Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung
selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa
nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman pada alat genetalia pada
waktu persalinan.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
pada ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai
penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Istilah infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan
nifas. Dahulu infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang paling
penting, akan tetapi berkat kemajuan ilmu kebidanan, khususnya pengetahuan
tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya, dan penemuan obat-obat
baru seperti sulfat dan antibiotika lainnya, di negara-negara maju peranannya
sebagai penyebab kematian tersebut sudah berkurang.
Di negara-negara sedang berkembang dengan pelayanan kebidanan yang
masih

jauh

dari

sempurna,

peranan

infeksi

nifas

masih

besar.

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas, puerperalis meliputi demam
dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint commite on maternal
welfare (Amerika Serika) definisi morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu
sampai 38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum,
dengan mengecualikan hari pertama, suhu harus diukur dari mulut sedikitsedikitnya 4 kali sehari.

Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38oC atau lebih selama 2 hari
dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam
pertama.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang muncul dari makalah ini adalah :
1) Apa pengertian infeksi postpartum?
2) Bagaimana etiologi infeksi nifas?
3) Bagaimana patofisiologi terjadinya infeksi nifas ?
4) Apa manifestasi klinis dati infeksi nifas ?
5) Apa saja jenis-jenis infeksi nifas ?
6) Apa saja pemeriksaan diagnostik pada infeksi nifas ?
7) Bagaimana penatalaksaan infeksi nifas ?
8) Bagaimana asuhan keperawatan pada Ibu postpartum dengan infeksi ?
1.3 Tujuan Penulisan
A. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalan ini adalah Agar perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat pagi pasien yang
mengalami infeksi setelah postpartum berdasarkan data dan keluhankeluhan yang didapat dari pasien
B. Tujuan khusus
a. Untuk memahami infeksi postpartum
b. Untuk memahami etiologi infeki postpartum.
c. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi postpartum.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi postpartum.
e. Untuk mengetahui jenis-jenis infeksi nifas.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada infeksi nifas.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan infeksi nifas.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Ibu postpartum dengan
infeksi.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang
masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika
penulisan, dan metode penulisan.
2

Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang konsep


dan asuhan keperawatan pada ibu postpartum dengan infeksi
nifas.
Bab III. Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi
kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan
cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi materi dari buku maupun
dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan konsep dan
asuhan keperawatan pada Ibu postpartum dengan infeksi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi Postpartum
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan. Infeksi nifas adalah Infeksi luka jalan
lahir postpartum biasanya dari endometrium, bekas insersi plasenta.

Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya


kuman-kuman kedalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas :
1. Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, servix, dan
endometrium
2. Penyebaran melaui vena, saluran limfe, permukaan endometrium
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau
lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Diukur peroral sedikitnya 4 kali sehari
disebut morbiditas puerperalis. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam
masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak diketemukan sebabsebab ekstragenital.
2.2 Etiologi

Menurut (Ambarwati dan Wulandari, 2009:122-123) :


A. Berdasarkan masuknya kuman kedalam alat kandungan.
a. Ektogen (kuman datang dari luar)
b. Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
c. Endogen (dari jalan lahir sendiri)

B. Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi.


a. Streptococcus Haemolyticus Aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang
ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan
penolong.
b. Staphylococcus aureus

Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan


sebagai penyebab infeksi dirumah sakit.
c. Eschericia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius
d. Clostridium welchii
Kuman aerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah
sakit.
Cara terjadinya infeksi :
a) Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung
tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b) Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau
pembantu-pembantunya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas
harus ditutup dengan masker.
c) Infeksi rumah sakit (hospital infection). Dalam rumah sakit banyak
sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di
seluruh rumah sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alatalat dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita
(handuk, kain-kain lainnya).
d) Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya,
kecuali bila ketuban sudah pecah.
e) Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar,
ketuban pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah

demam, dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik,


dan air ketuban berbau serta berwarna keruh kehijauan.
2.3 Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaanya tidak rata, berbenjol-benjol
karena banyaknya vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini merupakan
tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya jenis pathogen
dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian juga vulva, vagina dan perineum, yang merupakan tempat
masuknya kuman patogen. Infeksi nifas dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu satu infeksi yang terbatas pad perineum, vulva, vagina, servik dan
endometrium, kedua penyebaran dari tempat tersebut melalui vena-vena,
melalui jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.
2.4 Manifestasi Klinis
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit didaerah infeksi, berwarna
kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. manifestasi klinis infeksi nifas
dapat berbentuk :
a. Infeksi local
Pembekakan luka episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit,
pengeluaran lhocea bercampur nanah, mobilitasi terbatas karena rasa
nyeri, temperature badan dapat meningkat.
b.

Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah, temperature meningkat, tekanan darah
menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan teras
sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan
involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor.

2.5 Jenis-Jenis Infeksi Post Partum


Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan yaitu :

1) Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan


endometrium.
a. Vulvitis.
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan
mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus.
b. Vaginitis.
Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka
perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi
ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus.
c. Sevicitis.
Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang
dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
d. Endometritis.
Paling sering terjadi. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya
pada luka insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke
seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis
dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis
dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat
dilampaui dan terjadilah penjalaran.
2) Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui
permukaan endometrium.
a. Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia)
Merupakan

infeksi

umum

disebabkan

oleh

kuman

patogen

Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya


dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas.
I. Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya
langsung

masuk

ke

dalam

menyebabkan infeksi umum.


7

peredaran

darah

umum

dan

Gejala septikemia lebih akut dan dari awal ibu kelihatan sudah
sakit dan lemah.
Suhu meningkat antara 39o C 40o C, Keadaan umum jelek,
menggigil, nadi cepat 140 160 x per menit atau lebih, TD turun,
keadaan umum memburuk, Sesak nafas, kesadaran turun, gelisah.
II.

Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan


lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil dibawa keperadaran
darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ
tubuh yang dihinggapinya.
Piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboplebitis,
setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas.
Lab: leukositosis.
Lochea: berbau, bernanah, involusi jelek.

b. Penyebaran melalui jalan limfe (Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis


Pelvika))
I.

Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi
dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika. Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia
peritonitis): demam, nyeri perut bagian bawah, KU baik.
Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum Douglas

II. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).


Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig
latum. Radang ini biasanya unilateral. Tanda dan gejala suhu
tinggi dengan demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala
rangsangan peritoneum, seperti muntah.
c. Penyebaran melalui permukaan endometrium (Salfingitis, Endometritis
dan Ooforitis)
I.

Endometritis
8

Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa


plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiometra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus agak membesar, nyeri pada
perabaan dan lembek.
II. Salfingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi yang di
picu oleh infeksi bakteri. Sering disebut penyakit radang panggul
(PID). Gejalanya nyeri abdomen dikedua sisi, sakit punggung
sering buang air kecil, demam tinggi dan menggigil, disminore dan
lain-lain.
III. Ooforitis adalah peradangan pada ovarium yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke alat-alat genital pada saat persalinan
dan nifas.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah sel darah putih (SDP)
b. Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada adanya
anemia
c. Kultur ( aerobik / anaerobik ) dari bahan intra uterus atau intra servikal
atau drainase luka atau pewarnaan gram dari lokhia serviks dan uterus
mengidentifikasi organisme penyebab.
d. Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih
e. Ultrasonografi : menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang
tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
f. Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis.
Masa atau pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan
trombosis.

2.7

Penatalaksanaan
a. Selama kehamilan
a) Perbaikan Gizi
9

b)Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat


menyebabkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi
c) Personal Hygine
b.

Selama persalinan
a) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada
indikasi dengan sterilisasi yang baik
b) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
c) Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus
suci hama
d) Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun
perabdominan di bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga
sterilisasi selama masa nifas
e) Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi,
begitupula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan
dengan alat kandungan harus steril
f) Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan
khusus, tidak tercampur dengan ibu sehat
g) Tamu yang berkunjung harus di batasi

II.8Asuhan keperawatan klien dengan infeksi nifas adalah sebagai berikut


(Doenges, 2001) :
1.

Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record, dan lain-lain.
2. Riwayat kesehatan
1)

Riwayat kesehatan sekarang


Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
a) pengeluaran

lochia

yang

tetap

berwarna

merah

dalam

bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2


minggu postpartum.
b) adanya leukore dan lochia berbau menyengat
10

2)

Riwayat kesehatan dahulu


a) Riwayat penyakit jantung, hipertensi,penyakit ginjal kronik,
hemofilia,mioma uteri ,riwayat pre eklampsia,trauma jalan
lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi
plasenta retensi sisa plasenta.
b) Riwayat

penyakit

keluarga

Ada riwayat keluarga yang pernah /sedang menderita


hipertensi, penyakit jantung dan pre eklampsia, penyakit
keturunan hemopilia dan penyakit menular.
c) Riwayat obstetric
i. Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus,
banyaknya,baunya,keluhan waktu haid.
ii. Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin,kawin yang
keberapa,usia mulai hamil.
d) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
i. Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda,hamil tua,
apakah ada abortus.
ii. Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara
persalinan, penolong, tempat bersalin, adakah kesulitan
dalam persalinan, anak lahir hidup atau mati, BB dan
panjang anak waktu lahir.
iii. Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada
perdarahan,

ASI

cukup

atau

tidak,

kondisi

ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.


e) Riwayat kehamilan sekarang
i. Hamil muda: keluhan selama hamil muda
ii. Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan
BB,suhu nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
iii. Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan,
berapa kali, perawatan serta pengobatannya yang
didapat.
11

f)

Riwayat persalinan sekarang


Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya
kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
apakah ada penyulit dalam persalinan (misalnya : retensio
plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan),
anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.

3. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
a. Aktivitas istirahat
Tanda : Kelelahan / keletihan ( persalinan lama, seresor, pasca
partum multipel )
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardi
c. Penggunaan Obat-Obatan
Tanda : Ansietas jelas ( peritonitis )
d. Status Psikologis
Tanda :
a. Anoreksia, mual / muntah.
b. Haus, membran mukosa kering
c. Distenti abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
e. Neurosensori
Tanda : Sakit kepala
f.

Nyeri / Ketidaknyamanan
Tanda :
i. Nyeri lokal, disuria, ketidakmampuan abdomen.
ii. Afterpain berat atau lama, nyeri abdomen bawah atau uterus
serta nyeri tekan dengan guarding (endometritis)
iii. Nyeri / kekakuan abdomen unilateral / bilateral ( salpingitis /
ooferitis, parametritis ).

g. Pernapasan
Tanda : Pernapasan cepat / dangkal ( berat / proses sistemik ).

12

h. Keamanan
Suhu 104,40 F atau lebih tinggi pada 2 hari secara terus
menerus, namun 24 jam pasca partum adalah tanda infeksi,
namun suhu tinggi dari 1010 F (38,90 C) pada 24 jam pertama
menandakan berlanjutnya infeksi.
2) Pemeriksaan khusus
a. Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
b. Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
c. Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan
d. Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
e. Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi
b. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial.
c. Peningkatan suhu tubuh b.d peningkatan tingkat metabolisme
d. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
e. Resiko tinggi penyebaran infeksi b /d infeksi kerusakan kulit
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b / d intake yang tidak
adekuat
3. Intervensi Keperawatan
NO
1

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Gangguan rasa

Setelah diberikan asuhan

1) Kaji lokasi dan sifat

nyaman nyeri b.d

keperawatan selama

ketidaknyamanan

proses inflamasi

....x24 jam diharapkan

nyeri

13

nyeri berkurang dengan

2) Instruksikan

kriteria hasil :
a. Gangguan

rasa

nyaman

nyeri

klien

tampak

rileks atau tidak


meringis

melakukan

teknik

relaksasi,

pengalihan

b. TTV dalam batas


wajah

dalam
memberikan

dapat teratasi
normal,

klien

aktivitas
seperti

radio,

televisi,

membaca
3) Anjurkan pasien dalam
posisi semifowler.
Kolaborasi :
4) Berikan analgetik /
antipiretik
5) Berikan kompres panas
local dengan
menggunakan lampu
pemanas / rendam

Infeksi berhubungan Setelah diberikan asuhan


dengan

1.

trauma keperawatan selama

duduk sesuai indikasi


Kaji data pasien dalam
ruang bersalin.Infeksi

persalinan, jalan lahir, ....x24 jam diharapkan

perineum

dan

(menggunakan senter

nasokomial.
.

infeksi infeksi berkurang dengan


Kriteria hasil:

yang

baik),

catat

a. Infeksi dapat

warna, sifat episiotomi

teratasi
b. TTV dalam batas

dan

warnanya.

Perkiraan pinggir epis

normal

dan

kemungkinan

2.

perdarahan atau nyeri.


Kaji tinggi fundus dan

3.

sifat.
Kaji

lochia:

jumlah,

4.
14

warna

jenis,
dan

sifatnya.

Hubungkan

dengan

data

partum.
Kaji

post

payudara:

eritema,

nyeri,

sumbatan dan cairan


yang

keluar

puting).

(dari

Hubungkan

dengan data perubahan


post partum masingmasing

dan

catat

apakah klien menyusui


5.

dengan ASI.
Monitor vital

sign,

terutama suhu setiap 4


jam

dan

kondisi
Catat

selama

klien

kritis.

kecenderungan

demam jika lebih dari


38o C pada 2 hari
pertama dalam 10 hari
post partum. Khusus
dalam

24

jam

sekurang-kurangnya 4
6.

kali sehari.
Catat jumlah leukosit
dan gabungkan dengan
data

7.

klinik

secara

lengkap.
Lakukan

perawatan

perineum

dan

kebersihan,

jaga

haruskan

mencuci tangan pada


pasien dan perawat.
Bersihkan

perineum

dan ganti alas tempat


8.
15

tidur secara teratur.


Pertahankan
intake

dan

output

serta

anjurkan peningkatan
9.

pemasukan cairan.
Bantu pasien memilih
makanan.

Anjurkan

yang banyak protein,


10.

vitamin C dan zat besi.


Kaji
ekstremitas:
warna, ukuran, suhu,
nyeri, denyut nadi dan
parasthesi/
kelumpuhan.

Bantu

dengan ambulasi dini.


Anjurkan
posisi
11.
3

Peningkatan

suhu Setelah diberikan asuhan

tubuh b.d peningkatan keperawatan selama


tingkat metabolisme

....x24 jam diharapkan


hipertermia tidak terjadi

mengubah

tidur

sering dan teratur.


Anjurkan istirahat dan

tidur secara sempurna.


1. Kaji
TTV
(Suhu,TD,RR.nadi)
2.
Pantau suhu klien
(derajat

dan

perhatikan

Kriteria hasil :

secara

pola),

menggigil

a. Suhu tubuh dalam

atau diaphoresis
Suhu 38,90- 41, 10C

rentang normal
b.
Nadi dan RR

menunjukkan

proses

rentang

penyakit infeksius akut.


3. Pantau suhu lingkungan,

normal
c. Tidak mengalami

batasi/ tambahkan linen

dalam

komplikasi

tempat

tidur

sesuai

indikasi.
4. Kolaborasi dalam
pemberian antipiretik
(aspirin, asetaminofen)
4

Ansietas

b.d Setelah diberikan asuhan


16

1) Kaji respon psikologis

perubahan

status keperawatan selama

klien

kesehatan

....x24 jam diharapkan

rasa cemas klien

terhadap

perdarahan

paska

persalinan
2) Kaji respon fisiologis

berkurang dengan

klien

Kriteria hasil :
a. Klien

dapat

mengungkapkan
secara verbal rasa
cemasnya

dan

mengatakan

takikardia,

takipnea, gemetar )
3) Perlakukan
pasien
secara kalem, empati,
serta sikap mendukung
4) Berikan
informasi
tentang perawatan dan

perasaan

cemas

berkurang

atau

pengobatan
5) Bantu

klien

mengidentifikasi

hilang.

cemasnya
6)
Kaji

rasa

mekanisme

koping yang digunakan


5

Resiko
penyebaran

tinggi Setelah diberikan asuhan


infeksi keperawatan selama

b /d infeksi kerusakan ....x24 jam diharapkan


kulit

resiko infeksi tidak

klien
1) Tinjau

ulang

prenatal, intra partum


dan pasca partum
2) Pertahankan kebijakan
mencuci tangan dengan

menjadi aktual

ketat untuk staf, klien

Kriteria hasil :
infeksi

dan pengunjung
3) Anjurkan/

tidak terjadi
b. mencapai pemulihan

demonstrasikan

a. penyebaran

tepat waktu, bebas


dari

komplikasi

tambahan

catatan

pembersihan perineum
yang

benar

setelah

berkemih, defekasi dan


sering ganti balutan
4) Demonstrasikan
masase

fundus

yang

tepat
5) monitor

TTV

dan

Observasi tanda infeksi


17

lain
6) Anjurkan posisi semi
powler
7) Anjurkan ibu menyusui
secara

periodic

memeriksa mulut bayi


terhadap adanya bercak
putih
8) Kolaborasi :
a. Pantau pemeriksaan
b.

laboratorium
Anjurkan
penggunaan
pemanasan

Perubahan

nutrisi Setelah diberikan asuhan

kurang

yang

lembab
1) Anjurkan

pilihan

makanan

tinggi

dari keperawatan selama

kebutuhan tubuh b / d ....x24 jam diharapkan

protein, zat besi dan

intake

vitamin

yang

tidak nutrisi klien terpenuhi

adekuat

dengan Kriteria hasil :


a. Terpenuhinya
kebutuhan
yang

bila

masukan oral dibatasi


2) Tingkatkan masukan

nutrisi

sedikitnya 2000 ml/

dibuktikan

oleh pemulihan luka


tepat waktu, tingkat
energi cukup dan Hb
/ Ht dalam batas
normal

hari

jus,

sup

cairan nutrisi
3) Anjurkan

dan
tidur/

istirahat adekuat
4) Kolaborasi
a. cairan/
nutrisi

pasca

parenteral

partum.
4. Implementasi Keperawatan
Setelah

rencana

tindakan

keperawatan

disusun

secara

sistemik.

Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang


nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
18

5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi
keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai

serta

kemampuan

dalam

menghubungkan

tindakan-tindakan

keperawatan pada kriteria hasil.


Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu:
a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan
analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang
direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu
yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau
tercapai sebagian.
1) Tujuan Tercapai
Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan
perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah
ditetapkan
2) Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak
tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari
berbagai masalah atau penyebabnya, seperti klien dapat
makan sendiri tetapi masih merasa mual, setelah makan
bahkan kadang-kadang muntah.
3) Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang
diharapkan.

19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi nifas adalah Infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari
endometrium, bekas insersi plasenta dan juga Infeksi nifas adalah infeksi bakteri
pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai
38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman aerob juga
kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion,
infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit, dan Koitus karena
ketuban pecah. Manifestasi yang muncul bergantung pada tempat-tempat infeksi,
ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium
kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan
limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang
muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita.
3.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
a. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti
melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik
terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
b. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional
dalam menetapkan diagnosa keperawatan.

20

Anda mungkin juga menyukai