lebih awal,
faktor pencetus tidak jelas,
lanjut,
riwayat kehidupan sebelum terjadinya
faktor pencetusnya jelas,

adanya kehidupan yang relatif baik


sebelum terjadinya gangguan dalam

bidang sosial, pekerjaan, dan

sekdual,
fase prodromal terjadi secara singkat,
munculnya gejala gangguan mood,

adanya gejala positif,


sudah menikah,
adanya sistem pendukung yang baik.

gangguan kurang baik,


fase prodromal terjadi cukup lama,
adanya perilaku yang autistic,
melakukan penarikan diri,
status lajang, bercerai atau pasangan
telah meninggal,
adanya riwayat

42

yang

mengidap skizofrenia,
munculnya gejala negatif,
sering kambuh secara berulang
tidak adanya sistem pendukung yang
baik

(Kaplan & Sadock, 2007)

keluarga

dari kriteria diatas prognosisnya negatif


Vitam : dubia at malam
Fungsionam : dubia at malam
18. Apa KDU untuk kasus ini?
Tingkat Kemampuan 3b
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pemeriksaa tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi
pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

IV. Sintesis

SKIZOID
Gangguan kepribadian skizoidI
Istilah skizofrenia merujuk gangguan psikologis yang menyebabkan individu
mengalami gangguan yang parah dalam pemikiran, efek, dan prilaku.Dua gangguan
kepribadian skizoid dan skizotipal, termasuk ke dalam gangguan kepribadianyang
menyerupai skizofrenia, tetapi tidak dalam bentuk psikotik yang terlihat dalamskizofrenia.
Peneliti menyelidiki hubungan antara gangguan kepribadian tersebut dan
skizofrenia.Kenyataannya, beberapa peneliti merujuk tigagangguan tersebut sebagai
gangguan spektrum skizofrenia (schizophrenia spectrum disorder), secara tidak langsung
menyatakan bahwa ketiganya merupakan rangkaian dari gangguan psikologis dan dapat
saling berhubungan. Untuk sementara, kita akan mendeskripsika nkarakteristik dua
gangguan kepribadian yang menunjukkan beberapa aspek simtom yang ditemukan dalam
skizofrenia.
Gangguan kepribadian skizoid (schizoid personality disorder) dicirikan dengan
ketidakacuhan sosial dan hubungan seksual, seperti dalam pengalaman dan ekspresi

43

emosional pada cakupan yang terbatas. Orang dengan gangguan tersebut lebih memilih
sendiri daripada bersama orang lain, dan mereka kelihatan kurang berhasrat untuk diterima
atau dicintai, bahkan oleh keluarga mereka sendiri. Keterlibatan seksual dengan orang lain
memiliki sedikit daya tarik. Seperti yang di duga, orang lain merasa mereka dingin,
pendiam, menarik diri, dan terasing, belum lagi orang yang memiliki skizoid biasannya
tidak waspada, dan khususnnya tidak peka terhadap perasaan dan pemikiran orang
lain.Sepanjang hidup mereka, orang-orang dengan gangguan kepribadian skizoid
mencarisituasi yang melibatkan sedikit interaksi dengan orang lain. Pekerjaan adalah
permasalahanbagi individu tersebut, dan mereka tidak mungkin tahan bekerja lebih dari
beberapabulan(fulton & winokur 1993).
Individu yang dapat memahami pekerjaan yangmenghabiskan seluruh jam
kerjannya secara sendirian. Mereka jarang menikah, tetapi lebihmemilih hidupterpencil,
mungkin di dalam suatu ruangan sendiri yang memberikan merekatempat untuk menjaga
kehidupan pribadi dan menghindari untuk berhubungan dengantetanggannya. Meskipun
mereka tidak menyusahkan atau merugikan orang lain, pengucilandi bebankan dianggap
ketidakmampuan menyesuaikan diri. Aktivitas, jika ada.Seperti yangterlihat dari prilaku
mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri, orang orang dengangangguan kepribadian
skizoid tidak mungkin mencari psikoterapi. Jika mereka ikut terapi,mungkin gangguan
psikologis lainnya, seperti gangguan mood atau penyalahguanaan obat-obatan, orang-orang
tersebut

sulit

ditangani

karena

mereka

kurang

tertarik

dengan

hubunganinterpersonal.Konsep gangguan kepribadian skizoid sangat berikatan dengan


konsep spectrum skizofrenia (Rodriguez Solano & Gonzales D Chavez, 2000).
Suatu

pemeriksaan

yangmenarik

dari

kemungkinan

faktor

resiko

dari

perkembangan gangguan kepribadian jenis ini,tim peneliti menyelidiki dampak dari


pengalaman pada awal kehidupan yang menemukanbahwa kekurangan gizi selama
kandungan merupakan faktor resiko perkembangan gangguankepribadian skizoid sampai
umur 18 tahun. Penelitian tersebut diadakan di belanda padaorang yang lahir selama masa
kelaparan di tahun 1944-1946.
Skizofrenia juga lebih bannyak terjadi pada laki-lakiyang ibunnya menderita
selama masa kelaparan (hoek dkk, 1996).Menangani orang yang memiliki gangguan
kepribadian skizoid sangat sulit karenamereka kekurangan reaksi emosional secara normal

44

yang memainkan peran dalamkomunikasi manusia.Therapis harus berhati-hati untuk


menghindari tingginya sasaran therapy yang tidak realistis karena orang-orang yang
mengalami gangguan tersebut kemungkinanbesar mengalami kemajuan yang lambat dan
jangkauan yang terbatas. Hal yang palingbanyak memberi harapan adalah pendekatan yang
diarahkan untuk menolong mereka dalammengaruhi daya komunikasi mereka ( Freeman
dkk, 1990). Untuk mencapai tujuan tersebut,terapis dapat menggunakan permainan peran
dan teknik in vivo exposure (Milon dkk, 2000)
Horney

mengatakan

ada

sepuluh

kebutuhan

yang

perlu

dipenuhi

untuk

meminimalisirkecenderungan neurotik seseorang termasuk skizoid , yaitu :

Kasih sayang dan penerimaan


Partner dominan dalam kehidupan
Batas hidup yang sempit dan terbatas
Kekuatan
Eksploitasi
Prestise
Kebanggaan personal
Perolehan atau ambisi personal
Kecukupan - diri dan kebebasan
Kesempurnaan dan ketakterbantahanJadi skizoid dapat dicegah oleh kondisi masa

kanak - kanak yang tepat, berupapengasuhan dan kondisi sosial di sekitar anak.Karena sifat
manusia atau kepribadian yangfleksibel, bukan merupakan bakat dalam pembentukan pada
masa kanak - kanak tetapi setiaporang memiliki kapasitas untuk mengubah pada cara
mendasar.
Faktor Penyebab
Faktor Genetik Ternyata saudara kembar satu telur dari penderita gangguan
kepribadian juah lebihbanyak yang menderita gangguan kepribadian dibandingkan dengan
saudara kembardua telur.Dipengaruhi oleh gen atau sifat bawaan yang menjadi pemicu
timbulnyagangguan kepribadian serta faktor fenotipe yang dipengaruhi oleh interaksi
antare genpembawa sifat dengan lingkungan.

45

46

Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang dikenal banyak orangsebagai gila
atau sakit mental. Skizofrenia secara etimologiberasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu
schizo yang berarti terpotong atauterpecah dan phren yang berarti pikiran, sehingga
skizofrenia berarti pikiran yangterpecah. Definisi skizofrenia secara formal diartikan
sebagai salahsatu jenis psikosis yang menyebabkan kekacauan mental yang hebat
sehinggamengganggu pikiran, pembicaraan, dan perilaku. Definisiskizofrenia yang lebih
mengacu kepada gejala kelainannya adalah gangguan psikisyang ditandai oleh
penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, jugadisorganisasi persepsi,

47

pikiran, dan kognisi. Dalam referensi lain disebutkan bahwa skizofreniamerupakan suatu
gangguan yang mencakup gejala kelainan kekacauan pada isipikiran, bentuk pikiran,
persepsi, afeksi, perasaan terhadap diri sendiri, motivasi,perilaku, dan fungsi interpersonal.
Berdasarkandefinisi-definisi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
skizofreniaadalah salah satu jenis kelainan mental yang mengacaukan hampir seluruh
fungsimanusia yang mencakup fungsi berpikir, persepsi, emosi, motivasi, perilaku,
dansosial.
Sejarah Skizofrenia
Gejala skizofrenia pada manusia telah ditemukan sejak masa berabad-abadyang
lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan para arkeolog berupa tulisantulisandari
peradaban Mesir Kuno yang menggambarkan mengenai gejala danperilaku skizofrenia
seperti yang sudah dikenal sekarang. Penderitagangguan mental pada masa pra ilmiah
dianggap sebagai akibat dari kemarahan dewasehingga untuk menghindari kemarahan
dewa, orang-orang pada masa itumengadakan perjamuan pesta dan berkurban . Ketika
masa ilmiahmulai berkembang, gangguan mental pada seseorang dianggap sebagai
penyakitsehingga orang tersebut dimasukkan ke rumah sakit. Perawatan awal bagi
orangdengan

skizofrenia

di

rumah

sakit

diawali

pada

akhir

tahun

1600-an,

namunpenempatan orang dengan skizofrenia di rumah sakit bukan untuk merawat


merekatapi hanya agar mereka tidak bercampur dengan dunia sosial di luar rumah sakit.
Hal
tersebut dinamakan institusionalisasi. Selama 1700-1800, perawatanbagi orang dengan
skizofrenia di rumah sakit membaik dengan adanya konselingyang diberikan sebagai
perawatan. Pada tahun 1950-an para psikiater mulaimenggunakan obat-obatan untuk
meminimasilir munculnya gejala skizofrenia.
Pengkajian skizofrenia secara ilmiah dimulai sejak akhir abad ke-19 olehseorang
psikiater Jerman bernama Emil Kraeplin (1856-1926) yang pertama kalimengangkat
pembahasan mengenai gejala-gejala skizofrenia seperti waham,halusinasi, dan perilaku
motorik yang aneh. Gejala-gejala tersebut menurut Kraeplinbermula sejak masa kanakkanak dan memburuk seiring pertumbuhan seseorang. Kraeplin belum mengisitilahkan
gejala-gejala tersebut sebagaiskizofrenia, namun Kraeplin menyebutnya sebagai dementia
praecox. Dementiapraecox diambil dari bahasa latin yaitu dementis yang berarti di luar de
(jiwa) mens(seseorang) dan praecox yang diambil dari kata precocious yang berarti

48

sebelumkematangan.

Dementia

praecox

diartikan

sebagai

kerusakan

prematur

darikemampuan mental seseorang.


Istilah skizofrenia pertama kali diungkapkan oleh psikiater Swiss bernamaEugen
Bleuer (1857-1939) pada tahun 1911 yang diambil dari kata Yunani schistosyang berarti
terpotong atau terpecah dan phren yang berarti otak. Meskipun jika dilihat dari akar
kata skizofrenia yang berarti otak yangterpecah, bukan berarti skizofrenia dapat disamakan
dengan gangguan psikis lainyaitu kepribadian ganda atau terpecah. Karena maksud dari
terpecah dalamskizofrenia adalah terpecahnya atau ketidaksesuaian antara kognisi, afeksi,
dantingkah laku yang dialami orang dengan skizofrenia bukan terpecahnya kepribadian.
Bleuer lebih lanjut menjelaskan bahwa dia menerima gejala-gejala kelainan
yangtelah ditemukan Kraeplin, namun menolak pandangan Kraeplin bahwa orang
denganskizofrenia
memburuk.Menurut

hanya
Bleuer,

akan

mengalami

orang

dengan

keadaan
skizofrenia

mental
akan

yang

semakin

membaik

dengan

diberikanperawatan . Bleuer menyusun gejala-gejala kelainan skizofreniadalam rumusan


yang dinamakan Bleuers Four As yang berisi seperti di bawah ini.
a. Association (asosiasi), yaitu gangguan pada pikiran yang dimunculkan lewatperilaku
pembicaraan yang melantur dan tidak nerhubungan.
b. Affect (afeksi), gangguan pada pengalaman dan ekspresi emosi seperti tertawadalam
situasi berduka.
c.

Ambivalence

(ambivalensi),

ketidakmampuan

untuk

mengikuti

atau

membuatkeputusan. Dalam referensi lain dijelaskan bahwa orang dengan


skziofreniamemiliki perasaan ambivalen terhadap orang lain seperti mencintai
danmembenci pada saat yang bersamaan.
d. Autism (autisme), penarikan pikiran dan perilaku diri ke dunia fantasi pribadi
Tidak setuju dengan perumusan skizofrenia yang sangat luas dari Bleuer psikiater
Jerman Kurt Schneider (1887-1967) mengenalkan cara utunk merumuska diagnosis
skizofrenia dengan menggunakan first rank symptomp (gejala kelaina tingkat pertama).
Schneider menyatkan bahwa apabila seseorang menunjukkan gejalakelainan tingkat
pertama dan tidak disebabkan oleh faktor organik, maka orangtersebut sudah dapat
didiagnosis sebagai skizofrenia. Gejala kelainan tingkat pertamaskizofrenia menurut
Schneider adalah waham dan halusinasi, sedangkan gejalakelainan tingkat kedua
merupakan gangguan mood dan kekacauan pikiran . Lebih lanjut ditemukan bahwa gejala

49

kelainan tingkat pertamaskizofrenia juga ditemukan pada gangguan psikis lain, sehingga
apa yang diusulkanSchneider tidak lagi valid . Meskipun begitu, hasilperumusan dari
Kraeplin, Bleuer, dan Schneider menjadi acuan bagi pembuatansistem diagnostik DSM
masa kini.
Etiologi dan faktir resiko skizofrenia adalah
- Faktor genetik
Anak dengan satu orang tua skizofrenia
Kembar dizigot dengan orang tua skizofrenia
Kembar monozygot dengan orang tua skizofrenia
Anak dengan kedua orang tua skizofrenia

12 %
12 %
40 %
47 %

( Kaplan & Sadock, 2007)


-

Faktor biokimia
5. Dopamine
o Reseptor D2 hiperaktifitas timbulnya symptom positif
o Reseptor D1 hipoaktifitas symptom negatif dan gangguan
kognitif (Dawe, 2009)
6. Serotonin
Kelebihan serotonin bisa menyebabkan timbulnya symptom positif
maupun negative ( Kaplan & Sadock, 2007)
7. GABA
Berfungsi dalam meregulasi aktifitas dopamine, jika gaba menurun
maka akan terjadi peningkatan dopamine hal ini akan menyebabkan

terjadinya skizofrenia ( Kaplan & Sadock, 2007)


8. Glutamat
Neuropathology
4. Pembesaran ventrikel
Ventrikel membesar penurunan volume kortikal menimbulkan
manifestasi ( Kaplan & Sadock, 2007)
5. Penurunan volume sistim limbik
Sistem limbik berperan besar dalam pengaturan emosi, jika terjadi
gangguan pada system limbic maka akan terjadi gangguan emosi.
( Kaplan & Sadock, 2007)
6. Prefrontal korteks
Mempengaruhi fungsi kognitif, jika terjadi gangguan pada area ini maka

terjadi kesulitan untuk focus, gangguan memori. (Steffek, 2007)


Lingkungan

50

Infeksi saat kehamilan, stress, riwayat imigrasi, riwayat kehamilan,


kelahiran dan komplikasi neonatal akan mempengaruhi perkembangan
skizofrenia ( oliver, 2005)
Epidemiologi
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu waktu
dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau
sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar
sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini
atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia.
Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium
Dharmawangsa Jakarta Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16
sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai
diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di
antara anggota keluarga sedarah.
Gejala-gejala Penderita Skizofrenia
Ada dua gejala yang menyertai schizophrenia yakni gejala negatif dan
gejala positif. Gejala negatif berupa tindakan yang tidak membawa dampak
merugikan bagi lingkungannya, seperti mengurung diri di kamar, melamun,
menarik diri dari pergaulan, dan sebagainya. Sementara gejala positif adalah
tindakan yang mulai membawa dampak bagi lingkungannya, seperti mengamuk
dan berteriak-teriak.
Gejala negatifpendataran afektif, alogia (miskin bicara, kemiskinan isi bicara,
afek yang tidak sesuai), tidak ada kemauan-apati, anhedonia-asosialitas, tidak

memiliki atensi social, tidak ada perhatian selama tes


Gejala positif halusinasi, waham, perilaku aneh (cara berpakaian, perilaku
social,

agresif,

perilaku

berulang),

ganggun

pikiran

formal

positif

(penyimpangan, tangensialitas, inkoherensi, dll)


Selain itu, ada juga pengelompokan gejala-gejala menjadi gejala primer dan
sekunder (oleh Bleuler). Gejala primer adalah gejala pokok, sedangkan gejala
sekunder merupakan gejala tambahan.
Gejala primer

51

Gangguan proses pikiran yang terutama terganggu adalah asosiasi.


Gangguannya

berupa

terdapatnya

inkoherensi,

pasien

cenderung

menyamakan hal, seakan-akan pikiran berhenti, stereotipi pikiran (ide yang

sama berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya)


Gangguan afek dan emosi afek dan emosi dangkal (acuh tak acuh
terjadap dirinya), parathimi (yang seharusnya menimbulkan rasa senang,
malah menimbulkan rasa sedih pada pasien), paramimi (penderita senang
tapi menangis), terkadang afek dan emosinya tidak mempunyai satu
kesatuan, emosi yang berlebihan, hilangnya kemampuan untuk mengadakan
hubungan emosi yang baik, dua hal yang berlwanan mungkin terjadi

bersama-sama
Gangguan kemauan kelemahan kemauan dengan alasan yang tidak jelas,
negativisme (sikap yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan), ambivalensi kemauan (menghendaki dua hal yang berlawanan
pada waktu bersamaan), otomatisme (penderita merasa kemauannya
dipengaruhi orang lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu

secara otomatis)
Gejala psikomotor gejala katatonik (gerakan kurang luwes), bias sampai
stupor (tidak bergerak sama sekali), mutisme, berulang-ulang melakukan
satu gerakan atau sikap, verbigerasi (mengulang-ngulang kata), manerisme
(keanehan cara berjala dan gaya), gejala katalepsi (bila dalam jangka waktu
lama), flexibilitas cerea (bila anggota gerak dibengkokan terasa ada tahanan
seperti pada lilin, negativism (melakukan hal berlawanan dengan yang
diperintahkan), echolalia (meniru kata-kata yang diucapkan orang lain),
ekhopraxia (meniru perbuatan orang lain)

Gejala sekunder

Waham waham primer (timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa
penyebab apa-apa dari luar hamper patognomonis pada skizofrenia),
waham sekunder (biasanya terdengar logis, seperti waham kebesaran,

waham nihilistic, dll)


Halusinasi pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran
(pada kelainan lain tidak ditemukan yang seperti ini). Paling sering

52

halusinasi auditorik. Halusinasi penglihatan jarang, namun bila ada,


biasanya pada stadium permulaan
Menurut kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(DSM) IV:
2 kriteria selama > 1 bulan
Delusi
Halusinasi
Disorganisasi perkataan
Perilaku katatonik
Gejala-gejala negatif
Disfungsi sosial
Durasi 6 bulan
Eksklusi gangguan skizoafektif/mood
Eksklusi gangguan akibat obat
Gangguan perkembangan relationship hingga pervasive

V. Kerangka Konsep

53

BAB III
PENUTUPAN

3.1. Kesimpulan

Mrs.CekEla 30 tahundibawakeruangemergensimenderitaskizofrenia
Fase Aktif.

54

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:


EGC.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC

Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock, Jack A. Grebb. 2010. Sinopsis Psikiatri :


Imu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Jilid I. Ciputat- Tangerang :
Binarupa Aksara.
55

Sadock VA, Sadock BJ. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Terjemahan oleh:
Profitasari, Mahatmi T. EGC, Jakarta, Indonesia.
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta : PT. Nuh Jaya
Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga
University Press.

Steffek, Amy E. 2007. The Role of Astrosytes in the Pathophysiology of


Schizofrenia. Diakses melalui deepblue.lib.umich.edu pada 8 januari 2013

Guillin, Oliver &

Laruelle, Marc. 2005. Neurobiology of Dopamine in

Schizophrenia. Diakses melalui www. postcog.ucd.ie pada 7 januari 2013

56

Anda mungkin juga menyukai