Anda di halaman 1dari 28

Clinical Science Session

SINDROMA DISCHARGE GENITAL

Oleh:
Raudhatul Husnia Agus

1010313061

Preseptor:
dr. Zeino Fridsto, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2016

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah swt
yang telah melimpahkan ilmu, akal, pikiran dan waktu sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul Sindroma Discharge Genital . Referat
ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Zeino Fridsto, Sp.OG selaku
preseptor dan pembimbing referat serta semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata,
semoga referat ini bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, Agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
1
DAFTAR ISI ......................................................................................................
2
BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................
3
1.1. Latar Belakang........................................................................
................................................................................................
3
1.2. Batasan Masalah.....................................................................
................................................................................................
4
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................
................................................................................................
4
1.4. Metode Penulisan....................................................................
................................................................................................
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA................................................................
5
2.1. Anatomi Genitalia Wanita.......................................................
................................................................................................
5
2.2. Sindroma Discharge Genital ..................................................

................................................................................................
13
2.3. Gonoroe .................................................................................
................................................................................................
13
BAB III

PENUTUP.....................................................................................
29
3.1. Kesimpulan.............................................................................
................................................................................................
29
3.2. Saran.......................................................................................
................................................................................................
29

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sindroma discharge genital adalah sekelompok penyakit infeksi menular

seksual yang sering kali muncul pada sebagian wanita yang memberikan gejala
keluarnya sekret atau cairan putih hingga kekuningan melalui vagina. Masyarakat
Indonesia biasa menyebut penyakit ini dengan nama keputihan. Sekret yang
keluar dari vagina bervariasi berdasarkan pada konsistensi, warna dan bau.
Sindroma discharge genital dikenal juga dengan vaginal discharge. Vaginal
discharge dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Vaginal discharge
yang fisiologis terjadi karena adanya mukus yang dihasilkan oleh serviks, mukus
yang dihasilkan berwarna jernih dan bila terpapar oleh udara akan menjadi putih
atau kuning. Jumlah mukus yang dihasilkan oleh serviks tergantung oleh kadar
estrogen. Pada umumnya, vaginal discharge yang patologis terjadi karena adanya
infeksi dari organ reproduksi wanita.1
.Infeksi alat genitalia termasuk infeksi menular seksual masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara-negara maju dan
berkembang. Keluhan yang paling sering dari infeksi ini adalah adanya cairan
yang keluar dari vagina yang disebut vaginal discharge. Keluhan vaginal
discharge inilah yang paling sering menyebabkan wanita datang berobat atau
memeriksakan dirinya. Sekitar 20-30% wanita datang ke poli ginekologi dengan
keluhan vaginal discharge dan leukorrhoe.2
Prevalensi sindroma discharge vaginal pada Negara berkembang cukup
tinggi. Suatu community-based survey pada 3000 wanita di India diperoleh hasil
bahwa 14,5% di antaranya menderita sindroma discharge vaginal. Angka
tergolong cukup besar. Terdapat berbagai faktor predisposisi bagi wanita untuk
dapat menderita sindroma discharge vaginal. Penyakit-penyakit yang digolongkan
sebagai sindroma discharge vaginal antara lain vaginosis, trikomoniasis,
candidiasis, servisitis gonorrhea, dan servisitis non gonorrhea.2

1.2

Batasan Masalah
Pembahasan Referat ini mengenai sindroma discharge genital yaitu

penyakit gonore.
1.3

Tujuan Penulisan
Penulisan Referat ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang sindroma

discharge genital.
1.4

Metode Penulisan
Metode penulisan referat ini ialah dengan mengumpulkan berbagai

kepustakaan dari buku dan literatur lain.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Traktus Genitalia Wanita
A. Genitalia Eksterna
Genitalia eksterna terdiri dari:3
a. Vulva

Mons Pubis
Mons pubis atau mons veneris merupakan bantalan lemak yag terletak diatas

simfisis pubis. Pada wanita yang telah pubertaskulit mons pubis dditumbuhi
rambut.

Labia Mayor
Labia mayor menyatu dengan mons pubis di superior, diposterior labia

mayor meruncing dan menyatu di daerah perineum membentuk komisura


posterior. Pada permukaan luar labia mayor ditutupi rambut, sedangkan bagian
dalamnya tidak. dibawah kulit, terdapat lapisan jaringan ikat padat, tidak ada otot,
dan kaya akan serat elastik dan jaringan lemak. Didarahi oeh banyak pleksus
vena.

Labia Minor
Terletak di sebelah medial dari masing-masing labia mayor. Labia minor

meluas ke superior terbagi menjadi dua lamela. Dibagian bawah menyatu


membentuk frenulum klitoris, yang diatas menyatu membentuk preputium
klitoris. Di inferior labia minor meluas sampai garis tengah membentuk
fourchette. Terdiri dari jaringan ikat yang kaya pembuluh darah, serat elastin, dan
beberapa serat otot polos yang disarafi oleh berbagai ujung saraf dan sangat
sensitif. Epitel berlapis gepeng berkeratin menutupi permukaan luar, bagian lateral
permukaan dalam bagian lateral dilapisi epitel gepeng berkeratin sampai batas
garis Hart, sedangkan permukaan dalam bagian medial dilapisi epitel gepeng yang
tidak berkeratin. Sedikit mengandung folikel rambut, kelenjar ekrin, dan apokrin
namun banyak kelenjar sebasea.

Klitoris
Organ sensitif wanita utama ini merupakan badan erektil yang terdiri dari

glans, korpus, dan dua krura. Glans merupakan bagian yang kaya persarafan.
Badan klitoris mempunyai dua korpora kavernosa kemudian akan menyatu
dengan korpora spongiosa membentuk komisura di bawah permukaan ventralnya.

Vestibulum
Pada wanita dewasa dibatasi oleh garis Hart di sebelah lateral, permukaan

luar hymen disebelah medial, frenulum klitoris dibagian anterior, dan fourchette di
bagian posterior. Pada vestibulum vagina terdapat enam ostium : uretra, vagina,
dua duktus Bartholin, dan dua duktus Skene. Bagian posterior vestibulum vagina
diantra fourchette dan ostium vagina terdapat fosa navikulare yang biasa terlihat
hanya pada wanita nullipara.

Ostium vagina dan Hymen


Ostium vagina dikelilingi oleh hymen atau sisanya. Hymen adalah

membaran dengan berbagai ketebalan yang mengelilingi ostium vaginae secara


engkap atau sebagian. Terdiri dari jaringan ikat kolagen an elastik dan dilapis oleh
epitel gepeng berlapis.

Ostium uretra
Dua pertiga bawah ureetra terletak tepat diatas dinding anterior vagina.

Ostium terletak di garis tengah vestibulum, 1-1,5 cm di bawah arkus pubis dan
sedikit di atas ostium vagina.

Kelenjar vestibular

Terdiri dari sepasang kelenjar Bartholin dan sepasang kelenjar skene.

Bulbus Vestibular

b. Vagina
Vagina merupakan struktur muskulomembranosa berugae yang memanjang
dari vulva ke uterus dan terletak daiantara kandung kemih dan rektum. Di anterior
vagina dipisahkan dari traktus urinarius dengan jaringan ikat yang membentuk
septum vesiko-vaginal. Di posterior, dipisahkan dari traktus gastrointestinal

dengan septum rekto-vagina. Seperempat atas vagina dipisahkan dari rektum oleh
cul-de-sac Douglas. Pnjang vagina bervariasi tetapi umunya panjang dinding
anterior dan posterior vagina berturut-turut adalah 6-8 cm an 7-10 cm.
c. Perineum
Daerah antara tepi baawah vulva dengan tepi anus. Batas-batas otot
daifragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversusproffunda, m.constrictor urethra). Perineal body adaah
raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada
persainan, kadang perlu di potong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan
mencegah ruptur.

Gambar 2.1 Anatomi Genitalia Eksterna


Perdarahan berasal dari arteri pudendus interna yaitu cabang terminal bagian
depan arteri iliaka yang berakhir menjadi arteri dorsalis klitoris. Cabang-cabang
arteri pudenus interna juga mendarahi perineum, yaitu arteri rektalis inferior dan
labialis posterior. Cabang arteri femoral menyuplai bagian anterior dari vulva.
Selain itu arteri pudendus superfisial dan profunda juga memberikan suplai darah
untuk organ genitalia eksterna. Peksus vena yang luas mengelilingiorgan genitalia
eksterna dan mengikuti perjalanan arteri.
Pembuluh limfe dari sepertiga bawah, bersama berasal dari vulva, mengalir
utama ke nodi lymphoidei inguinale. Yang berasal dari sepertiga tengah mengalir
ke nodi iliaci interni, dan yang berasal dari sepertiga atas mengalir ke nodi iliaci
communes, interni, dan externi.
8

Persarafan genitalia eksterna yaitu terdiri dari:


a. N. pudendus, yaitu cabang n.spinalis S2, S3, dan S4
b. Selain itu persarafan sensorik tambahan yaitu dari n.illioinguinal (L1), n.
genitofemoral (L1 dan L2), n. cutaneus posterior
B. Genitalia Interna3

Gambar 2.2 Organ dalam Panggul


a. Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum
(serosa). Uterus terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian segitiga atas (corpus
uteri), dan bagian selindris bawah (serviks). Isthmus dalah bagian ostium uteri
interna yang merupakan bagian tersempit dan menghubungkaan corpus uteri
dengan serviks. Uterus nulipara berukuran 6-8 cm dengan berat sekitar 50-70 gr
dan multipara berukuran 9-10 cm dengan berat sekitar 80 gr. Pada nulipara
panjang fundus dan serviks sebanding namun pada multipara panjang serviks
hanya sepertiga dari panjang total uterus. Terus terdiri dri tiga lapis yaitu
endometrium, miometrium, dan perimetrium.
Uterus digantung oleh beberapa ligamentum yaitu ligamentum teres uteri
kiri dan kanan, ligamentum latum uteri kiri dan kanan, ligamentum suspensorium
iovarii kiri dan kanan, ligamentum kardinale, dan ligamentum uterosakralis.
Uterus didarahi oleh arteri uterina (cabang utama aarteri iliaca interna) dan

ovarica (cabang langsung dari aorta). Persarafan uterus terutama dari sistem saraf
simpatik (pleksus iliaka interna, namun sebagian juga berasal dari sistem
serebrospinal dan parasimpatik (S2, S3, dan S4).
b. Serviks
Bagian terbawah uterus, terdiri dar pars vaginalis (berbatasan/menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginais. Terdiri dari 3 komponen utama :
otot polos, jalinan jarngan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar
di dalam rongga vagina yaitu portio serviks dengan lubang ostium uteri eksternum
(luar, arah vagina) dilapisi eptel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium
uteri internum. Sebelum melahirkan lubng ostium eksternum bulat kecil, setelah
melahirkan berbeentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudalposterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukoserviks menghasilkan lendir
getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan
larutan berbagai garam, peptida, dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir
serviks dipengaruhi siklus haid.
c. Tuba falopii/Salping
Sepasang tuba kiri-kanan , panjang 8-14 cm berfungsi sebagai jalan
transportasi ovum dariovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri dari tida
lapisan: serosa, muskularis (longutidina dan sirkular), serta mukosa dengan epitel
bersilia.
Tuba terdiri dari :

Pars isthmica

Pars ampularis

Pars infundibulum

d. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
e. Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval berbentuk oval, terletak didalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat an
jalan pembuluh darah dan saraf. Ovarium terdiri dari korteks an medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum,
siintesis dan sekresi hormon-hormon steroid. Berhubungan dengan pars

10

infundibulum tuba falopii melalui perekatan fimbriae menangkap ovum yang


dilepaskan saat ovulasi.
Ovarium

terfiksir

oleh

ligamentum

ovarii

propium,

ligamentum

infundibulopelvicum dan jaringan iat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta


abdominalis inferior terhadap arteri renalis.

Gambar 2.3 Genitalia Interna


2.2 Sindroma Discharge Genital
2.2.1 Defenisi
Sindroma discharge genital adalah sekelompok penyakit infeksi menular
seksual yang sering kali muncul pada sebagian wanita yang memberikan gejala
keluarnya sekret atau cairan putih hingga kekuningan melalui vagina. Biasa
dikenal juga dengan vaginal discharge. Vaginal discharge merupakan cairan yang
keluar dari vagina. Cairan vagina normal adalah berwarna putih, non homogen
dan kental. Cairan tersebut mengandung sel skuamosa epitel vagina dalam
transudate serous serta bahan dari sebasea, keringat dan kelenjar bartholini, serta
sekresi dari serviks. Sejumlah kecil leukosit polimorfonuklear juga dapat dilihat
yang berasal dari serviks.4
PH vagina bersifat asam berada di bawah 4,5 biasanya antara 3,8-4,2. Hal ini
disebabkan karena asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri yang terdapat di
dalam vagina.. Di dalam vagina terdapat organisme yang dominan yaitu
Lactobacilli, bakteri gram-positif dalam jumlah yang banyak. Sifat asam dan

11

bakteri yang ada di dalam vagina berfungsi sebagai protektor terhadap


mikroorganisme yang seharusnya tidak ada di dalam vagina yang dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan.4.
2.2.2 Etiologi
1. Infeksi
- Umum
o Mikroorganisme: Candida, Trichomonas ,Chlamydia, N.
gonorrhoeae
o Kondisi: Vaginosis bakterialis, PID, infeksi panggul, sepsis
- Jarang
o HPV, sifilis, mycoplasma, ureaplasma, E. coli
2. Penyebab lainnya
- Umum:: Tampon,kondom, kimia, dll
- Jarang: Trauma fisik, jaringan granulasi, fistula, neoplasia
2.2.3 Klasifikasi Sindroma Discharge Genital
Vaginal discharge dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis. Vaginal
discharge yang fisiologis terjadi karena adanya mukus yang dihasilkan oleh
serviks. Jumlah mukus yang dihasilkan oleh serviks tergantung oleh kadar
estrogen. Beberapa faktor yang mempengaruhi vaginal discharge fisiologis antara
lain :
-

Usia
o Prapubertas
o Reproduksi
o Pascamenopause
Hormon
o Kontrasepsi hormonal
o Perubahan hormon
o Kehamilan
Faktor-faktor lokal
o Menstruasi
o Pascasalin
o Keganasan
o Semen
o higiene perorangan

Pada umumnya vaginal discharge patologis terjadi karena adanya infeksi dari
organ reproduksi wanita. Pengeluaran sekret vagina yang purulen dapat
disebabkan

adanya infeksi seperti trikomoniasis, kandidiasis, dan vaginosis

bakterial. N. gonorrhoeae dan C. trachomatis

sering menyebabkan radang

12

serviks. Vaginal discharge patologis sangat berhubungan dengan infeksi menular


seksual.

Gambar 2.3 Klasifikasi Vaginal discharge


2.2.4 Diagnosis
Deteksi infeksi pada vagina ataupun serviks berdasarkan gejala klinis sulit
dilakukan karena sebagian besarwanita dengan gonore atau klamidiosis tidak
merasakan keluhan atau gejala (asimptomatis). Di antara wanita dengan gejala
duh tubuh vagina, perlu dicari mereka yang cenderung lebih mudah terinfeksi oleh
N.gonorrhoeae dan atau C.trachomatis. Pada kelompok tersebut, akan lebih
bermanfaat bila dilakukan pengkajian status risiko, terutama bila faktor risiko
tersebut telah disesuaikan dengan pola epidemiologis setempat. Pemeriksaan
secara mikroskopik hanya sedikit membantu diagnosis infeksi serviks, karena
hasil pemeriksaan yang negatif sering menunjukkan hasil yang negatif palsu.
Untuk keadaan ini perlu dilakukan kultur/ biakan kuman.5
Pengetahuan tentang prevalensi gonore dan atau klamidiosis pada wanita
dengan duh tubuh vagina sangat penting dalam menetapkan pengobatan infeksi
serviks. Makin tinggi prevalensi gonore dan atau klamidiosis, maka akan lebih
meyakinkan kita untuk memberikan pengobatan terhadap infeksi serviks. Wanita

13

dengan faktor risiko lebih cenderung menunjukkan infeksi serviks dibandingkan


dengan mereka yang tidak berisiko.5
Wanita

dengan

duh

tubuh

vagina

disertai

faktor

risiko

perlu

dipertimbangkan untuk diobati sebagai servisitis yang disebabkan oleh gonore dan
klamidiosis. Bila sumber daya memungkinkan, perlu dipertimbangkan untuk
melakukan skrining dengan tes laboratorium terhadap para wanita dengan duh
tubuh vagina. Skrining tersebut dapat dilakukan terhadap semua wanita dengan
duh tubuh vagina atau secara terbatas hanya terhadap mereka dengan duh tubuh
vagina dan faktor risiko positif.5
Di beberapa negara, bagan alur penatalaksanaan sindrom telah digunakan
sebagai perangkat skrining untuk deteksi infeksi serviks pada wanita tanpa
keluhan genital sama sekali (misalnya pada pelaksanaan program keluarga
berencana). Walaupun hal ini dapat membantu dalam mendeteksi wanita dengan
infeksi serviks, tetapi kemungkinan dapat terjadi diagnosis yang berlebihan.5

14

Gambar 2.3 Alur Diagnosis

15

16

17

2.2.5 Terapi

2.3 Gonore
2.3.1 Definisi
Gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut dan
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae suatu kuman gram negatif berbentuk
seperti biji kopi dan letaknya dapat intra maupun ekstraseluler.6,7,8
Gonore merupakan penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah
dari OUE ( Orifisium Uretra Eksternum ) sesudah melakukan hubungan kelamin.9

18

2.3.2 Etiologi
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser
pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Neisseria gonorrhoeae
adalah kokus gram negatif, diameter 0,6 sampai 1,5 m, biasanya terlihat
berpasangan dengan sisi datar yang berdekatan. Organisme ini sering kali
ditemukan intraseluler dalam leukosit polimorfonuklear ( neutrofil ) dari bahan
eksudat pustular. Fimbriae, yang memainkan peranan yang penting pada proses
perlekatan, memanjang beberapa mikrometer dari permukaan sel.6

Gambar 2.7 Neisseria Gonorrhoeae


2.3.3 Epidemiologi
Di dunia diperkirakan terdapat 200 juta kasus baru gonore setiap tahunnya.
Dimana pria 1,5 kali lebih banyak daripada wanita.Di Amerika Serikat
diperkirakan terdapat 600.000 kasus baru gonore setiap tahunnya, kira-kira 240
kasus per 100.000 populasi. Insiden gonore tertinggi terjadi di negara-negara
berkembang. Lebih banyak mengenai penduduk dengan sosial ekonomi rendah.
6,10

Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan


kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan
rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35
tahun pada populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia
15 -19 tahun (715,6 per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata
tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000).6,10

19

2.3.4 Patofisiologi
Manusia adalah satu-satunya reservoar untuk Neiserria gonorrhoeae.
Organisme ini cepat berkembang biak, dan infeksi menyebar melalui kontak
langsung dengan mukosa yang terinfeksi, biasanya sewaktu berhubungan kelamin.
Bakteri ini mula-mula melekat ke epitel mukosa, terutama tipe kolumnar atau
transisional, menggunakan beragam molekul perekat di membran dan struktur
yang di namai pili .Perlekatan ini mencegah organisme terbilas oleh cairan tubuh,
misalnya urine atau mukus endoserviks. Karena adanya perlekatan dari bakteri ini
mengakibatkan timbulnya respon dari host dengan adanya invasi dari neutrofil,
pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosal dan discharge
purulent.8
2.3.5 Patogenesis
Gonokokus (Neiserria gonorrhoeae) dapat bertahan didalam uretra
meskipun proses hidrodinamik akan membilas organisme dari permukaan
mukosa. Oleh karena itu gonokokus harus dapat melekat dengan efektif pada
permukaan mukosa. Perlekatan gonokokus dengan perantaraan pili, dan mungkin
permukaan epitel lainnya. Hanya mukosa yang berlapis epitel silindris dan kubis
yang peka terhadap infeksi gonokokus.6,10
Gonokokus

akan

melakukan

penetrasi

permukaan

mukosa

dan

berkembang biak dalam jaringan subepitelial. Gonokokus akan menghasilkan


berbagai produk ekstraseluler seperti fosfolipase, peptidase yang dapat
mengakibatkan kerusakan sel. Adanya infeksi gonokokus akan menyebabkan
mobilisasi leukosit PMN (Polymorpho nuclear), menyebabkan terbentuknya
mikro abses subepitelial yang pada akhirnya akan pecah dan melepaskan PMN
dan gonokokus.6,10
Kuman ini mempunyai pili dan beberapa protein permukaan, sehingga dapat
melekatpada sel epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial. Dengan adanya
lipooligosakaridaakan menimbulkan invasi dan destruksi sel epitel mukosa dan
lapisan submukosa secara progresif, disertai dengan respons dari leukosit
polimorfonuklear yang hebat. Peradangan dandestruksi sel epitel tersebut
menimbulkan duh tubuh mukopurulen.6,10
20

2.3.6 Manifestasi Klinis


Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore. Masa
tunas penyakit berkisar antara 2-5 hari. Sesudah lewat masa tunas penderita
mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing. Kemudian keluar nanah yang
berwarna putih susu dari uretra dan muara uretra membengkak. Pada wanita dapat
timbul fluor albus. 6,7,8,10
Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada
wanita selain pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang
menonjol berupa servisitis dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala
keputihan biasanya ringan, seringkali disamarkan dengan penyebab keputihan
fisiologis lain, sehingga tidak merangsang penderita untuk berobat. Dengan
demikian

wanita

seringkali

menjadi

carrier

dan

akan

menjadi

sumberpenularanyangtersembunyi. 6,7,8,10
Masa tunas pada wanita sulit ditentukan karena biasanya asimptomatis.
Gejala utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari endoservisitis dimana
bersifat purulen, tipis dan agak berbau. Beberapa pasien dengan servisitis gonore
kadang mempunyai gejala yang minimal. Disuria atau keluar sedikit duh tubuh
dari uretra yang mungkin disebabkan oleh uretritis yang menyertai servisitis.
Dispareunia dan nyeri perut bagian bawah. Jika servisitis gonore tidak diketahui
atau asimptomatis maka dapat berkembang menjadi PID. Nyeri ini bisa
merupakan akibat dari menjalarnya infeksi keendometrium, tuba fallopi, ovarium
dan peritoneum. Nyeri bisa bilateral, unilateral dan tepat pada garis tengah. Dapat
disertai panas badan, mual dan muntah. Nyeri perut bagian kanan atas dari
perihepatitis ( Fitz-Hugh-Curtis syndrome) bisa terjadi melalui penyebaran bakteri
keatas lewat peritoneum. 6,7,8,10
Pada kasus-kasus yang simtomatis dengan keluhan keputihan harus
dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain seperti trichomoniasis,
vaginosis, candidiasis maupun uretritis non gonore yang lain. Pada wanita, infeksi
primer tejadi di endocerviks dan menyebar kearah uretra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba

21

uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidak suburan


( infertilitas ) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci. 6,7,8,10

Gambar 2.8. Gonore pada pria dan wanita


2.3.7 Diagnosis
a. Anamnesa
a. Adanya coitus suspectus
b. Fellatio
c. Cunilingus
b. Pemeriksaan Fisik
Saluran Urogenital Bawah

Sekret mukopurulen atau purulen dari serviks


Sekret atau perdarahan dari vagina8,9,10
Saluran Urogenital Atas

PID (Pelvic Inflammatory Disease)


Nyeri abdomen bagian bawah dengan atau tanpa penyebaran rasa nyeri
Nyeri pada waktu serviks digerakkan
Nyeri tekan adneksa
Panas badan
Nyeri tekan abdomen bagian kanan atas8,9,10

c. Pemeriksaan Penunjang

22

Pemeriksaan laboratorium
Cara pengambilan spesimen

Spesimen pada penderita servisitis gonore diambil dari endoserviks,


digunakan pada pemeriksaan Gram dan kultur.
Pengambilan duh tubuh endoserviks dilakukan denganmemakai alat
spekulum yang telah dibasahi air, kemudian dimasukkan kedalam vagina.
Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis servikalis sedalam 2-3
cm,kemudian swab diputar selama 10 detik dan diangkat.6,8,10
1. Sediaan Langsung ( Pengecatan Gram )

Pengecatan gram adalah test yang cepat dan tidak mahal.


Sediaan diwarnai dengan pewarnaan gram untuk melihat adanya kuman
Diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan

ekstraseluler.
Bahan pemeriksaan diambil dari pus diuretra yang keluar spontan ataupun
melalui pemijatan, sedimen urin, secret dari massase prostat ( pada pria ),
muara uretra , muara kelenjar bartolin, serviks, rectum ( pada wanita ) dan

sekret mata ( pada bayi )


Pada wanita dengan hasil kultur serviks yang positif, hasil pengecatan
gram dari endoserviks mempunyai sensitivitas 50-60% dan spesifisitas
82-97%. Adanya lebih dari 30 sel PMN ( Polymorphonuclear) per high-

power field dari hapusan endoserviks mencerminkan adanya servisitis.


Sensitifitas dan spesifisitas pengecatan gram lebih rendah pada spesimen
endoservikal dan rektal.6,8,10

23

Gambar 2.9 Pengecatan gram


2. Kultur
Pemeriksaan kultur pada gonore mempunyai sensitivitas sekitar 80- 90%.
Terdapat beberapa macam media untuk isolasi Neiserria gonorrhoeae yaitu media
transport dan mediapertumbuhan. Media transport digunakan jika letak
pengambilan spesimen jauh darilaboratorium. Spesimen dalam media transport
yang disimpan dalam lemari es dapat tahan selama 24 jam. 6,8,10
2.3.8 Terapi
Pengobatan yang benar meliputi : pemilihan obat yang tepat serta dosis
yang adekuat untuk menghindari resistensi kuman. Melakukan tindak lanjut
secara teratur sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum penyakitnya
benar-benar sembuh dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual.
Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar tidak terjadi fenomena
pingpong .6,8
Terapi gonore tanpa komplikasi :
Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal
Ceftriaxone 250 mg im dosis tunggal
Ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal
24

Ofloxacin 400 mg per oral dosis tunggal


Spectinomycin, 2 g im injeksi, dosis tunggal
Bila diduga ada infeksi campuran dengan Chlamydia dapat ditambahkan :
o
Erytromycine 500 mg sehari 4 kali peroral selama 7 hari
o
Doxycycline 100 mg/ sehari 2 kali peroral selama 7 hari6,8
Untuk Ciprofloxacin CDC menganjurkan untuk tidak diberikan pada area
geografi tertentu karena sudah resisten seperti Inggris, Wales, Kanada sedangkan
Asia,Kepulauan Pasifik, California dilaporkan masih peka dan sensitif.
Ciprofloxacin kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan untuk anakanak.6,8
Terapi gonore pada wanita hamil

Ceftriaxone 250 mg dosis tunggal


Amoxicilline 3g + probenesid 1 g
Cefixime 400 mg dosis tunggal6,8

BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan

25

a. Sindroma discharge genital adalah sekelompok penyakit infeksi menular


seksual yang sering kali muncul pada sebagian wanita yang memberikan
gejala keluarnya sekret atau cairan putih hingga kekuningan melalui
vagina.
b. Sindroma discharge genital atau yang dikenal vaginal discharge terdiri atas
yang fisiologis dan patologis.
c. Vaginal discharge patologis berkaita erat dengan infeksi menular seksual.
Terdiri dari infeksi trikomoniasis, vaginitis bakterialis, candidiasis
vaginitis, servisitis gonore, dan servisitis non-gonore.
d. Gonore adalah salah satu penyakit sindroma discharge genital. Gonore
perlu segera ditatalaksana karena bisa menyebabkan infertilittas.
3.2.Saran
Pembaca dan penulis dapat mempelajari lebih lanjut sindroma discharge
genital yang termasuk infeksi karena gonore ataupun non-gonore.

DAFTAR PUSTAKA

26

1.

International Society for The Study of Vulvovaginal Disease. 2003. Diunduh


dari http://www.nlm.nlh.gov/medlineplus/ency/article/003158.htm. diakses

2.

25 Agustus 2016
Amiruddin D. 2013. Penyakit Menular Seksual. Makassar: Hasanuddin

3.

University Press. Hal:111-112


Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Daseh JS, et all.

4.

Williams Obstetric 24th Edition. 2014. New york: McGraw Hill.


Des S, Cutriona M. Vaginal discharge. BMJ. Dec 1 2007:335(7630):11471151 diakses dari htttp://www.ncbi.nlm.nlh.gov/pmc/articles/PMC2099568.

5.

Diakses 25 Agustus 2016


Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kemenkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Infeksi Menular Seksual.

6.

Kementrian Kesehatan RI. Jakarta:2011


Djuanda A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Bagian ilmu

7.

Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI. Jakarta: EGC


Wolf K. 2008. Fitzpatrick.s in General Medicine 7th Edition. New york:

8.

McGraw Hill.
Listawan Y, Indropo A, Sunarko M. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bagian Ilmu Kulit dan Penyakit Kelamin Edisi III. Surabaya: Airlangga

9.
10.

University Press.
Siregar S. 2005. Saripati Penyakit Kulit Edisi II. Jakarta: EGC
Murtiastutik D. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Surabaya :
Airlangga University Press.

27

Anda mungkin juga menyukai