Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

NILAI PENTING HERBA

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 PSA 2013
1. Tia Ayu Fauziah

(13030654009)

2. Lusi Maria Handayani

(13030654020)

3. Dwiky Adiwahyu

(13030654030)

4. Hartatik Anggraeni

(13030654031)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN SAINS


2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah
atau daerah. Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran
tumbuhan yang ada baik secara ruang dan waktu. Konsep dan metode analisis
vegetasi sesungguhnya sangat beragam tergantung kepada keadaan vegetasi itu
sendiri dan tujuannya. Contoh yang digunakan untuk mempelajari suksesi dan
evaluasi hasil suatu keanekaragaman herba.
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil
pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian
tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida
terhadap jenis gulma di lapangan. Konsep dan metode analisis vegetasi sangat
bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan
harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi.
Analisis vegetasi tumbuhan merupakan cara mempelajari susunan (komposisi
spesies) dan bentuk (struktur) vegetasi (Indriyanto, 2006 dan Irwanto, 2007).
Analisis vegetasi diperlukan data-data kuantitatif untuk menentukan indeks nilai
penting dan indeks keanekaragaman dari penyusun komunitas hutan sehingga dapat
diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur, kemelimpahan spesies, distribusi
vegetasi dalam suatu ekosistem, serta hubungan keberadaan tumbuhan dengan
faktor lingkungannya. Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetap kan
dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk mengetahui dominasi tumbuhan yang ada di
FMIPA Universitas Negeri Surabaya, maka dilakukan praktikum nilai penting herba
di lokasi sekitar FMIPA UNESA.

B. Rumusan Masalah
Dari pendahuluan di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengidentifikasi nama tumbuhan dan keanekaragaman herba?
2. Bagaimana kerapatan populasi tumbuhan di FMIPA UNESA?
3. Bagaimana dominasi relatif tumbuhan di FMIPA UNESA?
4. Bagaimanakah Indeks Nilai Penting (INP) pada komunitas pohon dan herba
yang terdapat di FMIPA UNESA?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat diambil beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi nama tumbuhan dan keanekaragaman herba
2. Menentukan kerapatan populasi tumbuhan di FMIPA UNESA
3. Menentukan dominasi relatif tumbuhan di FMIPA UNESA
4. Menentukan Indeks Nilai Penting (INP) pada komunitas pohon dan herba yang
terdapat di FMIPA UNESA
D. Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, dapat diambil manfaat praktikum yaitu sebagai berikut:
1.

Dapat mengidentifikasi nama tumbuhan dan keanekaragaman herba

2.

Mengetahui kerapatan populasi tumbuhan di FMIPA UNESA

3.

Mengetahui dominasi relatif tumbuhan di FMIPA UNESA

4.

Mengetahui Indeks Nilai Penting (INP) pada komunitas pohon dan herba yang
terdapat di FMIPA UNESA

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Analisis Vegetasi
Menurut Indriyanto (2006) bahwa Parameter kuantitatif yang digunakan untuk
analisis vegetasi anatara lain; densitas, frekuensi, luas penutupan,indeks nilai
penting, perbandingan nilai penting, indeks dominansi, indeks keanekaragaman,
indeks kesamaan, dan homogenitas suatu komunitas.

Kerapatan/densitas adalah jumlah individu suatu spesies tumbuhan dalam suatu


luasan tertentu (Idriyanto, 2006). Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai
yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas.
Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut
per satuan luas.

Frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran suatu jenis dalam suatu


areal. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai nilai frekuensi yang
besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai frekuensi yang kecil
mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (Fachrul, 2007). Dengan kata
lain makin banyak ditemukannya suatu spesies dalam sejumlah petak contoh
yang dibuat berarti makin besar frekuensi spesies tersebut, sebaliknya makin
kecil ditemukannya suatu spesies dalam sejumlah petak contoh maka semakin
kecil frekuensi spesies tersebut.

Dominasi merupakan nilai yang menunjukan peguasaan suatu jenis


terhadap komunitas (Indriyanto, 2006). Dominansi dapat dinyatakan dengan
menggunakan luas penutupan tajuk atau luas basal area. Untuk menentukan
dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas yang bersifat heterogen,
yakni dengan menggunakan rumus Indeks Nilai Penting (INP). Penggunaan
indeks nilai penting dalam menentukan dominansi spesies-spesies dalam suatu
komunitas karena kerapatan/densitas, dominansi dan frekuensi tidak dapat
digunakan satu demi satu untuk menunjukkan kedudukan relatif spesies dalam
suatu komunitas tumbuhan. Menurut Soegianto (dalam Indriyanto, 2006)
bahwa Indeks Nilai Penting (INP) atau Inpontant Value Index merupakan

indeks kepentingan yang digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi


spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan.

Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari seluruh nilai Frekuensi Relatif
(FR), Kerapatan Relatif (KR) dan Dominansi Relatif (DR) setiap spesies.
Menurut Indriyanto (2006) bahwa Suatu daerah yang hanya didominasi
oleh jenis-jenis tertentu, maka daerah tersebut dikatakan memiliki
keanekaragaman jenis yang rendah. Daerah yang hanya didominansi oleh
spesies-spesies

tertentu,

memiliki

pengaruh

terhadap

tingkat

keanekaragaman spesies.
Keanekaragaman jenis menyatakan suatu ukuran yang menggambarkan variasi
jenis tumbuhan dari suatu komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis
dan kelimpahan relatif dari setiap jenis.
Parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan vegetasi
tumbuhan, baik dari segi vegetasi maupun tingkat kesamaannya dengan
vegetasi lain yakni dengan menghitung indeks keanekaragaman spesies
(Soegianto dalam Indriyanto, 2006). Untuk mengetahui keanekaragaman
spesies yakni dengan menggunakan rumus Shannon_Wienner (H).
B. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetap kan dominasi suatu
jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan
Dominansi

Relatif

(DR),

aradanIndrawan, 2005).

(Mueller-Domboisdanellenberg,

1974;

Soerianeg

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Jenis Praktikum
Pada praktikum analisis vegetasi pohon dan herba merupakan jenis penelitian
observasi dimana pada saat praktikum hanya melakukan pengamatan terhadap jenisjenis serta jumlah tumbuhan yang terdapat pada suatu wilayah. Sedangkan pada saat
praktikum Nilai penting herba merupakan jenis penelitian deskriptif dimana pada
saat praktikum melakukan perhitungan data yang telah diperoleh sebelumnya pada
saat praktikum analisis vegetasi pohon dan herba kemudian mendeskripsikan hasil
perhitungan pada laporan praktikum.
B. Tempat dan Waktu
Praktikum perhitungan Nilai Penting Pohon dan Herba dilaksanakan pada hari
Senin, tanggal 27 Oktober 2014 pukul 14.00 WIB di gedung C12.03.03 FMIPA
UNESA.
C. Alat dan Bahan
a. Alat
Komputer
1 buah
Alat Tulis
Secukupnya
Buku Tulis
1 buah
b. Bahan
1. Data analisis vegetasi poho dan herba
D. Prosedur Praktikum
a. Menentukan luas area yang diteliti sepanjang garis transek kebun di timur gedung
C12. Mengukur setiap jarak di sepanjang 1 m garis transek. Menandai tiap-tiap
transek sebagai titik cuplikan tiap kelompok.
b. Tiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak 4 (empat) kali dengan cara
memasang plot kuadrat ukuran (1x1) m2
c. Pada masing-masing plot kuadrat, menghitung jumlah populasi herba yang ada pada
tiap plot dan menghitung berapa jenis spesies yang ada pada tiap plot
d. Mengidentifikasi spesies herba pada setiap plot kudrat

e. Mengambil daun atau bagian dari pohon tersebut untuk dibuat herbarium agar
mempermudah melakukan identifikasi
f. Mengidentifikasi pohon tersebut dengan menggunakan buku identifikasi
g. Mengukur pH tanah dan kelembaban tanah masing-masing dengan menggunakan
soil tester
h. Menghitung parameter-parameter analisis vegetasi herba dengan rumus:
1) Kerapatan
KM spesies A =

Jumlah individu spesies A


Total luas areacuplikan

KR spesies A =

KM spesies A
x 100
Jumlah total KM seluruh spesies

2) Frekuensi
FM spesies A =

Jumlah plot yang mengandung spesies A


x 100
Jumlah seluruh individu

FR spesies A =

FM spesies A
x 100
Jumlah total FM seluruh spesies

3) Dominasi
DM spesies A =
Jumlah plot ditemukannya spesies A / jumlah spesies A x jumlah plot
x 100
Luas area cuplikan
DR spesies A =
Jumlah plot ditemukannya spesies A / jumlah spesies A x jumlah plot
x 100
Luas area cuplikan

4) Indeks Nilai Penting (INP)


INP = KR + FR + DR
Keterangan:
KM

: kerapatan mutlak

KR : kerapatan relatif
FM: frekuensi mutlak
FR : frekuensi relatif
DM

: dominasi mutlak

DR : dominasi relatif
5) Indeks Dominasi
ID=

n. X .N
N ( N 1)

Keterangan:
ID : Indeks dominasi
n

: jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies

N : jumlah seluruh spesies di seluruh plot


X : jumlah spesies A pada seluruh plot-plot
Tipe pola penyebaran:
Jika ID = 1, maka distribusi random
Jika ID > 1, maka distribusi seragam
Jika ID < 1, maka ditribusi mengelompok

E. Desain Praktikum
a. Analisis Vegetasi Pohon

10 m

Kuadran I

Kuadran II

Kuadran III

Kuadran IV

10
m
Membagi
area menjadi 4 kuadran dan memberikan nomor pada ma

Menentukan area (berbentuk persegi) dengan panjang tiap sisi yaitu 10 meter.

Pada masing-masing kuadran ditentukan pohon yang jaraknya paling mendekati pohon ti

b. Analisis Vegetasi Herba

1m

1m

Menentukan area (berbentuk persegi) dengan panjang tiap sisi yaitu 1 meter.

PLOT I

PLOT II

PLOT III

PLOT IV

Membuat sebanyak 4 plot dan mengidentifikasi tanaman herba pada masing-masing plot

c. Menghitung nilai penting komunitas pohon

Rata-rata jarak (P) =

Total jarak
jumlah jarak titik point

Kerapatan absolut =

Area
2
p

Jumlah habitus dalam area

Jenis tumbuhan =

jumlah spesies
jumlah pohon

x kerapatan absolut

Kerapatan relatif =

jumlah spesies
jumlah pohon

x 100%

Dominasi relatif (BA)= x r2

Frekuensi relatif =

jumlah spesies
jumlah pohon

x 100%

Nilai penting = Kerapatan Relatif + Dominasi Relatif + frekuensi Relatif


d. Menghitung nilai penting komunitas herba
Jumlah cacah individu seluruh spesies
Luas daerah cuplikan

Densitas seluruh spesies =

Densitas spesies A =

Luas area cuplikan = Jumlah plot x luas plot

Densitas relatif spesies A =

Jumlah cacah individu seluruh spesies A


Luas area cuplikan

Total cacah individu spesies A


Total cacah individu seluruh spesies

100%

Frekuensi spesies A =

Jum; ah plot terjadinya spesies A


Jumlah total frekuensi seluruh

x 100%

Nilai penting = Kerapatan Relatif + Dominasi Relatif + frekuensi Relatif

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil praktikum analisis vegetasi pohon dan herba, maka dapat diperoleh data perhitungan
indeks nilai penting pohon dan herba yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Vegetasi Pohon
Kerapatan Total:

0.008353102

Jumlah
Nama Spesies

Individu
Spesies

Syzygium aquea
Mangifera indica
Muntingia calabura L.
Swietenia macrophylla
Achontopoenix alexandrae
Annona muricata L.
Adenanthera pavonina L.
Pterocarpus indicus Willd.
Samanea saman
PSA 2013
Tectona grandis

1
2
4
12
3
1
1
1
2
7
1

Jumlah Titik
Pusat yang
Mengandung
Spesies
1
1
2
3
1
1
1
1
1
2
1

Kerapatan

Kerapatan

Frekuensi

Frekuensi

Mutlak

Relatif

Mutlak

Relatif

rata-

Spesies

rata

0.062502734
0.062502734
0.125005469
0.187508203
0.062502734
0.062502734
0.062502734
0.062502734
0.062502734
0.125005469
0.062502734

3.82
5.255
18.075
9.9825
8.28
7
32
47.13
39.17
7.92
5.54

Spesies
0.000232031
0.000464061
0.000928122
0.002784367
0.000696092
0.000232031
0.000232031
0.000232031
0.000464061
0.001624214
0.000232031

Spesies (%) Spesies (%)


2.777777778
5.555555556
11.11111111
33.33333333
8.333333333
2.777777778
2.777777778
2.777777778
5.555555556
19.44444444
2.777777778

11.11111111
11.11111111
22.22222222
33.33333333
11.11111111
11.11111111
11.11111111
11.11111111
11.11111111
22.22222222
11.11111111

Jumlah
Basal

Dominansi

Area

Spesies (%)

Spesies
11.9948
16.5007
56.7555
31.34505
25.9992
21.98
100.48
147.9882
122.9938
24.8688
17.3956

2.0461454
2.814789025
9.681695837
5.347027867
4.435100499
3.749481099
17.14048502
25.2447206
20.98102495
4.242270043
2.967446469

Dominansi
Relatif
Spesies
0.020461454
0.02814789
0.096816958
0.053470279
0.044351005
0.037494811
0.17140485
0.252447206
0.209810249
0.0424227
0.029674465

Leucaena leucocephala
Total

1
36

2. Analisis Vegetasi Herba

0.000232031
0.008353102

2.777777778
100

11.11111111
177.7777778

0.062502734
1.000043752

2.52

7.9128
586.21445

1.349813195
100

0.013498132

Densitas Seluruh Spesies:

36.72222222

Perhitungan Densitas Spesies dan Densitas Relatif Spesies

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Nama Spesies Herba


Abutilon indicum
Acalypha australis Linn
Acalypha indica
Adiantum lunulatum
Amaranthus tricolor
Andropogon contortus
Ardisia humilis
Blyxa malayana
Celinus lotoides
Crotalaria retusa
Cryptocoryne ciliata
Cyathula prostrata
Cyperus globosus
Desmodium triflorum
Euphorbia hirta L.
Ficus quersifolia
Fleurya astina
Fleurya interrupta (L.) Gaud.
Globba strobilifera
Graptophyllum pictum
Oplismenus compositus
Hymenachne aurita
Hymenachne indica
Ipomoea reptana Poir
Ischaemum aristatum
Lochnera rosea
Marsilea crenata
Microstegium ciliatum (Trin) A. Camus
Mimosa pudica

Jumlah
4
2
234
22
2
12
3
106
1
13
3
1
22
11
1
9
14
5
66
5
3
296
10
45
2
17
2
2
4

Jumlah Plot
Ditemukannya
Spesies
2
1
13
1
1
1
2
1
1
4
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
17
1
4
1
4
1
1
2

Densitas
Spesies

Densitas
Relatif
Spesies (%)

Frekuensi
Spesies (%)

0.111111111
0.055555556
6.5
0.611111111
0.055555556
0.333333333
0.083333333
2.944444444
0.027777778
0.361111111
0.083333333
0.027777778
0.611111111
0.305555556
0.027777778
0.25
0.388888889
0.138888889
1.833333333
0.138888889
0.083333333
8.222222222
0.277777778
1.25
0.055555556
0.472222222
0.055555556

0.008404774
0.004202387
0.491679274
0.046226257
0.004202387
0.025214322
0.00630358
0.222726509
0.002101193
0.027315515
0.00630358
0.002101193
0.046226257
0.023113128
0.002101193
0.018910741
0.029416709
0.010505967
0.13867877
0.010505967
0.00630358
0.621953269
0.021011935
0.094553707
0.004202387
0.035720289
0.004202387

0.15128593
0.075642965
0.983358548
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.15128593
0.075642965
0.075642965
0.302571861
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.15128593
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.15128593
0.075642965
0.075642965
1.285930408
0.075642965
0.302571861
0.075642965
0.302571861
0.075642965

0.055555556

0.004202387

0.075642965

B. Analisis
1. Nilai Penting Pohon
Berdasarkan data hasil praktikum analisis vegetasi pohon dan herba yang
dilakukan pada sembilan area di FMIPA UNESA yang berbeda-beda, diperoleh data
perhitungan untuk tingkat pohon, terdapat 12 spesies pohon yang terdiri dari
Syzygium aquea, Mangifera indica, Muntingia calabura L., Swietenia macrophylla,
Achontopoenix alexandrae, Annona muricata L. Adenanthera pavonina L.,
Pterocarpus indicus Willd., Samanea saman , PSA 2013, Tectona grandis, dan
Leucaena leucocephala.
Vegetasi tingkat pohon (yang tertera pada data tabel 1 hasil praktikum),
menunjukan bahwa spesies Swietenia macrophylla memiliki nilai kerapatan mutlak
tertinggi sebesar 0.003 dan kerapatan relatif sebesar 33,33 %, kemudian disusul
spesies PSA 2013 yang memiliki kerapatan mutlak spesies sebesar 0.0016 dan
kerapatan relatif spesies 19,44 %. Ketiga Muntingia calabura L memiliki kerapatan
mutlak spesies sebesar 0.0009 dan kerapatan relatif spesies 11,11 %. Keempat
Achontopoenix alexandrae memiliki kerapatan mutlak spesies sebesar 0.0006 dan
kerapatan relatif spesies 8,33 %. Kelima Samanea saman yang memiliki kerapatan
mutlak spesies sebesar 0.0005 dan kerapatan relatif spesies 5,56 %. Keenam
Mangifera indica memiliki kerapatan mutlak spesies sebesar 0.0004 dan kerapatan
relatif spesies 5,56 %. Sedangkan Syzygium aquea, Adenanthera pavonina L,
Annona muricata L., Pterocarpus indicus Willd, Tectona grandis, dan Leucaena
leucocephala memiliki nilai kerapatan mutlak dan kerapatan relatif yang terendah di
bandingkan dengan spesies yang lain, yakni dengan nilai kerapatan mutlak spesies
sebesar 0.0002 dan kerapatan relatif spesies 2.78%. Hal ini menunjukan bahwa untuk
tingkat pohon Swietenia macrophylla merupakan spesies yang memiliki tingkat
kerapatan/densitas yang tingggi untuk tingkat pohon sedangkan Syzygium aquea,
Adenanthera pavonina L, Pterocarpus indicus Willd, Tectona grandis, dan Leucaena
leucocephala merupakan spesies yang memiliki kerapatan/densitas yang rendah.
Untuk nilai frekuensi, spesies Swietenia macrophylla memiliki nilai frekuensi
mutlak tertinggi dibandingkan dengan spesies lainnya yaitu sebesar 33,33% dan
frekuensi relatif spesies 0,19%. kemudian disusul spesies Muntingia calabura L dan
PSA 2013 yang memiliki frekuensi mutlak spesies 22,22% dan frekuensi relatif

spesies 0,13%. Kemudian spesies Syzygium aquea, Mangifera indica, Achontopoenix


alexandrae, Adenanthera pavonina L, Annona muricata L., Pterocarpus indicus
Willd, Samanea saman, Tectona grandis, dan Leucaena leucocephala memiliki nilai
frekuensi mutlak spesies yang terendah dibandingkan dengan spesies sebelumnya,
yakni dengan nilai frekuensi mutlak 11,11% dan frekuensi relatif spesies 0,06%. Hal
ini menunjukan bahwa untuk tingkat pohon Swietenia macrophylla merupakan
spesies yang memiliki tingkat frekuensi mutlak dan frekuensi relatif yang tinggi.
Sedangkan spesies Syzygium aquea, Mangifera indica, Achontopoenix alexandrae,
Adenanthera pavonina L, Annona muricata L., Pterocarpus indicus Willd, Samanea
saman, Tectona grandis, merupakan spesies yang memiliki frekuensi mutlak dan
frekuensi relatif yang rendah.
Untuk nilai dominasi, Pterocarpus indicus Willd memiliki dominasi spesies
tertinggi dibandingkan spesies lainnya yaitu sebesar 25,24% serta dominasi relatif
spesies 0,25%. Kemudian disusul Samanea saman yang memiliki dominasi spesies
20,98% serta dominasi relatif spesies 0,21%. Ketiga yaitu Adenanthera pavonina L.
yang memiliki dominasi spesies 17,14% serta dominasi relatif spesies 0,17%. Ke
empat Muntingia calabura L memiliki dominasi spesies 9,68% serta dominasi relatif
spesies 0,096%. Kelima Swietenia macrophylla memiliki nilai dominasi spesies
5,35% dan dominasi relatif spesies 0,053%. Keenam yaitu spesies Achontopoenix
alexandrae memiliki dominasi spesies 4,44% serta dominasi relatif spesies 0,044%.
Keenam PSA 2013 memiliki dominasi spesies 4,24% serta dominasi relatif spesies
0,042%. Annona muricata L. memiliki dominasi spesies 3,75% serta dominasi relatif
spesies 0,37%. Tectona grandis, memiliki dominasi spesies 2,97% serta dominasi
relatif spesies 0,029%. Mangifera indica memiliki dominasi spesies 2,81% serta
dominasi relatif spesies 0,028%. Syzygium aquea memiliki dominasi spesies 2,04%
serta dominasi relatif spesies 0,020%. Sedangkan spesies Leucaena leucocephala
memiliki nilai dominasi spesies yang terendah yaitu 1,35% serta dominasi relatif
spesies 0,013%. Hal ini menunjukan bahwa untuk tingkat pohon Pterocarpus indicus
Willd merupakan spesies yang memiliki tingkat dominasi tertinggi sedangkan
Leucaena leucocephala merupakan spesies yang memiliki dominas yang rendah.
Untuk jumlah basal area, spesies dengan nilai tertinggi dibandingkan dengan
spesies yang lainnya yaitu Pterocarpus indicus Willd dengan jumlah basal area

spesies 147,99. Kemudian disusul oleh Samanea saman yang memiliki jumlah basal
area spesies 122,99. Ketiga yaitu Adenanthera pavonina L. dengan jumlah basal area
spesies 100,48. Keempat Muntingia calabura L. dengan jumlah basal area spesies
56,76. Kelima Swietenia mcrophylla yaitu dengan jumlah basal area sebesar 31,35.
Keenam yaitu Achontopoenix alexandrae jumlah basal area spesies 25,99. Ketujuh
PSA 2013 dengan jumlah basal area spesies 24,87. Kedelapan Annona muricata L.
jumlah basal area spesies 21,9. Kesembilan yaitu Tectona grandis dan Leucaena
leucocephala degan jumlah basal area spesies sebesar 17,39. Selanjutnya yaitu
Mangifera indica jumlah basal area spesies 16,50. Dan Syzygium aquea dengan
jumlah basal area spesies 11,99. Sedangkan spesies Leucaena leucocephala,
memiliki jumlah basal area spesies yang terendah di bandingkan dengan spesies yang
lain, yakni dengan jumlah basal area spesies sebesar 7,91. Hal ini menunjukan bahwa
untuk tingkat pohon, Pterocarpus indicus Willd merupakan spesies yang memiliki
jumlah basal area yang tinggi sedangkan Leucaena leucocephala merupakan spesies
yang memiliki jumlah basal area yang rendah.
Indeks Nilai Penting tertinggi pada praktikum yaitu Pterocarpus indicus
Willd. dengan INP sebesar 234.5668. Kemudian disusul oleh Samanea saman dengan
INP yaitu 200.0838. Ketiga yaitu Adenanthera pavonina L dengan INP sebesar
163.7433. Keempat yaitu Muntingia calabura L.dengan INP sebesar 118.0674.
Kelima yaitu Swietenia macrophylla dengan INP 113.5822. Kemudian yang keenam
adalah PSA 2013 dengan INP sebesar 78.86516 dan ketujuh yaitu Achontopoenix
alexandrae dengan INP 58.2656. Urutan ke delapan adalah Annona muricata L.
degan INP 46.71837, selanjutnya yaitu Mangifera indica dengan INP 41.32781,
Kesepuluh yaitu Tectona grandis dengan INP sebesar 39.88411, kesebelas yaitu
Syzygium aquea memiliki INP 31.8328, dan yang terakhir dengan nilai INP terendah
dibandingkan dengan INP spesies lainnya yaitu adalah Leucaena leucocephala
dengan INP sebesar 25.7475. Hal itu menunjukkan bahwa Pterocarpus indicus Willd.
memiliki nilai penting yang tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya didalam
ekosistem sedangkan Leucaena leucocephala memiliki INP yang paling rendah
sehingga dapat diketahui bahwa nilai penting spesies tersebut dalam ekosistem
paling rendah dibandingkan dengan spesies lainnya.

Total pohon yang ditemukan dari 12 spesies yaitu sebanyak 36 pohon dengan
total kerapatan mutlak spesies sebesar 0.0008, total kerapatan relatif spesies 100%,
total frekuensi mutlak spesies 177,78%, total frekuensi relatif spesies 1,00%, jumlah
basal area spesies 2586,21 dan memiliki total dominasi spesies 100%

dengan

kerapatan total 0.008353102 dan indeks nilai penting sebesar 201.0000438.


2. Analisis Nilai penting Herba
Hasil praktikum analisis herba di depan gedung C3, FMIPA UNESA
ditemukan 44 spesies herba yaitu Abutilon indicum, Acalypha australis Linn,
Acalypha indica, Adiantum lunulatum, Amaranthus tricolor, Andropogon contortus,
Ardisia humilis, Blyxa malayana, Celinus lotoides, Crotalaria retusa, Cryptocoryne
ciliata, Cyathula prostrata, Cyperus globosus, Desmodium triflorum, Euphorbia
hirta L, Ficus quersifolia, Fleurya astina, Fleurya interrupta (L.) Gaud., Globba
strobilifera, Oplismenus compositus, Graptophyllum pictum, Hymenachne aurita,
Hymenachne indica, Ipomoea reptana Poir, Ischaemum aristatum, Lochnera rosea,
Marsilea crenata, Microstegium ciliatum (Trin) A. Camus, Mimosa pudica, Moringa
oleifera L, Panicum eruciforme, Panicum flavidum, Phaseolus trilobus, Pilea
microphylla, Pluchea indica, Polanisia viscosa, Polygonum orientale, Rottboellia
vaginata, Rottboellia exaltata, Selerachne punctata, Typhonium trilobatum,
Waltheria americana, Zingiber purpureum roxb, dan Zizyphus jujuba.
Abutilon indicum berjumlah 4 yang ditemukan di 2 plot dengan densitas
spesies 0,11, densitas relatif spesies 0,008% dan frekuensi spesies 0,15%. Acalypha
australis Linn berjumlah 2 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,06,
densitas relatif spesies 0,004% dan frekuensi spesies 0,08%. Acalypha indica
berjumlah 234 yang ditemukan di 13 plot dengan densitas 6,5, densitas relatif spesies
0,49% dan frekuensi spesies 0,98%. Adiantum lunulatum berjumlah 22 yang
ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,61, densitas relatif spesies 0,05% dan
frekuensi spesies 0,08%. Amaranthus tricolor berjumlah 2 yang ditemukan di 1 plot
dengan densitas 0,06, densitas relatif spesies 0,004% dan frekuensi spesies 0,08%.
Andropogon contortus berjumlah 12 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,33,
densitas relatif spesies 0,025% dan frekuensi spesies 0,08%.

Ardisia humilis

berjumlah 3 yang ditemukan di 2 plot dengan densitas 0,08, densitas relatif spesies

0,006% dan frekuensi spesies 0,15%. Blyxa malayana berjumlah 106 yang
ditemukan di 1 plot dengan densitas 2,94, densitas relatif spesies 0,22% dan
frekuensi spesies 0,08%. Celinus lotoides berjumlah 1 yang ditemukan di 1 plot
dengan densitas 0,03, densitas relatif spesies 0,002% dan frekuensi spesies 0,08%.
Crotalaria retusa berjumlah 13 yang ditemukan di 4 plot dengan densitas 0,36,
densitas relatif spesies 0,03% dan frekuensi spesies 0,30%. Cryptocoryne ciliata
berjumlah 3 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,08, densitas relatif spesies
0,006%

dan frekuensi spesies 0,08%. Cyathula prostrata berjumlah 1 yang

ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,03, densitas relatif spesies 0,002%

dan

frekuensi spesies 0,08%. Cyperus globosus berjumlah 22 yang ditemukan di 1 plot


dengan densitas 0,31, densitas relatif spesies 0,02% dan frekuensi spesies 0,15%.
Desmodium triflorum berjumlah 11 yang ditemukan di 2 plot dengan densitas 0,31,
densitas relatif spesies 0,02% dan frekuensi spesies 0,15%. Euphorbia hirta L.
berjumlah 1 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,03, densitas relatif spesies
0,002% dan frekuensi spesies 0,08%. Ficus quersifolia berjumlah 9 yang ditemukan
di 1 plot dengan densitas 0,25, densitas relatif spesies 0,02% dan frekuensi spesies
0,08%. Fleurya astina berjumlah 14 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,39,
densitas relatif spesies 0,03% dan frekuensi spesies 0,08%. Fleurya interrupta (L.)
Gaud. berjumlah 5 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,14, densitas relatif
spesies 0,01% dan frekuensi spesies 0,08%. Globba strobilifera berjumlah 66 yang
ditemukan di 2 plot dengan densitas 1,83, densitas relatif spesies 0,14%

dan

frekuensi spesies 0,15%. Graptophyllum pictum berjumlah 5 yang ditemukan di 1


plot dengan densitas 0,14, densitas relatif spesies 0,01%

dan frekuensi spesies

0,08%. Oplismenus compositus berjumlah 3 yang ditemukan di 1 plot dengan


densitas 0,08, densitas relatif spesies 0,006%

dan frekuensi spesies 0,08%.

Hymenachne aurita berjumlah 296 yang ditemukan di 17 plot dengan densitas 8,22,
densitas relatif spesies 0,62% dan frekuensi spesies 1,29%. Hymenachne indica
berjumlah 10 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas 0,28, densitas relatif spesies
0,02% dan frekuensi spesies 0,08%. Ipomoea reptana Poir berjumlah 45 yang
ditemukan di 4 plot dengan densitas 1,25, densitas relatif spesies 0,09%

dan

frekuensi spesies 0,30%. Lochnera rosea berjumlah 17 yang ditemukan di 4 plot


dengan densitas spesies 0,47, densitas relatif spesies 0,036% dan frekuensi spesies

0,30%. Marsilea crenata berjumlah 2 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas


spesies 0,06, densitas relatif spesies 0,004% dan frekuensi spesies 0,08%.
Microstegium ciliatum (Trin) A. Camus berjumlah 2 yang ditemukan di 1 plot dengan
densitas spesies 0,06, densitas relatif spesies 0,004% dan frekuensi spesies 0,08%.
Mimosa pudica berjumlah 4 yang ditemukan di 2 plot dengan densitas spesies 0,11,
densitas relatif spesies 0,008% dan frekuensi spesies 0,15%. Moringa oleifera L
berjumlah 7 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,19, densitas relatif
spesies 0,015% dan frekuensi spesies 0,08%. Panicum eruciforme berjumlah 100
yang ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 2,78, densitas relatif spesies 0,21%
dan frekuensi spesies 0,08%. Panicum flavidum berjumlah 20 yang ditemukan di 1
plot dengan densitas spesies 0,56 densitas relatif spesies 0,04% dan frekuensi spesies
0,08%. Phaseolus trilobus berjumlah 12 yang ditemukan di 4 plot dengan densitas
spesies 0,33 densitas relatif spesies 0,03% dan frekuensi spesies 0,30%. Pilea
microphylla berjumlah 1 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,03
densitas relatif spesies 0,002% dan frekuensi spesies 0,08%. Ischaemum aristatum
berjumlah 2 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,06 densitas relatif
spesies 0,004% dan frekuensi spesies 0,08%. Pluchea indica berjumlah 2 yang
ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,06 densitas relatif spesies 0,004% dan
frekuensi spesies 0,08%. Polanisia viscosa berjumlah 2 yang ditemukan di 1 plot
dengan densitas spesies 0,06 densitas relatif spesies 0,004% dan frekuensi spesies
0,08%. Polygonum orientale berjumlah 19 yang ditemukan di 4 plot dengan densitas
spesies 0,53 densitas relatif spesies 0,004% dan frekuensi spesies 0,30%. Rottboellia
vaginata berjumlah 59 yang ditemukan di 3 plot dengan densitas spesies 1,64,
densitas relatif spesies 0,12% dan frekuensi spesies 0,23%. Rottboellia exaltata
berjumlah 45 yang ditemukan di 5 plot dengan densitas spesies 1,25, densitas relatif
spesies 0,09% dan frekuensi spesies 0,38%. Selerachne punctata berjumlah 27 yang
ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,75, densitas relatif spesies 0,06% dan
frekuensi spesies 0,08%. Typhonium trilobatum berjumlah 40 yang ditemukan di 1
plot dengan densitas spesies 1,11, densitas relatif spesies 0,08% dan frekuensi spesies
0,08%. Waltheria americana berjumlah 33 yang ditemukan di 7 plot dengan densitas
spesies 0,92, densitas relatif spesies 0,07% dan frekuensi spesies 0,53%. Zingiber
purpureum roxb berjumlah 23 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,64,

densitas relatif spesies 0,05% dan frekuensi spesies 0,08%. Zizyphus jujuba
berjumlah 15 yang ditemukan di 1 plot dengan densitas spesies 0,42, densitas relatif
spesies 0,03% dan frekuensi spesies 0,08%. Dari 44 spesies herba ditemukan
tanaman herba sebanyak 1322 yang ditemukan di 104 plot dengan densitas spesies
total 36,72, densitas relatif spesies total 2,78% dan frekuensi spesies total 7,87%.
Dan densitas seluruh spesies yaitu sebesar 36,72.
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis parameter vegetasi pohon yang tersebut di atas,
menunjukan bahwa Swietenia macrophylla merupakan spesies yang memiliki
tingkat kerapatan atau densitas yang paling tinggi dibandingkan dengan spesies yang
lainnya. Sedangkan Syzygium aquea, Adenanthera pavonina L, Pterocarpus indicus
Willd, Tectona grandis, dan Leucaena leucocephala merupakan spesies yang
memiliki kerapatan/densitas yang rendah. Kerapatan dari suatu jenis merupakan
nilai yang menunjukan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas.
Makin besar kerapatan suatu jenis, makin banyak individu jenis tersebut per
satuan luas.
Swietenia macrophylla merupakan tanaman tropis dan menyukai tempat yang
cukup sinar matahari (tidak ternaungi), serta spesies yang tahan hidup pada kondisi
tanah yang gersang. Kondisi tanah seperti ini sesuai dengan lokasi penelitian dengan
substrat tanah yang kering. Selain kondisi substrat yang sesuai, kerapatan/densitas
yang tinggi yang dimiliki spesies Swietenia macrophylla didukung oleh faktor
lingkungan yang cocok yakni lokasi berada diwilayah yang langsung mendapatkan
cahaya matahari atau lokasi yang tidak ternaungi dan kondisi tanah memiliki pH
tanah maksimal 7. Hal ini menunjukan bahwa kondisi linkungan untuk lokasi kajian
mendukung untuk pertumbuhan pohon. Boyd menyatakan bahwa "Air murni
mempunyai pH = 7 dan dinyatakan netral, sedangkan air payau normal berkisar
antara 7-9 (dalam Agus, 2008).
Untuk nilai frekuensi, spesies Swietenia macrophylla merupakan spesies yang
memiliki tingkat frekuensi mutlak dan frekuensi relatif yang tinggi. Frekuensi yang
besar itu menunjukkan bahwa spesies tersebar secara merata. Hal itu sesuai dengan

teori yang menyatakan bahwa frekuensi suatu jenis menunjukan penyebaran


suatu jenis dalam suatu areal. Jenis yang menyebar secara merata mempunyai
nilai frekuensi yang besar, sebaliknya jenis-jenis yang mempunyai nilai
frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang kurang luas (Fachrul,
2007).

Sedangkan spesies Syzygium aquea, Mangifera indica, Achontopoenix

alexandrae, Adenanthera pavonina L, Annona muricata L., Pterocarpus indicus


Willd, Samanea saman, Tectona grandis,

merupakan spesies yang memiliki

frekuensi mutlak dan frekuensi relatif yang rendah. Hal itu dikarenakan pada lokasi
praktikum, kondisi tanah yang kering dan faktor-faktor lingkungan lainnya sangat
mendukung pertumbuhan dari spesies Swietenia macrophylla, selain itu pada saat
praktikum beberapa kelompok melakukan praktikum dilokasi yang berdekatan dan
lokasi tersebut banyak ditumbuhi spesies Swietenia macrophylla sehingga spesies
tersebut memiliki frekuensi mutlak dan frekuensi relatif spesies tertinggi
dibandingkan dengan spesies lainnya. Dengan kata lain makin banyak ditemukannya
suatu spesies dalam sejumlah petak contoh yang dibuat berarti makin besar
frekuensi spesies tersebut, sebaliknya makin kecil ditemukannya suatu spesies
dalam sejumlah petak contoh maka semakin kecil frekuensi spesies tersebut.
Untuk nilai dominasi mutlak dan dominasi relatif, Pterocarpus indicus Willd
merupakan spesies yang memiliki tingkat dominasi tertinggi dibandingkan dengan
spesies lainnya sedangkan Leucaena leucocephala merupakan spesies yang
memiliki dominasi yang rendah. Dominasi dari spesies Pterocarpus indicus Willd
disebabkan karena pada praktikum yang dilakukan terhadap spesies tersebut
memiliki diameter rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan diameter rata-rata
yang dimiliki spesies lainya sehingga mempengaruhi jumlah basal area pada setiap
spesies dan juga mempengaruhi nilai dominasinya pula.
Berdasarkan data-data berupa kerapatan, frekuensi dan dominasi tersebut,
dapat diketahui indeks nilai penting dari praktikum ini. Indeks Nilai Penting (INP)
digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainya atau dengan
kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam
komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan
relatif (KR), Frekuensi relatif (FR) dan dominasi relatif (DR).

Pterocarpus indicus Willd memiliki nilai penting yang paling tinggi


dibandingkan dengan spesies lainnya di dalam ekosistem sedangkan

Leucaena

leucocephala memiliki INP yang paling rendah sehingga dapat diketahui bahwa
nilai penting spesies tersebut dalam ekosistem paling rendah dibandingkan dengan
spesies lainnya. Berdasarkan uraian tersebut maka struktur vegetasi tingkat pohon di
kawasan FMIPA UNESA berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) didominasi oleh
spesies Pterocarpus indicus Willd. Sedangkan total Indeks Nilai penting pada
praktikum yang telah kami lakukan yaitu sebesar 201.0000438 dengan nilai
kerapatan relatif spesies total yaitu 100, nilai frekuensi relatif total sebesar
1.000043752, dan nilai dominasi relatif total 100.
Berdasarkan analisis parameter vegetasi herba tersebut di atas, menunjukan
bahwa Acalypha indica merupakan spesies yang memiliki tingkat kerapatan atau
densitas yang paling tinggi dibandingkan dengan spesies yang lainnya. Untuk nilai
frekuensi, spesies Hymenachne aurita merupakan spesies yang memiliki tingkat
frekuensi spesies yang tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya. Hal itu
dikarenakan pada lokasi praktikum, banyak ditemukan spesies Hymenachne aurita
sehingga spesies tersebut memiliki frekuensi spesies tertinggi dibandingkan dengan
spesies lainnya. Berdasarkan teori tumbuhan tersebut mudah tumbuh didaerah yang
memiliki kelembapan relatif sedang hingga kering dan hal itu sesuai dengan lokasi
praktikum yang memiliki kondisi kelembapan sedang hingga kering dengan PH 5,27 sehingga tanaman tersebut banyak ditemukan dalam praktikum.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pada analisis vegetasi pohon ditemukan 12 spesies pohon dengan jumlah total
36 pohon sedangkan vegetasi herba terdapat 44 spesies herba sebanyak 1322.
2. Swietenia macrophylla memiliki tingkat kerapatan/densitas dan frekuensi relatif
yang tingggi untuk tingkat pohon dibandingkan dengan spesies lainnya.
3. Pterocarpus indicus Willd merupakan spesies yang memiliki tingkat dominasi
tertinggi sedangkan Leucaena leucocephala merupakan spesies yang memiliki
dominas yang rendah.
4. Indeks Nilai Penting tertinggi yaitu Pterocarpus indicus Willd dengan INP
sebesar 234.5668. Sedangkan nilai INP terendah adalah Leucaena leucocephala
dengan INP sebesar 25.7475.
5. Acalypha indica memiliki tingkat kerapatan atau densitas yang paling tinggi
dibandingkan dengan spesies yang lainnya pada tingkat herba.
6. Hymenachne aurita memiliki tingkat frekuensi spesies yang tinggi dibandingkan
dengan spesies lainnya pada tingkat herba.
B. Saran
1. Setelah melakukan percobaan ini kami berharap pengamatan yang telah
dihasilkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
2. Diharapkan

diadakan

pengamatan ini.

pengamatan

lanjutan

untuk

memperbaiki

hasil

DAFTAR PUSTAKA

Ayun. 2012. Metode Analisis Vegetasi (Metode Kuadrat).http://biologi08share.


blogspot.com/2009/04/beberapa-metodologi-yang-umum-dan.html.Diakses pada selasa,
28 Oktober 2014 pukul 13.00 WIB.
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman
Tanuwidjaja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Syafei, S.E. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-Dasar Ekologi bagi Populasi dan
Komunitas. Jakarta:UI-Press.

LAMPIRAN PERHITUNGAN
1.

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Perhitungan Analisis Pohon

Nama Spesies
Syzygium
aquea
Mangifera
indica
Muntingia
calabura L.
Swietenia
macrophylla
Achontopoenix
alexandrae
Annona
muricata L.
Adenanthera
pavonina L.
Pterocarpus
indicus Willd.
Samanea
saman
PSA 2013
Tectona
grandis
Leucaena
leucocephala
total

Jumlah
Individu
Spesies
1
2
4
12
3
1
1
1
2
7
1
1
36

Jumlah Titik
Pusat yang
Mengandung
Spesies

Kerapatan
Mutlak
Spesies

Kerapatan
Relatif
Spesies (%)

Frekuensi
Mutlak
Spesies (%)

Frekuensi
Relatif
Spesies

Jumlah
Basal
Area
Spesies

d ratarata

0.000232031

2.777777778

11.11111111

0.062502734

3.82

11.9948

2.0461454

0.020461454

0.000464061

5.555555556

11.11111111

0.062502734

5.255

16.5007

2.814789025

0.02814789

0.000928122

11.11111111

22.22222222

0.125005469

18.075

56.7555

9.681695837

0.096816958

0.002784367

33.33333333

33.33333333

0.187508203

9.9825

31.34505

5.347027867

0.053470279

0.000696092

8.333333333

11.11111111

0.062502734

8.28

25.9992

4.435100499

0.044351005

0.000232031

2.777777778

11.11111111

0.062502734

21.98

3.749481099

0.037494811

0.000232031

2.777777778

11.11111111

0.062502734

32

100.48

17.14048502

0.17140485

0.000232031

2.777777778

11.11111111

0.062502734

47.13

147.9882

25.2447206

0.252447206

0.000464061

5.555555556

11.11111111

0.062502734

39.17

122.9938

20.98102495

0.209810249

0.001624214

19.44444444

22.22222222

0.125005469

7.92

24.8688

4.242270043

0.0424227

0.000232031

2.777777778

11.11111111

0.062502734

5.54

17.3956

2.967446469

0.029674465

0.000232031
0.008353102

2.777777778
100

11.11111111
177.7777778

0.062502734
1.000043752

2.52

7.9128
586.21445

1.349813195
100

0.013498132

Dominansi
Spesies (%)

Dominansi
Relatif
Spesies

INP
31.8328

41.32781

118.0674

113.5822
58.2656

46.71837

163.7433

234.5668

200.0838

78.86516

39.88411
25.7475

N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

NAMA SPESIES HERBA


Abutilon indicum
Acalypha australis Linn
Acalypha indica
Adiantum lunulatum
Amaranthus tricolor
Andropogon contortus
Ardisia humilis
Blyxa malayana
Celinus lotoides
Crotalaria retusa
Cryptocoryne ciliata
Cyathula prostrata
Cyperus globosus
Desmodium triflorum
Euphorbia hirta L.
Ficus quersifolia
Fleurya astina
Fleurya interrupta (L.) Gaud.
Globba strobilifera
Graptophyllum pictum
Oplismenus compositus
Hymenachne aurita
Hymenachne indica

JUMLA
H
4
2
234
22
2
12
3
106
1
13
3
1
22
11
1
9
14
5
66
5
3
296
10

JUMLAH PLOT
DITEMUKANNY
A SPESIES
2
1
13
1
1
1
2
1
1
4
1
1
1
2
1
1
1
1
2
1
1
17
1

DENSITAS
SPESIES

DENSITAS
RELATIF
SPESIES (%)

FREKUENSI
SPESIES (%)

0.111111111
0.055555556
6.5
0.611111111
0.055555556
0.333333333
0.083333333
2.944444444
0.027777778
0.361111111
0.083333333
0.027777778
0.611111111
0.305555556
0.027777778
0.25
0.388888889
0.138888889
1.833333333
0.138888889
0.083333333
8.222222222
0.277777778

0.008404774
0.004202387
0.491679274
0.046226257
0.004202387
0.025214322
0.00630358
0.222726509
0.002101193
0.027315515
0.00630358
0.002101193
0.046226257
0.023113128
0.002101193
0.018910741
0.029416709
0.010505967
0.13867877
0.010505967
0.00630358
0.621953269
0.021011935

0.15128593
0.075642965
0.983358548
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.15128593
0.075642965
0.075642965
0.302571861
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.15128593
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.15128593
0.075642965
0.075642965
1.285930408
0.075642965

24
25
26
27

Ipomoea reptana Poir


Ischaemum aristatum
Lochnera rosea
Marsilea crenata

45
2
17
2

4
1
4
1

28

Microstegium ciliatum (Trin) A. Camus

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Mimosa pudica
Moringa oleifera L
Panicum eruciforme
Panicum flavidum
Phaseolus trilobus
Pilea microphylla
Pluchea indica
Polanisia viscosa
Polygonum orientale
Rottboellia vaginata
Rottboellia exaltata
Selerachne punctata
Typhonium trilobatum
Waltheria americana
Zingiber purpureum roxb
Zizyphus jujuba
Total

4
7
100
20
12
1
2
2
19
59
45
27
40
33
23
15
1322

2
1
1
1
4
1
1
1
4
3
5
1
1
7
1
1
104

1.25
0.055555556
0.472222222
0.055555556

0.094553707
0.004202387
0.035720289
0.004202387

0.302571861
0.075642965
0.302571861
0.075642965

0.055555556
0.111111111
0.194444444
2.777777778
0.555555556
0.333333333
0.027777778
0.055555556
0.055555556
0.527777778
1.638888889
1.25
0.75
1.111111111
0.916666667
0.638888889
0.416666667
36.72222222

0.004202387
0.008404774
0.014708354
0.210119348
0.04202387
0.025214322
0.002101193
0.004202387
0.004202387
0.039922676
0.123970415
0.094553707
0.056732224
0.084047739
0.069339385
0.04832745
0.031517902
2.777777778

0.075642965
0.15128593
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.302571861
0.075642965
0.075642965
0.075642965
0.302571861
0.226928896
0.378214826
0.075642965
0.075642965
0.529500756
0.075642965
0.075642965
7.866868381

Anda mungkin juga menyukai