Anda di halaman 1dari 9

BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Winda Agustin


Nama Wahana : RSUD Rupit
Topik : Retensi Urine ec. Susp. Benign Prostat Hiperplasia
Tanggal (kasus) : 24 Agustus 2016
Nama Pasien : Tn. W

No. RM : 03.65.15

Tanggal Presentasi : 1 November 2016

Pendamping : dr. Amelia

Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Rupit


Obyek Presentasi : Anggota Komite Medik, Petugas Kesehatan, dan Dokter
Internsip RSUD Rupit
Keilmuan

Keterampilan

Diagnostik
Neonatus

Bayi

Manajemen
Anak

Penyegaran
Masalah

Remaja
Dewasa

Tinjauan Pustaka

Istimewa
Lansi
Bumil

Deskripsi :
Laki-laki, 58 tahun datang dengan keluhan buang air kecil terputus-putus,
dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri perut bagian
bawah. Riwayat nyeri saat kencing dan sering merasa tidak puas setelah
kencing dialami sejak beberapa bulan terakhir. Pasien mengaku pancaran
kencing lemah serta sering mengejan untuk mengeluarkan air kencing. Riwayat
keluar air kencing disertai darah/nanah disangkal. Riwayat demam disangkal.
Riwayat trauma tidak pernah. Riwayat keluhan yang sama disangkal.
Tujuan :
Menegakkan diagnosis dan memberikan penanganan yang tepat
Bahan Bahasan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus

Audit

Cara Membahas

Diskusi

Pos

Data Pasien

Nama : Tn. W

Presentasi & Diskusi

Nama Klinik : Poli Bedah Telp. : -

E-mail

No. RM : 03.65.15
Terdaftar sejak :

Data Utama Untuk Bahasan Diskusi :


1. Diagnosis/Gambaran Klinis : retensi urin
2. Riwayat pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya

3. Riwayat kesehatan/penyakit : riwayat keluhan yang sama disangkal


4. Riwayat keluarga : riwayat penyakit dalam keluarga tidak diketahui
5. Riwayat pekerjaan : petani
6. Lain-lain : pada pasien ditemukan hasil pemeriksaan sebagai berikut,
a. Bulging pada region suprapubik
b. Hasil pemeriksaan rectal toucher : teraba pembesaran prostat dengan
permukaan rata dan konsistensi kenyal.
c. USG Abdomen : kesan pembesaran prostat
Daftar Pustaka :
1. Bahnson R.R ; Physiology Of the Kidney, Ureter and Bladder, in Basic
cience Review For Surgeous, Edited by Simmons R.L and Steed D.L,
W.B.Saundrs Company, 2002: 270-287.
2. Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi Edisi kedua, Jakarta : CV.
Sagung Seto, 2009.
3. Palinrungi, Achmad M. Ilmu Bedah I Urologi, Makassar : Sub Bagian
Urologi Fakultas Kedokteran Unhas, 2001.
4. Sjamsuhidajat R dan Jong WD : Buku Ajar Bedah, Ed Revisi, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997; 995-1093
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis benign prostat hiperplasia
2. Penanganan awal pada pasien retensi urin
3. Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai penanganan benign prostat
hiperplasia
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:
1. Subyektif:
Laki-laki, 58 tahun datang dengan keluhan buang air kecil terputus-putus,
dialami sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri perut bagian
bawah. Riwayat nyeri saat kencing dan sering merasa tidak puas setelah
kencing dialami sejak beberapa bulan terakhir. Pasien mengaku pancaran
kencing lemah serta sering mengejan untuk mengeluarkan air kencing. Riwayat
keluar air kencing disertai darah/nanah disangkal. Riwayat demam disangkal.
Riwayat trauma tidak pernah. Riwayat keluhan yang sama disangkal.
2. Obyektif:

Status Present:

Sakit Sedang / Gizi baik / Composmentis


BB= 61 kg; TB= 169 cm; IMT= 21,40 kg/m2

Tanda Vital:
Tensi

: 130/90 mmHg

Nadi

: 78 kali/ menit

(Reguler, kuat angkat)

Pernapasan

: 18 kali/ menit

(Thoracoabdominal)

Suhu

: 37,0oC

(axial)

Status Lokalis (Status Urologi)


Regio Costovertebralis
- Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitarnya, tanda radang (-),
hematom (-), alignment tulang belakang normal, gibbus (-), tidak
tampak massa tumor.
- Palpasi : massa tumor (-), ballotemen ginjal tidak teraba, nyeri
tekan (-)
- Perkusi : nyeri ketok (-)
Regio Suprapubik
- Inspeksi : kesan cembung, warna kulit sama dengan sekitar, massa
tumor (-), hematom (-)
- Palpasi : nyeri tekan (+), teraba kandung kemih kesan penuh,
massa tumor (-)
Regio Genitalia Eksterna
Penis
- Inspeksi : warna lebih gelap dari sekitarnya, tampak penis sudah
disunat, ostium urethra eksterna di ujung penis, massa tumor (-),
hematom (-).
- Palpasi : tidak teraba massa tumor, nyeri tekan (-)
Scrotum
- Inspeksi : warna lebih gelap dari sekitarnya, hematom (-),
udem (-), massa tumor (-)
- Palpasi : tampak dua buah testis, kesan normal, massa tumor (-),
nyeri tekan (-)
Perineum
- Inspeksi : warna sama dengan sekitar, massa tumor (-),
hematom (-), edema (-)
- Palpasi : tidak teraba massa tumor, nyeri tekan (-)
Rectal Toucher
- sphincter ani mencekik, mukosa licin, ampulla kosong.
- prostat teraba menonjol ke arah rektum, ukuran 3 cm,
konsistensi kenyal, permukaan rata, simetris, sulcus medianus

masih dapat teraba, pool superior masih dapat dicapai, nyeri tekan
tidak ada.
- massa tumor tidak teraba
- lepasan handscoen : faeces (-), lendir (-), darah (-)
USG abdomen : kesan pembesaran prostat

3. Assesment
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien ini didiagnosis
dengan retensi urine ec. susp. benign prostat hiperplasia
Dari anamnesis diperoleh informasi keluhan berupa susah kencing,
disertai nyeri perut bawah yang dialami sejak sehari sebelumnya. Kondisi
ini dikenal sebagai retensi urine, yaitu suatu penumpukan urine di kandung
kemih disertai ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih
secara sempurna.
Pada retensi urine, penderita tidak dapat miksi, kandung kemih penuh
disertai rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi
yang hebat disertai mengejan. Retensi urine dapat terjadi karena kelainan
anatomis, faktor obat dan faktor lainnya seperti, ansietas dan trauma.
Berdasarkan lokasi etiologis dapat diklasifikasikan menjadi ;
- Supravesika
Penyebab supra vesikal adalah hal-hal yang disebabkan karena
persarafan kandung kemih misalnya trauma medula spinalis, atau
kerusakan syaraf-syaraf sympatis dan para sympatis akibat trauma
operasi atau neuropati DM. Obat-obatan anticholinergike, smooth
muscle relaksasi. Symphatikomimetik dapat menyebabkan retensi
urine.
- Vesika.
Penyebab vesikal adalah kelainan-kelainan kandung kemih yang

diakibatkan obstruksi lama atau infeksi kronis yang menyebabkan


fibrosis buli-buli sehingga kontraksi buli-buli melemah.
- Infravesikal
Penyebab infra vesikal adalah penyebab mekanik seperti :
o Klep uretra posterior kongenital meatus stenosis kongenital
o Striktur uretra
o Batu uretra
o Prostat hipertropi
Dari anamnesis lebih lanjut diperoleh pula informasi mengenai adanya
riwayat kencing terputus-putus, sering merasa tidak puas setelah kencing
dialami sejak beberapa bulan terakhir, nyeri saat kencing, pancaran kencing
lemah serta sering mengejan untuk mengeluarkan air kencing. Gejala ini
termasuk dalam Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) yang terdiri atas
gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi yaitu hesitansi, pancaran
miksi lemah, intermitensi, miksi tidak puas, dan menetes setelah miksi.
Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada
malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak
(urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria).
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot
kandung kemih untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot kandung
kemih mengalami kepayahan, sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi
yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan region suprapubik tampak cembung,
teraba kandung kemih kesan penuh pada perabaan. Pada pemeriksaan colok
dubur (rectal toucher), prostat teraba menonjol ke arah rektum, ukuran 3
cm, konsistensi kenyal, permukaan rata, simetris, sulcus medianus masih
dapat teraba, pool superior masih dapat dicapai, nyeri tekan tidak ada. Hasil
pemeriksaan ini mendukung diagnosis hipertrofi prostat jinak atau benign
prostat hypertrophy.
Pembesaran prostat jinak (BPH) merupakan penyakit pada laki-laki usia
diatas 50 tahun yang sering dijumpai. Karena letak anatominya yang
mengelilingi uretra, pembesaran dari prostat akan menekan lumen uretra
yang menyebabkan sumbatan dari aliran kandung kemih. Signifikan
meningkat dengan meningkatnya usia. Pada pria berusia 50 tahun angka
kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50%

dari angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik.

Perbandingan kelenjar prostat yang normal dengan yang mengalami hiperplasia

Penyebab pasti BPH ini masih belum diketahui, penilitian sampai


tingkat biologi molekuler belum dapat mengugkapkan dengan jelas etiologi
terjadinya BPH. Dianggap adanya ketidak seimbangan hormonal oleh
karena proses ketuaan. Salah satu teori ialah teori Testosteron (T) yaitu T
bebas yang dirubah menjadi Dehydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 a
reduktase yang merupakan bentuk testosteron yang aktif yang dapat
ditangkap oleh reseptor DHT didalam sitoplasma sel prostat yang kemudian
bergabung dengan reseptor inti sehingga dapat masuk kedalam inti untuk
mengadakan inskripsi pada RNA sehingga akan merangsang sintesis
protein. Teori yang disebut diatas menjadi dasar pengobatan BPH dengan
inhibitor 5 reduktase.
Pemeriksaan fisis diagnostik yang paling penting untuk BPH adalah
colok dubur (digital rectal examination). Pada pemeriksaan ini akan
dijumpai pembesaran prostat teraba simetris dengan konsistensi kenyal,
sulkus medialis yang pada keadaan normal teraba di garis tengah,
mengalami obliterasi karena pembesaran kelenjar. Oleh karena pembesaran
kelenjar secara longitudinal, dasar kandung kemih (kutub/pole atas prostat)
terangkat ke atas sehingga tidak dapat diraba oleh jari sewaktu colok dubur.
Berdasarkan

gejala

klinisnya,

tingkat

keparahan

BPH

dapat

diklasifikasikan menjadi,
- Derajat I
Colok dubur; penonjolan prostat, batas atas mudah diraba, dan sisa
volume urin <50 ml
- Derajat II
Colok dubur; penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai, sisa
volume urin 50-100 ml
- Derajat III

Colok dubur; batas atas prostat tidak dapat diraba, sisa volume urin
>100 ml
- Derajat IV : Terjadi retensi urin total.
Jika pada colok dubur teraba kelenjar prostat dengan konsistensi keras,
harus dicurigai suatu karsinoma. BPH terjadi pada bagian dalam kelenjar
yang mengelilingi urethra prostatika sedangkan karsinoma terjadi di bagian
luar pada lobus posterior
Ultrasonografi dapat dilakukan secara trans-abdominal atau trans-rektal
(TRUS). Cara ini dianggap sebagai pemeriksaan yang baik oleh karena
ketepatannya dalam mendeteksi pembesaran prostat, tidak ada bahaya
radiasi dan juga relatif murah. Selain untuk mengetahui pembesaran prostat
pemeriksaan ultrasonografi dapat pula menentukan volume buli-buli,
mengukur sisa urin, dan keadaan patologi lain seperti divertikel, tumor dan
batu. Dengan USG trans-rektal dapat diukur besar prostat untuk menentukan
jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar prostat dapat pula dilakukan dengan
USG suprapubik.
Penatalaksanaan
1) Observasi (watchfull waiting)
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan. Setiap 3 bulan
dilakukan kontrol keluhan (sistem skor), sisa kencing dan pemeriksaan
colok dubur.
2) Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergik
Yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin,
afluzosin, atau yang lebih selektif -1a (tamsulosin). Dosis dimulai
1 mg/hari, sedangkan dosis tamsulosin adalah 0,2 0,4 mg/hari.
b. Penghambat enzim 5--reduktase
Obat yang dipakai adalah finasteride (Proscar) dengan dosis 1x5
mg/hari.
c. Fitoterapi
Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain eviprostat.
3) Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi. Indikasi absolute untuk terapi bedah yaitu :
- Retensio urine berulang
- Hematuria
- Tanda penurunan fungsi ginjal
- Infeksi saluran kemih berulang

Tanda-tanda

obstruksi

berat

yaitu

divertikel,

hidroureter,

hidronefrosis
- Ada batu saluran kemih.
Jenis pengobatan ini paling tinggi efektivitasnya. Intervensi bedah
yang dapat dilakukan meliputi Transurethral Resection of the Prostate
(TUR-P), Transurethral Incision of the Prostate (TUIP), prostatektomi
terbuka, dan prostatektomi dengan laser dengan Nd-YAG atau HoYAG.
TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP adalah gejalagejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90gr, dan
pasien cukup sehat untuk menjalani operasi.
Bila volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher
vesika atau prostat fibrotic, dapat dilakukan TUIP. Indikasinya adalah
keluhan sedang atau berat, dengan volume prostat normal atau kecil.
Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya
penyakit ini akan timbul kembali 8 10 tahun kemudian.
4) Terapi invasive minimal
- Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
- Dilatasi balon transuretra (TUBD)
- High-intensity Focused Ultrasound
- Ablasi jarum transuretra (TUNA)
- Stent prostat
4. Plan
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien ini didiagnosis
dengan retensi urine ec. susp. benign prostat hyperplasia
Pengobatan
Pada pasien ini dilakukan pemasangan kateter urethra untuk mengeluarkan
urine. Terapi medikamentosa yang diberikan berupa analgetik ketorolac
diberikan intravena.
Pendidikan
Pada pasien dan keluarganya diberikan edukasi mengenai penyakit BPH.
Dianjurkan untuk mengurangi minum setelah makan malam untuk
menghindari

nokturia,

menghindari

obat-obat

dekongestan

(parasimpatolitik), mengurangi minum kopi dan tidak diperbolehkan


minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi.
Konsultasi (-)
Rujukan : dokter bedah
Kontrol dokter bedah

Kontrol
Kegiatan

Periode

Hasil yang diharapkan

Penanganan

Saat masuk

Pasien

dapat

mengeluarkan

urine,

distensi kandung kemih


berkurang,
Nasihat

Selama perawatan

nyeri

suprapubik berkurang.
Pasien mendapat edukasi
tentang

penyakit

dan

tatalaksana lanjutan BPH.


Rupit, 1 November 2016
Peserta,

dr. Winda Agustin

Pendamping,

dr. Amelia Farianty


NIP. 1987709172014032001

Anda mungkin juga menyukai