Anda di halaman 1dari 2

[401]

14 Desember 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

Sikap Terhadap Syaitan


Drs. H. Ahmad Yani

alhikmah.com - Syaitan merupakan salah satu dari


makhluk Allah Swt yang pada dasarnya dicipta untuk
mengabdi kepada Allah Swt sebagaimana manusia
dicipta juga untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini
karena syaitan berasal dari golongan jin yang samasama dicipta untuk mengabdi kepada Allah Swt
sebagaimana firman-Nya: Tidaklah Aku jadikan jin
dan manusia kecuali supaya mengabdi kepadaku (QS
51:56).
Adapun syaitan atau iblis berasal dari golongan jin
disebutkan dalam firman Allah: Dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para malaikat: seujudlah
kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali
iblis, dia adalah dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu
mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai
pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu?. Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti
(Allah) bagi orang-orang yang zalim (QS 18:50).
Di dalam Al-Quran, Allah Swt mengemukakan sikapsikap yang ditunjukkan oleh manusia terhadap syaitan
dan menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya
kita bersikap kepadanya agar dapat mewujudkan
kehidupan yang baik di dunia ini sehingga membawa
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
1. SEBAGAI SAUDARA
Dalam bersikap kepada syaitan, ada manusia yang
menjadikannya seperti saudara sehingga ia memiliki
sifat-sifat yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh
syaitan, satu diantaranya adalah melakukan apa yang
disebut dengan tabdzir dalam penggunaan harta, yakni
menggunakan atau membelanjakan harta untuk sesuatu
yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik
sedikit apalagi banyak. Dalam bahasa kita hal ini
diistilahkan dengan pemborosan, karena mengandung
kesia-siaan. Orang yang melakukan hal ini disebut
dengan mubadzdzir. Harta yang kita miliki, sebanyak
apapun dia sangat banyak yang membutuhkannya baik
untuk keluarga sendiri yang memang sangat berhak
maupun orang lain seperti orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan yang memerlukan pertolongan,
Allah Swt berfirman: Dan berikanlah kepada keluargakeluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya (QS 17:26-27).

2. SEBAGAI PEMIMPIN DAN PELINDUNG


Dalam kehidupan ini, manusia membutuhkan
pemimpin, namun manusia tidak boleh sembarangan
memilih pemimpin, karena hal itu bisa mengakibatkan
persoalan yang sangat pelik. Namun yang amat
disayangkan adalah ada manusia yang menjadikan
syaitan atau orang-orang yang berwatak syaitan
sebagai pemimpin sehingga kepemimpinan itu
membawa akibat negatif yang sangat besar, Allah Swt
berfirman: Sesungguhnya syaitan itu tidak ada
kekuasaannya atas orang-orangn yang beriman dan
bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya
kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang
yang mengambilnya menjadi pemimpin dan atas
orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah
(QS 16:100).
Kata sulthan (kekuasaan) dalam ayat di atas berasal
dari kata As Salith yang maksudnya adalah minyak
yang digunakan untuk menyalahan lampu/pelita yang
menggunakan sumbu. Ini berarti sulthan adalah
keterangan atau bukti yang menjelaskan sesuatu
dengan terang dan mampu meyakinkan pihak lain,
baik benar maupun salah. Syaitan memang memiliki
kemampuan untuk memperdaya manusia, namun yang
bisa diperdaya oleh syaitan hanyalah orang-orang yang
lemah imannya, yang menjadikannya sebagai
pemimpin, sama seperti virus sebuah penyakit yang
hanya akan menimpa orang-orang yang tidak memiliki
daya tahan tubuh yang kuat.
Penggunaan kata wali (pelindung) terhadap syaitan
juga disebutkan dalam firman Allah Swt yang artinya:
Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman) . Dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya
ialah
syaitan,
yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya (QS 2:257).
Ini berarti ada manusia yang menjadikan syaitan
sebagai pemimpin dan pelindung. Kata wali
bermaksud sesuatu yang langsung datang atau berada
sesudah sesuatu yang lain, tidak ada perantara diantara
keduanya. Ketika Allah Swt atau syaitan yang
dijadikan sebagai wali oleh manusia, itu artinya
manusia memiliki hubungan yang sangat dekat
sehingga langsung ditolong, dibantu dan dilindungi.
Ketika Allah Swt yang dijadikan sebagai wali
(pemimpin dan pelindung), maka Allah Swt akan
mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kesesatan
kepada cahaya yang , yakni petunjuk hidup yang

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

[401]

14 Desember 2004

LIMA MENIT SAJA


Landasan IMAn untuk MENIngkatkan Taqwa SAmbil bekerJA

benar, namun ketika manusia menjadikan syaitan


sebagai wali, maka syaitan akan mengeluarkan
manusia dari jalan hidup yang benar (cahaya) kepada
kegelapan atau kesesatan yang banyak.

3. SEBAGAI KAWAN
Dalam kehidupan ini, manusia tidak bisa hidup
sendirian, ia membutuhkan kawan ang dapat
menghibur dikala duka, yang dapat membantu
dikala susah dan menemaninya dikala sepi,
bahkan memecahkan persoalan saat menghadapi
masalah. Karena itu, manusia seharusnya
menjadikan orang-orang yang baik dan shaleh
sebagai kawan, karenanya Allah Swt berpesan
kepada setiap mumin untuk selalu berkawan
kepada orang-orang yang shiddik (benar), Allah
berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar
(QS 9:119).
Karena itu amat disayangkan bila manusia
menjadikan syaitan atau orang-orang yang
berwatak syaitan sebagai kawan dekatnya,
akibatnya merebaklah berbagai kejahatan yang
disebarluaskan oleh syaitan, karena syaitan dan
pengikut-pengikutnya hanya akan membuat
manusia menempuh jalan hidup yang sesat hingga
berujung ke neraka, Allah Swt berfirman:
Diantara manusia ada orang yang membantah
tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan
mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat, yang
telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa
barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia
akan menyesatkannya dan membawanya ke azab
neraka (QS 22:4)
4. SEBAGAI MUSUH
Sikap terbaik yang harus ditunjukkan oleh
manusia terhadap syaitan adalah menganggap dan
menjadikannya sebagai musuh yang harus
diperangi dan diwaspadai setiap saat. Syaitan
harus diperlakukan sebagai musuh karena sepak
terjangnya dalam kehidupan kita menjadi kendala
besar bagi kita untuk bisa menjadi muslim yang
sejati, Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata bagimu (QS 2:208)

Di samping itu, seruan Allah Swt untuk


memperlakukan syaitan sebagai musuh tidak
hanya ditujukan kepada orang-orang yang
beriman, tapi juga kepada seluruh umat manusia,
karena ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang
harus dipenuhinya dan ia tidak boleh
menghalalkan segala cara dalam upaya
mencapainya, Hal ini karena, meskipun manusia
tidak beriman kepada Allah Swt atau tidak
menjadi muslim, dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya, tetap saja mereka yang tidak
beriman kepada Allah-pun tidak membenarkan
upaya yang menghalalkan segala cara, Allah Swt
berfirman: Hai manusia, makanlah yang halal lagi
baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu (QS 2:168).
Keharusan manusia menjadikan syaitan sebagai
musuh juga karena dalam kehidupan bersama,
manusia sangat mendambakan kedamaian hidup,
sedangkan
syaitan
selalu
menanamkan
perselisihan, permusuhan ke dalam jiwa manusia
hingga akhirnya terjadi peperangan; tidak hanya
dengan kata-kata tapi juga perang secara fisik
dengan korban harta dan jiwa yang sedemikian
banyak serta membawa dampak kejiwaan yang
negatif, dan ini sebenarnya tidak dikehendaki oleh
manusia, Allah Swt berfirman: Dan katakanlah
kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).
Sesungguhnya
syaitan
itu
menimbulkan
perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia (QS
17:53).
Manakala kita siap menjadikan syaitan sebagai
musuh, maka setiap kita harus waspada 24 jam
setiap harinya, memiliki kesiapan untuk
berperang dengannya dalam arti tidak ada
kompromi dengan syaitan, memiliki daya tahan
yang kuat untuk menghalau godaan syaitan dan
memohon perlindungan kepada Allah Swt dari
gangguan-gangguan syaitan, bila ini yang kita
lakukan, maka kita bisa menjadi orang yang
bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa

Ummat Muslim yang dimuliakan Allah:


Setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kita saat ini untuk turut
berdakwah adalah menyampaikan pesan ini kepada rekan, keluarga dan saudara kita yang belum mengetahuinya (hej)

Anda mungkin juga menyukai