No. RM : 03.65.15
Keterampilan
Diagnostik
Neonatus
Bayi
Manajemen
Anak
Penyegaran
Masalah
Remaja
Dewasa
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Lansi
Bumil
Deskripsi :
Laki-laki, 58 tahun datang dengan keluhan buang air kecil terputus-putus,
dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri perut bagian
bawah. Riwayat nyeri saat kencing dan sering merasa tidak puas setelah
kencing dialami sejak beberapa bulan terakhir. Pasien mengaku pancaran
kencing lemah serta sering mengejan untuk mengeluarkan air kencing. Riwayat
keluar air kencing disertai darah/nanah disangkal. Riwayat demam disangkal.
Riwayat trauma tidak pernah. Riwayat keluhan yang sama disangkal.
Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan yang tepat
Bahan Bahasan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Cara Membahas
Diskusi
Pos
Data Pasien
Nama : Tn. W
No. RM : 03.65.15
Terdaftar sejak :
Status Present:
Tanda Vital:
Tensi
: 130/90 mmHg
Nadi
: 78 kali/ menit
Pernapasan
: 18 kali/ menit
(Thoracoabdominal)
Suhu
: 37,0oC
(axial)
masih dapat teraba, pool superior masih dapat dicapai, nyeri tekan
tidak ada.
- massa tumor tidak teraba
- lepasan handscoen : faeces (-), lendir (-), darah (-)
USG abdomen : kesan pembesaran prostat
3. Assesment
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien ini didiagnosis
dengan retensi urine ec. susp. benign prostat hiperplasia
Dari anamnesis diperoleh informasi keluhan berupa susah kencing,
disertai nyeri perut bawah yang dialami sejak sehari sebelumnya. Kondisi
ini dikenal sebagai retensi urine, yaitu suatu penumpukan urine di kandung
kemih disertai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
secara sempurna.
Pada retensi urine, penderita tidak dapat miksi, kandung kemih penuh
disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi
yang hebat disertai mengejan. Retensi urine dapat terjadi karena kelainan
anatomis, faktor obat dan faktor lainnya seperti, ansietas dan trauma.
Berdasarkan lokasi etiologis dapat diklasifikasikan menjadi ;
- Supravesika
Penyebab supra vesikal adalah hal-hal yang disebabkan karena
persarafan kandung kemih misalnya trauma medula spinalis, atau
kerusakan syaraf-syaraf sympatis dan para sympatis akibat trauma
operasi atau neuropati DM. Obat-obatan anticholinergike, smooth
muscle relaksasi. Symphatikomimetik dapat menyebabkan retensi
urine.
- Vesika.
Penyebab vesikal adalah kelainan-kelainan kandung kemih yang
dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.
gejala
klinisnya,
tingkat
keparahan
BPH
dapat
diklasifikasikan menjadi,
- Derajat I
Colok dubur; penonjolan prostat, batas atas mudah diraba, dan sisa
volume urin <50 ml
- Derajat II
Colok dubur; penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa
volume urin 50-100 ml
- Derajat III
Colok dubur; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa volume urin
>100 ml
- Derajat IV : Terjadi retensi urin total.
Jika pada colok dubur teraba kelenjar prostat dengan konsistensi keras,
harus dicurigai suatu karsinoma. BPH terjadi pada bagian dalam kelenjar
yang mengelilingi urethra prostatika sedangkan karsinoma terjadi di bagian
luar pada lobus posterior
Ultrasonografi dapat dilakukan secara trans-abdominal atau trans-rektal
(TRUS). Cara ini dianggap sebagai pemeriksaan yang baik oleh karena
ketepatannya dalam mendeteksi pembesaran prostat, tidak ada bahaya
radiasi dan juga relatif murah. Selain untuk mengetahui pembesaran prostat
pemeriksaan ultrasonografi dapat pula menentukan volume buli-buli,
mengukur sisa urin, dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan
batu. Dengan USG trans-rektal dapat diukur besar prostat untuk menentukan
jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan
USG suprapubik.
Penatalaksanaan
1) Observasi (watchfull waiting)
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Setiap 3 bulan
dilakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan
colok dubur.
2) Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergik
Yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin,
afluzosin, atau yang lebih selektif -1a (tamsulosin). Dosis dimulai
1 mg/hari, sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2 0,4 mg/hari.
b. Penghambat enzim 5--reduktase
Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1x5
mg/hari.
c. Fitoterapi
Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat.
3) Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi. Indikasi absolute untuk terapi bedah yaitu :
- Retensio urine berulang
- Hematuria
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- Infeksi saluran kemih berulang
Tanda-tanda
obstruksi
berat
yaitu
divertikel,
hidroureter,
hidronefrosis
- Ada batu saluran kemih.
Jenis pengobatan ini paling tinggi efektivitasnya. Intervensi bedah
yang dapat dilakukan meliputi Transurethral Resection of the Prostate
(TUR-P), Transurethral Incision of the Prostate (TUIP), prostatektomi
terbuka, dan prostatektomi dengan laser dengan Nd-YAG atau HoYAG.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP adalah gejalagejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90gr, dan
pasien cukup sehat untuk menjalani operasi.
Bila volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher
vesika atau prostat fibrotic, dapat dilakukan TUIP. Indikasinya adalah
keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal atau kecil.
Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya
penyakit ini akan timbul kembali 8 10 tahun kemudian.
4) Terapi invasive minimal
- Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
- Dilatasi balon transuretra (TUBD)
- High-intensity Focused Ultrasound
- Ablasi jarum transuretra (TUNA)
- Stent prostat
4. Plan
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien ini didiagnosis
dengan retensi urine ec. susp. benign prostat hyperplasia
Pengobatan
Pada pasien ini dilakukan pemasangan kateter urethra untuk mengeluarkan
urine. Terapi medikamentosa yang diberikan berupa analgetik ketorolac
diberikan intravena.
Pendidikan
Pada pasien dan keluarganya diberikan edukasi mengenai penyakit BPH.
Dianjurkan untuk mengurangi minum setelah makan malam untuk
menghindari
nokturia,
menghindari
obat-obat
dekongestan
Kontrol
Kegiatan
Periode
Penanganan
Saat masuk
Pasien
dapat
mengeluarkan
urine,
Selama perawatan
nyeri
suprapubik berkurang.
Pasien mendapat edukasi
tentang
penyakit
dan
Pendamping,