Anda di halaman 1dari 5

Friska Rachmanita (16811168/TutorialB/Skenario2)

Menurut WHO, kriteria seleksi obat dalam Formularium Rumah Sakit yaitu obat harus memiliki
data yang memadai tentang efikasi dan keamanan dari studi klinis, obat memiliki kualitas,
bioavailabilitas, dan stabilitas yang memadai, harus mempertimbangkan biaya antara obat-obatan,
biaya perawatan total, sehingga tidak hanya biaya unit obatnya, pilihan obat harus dibuat atas dasar
analisis efektivitas biaya, pilihan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti sifat farmakokinetik,
atau ketersediaan fasilitas untuk penyimpanan atau produksi, diutamakan obat tunggal, sedangkan
obat kombinasi yang diterima hanya ketika dosis masing-masing bahan memenuhi persyaratan dari
populasi tertentu dan ketika kombinasi memiliki bukti lebih berpengaruh efikasinya daripada obat
tunggal, menguntungkan dalam hal kepatuhan, dan digunakan obat dengan nama generik tanpa
mengacu nama merek atau produsen tertentu(WHO,2003). TFT mempunyai tugas, antara lain
mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit; melakukan seleksi dan
evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit; mengembangkan standar
terapi; mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat; melakukan intervensi dalam
meningkatkan penggunaan Obat yang rasional; mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat
yang Tidak Dikehendaki; mengkoordinir penatalaksanaan medication error; dan menyebarluaskan
informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit(Anonim,2014).
Rumah Sakit yang didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah merupakan unit pelaksana
teknis dari instansi Pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan ataupun
instansi Pemerintah lainnya, meliputi Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, kementerian atau
lembaga pemerintah non kementerian dan harus diselenggarakan berdasarkan pengelolaan
keuangan badan layanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah
Sakit yang didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah merupakan unit pelaksana teknis
daerah atau lembaga teknis daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan keuangan badan
layanan umum daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit yang
didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di
bidang perumahsakitan, tapi bagi Rumah Sakit publik yang diselenggarakan oleh badan hukum yang
bersifat nirlaba harus dibuktikan dengan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.
Pengaturan pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue) bertujuan untuk
menjamin transparansi/keterbukaan, efektifitas dan efisiensi proses pengadaan obat dalam
rangka memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Seluruh Satuan Kerja di bidang kesehatan baik Pusat maupun Daerah dan FKTP atau FKRTL
Pemerintah melaksanakan pengadaan obat melalui E-Purchasing berdasarkan Katalog
Elektronik (E-Catalogue) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) FKTP atau FKRTL swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dapat melaksanakan
pengadaan obat berdasarkan Katalog Elektronik (E-Catalogue).

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemeliharaan jenis, jumlah dan harga
sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran dalam rangka
pengadaan
untuk
menghindari
kekosongan
obat
dengan
metode
yang
dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar pelaksanaan yang telah ditentukan. Perencanaan
berpedoman pada DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), formularium RS, standart terapi RS,
data catatan medik, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa
persediaan, data pemakaian periode yang lalu dan rencana pengembangan (Quick,1997).
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit.
Ada tiga jenis metode perencanaan yaitu konsumsi, epidemiologi, dan kombinasi keduanya yang
disesuaikan dengan anggaran setempat. Perencanaan dengan metode konsumsi dilakukan
berdasarkan data penggunaan obat diwaktu yang lalu, sedangkan metode epidemiologi dilakukan
berdasarkan data tingkat kejadian penyakit dan standart pengobatan untuk penyakit tersebut.
Data penggunaan obat waktu yang lalu untuk metode konsumsi harus akurat. Metode konsumsi
ini dapat menyebabkan penggunaan obat yang kurang rasional akan terus terjadi berbeda
dengan halnya metode epidemiologi yaitu mengambil asumsi bahwa pengobatan disesuaikan
dengan penyakit yang ada atau terjadi pada saat tertentu (Siregar,2004).

Dari pengamatan data stok, ditemukan obat yang lama tidakdiresepkan lagi sejak Oktober 2001,
yaitu Medicar 400 mg, padahalstoknya masih 11.397 tablet. Ketika hal tersebut ditanyakan kepada
ketuakomite medik, disampaikan bahwa dokter yang dulu-dulu itu senangnyapakai Medicar, tetapi
menurut dokter-dokter yang baru obat itu tidak begitudiperlukan. Sekarang untuk kasus-kasus
psikotik tidak perlu pakai Medicar tetapi dengan obat lain. Itu pengetahuan lama, dan Medicar
menurutpengalaman adiksinya cukup tinggi. Mungkin kebetulan direktur yang dulumasih dokter yang
lama, kemudian dokter yang sekarang adalah lulusan-lulusan baru dengan pengetahuan yang lebih
baru sehingga tidak pakaiMedicar.
Kriteria seleksi obat formularium menurut WHO :
. Hanya mereka obat-obatan harus dipilih yang sehat dan data yang memadai tentang efikasi dan
keamanan yang tersedia dari studi klinis, dan yang bukti kinerja dalam penggunaan umum dalam
berbagai pengaturan medis telah diperoleh.
Setiap obat yang dipilih harus tersedia dalam bentuk di mana kualitas yang memadai, termasuk
bioavailabilitas, dapat yakin; stabilitas di bawah kondisi diantisipasi penyimpanan dan penggunaan
harus ditetapkan.
Bila dua atau lebih obat-obatan tampak serupa dalam hal di atas, pilihan antara mereka harus
dibuat atas dasar evaluasi hati-hati mereka relatif efikasi, keamanan, kualitas, harga dan
ketersediaan.
Dalam perbandingan biaya antara obat-obatan, biaya perawatan total, dan tidak hanya biaya unit
obatnya, harus dipertimbangkan. Di mana obat tidak sepenuhnya mirip, pilihan harus dibuat atas
dasar analisis efektivitas biaya.
Dalam beberapa kasus, pilihan ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti sifat
farmakokinetik, atau dengan pertimbangan lokal seperti ketersediaan fasilitas untuk penyimpanan
atau produsen.
obat Kebanyakan penting harus dirumuskan sebagai senyawa tunggal. Fixed-rasio produk
kombinasi yang diterima hanya ketika dosis masing-masing bahan memenuhi persyaratan dari
populasi tertentu dan ketika kombinasi memiliki keunggulan terbukti lebih senyawa tunggal secara
terpisah di efek terapi, keselamatan atau kepatuhan.
Obat ditentukan oleh nama internasional hak milik (INN) atau nama generik tanpa mengacu nama
merek atau produsen tertentu.

TFT mempunyai tugas:


1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit;
2. melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit;
3. mengembangkan standar terapi;
4. mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat;
5. melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional;
6. mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki;
7. mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
8. menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah
Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan penyedia
Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan
revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit.

Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan


terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu
mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
a. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF) berdasarkan
standar terapi atau standar pelayanan medik;
b. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi;
c. membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika diperlukan dapat
meminta masukan dari pakar;
d. mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi (TFT), dikembalikan ke
masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik;
e. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
f. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit;
g. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
h. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
a. mengutamakan penggunaan Obat generik;
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan
tidak lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang
paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah Sakit, maka Rumah Sakit
harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan Obat dalam
Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan
biaya.

Fornas adalah daftar obat terpilih yang didasarkan pada bukti ilmiah terkini, berkhasiat, aman, dan
dengan harga yang terjangkau, yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
e-catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan
harga barang tertentu dari berbagai Penyedia Barang/Jasa Pemerintah.
e-purchasing adalah tata cara pembelian Barang/Jasa melalui sistem e-catalogue.

Harga masih dapat dikendalikan,tenaga dan beban kerja lebih ringandaripada lelang terbuka

Anda mungkin juga menyukai