Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu limbah hasil pemnfaatan dan pengolahan tanaman tebu adalah
ampas tebu. Ampas tebu merupakan limbah yang tidak banyak dimanfaatkan
lebih lanjut oleh masyarakat. Padahal ampas tebu mengandung banyak serat dan
mengandung karbon aktif. Selain itu jumlah ampas tebu yang dihasilkan industri
pemanfaatan tebu jumlahnya sangat banyal. Rata-rata ampas yang diperoleh dari
proses giling 32 % tebu. Dengan produksi tebu di Indonesia pada tahun 2007
sebesar 21 juta ton potensi ampas yang dihasilkan sekitar 6 juta ton ampas per
tahun. Selama ini hampir di setiap pabrik gula tebu menggunakan ampas sebagai
bahan bakar boiler (Siregar, 2010).
Di sisi lain, banyaknya kegiatan jasa pencucian (laundry) khususnya di
daerah Surabaya dan sekitarnya. Munculnya usaha dalam bidang jasa ini
sebenarnya memiliki manfaat yang baik bagi masyarakat, khususnya dalam segi
ekonomi akan tetapi pertumbuhan kegiatan laundry ini tidak diikuti dengan
pengelolaan air limbah yang baik sehingga menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Pengambilan sampel air limbah laundry di daerah Keputih,
Sukolilo Surabaya , menunjukkan konsentrasi fosfat sebesar 7,40 mg/lt. Selain
itu tempat jasa pencucian laundry tersebut dalam sehari bisa mengerjakan cucian
sekitar 75 sampai dengan 80 kg dan air limbah laundry yang di keluarkan
sebesar 35 sampai 40 liter. Fosfat pada limbah laundry ini, apabila jumlahnya
berlebihan dalam badan air dapat mengakibatkan terjadinya algae blooming atau
eutrofikasi (Wandhana, 2013). Di dalam limbah laundry juga terdapat senyawa
yang sangat berbahaya bagi lingkungan, ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) yang
merupakan penyebab masalah busa karena tahan terhadap penguraian terhadap
proses biologis.
Ampas tebu dan limbah laundry, keduanya adalah limbah yang tidak
dimanfaatkan dan berbahaya bagi lingkungan. Oleh karena itu, tim penulis
berusaha meneliti tingkat adsorpsi karbon aktif ampas tebu terhadap konsentrasi
zat berbahaya dalam limbah laundry, yaitu Alkyl Benzene Sulfonate. Hal ini
merupakan wujud pemanfaatan limbah untuk mengatasi limbah, dengan metode
adsorpsi yang sederhana dan memanfaatkan karbon aktif dari ampas tebu

2
sebagai adsorbent guna mengatasi masalah lingkungan yaitu membludaknya
jumlah limbah ampas tebu dan pencemaran air oleh limbah laundry.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana proses pengolahan karbon aktif ampas tebu agar dapat menyerap
Alkyl Benzene Sulonate dalam limbah laundry?
1. Bagaimana tingkat adsorpsi karbon aktif pada ampas tebu terhadap
2.

konsentrasi Alkyl Benzene Sulfonate dalam limbah laundry ?


Bagaimana menentukan kemampuan optimum dari karbon aktif ampas tebu
sehingga memiliki performa terbaik dalam mengurangi konsentrasi Alkyl
Benzene Sulfonate dalam limbah laundry?

1.3 Tujuan
1. Menentukan proses pengolahan karbon aktif ampas tebu agar dapat
2.

menyerap Alkyl Benzene Sulonate dalam limbah laundry.


Menentukan tingkat adsorpsi karbon aktif pada ampas tebu terhadap

3.

konsentrasi Alkyl Benzene Sulfonate dalam limbah laundry.


Menentukan kemampuan optimum dari karbon aktif ampas tebu sehingga
memiliki performa terbaik dalam mengurangi konsentrasi Alkyl Benzene
Sulfonate dalam limbah laundry.

1.4 Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari program kreativitas ini adalah sebagai berikut.
1. Publikasi ilmiah Internasional pada jurnal-jurnal yang bertemakan
2.

pemanfaatan limbah, pengolahan limbah, dan lingkungan.


Mendapatkan hak cipta atau paten atas metode pengolahan limbah surfaktan
menggunakan karbon aktif pada limbah ampas tebu.

1.5 Manfaat Program


1. Data hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam pengembangan
2.

teknologi pengolahan air limbah surfaktan.


Dapat mengurangi pencemaran air yang merupakan salah satu permasalahan
pokok lingkungan, sekaligus mengurangi menumpuknya ampas tebu yang
merupakan limbah hasil industri gula dan pemanfaatan tebu lainnya.

3
3.

Dapat menajadi referensi dan metode baru bagi penyedia jasa laundry dalam
pengolahan limbah surfaktan yang dihasilkan, agar saat dibuang ke saluran

4.

air tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.


Dapat menjadi referensi/rujukan bagi pemerintah dalam menanggulangi
pencemaran air sungai yang sedang merajalela.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Deterjen atau Surfactant
Deterjen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan
sebagai pengganti sabun untuk pembersih supaya mendapatkan hasil yang lebih
baik.Di dalam air zat ini menimbulkan buih dan selama prosesaerasi buih
tersebut berada di atas permukaan gelembung udara dan biasanya relatif tetap.
Sebelum tahun 1965 deterjen ini disebut ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) yang
merupakan penyebab masalah busa karena tahan terhadap penguraian terhadap
proses biologis. Setelah dikeluarkannya larangan penggunaan ABS, maka
diganti dengan jenis lain dan dikenal LAS (Linear Alkyl Sulfonate) di mana busa
yang dihasilkan oleh LAS ini bias diuraikan sehingga masalah busa dapat di
atasi. Bahan dasar dari deterjen adalah minyak nabati atau minyak bumi. Fraksi
minyak bumi yang dipakai adalah senyawa hidrokarbon paraffin dan olefin.
Penghasil utama dari bahan ini adalah air limbah yang berasal dari rumah tangga
atau pemukiman. (Sugiharto, 1987)

2.2 Karbon Aktif


Karbon aktif adalah suatu bahan yang berupa karbon amorf yang
sebagian besar terdiri dari karbon bebas serta mempunyai kemampuan daya
serap (adsorbsi) yang baik. Karbon aktif digunakan sebagai bahan pemucat
(penghilang zat warna), penyerap gas, penyerap logam, dan sebagainya. Dari
bahan tersebut yang paling sering dipergunakan sebagai bahan adsorben adalah
activated carbon (Rahayu, 2004).

4
Karbon aktif merupakan padatan berpori yang mengandung 85% - 95%
karbon. Bahan-bahan yang mengandung unsur karbon dapat menghasilkan
karbon aktif dengan cara memanaskannya pada suhu tinggi. Pori-pori tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai agen penyerap (adsorben). Karbon aktif dengan luas
permukaan yang besar dapat digunakan untuk berbagai aplikasi yaitu sebagai
penghilang warna, penghilang rasa, penghilang bau dan agen pemurni dalam
industri makanan.Selain itu juga banyak digunakan dalam proses pemurnian air
baik dalam proses produksi air minum maupun dalam penanganan limbah (Wu,
2004)
Struktur karbon aktif terdiri dari atom karbon yang tersusun paralel dari
lapisan heksagonal menyerupai struktur grafit, yang terbentuk pada orbital sp 2.
Setiap karbon berikatan dengan tiga karbon yang lain dengan ikatan , pada
orbital pz terdiri dari satu elektron dari delokalisasi ikatan . Perbedaan ikatan
pada permukaan lapisan dihubungkan oleh ikatan vanderwaals (Roquemalherbe, 2007).
Karbon aktif mampu mengadsorbsi gas maupun cairan, Untuk
mengadsorbsi fasa cair karbon aktif yang digunakan umumnya memiliki daerah
porisekitar 3 nm atau lebih, sedangkan untuk mengadsorbsi fasa gas memiliki
diameter lebih kecil dari 3 nm (Kirk, 1983)
2.3 Adsorpsi
Kusuma dan Utomo (1970) menyebutkan bahwa butiran arang jika
direndam dalam larutan NaCl akan mengadsorbsi garam tersebut. Semakin
tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin bertambah banyak mineral yang
teradsorpsi sehingga menyebabkan volume pori karbon cenderung bertambah
besar karena garam ini dapat berfungsi sebagai dehydrating agent dan
membantu menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan pada proses
karbonisasi.

Penggunaan

NaCl

sebagai

bahan

pengaktif

memberikan

karakteristik adsorpsi methilen blue terbaik.


Adsorbsi merupakan suatu fenomena yang berkaitan erat dengan
permukaan di mana terlibat interaksi antara molekul-molekul cairan atau gas
dengan molekul padatan. Interaksi ini terjadi karena adanya gaya tarik atom atau

5
molekul yang menutupi permukaan tersebut. Kapasitas adsorbs dari karbon aktif
tergantung pada jenis pori dan jumlah permukaan yang mungkin dapat
digunakan untuk mengadsorbsi (Manocha, 2003).
Berdasarkan kekuatan dalam berinteraksi, adsorbs dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu adsorbs fisika dan adsorbs kimia. Adsorbsi fisika terjadi
apabila gaya inter molekular lebih besar daripada gaya tarik antar molekul atau
gaya tarik menarik yang relative lemah antara adsorbat dengan permukaan
adsorben. Gaya ini disebut gaya van derwaals sehingga adsorbat dapat bergerak
dari satu bagian permukaan ke bagian permukaan lain dari adsorben. Gaya antar
molekul adalah gaya tarik antara molekul-moleku fluida dengan permukaan
padat, sedangkan gaya inter molecular adalah gaya tarik antar molekul fluida itu
sendiri.
Adsorbsi kimia terjadi karena adanya pertukaran atau pemakaian
bersama elektron antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben sehingga
terjadi reaksi kimia. Ikatan yang terbentuk antara adsorbat dengan adsorben
adalah ikatan kimia dan ikatan itu lebih kuat daripada adsorbsi fisika (Mujizah,
2010).
2.4 Limbah Ampas Tebu
Ampas tebu adalah bahan sisa berserat dari batang tebu yang telah
mengalami ekstraksi niranya dan banyak mengandung parenkim serta tidak
tahan disimpan karena mudah terserang jamur. Serat sisa dan ampas tebu
kebanyakan digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang
diperlukan untuk pembuatan gula (Slamet, 2004). Komposisi kimia ampas tebu
(dalam persen) :

Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa37,65
Sari 1,81
Pentosan27,97
SiO2 3,01(Husin,2007)

Fungsi surfaktan adalah untuk meningkatkan daya pembasahan air


sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat

6
kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. (Argo Hadi
Kusumo, 2011)
2.5 Penelitian Sebelumnya
Pada tahun 2011, Argo Hadi Kusumo dan Muhammad Razif melakukan
penelitian penurunan konsesntrasi surfaktan dalam limbah cair laundry dengan
metode adsorpsi menggunakan arang batok kelapa (coconut shells) komersil.
Pada penelitian ini, akan digunakan ampas tebu untuk mengurangi penurunan
konsentrasi Alkyl Benzene Sulfonate dalam limbah cair laundry.
BAB III. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan eksperiment. Pendekatan
eksperiment dilakukan untuk mempelajari pengaruh karbon aktif dalam ampas
tebu terhadap penetralan limbah surfaktan menggunakan metode adsorpsi.
Adapun metode pelaksanaan yang digunakan, secara garis besar
digambarkan pada diagram alur berikut:

Mulai
Pengkajian Masalah
Studi Literatur
Perancangan Eksperimen
Pengolahan Karbon Aktif
Pada Ampas Tebu
Analisa Hasil
Penarikan kesimpulan
Pembuatan Laporan
Publikasi (Seminar)

Anda mungkin juga menyukai