Kejang Demam Referat Tambahan FINISH
Kejang Demam Referat Tambahan FINISH
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dijumpai di bidang
neurology khususnya anak. Kejang demam jarang terjadi pada epilepsy, dan kejang
demam ini secara spontan dapat sembuh tanpa terapi tertentu. Kejang selalu merupakan
peristiwa yang lazim pada masa anak, dengan prognosa yang baik secara seragam.
Namun, kejang demam menandakan adanya penyakit infeksi akut yang serius yang
mendasari sehingga setiap anak harus diperiksa secara cermat dan secara tepat diamati
mengenai penyebab demam yang menyertai 1. Kejang demam pada umumnya dianggap
tidak berbahaya dan sering tidak menimbulkan gejala sisa; akan tetapi bila kejang
berlangsung lama sehingga menimbulkan hipoksia pada jaringan Susunan Saraf Pusat
(SSP), dapat menyebabkan adanya gejala sisa di kemudian hari 1.Frekuensi dan lamanya
kejang sangat penting untuk diagnosa serta tata laksana kejang, ditanyakan kapan kejang
terjadi, apakah kejang itu baru pertama kali terjadi atau sudah pernahsebelumnya, bila
sudah pernah berapa kali dan waktu anak berumur berapa 1.Sifat kejang perlu ditanyakan,
apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum atau fokal. Ditanya pula lama serangan,
kesadaran pada waktu kejang dan pasca kejang. Gejala lain yang menyertaiditeliti,
termasuk
demam,
muntah,
lumpuh,
penurunan
kesadaran
atau
kemunduran
kepandaian.Pada neonatus perlu diteliti riwayat kehamilan ibu serta kelahiran bayi.
Kejang demam jarang terjadi pada epilepsi, dan kejang demam ini secara spontan sembuh
tanpaterapi tertentu. Kejang demam ini merupakan gangguan kejang yang paling lazim
pada masa anak, dengan pragnosa baik secara seragam..Penanganan kejang demam
sampai saat ini masih terjadi kontroversi terutama mengenai pengobatannya yaitu perlu
tidaknya penggunaan obat untuk profilaksis rumat .Dengan latar belakang tersebut,
penyusun merasa perlu untuk mengangkat kejadian kejangdemam ini dalam sebuah
referat yang berjudul Kejang Demam dan Penatalaksanaannya;mengacu pada
perkembangan penatalaksanaan kejang demam terkini 2.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kejang
Sebelum kita memahami definisi mengenai kejang, perlu kita ketahui tentang
seizure dan konvulsi .Yang dimaksud dengan seizure adalah cetusan aktivitas
listrik abnormal yang terjadi secara mendadak dan bersifat sementara di antara saraf-saraf
diotak yang tidak dapat dikendalikan. Akibatnya, kerja otak menjadi terganggu.
Manifestasi
dari
seizure
bisa
bermacam-macam,
dapat
berupa
penurunan
Kejang
Tiba-tiba
Menyerupai kejang
Mungkin gradual
Lama serangan
Detik/menit
Beberapa menit
Kesadaran
Sering terganggu
Jarang terganggu
Sianosis
Sering
Jarang
Gerakan ekstremitas
Sinkron
Asinkron
Stereotipik serangan
Selalu
Jarang
Sering
Sangat jarang
Selalu
Jarang
Gerakantetap ada
Gerakan hilang
Dapat di profokasi
Jarang
Hampir selalu
Jarang
Selalu
Hamper selalu
Tidak pernah
Selalu
Selalu
Jarang
Kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
( suhu rektal lebih dari 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 1,2,3
Mengenai definisi kejang demam ini masing-masing peneliti membuat batasan-batasan
sendiri, tetapi pada garis besarnya hampir sama. Menurut Consensus Statement on
Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak, biasanya
terjadi antara umur antara umur 3 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi
tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. 1,2 Anak yang pernah
kejang tanpa demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Derajat
tingginya demam yang dianggap cukup untuk diagnosis kejang demam ialah 38C atau
lebih, tetapi suhu sebenarnya saat kejang tidak diketahui.1 Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang
demam. Kejang disertai demam pada bayi usia kurang dari 1 bulan tidak termasuk kejang
demam 6.
B. Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika Selatan,
dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus merupakan kejang
demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-23
bulan). Kejang demam sedikit lebih sering terjadi pada laki-laki.4
C. Faktor Risiko
Faktor risiko kejang demam pertama adalah demam. Selain itu terdapat faktor
riwayat kejang demam pada orangtua atau saudara kandung, perkembangan terlambat,
problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah.3
Setelah kejang demam pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali
rekurensi (kekambuhan), dan kira kira 9 % anak mengalami rekurensi 3 kali atau lebih,
resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah
demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan
riwayat keluarga epilepsi.1,2,3
Kejang demam sangat tergantung pada umur, 85% kejang pertama sebelum
berumur 4 tahun, terbanyak diantara 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang
demam pertama sebelum berumur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya
setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi, walaupun pada beberapa pasien
masih dapat mengalami sampai umur lebih dari 5-6 tahun. Kejang demam diturunkan
secara dominan autosomal sederhana.1
D. Klasifikasi
Umumnya kejang demam ini dibagi menjadi dua golongan. Kriteria untuk
penggolongan tersebut dikemukakan oleh berbagai pakar. Dalam hal ini terdapat
beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang,
tingginya demam, usia penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran rekaman otak,
dan lainnya.12
Klasifikasi menurut Prichard dan Mc Greal 12.
Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu :
1. kejang demam sederhana
2. kejang demam tidak khas.
Kejang demam sederhana
1. kejangnya bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan tungkai kiri yang
kejang sama seperti yang kanan.
2. usia penderita antara 6 bulan- 4 tahun.
3. suhu 1000 F ( 37,780C) atau lebih
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi bangkitan kejang didalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh kriteria
modifikasi Livingston diatas digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh demam.
Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar
E. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Faktor resiko
kejang demam yang penting adalah demam. Namun kadang-kadang demam yang tidak
begitutinggi dapat menyebabkan kejang. Selain itu terdapat faktor resiko lain, seperti
riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat,
problempada masa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah.
Demam dapat muncul pada permulaan penyakit infeksi (extra Cranial), yang
disebabkanoleh banyak macam agent, antara lain : 12
Bakteri
Pharingitis
Tonsilitis
Otitis Media
Laryngitis
Bronchitis
Pneumonia
Dysenteri Baciller,
Shigellosis
Sepsis.
Pyelitis
Cystitis
Pyelonephritis
Virus:Terutama yang disertai exanthema :
Varicella
Morbili
Dengue
Exanthemasubitung
F. Patofisiologi
Renjatan listrik akan diteruskan sepanjang sel neuron. Dan diantara 2 sel
neuron,terdapat celah yang disebut sinaps, yang menghubungkan akson neuron presinaps dandendrite neuron post sinaps. Untuk menghantarkan arus listrik pada sinaps
ini,dibutuhkan peran dari suatu neurotransmitter.
Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan bahan
yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang.3
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 C
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi , kejang baru terjadi pada suhu 40C
atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam
lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya
perlu diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.3
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi kadang kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15
menit) biasanya disertai terjadinya apne, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapni, asidosis laktat
disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot
dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat.3
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan
neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksemia sehingga meninggikan permeabilitas
kapiler dan timbul edem otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.3
Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis diotak sehingga terjadi epilepsi.3
G. Manifestasi klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengn
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan
saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis, dan lainlain.1,2,3,5Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik bilateral,
tonik, klonik, fokal atau akinetik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata
terbalik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan semakin berulang
tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.1,2,3,45
Sebagian kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung
lebih dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak
kembali terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti
hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap.
Bangkitan kejang yang lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama. Jika
kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan cedera otak atau
kejang menahun adalah kecil.4
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada penderita yang
sebelumnya normal. Kelainan neurologis terjadi pada sebagian kecil penderita, ini
biasanya terjadi pada penderita dengan kejang lama atau berulang baik umum atau fokal.
Gangguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang demam sederhana. IQ
lebih rendah ditemukan pada penderita kejang demam yang berlangsung lama dan
mengalami komplikasi. Risiko retardasi mental menjadi 5 kali lebih besar apabila kejang
demam diikuti terulangnya kejang tanpa demam.
H. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami
demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
lanjutan
yang
anak,1,2,3,4,5,6,7yaitu:
1. Pungsi lumbal
perlu
dilakukan
jika
didapatkan
karakteristik
khusus
pada
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit., kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam pertama.
Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber demam, bukan sekedar
sebagai pemeriksaan rutin.6,7
4. Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan imaging (CT Scan atau MRI) dapat dindikasikan pada keadaan:
a. Adanya riwayat dan tanda klinis trauma kepala.
b. Kemungkinan adanya lesi struktural diotak (mikrosefali, spastik).
c. Adanya tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah
berulang, fontanel anterior membonjol, paresis saraf otak VI, edema papil).6
I. Diagnosis Banding
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan
apakah penyebab dari kejang itu didalam atau diluar susunan saraf pusat (otak). Kelainan
didalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak dan
lain-lain.2 Oleh sebab itu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada
kelainan organis di otak. Baru sesudah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong
dalam kejang demam sederhana atau epilepsi yang diprovokasi oleh demam. Infeksi
susunan saraf pusat dapat disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan cairan
cerebrospinal. Kejang demam yang berlangsung lama kadang-kadang diikuti hemiparesis
sehingga sukar dibedakan dengan kejang karena proses intrakranial. Sinkop juga dapat
diprovokasi oleh demam, dan sukar dibedakan dengan kejang demam. Anak dengan
demam tinggi dapat mengalami delirium, menggigil, pucat dan sianosis sehingga
menyerupai kejang demam.1
J. Perjalanan Penyakit
Beberapa hal yang harus dievaluasi adalah mortalitas, perkembangan mental dan
neurologis, berulangnya kejang demam dan risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari.
Mortalitas pada kejang demam sangat rendah, hanya rendah, hanya sekitar 0,64-0,74%.2
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Peneliti lain melakukan penelitian retrospektif dan melaporkan
kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus. Kelainan neurologis yang terbanyak ialah
hemiparesis, disusul diplegia, koreoatetosis atau rigiditas serebrasi. Kelainan ini biasanya
terjadi pada pasien dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum maupun fokal.
11% pasien kejang menunjukkan hiperaktivitas walaupun tidak diberi pengobatan
fenobarbital.2
Gangguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang demam sederhana.
Ellenberg dan Nelson melaporkan bahwa IQ pada 42 pasien kejang demam tidak berbeda
dibandingkan dengan saudara kandungnya yang tidak menderita kejang demam. IQ lebih
rendah ditemukan pada pasien kejang demam yang berlangsung lama dan mengalami
komplikasi. Risiko retardasi mental menjadi 5 kali lebih besar apabila kejang demam
diikuti terulangnya kejang tanpa demam. Angka kejadian kejang tanpa demam atau
epilepsi berbeda-beda tergantung kepada cara penelitian, pemilihan kasus dan definisi.
Sebagian peneliti melaporkan angka sekitar 2-5%.2
Livingston melakukan pengamatan selama 1 tahun lebih. Ia mendapatkan bahwa
diantara 201 pasien kejang demam sederhana hanya 6 (3%) yang menderita kejang tanpa
demam (epilepsi), sedangkan diantara 297 pasien yang digolongkan epilepsi yang
diprovokasi oleh demam 276(93%) menderita epilepsi. Prichard dan Mc Greal
mendapatkan angka epilepsi 2 % pada kejang demam sederhana dan 30% pada kejang
demam atipikal. Diindonesia, Lumbantobing melaporkan 5 (6,5%) diantara 83 pasien
kejang demam menjadi epilepsi.2
Angka kejadian epilepsi pada pasien kejang demam kira-kira 2-3 kali lebih banyak
dibandingkan populasi umum dan pada pasien kejang demam berulang kemungkinan
terjadinya epilepsi adalah 2 kali lebih sering dibandingkan dengan pasien yang tidak
mengalami berulangnya kejang demam. Faktor risiko terjadinya epilepsi adalah:
1) Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
perkembangan.
2) Adanya riwayat kejang tanpa demam (epilepsi) pada orangtua atau saudara
kandung.
3) Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit atau kejang fokal.
Bila hanya satu faktor risiko kemungkinan timbulnya epilepsi adalah 2-3, sedangkan
apabila terdapat 2 dari 3 faktor diatas, kemungkinan menjadi epilepsi adalah 13%.
Epilepsi yang terjadi setelah kejang demam dapat bermacam-macam, yang paling sering
adalah epilepsi motor umum yaitu kira-kira 50%. Kejang demam yang lama biasanya
diikuti oleh epilepsi parsial kompleks. Sebanyak 30-35% pasien mengalami berulangnya
kejang demam. Sebagian besar hanya berulang 2- 3 kali kecuali pada 9-17% kasus yang
berulang lebih dari 3 kali. Setengahnya berulang dalam 6 bulan pertama dan 75%
berulang dalam 1 tahun. Nelson dan Ellenberg melaporkan berulangnya kejang demam
pada 35% diantara 1706 pasien. Berulangnya kejang demam lebih sering bila serangan
pertama terjadi pada bayi berumur kurang dari 1 tahun yaitu sebanyak 50%. Bila kejang
demam pertama terjadi pada usia lebih dari 1 tahun risiko berulangnya kejang adalah
28%. Berulangnya kejang multipel juga lebih sering terjadi pada bayi. Anak dengan
perkembangan abnormal atau mempunyai riwayat epilepsi dalam keluarga juga lebih
sering tmengalami berulangnya kejang demam.2
K. Penatalaksanaan
Dalam penanggulangan kejang demam ada 3 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu:
pengobatan fase akut, mencari dan mengobati penyebab, dan pengobatan profilaksis
terhadap berulangnya kejang demam..3,4
1. Pengobatan fase akut
Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan nafas harus bebas agar oksigenasi
terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan dan
fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan
pemberian antipiretik.2,3,9
Obat yang paling cepat untuk menghilangkan kejang adalah diazepam yang diberikan
secara intravena atau intrarektal. Kadar diazepam tertinggi dalam darah akan tercapai
dalam waktu 1-3 menit apabila diazepam diberikan intrvena dan dalam waktu 5 menit
Profilaksis intermittent
Antikonvulsan
orangtua pasien atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada pasien.
Obat yang diberikan harus cepat diabsorpsi dan cepat masuk ke otak. Hal yang demikian
sebenarnya sukar dipenuhi. Peneliti-peneliti sekarang tidak mendapat hasil dengan
fenobarbital intermittent. Diazepam intermittent memberikan hasil lebih baik karena
penyerapannya cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg
untuk pasien dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk pasien dengan berat
badan lebih dari 10 kg, setiap pasien menunjukkan suhu 38,50 C atau lebih. Diazepam
dapat pula diberikan oral dengan dosis 0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis pada
waktu pasien demam. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk dan
hipotonia.1,2,3,7,8
Kepustakaan lain menyebutkan
karena kejang dapat terjadi pada onset demam sebelum diazepam sempat diberikan. Efek
sedasi diazepam juga dikhawatirkan dapat menutupi gejala yang lebih berbahaya, seperti
infeksi sistem saraf pusat.10
Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari ( rumatan)
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat
yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsi
dikemudian hari. Profilaksis setiap hari terus menerus dengan fenobarbital 4-5 mg/kg
BB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang digunakan adalah asam valproat dengan
dosis 15-40 mg/kgBB/hari.1 Antikonvulsan terus menerus diberikan selama 1-2 tahun
setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan.
Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria ( termasuk poin 1
atau 2) yaitu:
1. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologis atau
perkembangan ( misalnya serebrl palsy atau mikrosefal).
2. Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal, atau diikuti oleh kelainan
neurologis sementara atau menetap.
3. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orangtua atau saudara kandung.
4. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi
kejang multipel dalam satu episode demam.
Bila hanya memenuhi satu kriteria saja dan ingin memberikan pengobatan jangka
panjang, maka berikan profilaksis intermittent yaitu pada waktu anak demam dengan
diazepam oral atau rektal tiap 8 jam disamping antipiretik.1,3
ALGORITMA PENGOBATAN MEDIKAMENTOSA SAAT KEJANG11
5 15 menit
KEJANG
Perhatikan jalan nafas, kebutuhanO2 atau
bantuan pernafasan
Bila kejang menetap 3-5 menit,
Diazepam rektal 0,5mg/kg
dosis 5 - 10 kg
> 10 kg : 10 mg rektiol
Atau
Diazepam intravena dosis rata-rata
(0,2 0,5 mg/kg/dosis)
dapat diulang dengan dosis/cara yang sama
dengan interval 5 - 10 menit
15 20 menit
Kejang ( - )
Kejang ( + )
Fenobarbotal IV/IM 10-20
Kejang ( - )
Dosis pemeliharaan
Kejang ( + )
Perawatan Ruang Intensif
Pentobarbital IV 5-15mg/kg
bolus atau Midazolam 0,2
mg/kg
L. Rujukan
Pasien kejang demam dirujuk atau dirawat di rumah sakit pada keadaan berikut:
a. Kejang demam kompleks
b. Hiperpireksia
c. Usia dibawah 6 bulan
d. Kejang demam pertama
e. Dijumpai kelainan neurologis
M. Edukasi pada orang tua 6
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat
kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya bisa meninggal.
Kecemasan ini harus dikruangi dengan cara :
1. Meyakinkan bahwa kejang demama umumnya benign
2. Memberikan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali
4. Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi mempunyai efek samping.
5. Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi angka kejadian epilepsi
3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,
jangan memasukan sesuatu ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang.
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.
O. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian.2,3 Dua penyelidikan masing-masing mendapat angka kematian
0,46% dan 0,74%. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara
25%-50% yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.3
Berdasarkan kepustakaan lainnya, risiko berulangnya kejang apabila terjadi demam
lagi kira-kira 40-50%. Angka kejadian berulangnya kejang meningkat apabila onsetnya
kurang dari umur 19 bulan, riwayat kejang dalam keluarga positif, terdapat kelainan
neurologis ( meskipun minimal), kejang awal gambarannya unilateral, kejang berhenti
lebih dari 30 menit atau berulang karena penyakit yang sama.4
Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga, lennox-Buchtal
(1973) mendapatkan:
-Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejang pada wanita 50% dan pria
33%.
-Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,
terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang adalah 25%.
Berdasarkan penelitian Livingston didapati golongan kejang demam sederhana hanya
2,9 % yang menjadi epilepsi dan dari golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam
ternyata 97% yang menjadi epilepsi. Risiko yang akan dihadapi oleh seorang anak
sesudah menderita kejang demam tergantung dari faktor:
a. Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga.
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita
kejang demam.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektaldiatas 38 o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam ini
terjadi pada2 4 % anak berumur 6 bulan 5 tahun.
2. Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Ada riwayat kejang
demamkeluarga yang kuat pada saudara kandung dan orang tua, menunjukkan
kecenderungan genetik.Selain itu terdapat faktor perkembangan terlambat, problem pada
masa neonatus, anak dalam perawatan khusus dan kadar natrium rendah.
3. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) berlangsung singkat, kurang dari 15
menitdan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam
sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam.
4. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) adalah kejang dengan salah satu
ciri berikut :
a. Kejang lama lebih dari 15 menit.
b. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial.
c. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
5. Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi
dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan
laboratoriumyang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.
6.Pemeriksaan
cairan
serebrospinal
dilakukan
untuk
menegakkan
atau
menyingkirkankemungkinan meningitis.
7. Diagnosis banding dari kejang demam adalah meningitis, ensefalitis, abses otak.
8.Kejadian
kecacatan
sebagai
komplikasi
kejang
demam
tidak
pernah
11. Saat kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam
yangdiberikan secara intravena Dosis diazepam intravena adalah 0,3 0,5 mg/kgBB
perlahan lahandengan kecepatan 1 2 mg/menit atau dalam waktu 3 5 menit, dengan
dosis maksimal 20 mg.
12. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam
rektal.Dosis diazepam rektal adalah 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10
kg dan 10 mguntuk berat badan lebih dari 10 kg.
13. Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya
kejangdemam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan.
14. Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg BB setiap 8 jam pada saat demam
menurunkanresiko berulangnya kejang pada 30 % - 60 % kasus, begitu pula dengan
diazepam rektal dosis 0,5mg/kg BB setiap 8 jam pada suhu > 38,5 o C.
15. Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.
16. Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri sebagai
berikut(salah satu) :
a. Kejang lama > 15 menit.
b. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, paresis todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
c. Kejang fokal
d. Pengobatan rumat dipertimbangkan bila :
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun.
17. Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam menurunkan
resiko berulangnya kejang. Dosis asam valproat 15 40 mg/kgBB/hari dalam 2 3 dosis,
danfenobarbital 3 4 mg/kgBB/hari dalam 1 2 dosis. Pengobatan diberikan selama 1
tahun bebaskejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 2 bulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliegman, Arvinka. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 3. Edisi 15.
EGC. Jakarta: 2000;