Sken 5 Fix
Sken 5 Fix
Eriya zaetun A 102012303/ Judo darfin 102013012/ Winda linting S lolok 102013100/
Magdalena 102013248/ Raemon alexandro mau 102013297/ Ayu prisilia todingrante
102013315/ Muhammad zulyusri bin ghazali 102013491/ Batrisyia binti basir
102013503
Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta
11510.Telephone : ( 021 ) 5694-2061
Abstrak
Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO
menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global, sehingga obesitas
sudah merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani . berakibat
pada perubahan pola makan / konsumsi masyarakat yang merujuk pada pola makan
tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol terutama terhadap penawaran makanan siap
saji( fast food) yang berdampak meningkatkan risiko obesitas. Seseorang dikatakan
mengalami obesitas bila berat badan melebihi 10% dari berat badan ideal. Obesitas
menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi psikososial maupun masalah medis.
Orang yang obes mempunyai banyak kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik
sehari-hari. Untuk itu perlu dilakukan penangan khusus pada orang yang mengalami
obesitas baik itu berupa pengaturan pola makan, aktivitas fisik seperti olaraga sampai
menggunakan obat anti obesitas.
Kata kunci: obesitas, pola makan,olaraga
Abstract
Obesity is starting to become a health problem throughout the world, even
the WHO declared that obesity is already a global epidemic, so that obesity is already
a health problem that must be addressed. resulting in changes in diet / consumer
society refers to a diet high in calories, high in fat and cholesterol mainly to supply
fast food (fast food) that impact increases the risk of obesity. A person is said to be
obese when body weight exceeds 10% of ideal body weight. Obesity cause various
effects, both in terms of psychosocial and medical problems. People who are obese
have much difficulty in performing daily physical activity. It is necessary for special
handling in people who are obese whether it's an adjustment in diet, physical activity
such as olaraga to use the anti-obesity drug.ract
Keywords: obesity, diet, exercise
Pendahuluan
Setiap orang membutuhkan energi yang di dapat dari makanan untuk dapat
beraktivitas. Bila energi yang masuk tidak seimbang dengan yang dikeluarkan dalam
tubuh, maka energi tersebut terakumulasi dan akan menjadi suatu lemak yang
menumpuk di tubuh, yang biasa akan menumpuk pada abdomen pada laki-laki atau
panggul pada wanita. Penumpukan lemak ini disebut juga obesitas.
Terdapat juga obesitas yang disertai peningkatan gula darah (resistensi
insulin), tekanan darah yang tinggi, LDL yang tinggi, HDL yang rendah dan
trigliserida
yang
tinggi
(dislipidemia),
yang
disebut
sebagai
sindroma
harus dijaga kerahasiaannya, yakni segala hal yang diceritakan kepada pasien.Dan
pada kasus ini, tindakan anamnesis yang dapat kita lakukan dalam kasus ini harus
memperhatikan kondisi pasien secara keseluruhan terlebih dahulu.Maksudnya, disini
kita harus melihat kondisi pasien apakah sadar sepenuhnya, atau kondisinya tidak
sadarkan diri dan sebagainya. Kalau dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan anamnesis, maka langsung dilakukan tindakan, untuk kemudian proses
anamnesisnya dapat dilakukan setelahnya, atau kepada orang lain yang dekat dengan
pasien. Berdasarkan dari anamnesis yang perlu ditanyakan diantaranya:
-
Gambar 1.
Pemeriksaan lain juga bisa dilakukan seperti pemeriksaan TSH, PSA, mamografi,
USG pada kandung empedu.1
Hasilnya, apabila berat badan kurang dari berat badan ideal maka status
gizinya kurang.Sedangkan jika berat badan lebih dari berat badan ideal maka
status gizinya lebih.
Pada kasus di atas, pasien berusia 45 tahun memiliki tinggi badan 150 cm dan
berat badan 80 kg, maka berat badan ideal pasien tersebut seharusnya 50 kg.
Sehingga status gizi pasien adalah berlebih, karena berat badan badan pasien
lebih dari berat badan ideal.
2. Status Gizi
Hasil pengukuran yang spesifik mengenai ukuran dan perubahan
proporsi tubuh merupakan indikator penting bagi status gizi. Pengukuran ini
meliputi berat dan tinggi badan yang digunakan untuk menghitung indeks
massa tubuh pada pada orang dewasa dan sebagai indikator tubuh kurus dan
tubuh pendek pada anak. Lingkar lengan atas (LiLA) dapat menunjukkan gizi
kurang pada anak, rasio pinggang : panggul (waist to hip ratio/ WHR)
merupakan indikator adipositas sentral pada orang dewasa. Ketebalan lipatan
kulit merupakan ukuran jaringan adipose subkutan dan jika diukur pada
tempat yang sesuai dapat digunakan untuk menghitung persentase lemak
tubuh.1,5
Hampir semua aspek dalam penelitian gizi berpotensi memiliki
kelemahan.Beberapa dapat dihilangkan dengan perencanaan dan desain studi
secara teliti, dan jika memungkinkan pengukuran dilakukan berulang
kali.Dalam
usaha
mengaitkan
pajanandengan
faktor
penyebab
(atau
antara
pengukuran
yang
akurat
dan
pengukuran
yang
terhadap
dipertimbangkan.5
3. Kebutuhan Energi
jumlah
makanan
yang
terbuang
juga
perlu
Ringan sekali
Ringan
Sedang
Berat
Berat sekali
= 30 %
= 50 %
= 75 %
= 100 %
= 125 %
Karbohidrat
Karbohdirat adalah sakarida yang tergabung dalam berbagai tingkat
kompleksitas untuk membentuk gula sederhana, serta unit yang lebih besar seperti
oligosakarida dan polisakarida.Fungsi utamanya adalah sebagai sumber energi dalam
bentuk glukosa. Beberapa karbohidrat tidak dapat dicerna (disebut non-glikemik) dan
terdiri atas polisakarida nonpati yang merupakan bagian dari serat makanan dan
berperan dalam fungsi usus.6,7
Jika energi yang dibutuhkan sangat tinggi, sedangkan intake ataupun cadangan
karbohidrat berkurang, maka mekanisme tubuh adalah mengubah sumber-sumber
nonkarbohidrat seperti lemak menjadi glukosa.Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat
sekitar 55-65% total kalori/ hari. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori.6,7
Lemak
Lemak meliputi beraneka ragam zat yang larut dalam lipid, sebagian besar
merupakan trigliserida atau triasilgliserol (TAG).Produk turunannya, seperti fosfolipid
dan sterol (yang paling terkenal adalah kolesterol) juga termasuk dalam kelompok ini.
TAG dipecah untuk menghasilkan energi dan menyusun cadangan energi utama bagi
tubuh dalam jaringan adiposa. Asam lemak spesifik yang terdapat dalam TAG penting
bagi struktur dan fungsi membrane sel, dan harus diperoleh dari diet. Asam lemak ini
disebut asam lemak esensial.6,7
Fungsi lemak adalah sebagai sumber cadangan energi, komponen dari
membrane sel, insulator suhu tubuh, pelarut vitamin A, D, E, dan K. kebutuhan lemak
oleh tubuh sekitar 20-30% total kalori/ hari. Satu gram lemak menghasilkan 9 kalori.6
Protein
Protein terdiri atas berbagai rantai dari asam amino tunggal yang tergabung
membentuk beraneka ragam protein. Saat dicerna, masing-masing asam amino
digunakan untuk sintesis asam amino serta protein lainnya yang diperlukan oleh
tubuh, dengan melibatkan cukup banyak daur ulang dari komponen-komponen
tersebut.6
Ada delapan asam amino esensial (untuk anak, ada lebih dari delapan) yang
harus diperoleh dari diet.Selain itu, beberapa asam amino mungkin menjadi esensial
karena keadaan (conditionally essential) dalam kondisi stres fisiologis tertentu.Jika
aasam amino tidak dibutuhkan lebih lanjut, barulah asam amino tersebut dipecah dan
digunakan sebagai energy dan bagian nitrogennya terekskresi sebagai urea.Konsumsi
protein oleh tubuh kita sekitar 15-20% total kalori/ hari. Satu gram protein
menghasilkan 4 kalori.6,7
Tabel 3. Komposisi zat gizi makro.5
Zat gizi
Komposisi (%)
Karbohidrat
55-65
Protein
15-20
Lemak total
20-30
8-10
15
10
Kolesterol
Serat
20-30 g
4. Penatalaksanaan Obesitas
Penderita obesitas berat memerlukan terapi untuk memperbaiki prognosis,
bentuk tubuh, dan meminimalisasi gejala/ keluhan, terutama yang berasal dari
masalah fisik.Penanganan pasien obesitas diawali dengan penilaian derajat obesitas,
distribusi berat badan, penentuan faktor risiko, evaluasi kesiapan pasien, dan
ketersediaan sumber/ peralatan untuk menurunkan berat badan.Tujuan pengobatan
penderita obesitas ialah mengembalikan fungsi normal proses metabolik dan organ
tubuh. Rasionalisasi tetapi bukan semata didasari oleh pengingkatan angka kematian
terkait-obesitas, tetapi telah terbukti pula bahwa penurunan berat badan terbukti
berhasil menurunkan tekanan darah pengidap obesitas, memperbaiki profil lipid,
memperbaiki toleransi glukosa dan kadar gula darah puasa.5
Secara umum, pengobatan obesitas terbagi atas modifikasi gaya hidup,
pemberian obat, dan intervensi bedah. Perubahan gaya hidup mencakup perubahan
komposisi pangan, modifikasi kegiatan fisik, dan pengobatan perilaku. Perubahan
gaya hidup jelas sangat bermanfaat. Inti pengobatan perilaku adalah perbaikan
kebiasaan makan. Metode pengobatan perilaku ini setidaknya mencakup 6 langkah,
yaitu (1) pemantauan mandiri, (2) pengawasan rangsangan, (3) penekanan pada
hubungan
antar-pribadi
diarahkan
pada
pengembangan
kemampuan pasien dalam menghadapi pemicu yang khas menimbulkan nafsu makan
berlebihan. Pencegahan kemungkinan kambuh, langkah yang terakhir ialah upaya
berkelanjutan
yang
dirancang
untuk
memantapkan
keberlangsungan
proses
fisik). Sementara itu, untuk memperoleh keberhasilan jangka panjang, gaya hidup
harus pula diubah. Meskipun tengah menjalani diet, nafsu makan pasien obesitas
kadang kala tidak dapat dicegah.Jika memang demikian, para pengidap obesitas
hendaknya diajari cara membakar kalori makanan yang sudah terlanjur
mengonsumsi kue pie apel. Jika pasien menginginkan kalori yang terkandung dalam
kue itu tidak mengendap dalam tubuhnya, maka pasien harus berjalan kaki selama 77
menit atau bersepeda 49 menit, atau berenang 36 menit, atau berlari 21 menit.
Demikian pula jika seseorang hendak menenggak, sebut saja segelas bir, dia harus
memusnahkan kalori yang terkandung dalam bir tersebut dengan berjalan kaki selama
22 menit.5
Farmakoterapi
Karena obesitas merupakan suatu kondisi kronis, penggunaan obat jelas akan
berlangsung lama. Sama seperti obat antihipertensi, penghentian mendadak dapat
mengakibatkan efek putus-obat (withdrawal effect), yaitu berat badan dapat tiba-tiba
melonjak. Oleh karena itu, National Institute of Helath menganjurkan agar
penggunaan farmako terapi diarahkan pada pasien obesitas yang gagal diobati melalui
perubahan gaya hidup. Upaya farmako terapi juga ditempuh sebagai pendamping
modifikasi gaya hidup jika pasien memenuhi kriteria BMI 30 tanpa keadaan
kormobid atau BMI 27 de ngan minimal satu keadaan komorbid dan/ atau faktor
risiko lain. Faktor risiko yang dimaksud ialah hipertensi, dislipidemia, penyakit
jantung koroner, diabetes mellitus tipe 2, serta sleep apnea.5
Obat penurun berat badan yang kini disetujui oleh Food and Drugs
Administration (FDA) terbagi dalam dua kelompok, yaitu obat penurun asupan
pangan dan obat yang berfungsi sebagai pengurang serapan zat gizi.5,8
1. Obat nonadrenergik
Obat-obat nonadrenergik yang tersedia saat ini, antara lain fentermin,
dietlipropion, fendimetrazin, dan benzofetamin. Amfetamin tidak lagi
dianjurkan karena cenderung dislahgunakan, begitu pula dua obat terakhir
(fendimetrazin, dan benzofetamin).Obat-obat golongan ini dianjurkan dan
disetujui FDA hanya untuk penggunaan jangka pendek, beberapa minggu saja
(kurang dari 12 minggu).Beberapa penelitian memang membuktikan bahwa
obat-obat ini aman digunakan hingga 6 minggu atau lebih (maksimal 3 bulan).
Berat badan akan terkikis sebanyak 4,8 kg, jika digunakan dosis 10 mg, atau
sebanyak 6,1 kg dengan takaran dosis 15 mg.
Efek samping obat golongan ini berupa insomnia, mulit ,kering,
sembelit/ konstipasi, euforia, sakit kepala, palpitasi, serta hipertensi.
Kontraindikasi relatif penggunaan obat golongan ini meliputi penyakit jantung
koroner, aritmia, gagal jantung kongestif, dan stroke.
2. Obat serotonergik
Obat serotonergik bekerja dengan cara meningkatkan pengeluaran
serotonin dan menghambat ambilan-kembali (re-uptake), atau keduanya.Dua
obat, fenfluramin (Redux) dan dexflenfuramin (Pondimin), yang merangsang
pengeluaran serotonin sembari menghambat ambilan-kembali, telah ditarik
dari peredaran karena keterkaitannya dengan kelainan katup jantung dan
hipertensi pulmonal.Kedua obat ini, masih dalam penelitian memepunyai
kemanfaatan yang serupa dengan obat-obat nonadrenergik.
Obat-obat serotonergik kini diindikasikan pada keadaan yang tidak
terkait dengan obesitas, seperti depresi dan obsesi-kompulsi. Beberapa
penghambat ambilan-kembali serotonin, seperti fluoksetin (Prozac), hanya
dapat menurunkan berat selama 6 bulan dengan dosis 60 mg. meskipun obat
tetap diberikan, berat badan ternyata kembali seperti semula dalam enam
bulan berikutnya. Hal ini juga ditemukan pada penggunaan sertralin (Zoloft),
yang terbukti tidak memiliki kemanfaatan jangka panjang.
3. Obat campuran nonadrenergik-serotonergik
Sibutramin
(Merida)
salah
satu
penghambat
ambilan-kembali
norepinefrin dan serotonin, juga telah disetujui FDA sebagai obat penurun dan
pemelihara berat badan. Namun, penggunaannya harus dipadukan dengan diet
rendah kalori. Preparat ini diindikasikan bagi pengidap dengan BMI 30
tanpa faktor komorbid atau dapat juga diberikan pada mereka dengan BMI
27 dengan faktor risiko lain, semisal diabetes mellitus tipe 2 atau
hiperkolesterolemia. Penggunaan obat ini tidak dianjurkan pada anak/ remaja
di bawah 18 tahun dan lansi di atas 65 tahun.
yang dapat diserap. Pasien yang mengonsumsi orlistat sebanyak 120 mg akan
mengeluarkan sekitar sepertiga (30%) lemak yang tersantap sekitar 1 jam
setelah makan.
Preparat ini diindikasikan bagi pendidap obesitas yang memiliki BMI
30 atau BMI 28 dengan faktor risiko lain. Dosis mulai dari 120 mg, yang
dianjurkan ditelan sebelum, sewaktu, atau paling lama 1 jam setelah makan.
Dosis boleh ditingkatkan hingga 360 mg sehari dengan penggunaan maksimal
2 tahun.Jika makanan tidak mengandung lemak, preparat ini sebaiknya tidak
dikonsumsi. Perlu diingat bahwa penggunaan preparat ini tidak dianjurkan
pada anak-anak berusia luring dari 2 tahun, bahkan dikontraindikasikan bagi
wanita hamil dan menyusui, penyandang sindrom malabsorpsi, serta pengidap
kolestatis.
Efek samping orlistat berupa tinja cair berlemak, defekasi, flatus, nyeri
perut dan rectum, sakit kepala, ketidakteraturan haid, kecemasan, kelelahan
ekstrem, dan hepatitis (jarang sekali). Penggunaan orlistat bersamaan dengan
pereduksian asupan lemak yang akan mengakibatkan defisiensi vitamin larutlemak. Oleh sebab itu, suplementasi vitamin ADEK perlu dilakukan.
merupakan upaya manipulatif melalui pembuatan kantong dan saluran keluar baru
(neogastric pouch), dengan begitu diharapkan asupan makanan akan berkurang.7
5. Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik (sering juga disebut syndrome X atau insulin resistance
syndrome) merupakan istilah yang digunakan ketika seorang pengidap obesitas telah
memiliki 3 dari 5 faktor risiko. Kelima faktor risiko ini dapat dilihat pada Tabel 4
Kriteria sindrom metabolik.7
Meskipun banyak faktor diyakini terlibat, penyebab sindrom metabolik belum
sepenuhnya terkuak. Fakotr-faktor yang terbukti berpengaruh pada resistensi insulin
ini, meliputi (1) faktor genetik, (2) penggunaan karbohidrat dan gula secara
berlebihan, (3) penggunaan asam lemak jenuh yang berlebihan, sementara asam
lemak esensial terlalu sedikit, (4) ketidakseimbangan antara kalsium dan magnesium,
(5) penggunaan stimulant dan obat tertentu, serta (6) stres.5
Bukti campur tangan komponen genetik diperoleh berdasarkan hasil kajian
keluarga yang menunjukkan bahwa komponen sindrom metabolik sangat meungkin
dimiliki seorang pengidap obesitas jika orang tuanya merupakan penyandang
diabetes,
hipertensi,
atau
keduanya.Prevalensi
kembar
monozigot
dalam
pada gilirannya kelak akan menambah beban resistensi insulin. Kelebihan glukosa
dalam darah menyebabkan pertambahan ambilan kalsium ke dalam sel. Pertambahan
ambilan kalsium yang dibarengi pengurangan ambilan magnesium akan mengganggu
keseimbangan kalsium-magnesium. Dampak dari dominasi ion kalsium ialah
perangsangan sel secara berlebihan oleh kalsium, mengakibatkan hipersentivitas sel.
Stimulan, seperti kopi, teh, minuman ringan, alkohol, dan rokok, mampu
meningkatkan kadar gula darah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Alkohol memang mengandung gula sehingga konsumsi minuman ini akan cepat
sekali meningkatkan kadar gula darah. Kandungan gula dalam minuman ringan akan
segera meningkatkan sekresi insulin. Kopi dan rokok akan merangsang kelenjar
adrenal untuk menyekresikan adrenalinyang selanjutnya tentu saja meningkatkan
tekanan darah.
Selain itu masih ada obat lain yang mampu memperberat aresistensi insulin.
Preparat yang dimaksud adalah NSAID (nonsteroid anti-inflamation drug), steroid,
diuretik, dan -blocker.NSAID mengacaukan keseimbangan prostaglandin dalam
tubuh sehingga mengganggu permeabilitas sel. Steroid mengganggu keseimbangan
hormon-hormon alami tubuh dan membuat orang menjadi agresif, si samping
menggiatkan sistem saraf simpatis.-blocker meningkatkan defisiensi magnesium
yang telah ada karena obat ini akan meningkatkan ekskresi magnesium. Sementara
itu, diuretik memperparah keadaan karena perangainya, yaitu memicu ekskresi
banyak mineral, salah satunya ialah magnesium, ketidakseimbangan kalsiummagnesium merupakan salah satu dampak yang selalu dicemaskan.
Respon tubuh terhadap stres juga berupa peningkatan tekanan darh dengan
begitu cepat, respons ini sesungguhnya mempunyai tujuan yang sangat alami, yaitu
berupa fight atau flight. Jika stres berlangsung kronis, tekanan darah yang telah tinggi
itu pun akan terus bertahan tinggi selama stres tersebut belum teratasi.
Peran obesitas sentral dalam menumbuhkan sindrom metabolic tercantum
pada kriteria yang dipatok oleh NCEP/ ATP III maupun WHO.Meskipun nilai BMI
subjek belum terekam pada kriteria obesitas, ketidaknormalan ukuran lingkar
pinggang telah terbukti kaitannya dengan risiko hipertensi, diabetes mellitus,
dislipidemia, dan sindrom metabolik.Lokasi jaringan lemak menjadi faktor penentu
prekembangan resistensi insulin. Massa lemak intraperitoneal berkorelasi paling kuat
dengan resistensi insulin, kadar VLDL dan apolipoprotein B, serta produksi VLDL
oleh hati.5,8
Meskipun obesitas bukanlah penyebab resistensi insulin (obesitas hanyalah
salah satu contributor bagi resistensi insulin), penanganan sindrom metabolik
diarahkan pada penurunan berat badan.Beberapa zat suplementer (vitamin dan
mineral) terbukti berkhasiat memekakan insulin, yaitu vitamin E, biotin, kalsium,
kalium, kromium, magnesium, vanadium, dan seng. Di samping itu, ada pula lemak
tertentu yang dapat memperbaiki permeabilitas membran sel terhadap insulin serta
zat-zat gizi yang mengoptimalkan metabolisme glukoas, asam amino lain yang masih
terkait ialah glutathione dan L-arginin.5,8
Konsep penanganan sindrom metabolik adalah eliminasi faktor yang
menyebabkan atau melatarbelakangi sindrom ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan demikian, tahapan penanganan sindrom metabolik boleh
diterjemahkan ke dalam lima tahap pereduksian
mengurangi asupan karbohidrat dan gula, (2) metabolic typing, (3) mengembalikan
keseimbangan asam lemak esensial, (4) mereduksi stress, dan (5) mulai menggunakan
suplemen.5
Pengurangan asupan gula berarti menyantap gula olahan (refined sugar),
alkohol, minuman ringan, stimulan, dan
Seluruh bahan berbasis karbohidrat hendaknya diganti dengan sayur dan buah
berindeks glikemik rendah.diet yang mengandung 50-60% kalori dari karbohidrat
merupakan
anjuran
baku
bagi
diabetes
tipe
dan
pengidap
sindrom
makan, asam lipoat 300-1200 mg/hari dalam dosis terbagi, koenzim Q10 100 mg/hari,
L-karnitin dan taurin masing-masing 500 mg 2 kali sehari. Vanadil sulfat juga
merupakan elemen kelumit yang terkait dengan pengaturan gula darah.5
Kejadian di US, peningkatan obesitas mengiringi peningkatan prevalensi
sindrom metabolik. Prevalensi sindrom metabolik pada populasi >20 tahun sebesar
25% dan pada usia 50 tahun sebesar 45%. Pandemic sindrom metabolik juga
berkembang seiring dengan peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada
populasi Asia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan di Depok (2001)
menunjukan
prevalensi
sindrom
metabolik
menggunakan
kriteria
National
NCEP/ATP III
TGT
(toleransi
glukosa
ug/menit)
dan
rasio
albumin
/kreantinin 30 mg/g
Kesimpulan
Obesitas merupakan suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang
terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi
kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan meningkatkan masalah
kesehatan. Status gizi seseorang diklasifikasikan berdasarkan hasil perhitungan indeks
massa tubuh (IMT) dan rasio lingkar pinggang:panggul/ waist to hip ratio (WHR).
Untuk mengetahui dan mengatur jumlah kalori dari asupan makanan seseorang, dapat
dihitung kebutuhan kalori/ energi per harinya.Penatalaksanaan pasien obesitas dengan
cara diet, olahraga, dan pengubahan perilaku.Namun, apabila belum berhasil, dapat
dilakukan tindakan farmako terapi dengan pemberian obat anti-obesitas dan juga
terapi pembedahan.Obesitas dapat mengakibatkan komplikasi yang disebut degan
sindrom metabolik, yaitu kumpulan gangguan medis yang meningkatkan risiko
terkena penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus tipe 2.
Daftar Pustaka
1. Bray GA, Bouchard C. Handbook of obesity: clinical applications. Edisi ke-2.
Penington Biomedical Research Center Lousiana State University; Bato
Rouge, Lousiana, U.S.A: 2004. h.15-9
2. Bickley LS. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi
ke-5. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta: 2012. h. 45-7
3. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;
2006.h.93-7,107-8,173-5.
4. Asmadi. Teknik prosedural konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Salemba Medika; 2008.h.68-70,83-5.
5. Arisman. Obesitas, diabetes mellitus, & dislipidemia: konsep, teori, dan
penanganan aplikatif. Jakarta: EGC; 2010.h.1-42.
6. Barasi ME. At a glance ilmu gizi. Jakarta: Erlangga; 2007.h.26,106-10.
7. Davet P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2004.h.54-5.