Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN SKENARIO 5 BLOK VII SEMESTER III

MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

KELOMPOK V
KETUA

: NOVI TAMARA

133307010005

SEKRETARIS : PITY ZIPORA MANURUNG

133307010006

NOTULEN

: WINDA WINATA

133307010090

ANGGOTA

: NOVITA SARI BR RAJA GUKGUK

133307010004

NOVIZA RIZKHA A NASUTION

133307010089

AWALIA SUCI YANTI

133307010091

RIDHA ASWINA DALIMUNTHE

133307010092

HAIDAR SUHADA BR ANGKAT

133307010003

NAOMI YUSHIKE

133307010088

NURSETA PANCA AKBAR

133307010001

ELSA LASE

133307010050

IWAN SYAHPUTRA

133307010051

ADE DWI CAHYANTI

133307010047

DWI AYU RAHAYU

133307010048

DOSEN TUTORIAL
dr. Maya Sari Mutia
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
-Nya yang telah menuntun kami dalam belajar untuk mencapai hidup yang lebih baik. Dan
dengan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, sehingga dapat tersusun
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan serta
wawasannya mengenai tujuan pembelajaran yang dibahas pada makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini banyak hal yang belum sempurna. Oleh sebab itu kami selaku
penyusunan makalah ini, mengharapkan adanya masukan yang berupa kritikan ataupun saran
demi kebaikan untuk makalah berikutnya dan tidak lupa juga kami selaku penyusun
berterima kasih pada pihak-pihak yang ikut serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga semua ini
berguna bagi kita semua khususnya dalam menunjang pembelajaran kita di dunia kedokteran.

HORMAT KAMI

KELOMPOK V

2 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB. I

PENDAHULUAN.............................................................................................1

BAB. II DATA PELAKSANAAN TUTORIAL.............................................................2


BAB. III PEMBAHASAN SKENARIO .........................................................................3
BAB. IV KAJIAN TEORI...............................................................................................5
1. Anatomi dan fisiologi pada sistem rangka dan sendi.........................................5
2. Definisi, Etiologi,Epidemiologi, dan Gejala klinis radang sendi .....................20
3. Patogenesis dan patofisiologi radang sendi .......................................................27
4.Diagnosis radang sendi .......................................................................................33
5.Penatalaksanaan radang sendi .............................................................................37
6.Komplikasi dan prognosis radang sendi ............................................................41
BAB. V KESIMPULAN AKHIR ...................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................44

3 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa kedokteran yang menjalani proses pendidikan kedokteran di
bangku perkuliahan, sudah seharusnya kita mengerti bagaimana sebenarnya pendidikan yang
akan dijalaninya.
Makalah ini akan memberikan penjelasan tentang anatomi dan fisioligi sistem
rangka dan sendi, patofisiologi dan patogenesis penyakit metabolik sendi, klasifikasi,
etiologi, epidemiologi dan gejala klinis penyakit metabolik sendi, diagnosa penyakit
metabolik sendi, penatalaksanaan penyakit metabolik sendi, komplikasi dan prognosis
penyakit metabolik sendi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan pembelajaran umum :
Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi, definisi, etiologi, epidemiologi dan gejala
klinis, patofisiologi dan patogenesis, diagnosa, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis
pada radang sendi.
2. Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini mahasiswa mampu :
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi sendi
b) Menjelaskan definisi,etiologi,epidemiologi dan gejala klinis
c) Mengetahui patofisiologi dan patogenesis radang sendi
d) Mengetahui diagnosa radang sendi
e) Mengetahui penatalaksanaan radang sendi
f)

Mengetahui komplikasi dan prognosis radang sendi

1 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

BAB II
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
JUDUL BLOK
MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
NAMA TUTOR
dr. Maya Sari Mutia
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
TUTORIAL 1
TANGGAL
: 27 Oktober 2014
WAKTU
: 10.00 12.30 WIB
TEMPAT
: Ruang Tutorial
TUTORIAL 2
TANGGAL
: 30 Oktober 2014
WAKTU
: 10.00 12.30 WIB
TEMPAT
: Ruang Tutorial
PLENO
TANGGAL
: 3 November 2014
WAKTU
: 07.30 10.00 WIB
TEMPAT
: Ruang Kelas Semester 3

BAB III
PEMBAHASAN
2 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Skenario 5
Ibu Aminah 63 tahun, mengeluh sakit pada lutut kanan dan pergelangan tangan kiri sejak 5
tahun yang lalu. Sakit berkurang bila dibawa berjalan, sudah berobat kedokter diberi obat
sakitnya berkurang tetapi kambuh lagi. Pada pemeriksaan dijumpai tanda tanda inflamasi
articulatio genu dextra dan articulatio radio carpea sinistra. Apa yang diderita ibu Aminah?
I

II

III

Klarifikasi Istilah
a

Articulatio : Sendi lutut sebelah kanan.

Articulatio radio carpea sinistra : sendi diantara carpal dan radius kiri.

Identifikasi Masalah
a

Ibu Aminah 63 tahun, mengeluh sakit pada lutut kanan dan pergelangan
tangan kiri sejak 5 tahun yang lalu.

Sakit berkurang bila dibawa berjalan, sudah berobat kedokter diberi obat
sakitnya berkurang tetapi kambuh lagi.

Pada pemeriksaan dijumpai tanda tanda inflamasi articulatio genu dextra dan
articulatio radio carpea sinistra.

Analisa Masalah
a

- Kemungkinan osteoporosis
- Kemungkinan

IV

Kemungkinan obat yang diberikan hanya menghilangkan nyeri, bukan untuk


inflamasi.

Berkurangnya cairan sinovial pada sendi sehingga terjadi pergesekan.

Hipotesa
Kemungkinan ibu ini mengalami Osteo atritis pada sendi lutut kanan dan sendi lengan
kiri.

Learning Objective
1

Anatomi dan fisiologi pada sistem rangka dan sendi


3 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Jenis jenis penyakit dan gejala klinis pada persendiaan

Definisi, Etiologi dan Epidemiologi radang sendi

4
5
6

Patogenesis dan patofisiologi radang sendi


Diagnosis radang sendi
Penatalaksanaan radang sendi

Komplikasi dan prognosis radang sendi

BAB IV
KAJIAN TEORI
4 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

1. ANATOMI FISIOLOGI TULANG DAN SENDI


A. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi tulang. Proses
ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium.
Dalam tubuh manusia terdapat 206 tulang yang dapat diklasifikasikan dalam lima
kelompok berdasarkan bentuknya, antara lain:
1. Tulang panjang (Femur, Humerus) yang terdiri dari batang tebal panjang yang disebut
diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat
metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh,
yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh
karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh selsel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh
jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongy bone (cancellous atau
trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis
berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron
merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron,
merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang
disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
2. Tulang pendek (carpals) dengan bentuk yang tidak teratur, dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan tulang
concellous sebagai lapisan luarnya.
4. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya
patella (kap lutut).

5 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar, yaitu; osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Adapun matriks tersusun atas
98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan
proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun.
Selanjutnya, osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Sementara osteoklas adalah sel
multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Di tengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus
yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus (menghubungkan pembuluh darah sejauh
kurang dari 0,1 mili meter).

Tulang diselimuti oleh membran fibrous padat yang dinamakan periosteum.


Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai
tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah,
dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang
merupakan sel pembentuk tulang. Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang
menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat
endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada permukaan tulang).

6 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organic (hidup) dan 70% endapan
garam. Bahan organic disebut matriks, dan terdiri lebih dari 90% serat kolagen dan kurang
dari 10% proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan
fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam
menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan
organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan
kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan
dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup.
Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan jumlah
stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk
tulang yaitu osteoblas.

B. Kerangka Anggota Atas


Kerangka anggota atas dikaitkan pada kerangka badan dengan perantaraan gelang bahu,
yang terdiri atas klavikula dan scapula. Dibawahnya terdapat tulang-tulang yang
membentuk kerangka lengan, lengan bawah, dan telapak tanganyang seluruhnya
berjumlah 30 buah tulang :
7 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

1 Humerus

tulang lengan atas

2 Ulna dan radius

tulang hasta dan tulang pengumpil

8 tulang karpal

tulang pangkal tangan

5 tulang metacarpal

tulang tapak tangan

14 falang

ruas jari tangan

1. Klavikula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang membentuk bagian
anterior gelang bahu. Fungsi klavikula memberi kaitan pada beberapa otot leher, bahu
dan lengan yang bekerja sebagai penopang lengan
2. Scapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang gelang bahu dan terletak di
sebelah belakang toraks yang lebih dekat ke permukaan dari pada iga. Bentuknya
segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut, dan tiga sisi.
3. Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang anggota atas,
memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung.
4. Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan
dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial lengan bawah dan lebih panjang
dari pada radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
5. Radius adalah tulang disisi lateral bawah, merupakan tulang pipa dengan sebuah batang
dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
6. Karpal terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap
baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah navilular (skafoid), lunatum
(seminular), trikuetrum, dan pisiformis. Baris bawah adalah trapezium (multangulum
mayus), trapezoid (multangulum minus), kapitatum, humatum.
7. Metacarpal. Terdapat lima tulang metacarpal. Setiap tulang mempunyai batang dan
dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang kapal di sebut ujung karpal dan sendi
yang di bentuknya adalah sendi karpo _ metacarpal. Ujung distal bersendi dengan
falang di sebut kepala.
8. Falang juga tulang panjang, mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya mengecil di
arah ujung distal. Terdapat 14 falang, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari.

8 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

C. Kerangka Anggota Bawah


Tulang ekstermitas bawaha atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan
perantaraan gelang panggul. Anggota bawah terdiri atas tiga puluh satu tulang :
1 tulang koksa

tulang pangkal paha

1 femur

tulang paha

1 tibia

tulang kering

1 fibula

tulang betis

1 patela

tempurung lutut

1 tulang tarsal

tulang pangkal kaki

5 tulang metatarsal -

tulang telapak kaki

14 falang

ruas jari kaki.

1. Tulang koksae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur yang dibentuk tiga tulang
yang bertemu di aserabulum, yaitu sebuah rongga berbentuk cawan di permukaan
eksternal tulang koksa dan mencekam kepala femur dalam formasi gelang panggul.
2. Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi
dengan asetubulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini menjulur medial
kelutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai
sebuah batang dan dua ujung.
3. Patella atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang
didalam tendon otot kuadrisep ekstensor
4. Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak medial
dari fibula \atau tulang betis; tulang tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan
dua ujung.
5. fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang itu adalah
tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
6. Tulang tarsal (tulang pangkal kai). Ada tujuh buah tulang yang secara kolektif
dinamakan tarsus. Tulang-tulang itu adalah tulang pendek, terbuat dari jaringan tulnag

9 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

berbentuk jala dengan pembungkus jaringan kompak. Tulang-tulang ini mendukung


berat badan kalau berdiri.
7. Tulang metatarsal. Terdapat lima tulnag metatarsal. Tulang-tulang ini tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung-ujung proksimal atau ujung tarsal bersendi
dengan tulang tarsal. Ujung distal atau falangeal bersendi dengan tulang tarsal. Ujung
distal atau falangeal bersendi dengan basis falang proksimal.
8. Falang-falangnya sama dengan jari-jari tangan, tetapi lebih pendek

D. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

Anatomi Fisiologi Sendi

A. Definisi
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan
baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang
lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian
yang diperantarainya.
Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat di gerakan. Hubungan
dua tulng disebut persendian (artikulasi). Beberapa komponen penunjang sendi:
-

Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya
terdapat rongga.

Ligament (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang
yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.

Tulang rawan hialin (kartilagi hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi
kedua ujung tululang. Berguna untuk menjaga benturan.
10 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Ciran synovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.

B. Klasifikasi
1. Sendi yang tidak dapat bergerak
a. Articulatio fibrosa, hubungan antar tulang dengan fibrous seperti pada sutura tulang
tengkorak. Di klasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Synarthrosis, mempunyai karakteristik disatukan oleh jaringan fibrosa. Sub
klasnya yaitu: Sutura secara berkelok-kelok saling bersesuaian, dengan sedikit
jaringan fibrosa dan praktis tidak ada gerakan. Ada 3 macam sutura, yaitu:
a) Sutura serrata, hubungan antar tulang seperti gigi gergaji.
b) Sutura squamosa, hubungan antar tulang saling menipis dan saling
bersesuaian.
c) Sutura harmoniana/plana, hubungan lurus tersusun tepi menepi.

2) Syndemosis, Hubungan antar tulang dengan jaringan fibrosa yg


banyak dan hanya sedikit terjadi gerakan. Contoh : hubungan tibia dan
fibula (syndenmosis distal tibiafibularis), hubungan antara radius dan ulna
(syndemosis distal radioulnaris)

11 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

3) Gomphosis, hubungan tulang berupa tonjolan dan soket (kantong).


Contoh: hubungan gigi dengan tulang rahang (articulatio dentoalveolaris)

2. Sendi dengan gerakan sedikit


Articulatio Cartilaginea, hubungan antar tulang disatukan oleh tulang rawan
cartilago hyalin atau fibro cartilago. Ada beberapa sub klas, yaitu:
a. Syncondrosis, hubungan antar tulang bersifat temporer, dimana tulang
rawan yang terjadi saat embrional dapat berkembang menjadi tulang keras
pada masa dewasa, dan dapat melayani pertumbuhan dari tulang yang
bersendi. Contoh: hubungan antar tulang-tulang tengkorak.

12 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

b. Symphisis, hubungan antar tulang di satukan oleh jaringan fibrocartilago.


Contoh:

Symphisis pubis, Symphisis intervertebralis, dan Symphisis

manubriosternalis.

3. Sendi yang banyak bergerak


Articulatio synovialis (dhiarthrosis), mempunyai karakteristik terdapat ruangan
spesifik yang memungkinkan gerakan menjadi lebih bebas. Pada ruang ini terdapat
cairan Synovialis yang berfungsi sebagai pelumas, yang dihasillan oleh lapisan
dalam pembungkus sendi (Capsule joint) yang

disebut

membrana

synovialis.

Ujung-ujung tulang yang ditutupi tulang rawan dan di perkuat dibagian luarnya
oleh kapsula sendi dan ligamentum. Kapsula sendi ada dua lapisan, yaitu:
a. Bagian luar disebut stratum (membrane) fibrosum
b. Bagian dalam disebut stratum synovialis

13 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

4. Berdasarkan jumlah axisnya


a. Articulatio Mono Axial, hanya mempunyai satu axis. Contoh: sendi ruas-ruas
jari (articulatio interphalangea), sendi antara humerus dan ulna (articulatio
humeraulnaris)
b. Articulatio Biaxial, mempunyai dua axis. Contoh: hubungan antara
humerus dan radius (articulatio humeroradialis) dan sendi lutut (articulatio
genus)
c. Articulatio Triaxial, mempunyai tiga axis. Contoh: sendi bahu (articulatio
humeri), dan sendi pinggul (articulatio coxae)

5. Enam sendi yang bergerak bebas


a. Sendi peluru atau art. Globaidea (ball dan socket). Sendi ini memberikan
gerakan yang terbesar. Kepala sendi yang agak bulat dari tulang panjang
masuk ke dalam rongga yang sesuai berbentuk cekung memungkinkan gerakan
fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, dan gerak panduan atau sirkumduksi.
Jenis sendi ini digolongkan ke dalam sendi bersumbu tiga. Contoh sendi ini
adalah art humeri dan art coxae.
b. Sendi bujur telur atau art. Ellipsoidea (ellipsoid). Sendi ini merupakan
modifikasi dari sendi peluru. Gerakan sedikit terbatas dan tergolong ke dalam
sendi bersumbu dua. Meskipun dapat fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi,

14 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

namun tidak rotasi. Sebagai contoh sendi-sendi metacarpophalangea dan jaricari tangan. Sendi geser (gliding, atrhrodial, plane). Permukaan-permukaan
sendi berbentuk tak beraturan, biasanya datar atau sedikit lengkung. Satusatunya gerakan yang dapat dilakukan adalah menggeser, karenanya disebut
nonaxial. Contoh-contoh terdapat dalam tulang- tulang tarsal dan carpal, dan
juga processus articularis dari verterbrae.
c. Sendi putar atau art. Trocoidea (trocoid). Gerakan pada sendi jenis ini terjadi di
dalam bidang transversal dengan longitudinal. Contoh-contoh dari sendi ini
ialah art, radioulnar dan art. Atlanto epistrophica pada rotasi kepala.
d. Sendi engsel atau art. Throchlearis (ginglysum). Gerakan pada sendi ini ada di
dalam bidang sagital dengan sumbu transversal. Fleksi dan ekstensi terjadi
pada siku, pergelangan kaki dan sendi interphalangea.
e. Sendi pelana atau art. Sellaris (sellar). Sendi ini berbentuk seperti pelana.
Sendi bersumbu dua yang dapat bergerak fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi. Satu-satunya sendi pelana yang asli ialah art. Carpometacarpaldari ibu
jari

6. Persendian Menurut Tempat Sendi Anggota Gerak Atas


a. Sendi Pergelangan Bahu
1) Art. Sternoklafikular adalah hubungan antara gelang bahu batang badan, antara
pares sternalis klafikula manubrium sterni rawan iga I, sebelah atas berhubungan
dengan klavikula dan sebelah bawah dengan sternum.
2) Art. Akromioklavikula.
Sendi ini merupakan hubungan antara ekstremitas akomialis dan klavikula
3) Art Humeri.
Persendian ini merupakan sendi peluru karena kaput humeri merupakan sebuah
bola yang melekat pada bagian dalam bidang scapula dengan kaput gerakan
humeri.

b. Sendi Siku (Art Cubiti)

15 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Bagian ini merupakan artikulasiokomposita, pada sumbu ini bertemu humerus, ulna
dan radius. Sedangkan menurut faalnya sendi ini merupakan sendi engsel yang
terdiri dari 3 bagian.
1) Art. Humeroulnaris. sendi antara trokhlea humeri dan insisura seminularis
ulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertamuan yang terlebar pada
sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga merupakan sikap terbaik bagi
lengan untuk menerima tumpuan.
2) Art. Humeroradialis. sendi antara capitulum humeri fovea capitulum adii.
3) Art. Radio Ulnaris Proksimal. Sendi btara sirkumferensia artikularis radii dan
insisura radialis ulna.

c. Sendi Lengan Bawah dan Tangan


1) Art. Radiokarval, merupakan sendi ellipsoid, hubungan antara ujung distal
radialis yang merupakan lekuk sendi dan os navikularie/ lunatum dan triquitrum
merupakan kepala sendiyang terletak di sebelah distal.
2) Art. Korpometacarpae, terdiri dari:
a) Art. Carpometacarpae I (pollicis), hubungan antara os metacarpal I dan os
multangulum manus merupakan sendi pelana simpai sendi sangat longgar
sehingga pergerakan lebih luas.
b) Articulations carpometacarpae II-V, sendi antara ossa carpalia dan ossa
metacarpalia II-V.
c) Articulationes intermetacarpal, basis ossis meta carpal II-V bersendi satu
sama lainya dengan satu permukaansendi yang kecil.
d) Articulaatoones metacarpophalangea, merupakan sendi antara ossis
metakarval, kepala sendi dengan basis ossis phalanx I merupakan lekuk sendi.
e) Articulations digitorum manus, sndi antara phalanx I, II, III merupakan
sendi-sendi engsel yang diprtkuat oleh (lig.vaginale,endorotasi dan eksorotasi).

d. Persendian Gelang Panggul


Sendi pinggul adalah sendi sinobial dari varietas sendi putar. Kepala sendi femur
kedalam asetabulum tulang koksa. Sendi ini tebal dan kuat, membatasi gerak

16 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

sendikeseluruh arah dan membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri, gerak
sendi fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan eksorotasi.
a) Articulatio sakroilliaka
Persendian antara os sacrum dan os sacrum dan os ileum melalui fascies
artikularis ossis illii dan fasies artikularis ossis sacrum. Sendi ini merupakan
hbungan antara gelang pnggul dan rangka yang identik dengan artikulasio
sternoklavikularis. Artikulasio ini mempunyi gerakan yang kecil karena banyak
cekungan, cembung dan persendian tidak rata, disamping itu banyak ligamentum
pada sendi.
b) Art. Simfisis pubis.
Hubungan antara kedua os pubis. Di dalamnya ada satu kavum yang disebut
pseudokruris berupa kartilago dinamakan fibrokartialagointerpubis.
c) Artikulatio koxae
Persendian ini merupakan enarthorosis spheroidea, diprkuat oleh ligamentum
illeo femorale sehingga caput pemoris bias keluar dari lekuknya dan berada di
bawah os ileum.

e. Persendian tungkai atas dan litut


Articulatio genu menghubungkan permukaan ujung tulang distal os femur dengan
permukaan ujung proksimal tibiya yaitu antara condilus medialis dan lateralis ossis
femur dengan fascies articularissuperior ossis tibia. Di depan sendi ini terdapat
patella.
Sendi lutut adalah sendi engsel yang dibentuk oleh kondilus femoralis yang bersendi
dengan permukaan dari kondilus tibia. Patella terletak di atas permukaan yang halus
pada femur tetapi tidak termasuk dalam sendi lutut.

f.

Persendian tungkai bawah


Pesendian ini merupakan persendian antara tibia dan fibula
a) Artikulatio tibia fibula proximal
Sendi yang terdapat antara fascies artikularis kalpitulung fibula ossis pada
kondilus dengan pascies articularis fibularis ossis pada kondilus tibia, ikat sendi
ligamentum tibio fibularis froximal.
17 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

b) Sindes mosisi tibio fibularis


Persendian antara pasies artikularis tibialis ossis fibulae dengan insisura fibularis
ossis tibiais
c) Hubungan antara Krista interosea fibula dengan Krista interossea tibia hubungan
ini terbentang melalui membrane interosa kurris yang terbentang dari proksimalis
di bawah colum fibulae ke distal sampai batas 1/3 distal ostibia dan osfibula. Arah
serabut membrane unterosa kruris dan medial atas ostibia ke lateral baawah
menuju osfibula.

g. Persendian kaki
a) Art. Talo tibia fibularis. talo fibia fibuaris (pergelangan kaki)
b) Art. Talo tarsalia. Talo tarsalia (sendi loncat),karena pada gerakan meloncat ada
dua bagian:
1) Art talo calcaneo (sendi locat bagian atas) antara fascies articularis calcanei
posterior assis talus dan fescies articularis tali posterior ossis calcaaneus.
2) Art talo calcaneo navicularis (sendi loncat bagian bawah) antara fasies
articular naviculare calcanei media anterior dan fasies articularis naviculare
ossis talus dengan fasies tali media anterior ossis calcaneus dan fasies
articularis tali ossis navicular pedis. Gerakan sendi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu geakan plantar flexi dan adduksi dan gerakan dorsal flexi kaki
disertai adduksi.
3) Art. Tarso transversa. Merupakan linea amputasionies choparti. Ada dua
bagian yaitu: art. Talo navicularis edis(antara capitulum tali fascies artikularis
tali os navicularis pedis) dan ar. Calcanea kuboida (antara articularis uboida
dari os kolumnae fasies articularis kalkanei dari os kuboideum). Gerakan
rotasi sumbu gerak searah dengan panjang kaki.
4) Art. Tarso metatarsia. Sendi ini ada diantara permukaan distal ossa
kunaiformi renon I, II, III dengan permukaan proksimal ossa metatarsalia I, II,
III. Permukaan sendi distal os koboideum dengan permkaan proksimal ossa
metatarsalia IV, V. antara permukaan distal ossa metatarsalia dengan
permukaan proximal ossa falangea I, digiti I, II, III, IV, V.
5) Art. inter falangeal. Ada diantara ruas jari I, II, III, ( masing-masing jari
digiti) I, II, III, IV, V untuk gerakan sendi engsel.
18 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

h. Sendi kolumna vertebralis


Kecuali vertebrae servikalis 1, semua vertebrae lainya saling berartikulasi dengan
perantaraan artikulasio kartilaginia dan artikulasio sinovial.
a) Sendi antara korpus vertebrae
b) Sindi diantara arkus vertebrae.
c) Artikulatio atianto oksipitalis.
d) Artikulatio atianto aksiralis

C. Gerakan yang terjadi pada sendi


1. Gerakan meluncur, dimana dua permukaan ceper bergerak bergeseran satu sama
lain, seperti dalam gerakan antar tulang-tulang karpal dan tarsal.
2. Gerakan bersudut (anguler), yang diterangkan sesuai dengan arah dari gerakan, misal:
fleksi, dan ekstensi.
3. Gerakan rotasi adalah dimana satu tulang bergerak mengitari tulang yang lain atau di
dalam tulang lain seperti pada sendi putar.

19 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

2. Definisi, Etiologi Gejala Klinis dan Epidemiologi Radang Sendi


1.

Osteoarthritis

1.1 Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena
osteoarthritis. Osteoarthritis dapat dibagi menjadi :
a.

Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer dapat disebut sebagai osteoarthritis idiopatik, OA ini tidak memiliki
penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit maupun
perubahan local pada sendi.

b.

Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder disebabkan oleh inflamasi, kelainan system endokrin, metabolic,
factor keturunan, serta imobilisasi yang terlalu lama.

1.2 Etiologi
Penyebab osteoarthritis belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu digunakan factor resiko,
antara lain :
a.

Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur

b.

Frekuensi OA dibawah 45 tahun kurang lebih sama pada wanita maupun laki laki, tetapi
di atas 50 tahun ( setelah menopouse ) frekuensi OA lebih banyak pada wanita

20 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

c.

Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya OA baik
pada wanita maupun pria.

d.

Pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan risiko OA

e.

Osteoarthritis cenderung untuk menurun dalam keluarga

1.3 Gejala Klinis

Nyeri sendi yang terlokalisasi, tajam, dan terasa dalam.

Umumnya nyeri diperberat dengan gerakan sendi dan membaik


dengan istirahat atau obat anti-nyeri; namun pada tahap lanjut, nyeri
menjadi menetap dan tidak respon terhadap obat. Pada tahap lanjut,
dapat terjadi nyeri malam hari yang mengganggu tidur. Semakin
banyak sendi digunakan, nyeri sendi semakin hebat. Sendi terkait nyeri jika digerakkan atau
ditekuk;

Kaku sendi setelah beberapa lama tidak digerakkan (misalnya setelah bangun tidur

atau menyetir mobil) yang <30 menit;

Hambatan/keterbatasan gerakan sendi;

Ketidastabilan sendi sehingga penderita sering jatuh;

Perubahan gaya jalan (pincang); gejala ini berkaitan dengan rasa nyeri pada sendi

yang berfungsi sebagai tumpuan berat badan seperti lutut, sendi paha, dan tulang belakang;

Pembesaran/pembengkakan sendi;

Kelainan bentuk sendi;

Penonjolan tulang yang merupakan hasil pembentukan tulang baru. Penonjolan ini

tidak nyeri, namun menghambat gerakan;

Pada tahap lanjut dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang, pembesaran tulang,

atau pergeseran sendi.


2.

Post traumatic arthritis

2.1 Definisi
post traumatic arthritis adalah arthritis yang disebabkan karena adanya cedera atau trauma.
2.2 Etiologi
post traumatic arthritis disebabkan oleh pemakaian dari sendi yang memiliki jenis cedera
fisik. Cedera bisa dari olahraga, kecelakaan kendaraan, jatuh, cedera militer, atau sumber lain
21 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

trauma fisik. Cedera tersebut dapat merusak tulang rawan dan/atau tulang, mengubah
mekanika sendi dan membuat haus lebih cepat.
2.3 Gejala Klinis

Nyeri sendi

Pembengkakan

Akumulasi cairan dlm sendi

Penurunan toleransi untuk berjalan-jalan, olahraga,


dan kegiatan lainnya

3.

osteonecrosis

3.1 Definisi
osteonecrosis merupakan kematian jaringan tulang karena kegagalan suplai darah.
3.2 Etiologi
penyebab osteonecrosis antara lain akibat pengobatan (glukokortikoid),
keadaan fisiologik atau patologik tertentu (kehamilan, tromboemboli)
atau tidak diketahui (idiopatik)
3.3 Gejala Klinis

merasakan nyeri ketika adanya beban pada tulang atau persendian.


Dengan berkembangnya penyakit,

rasa nyeri tersebut akan timbul ketika istirahat.

Rasa nyeri dapat meningkat dan intensitasnya mulai dari ringan hingga
tajam

4.

osteochondritis dissecans

4.1 Definisi
Osteokondritis Disekans adalah suatu kondisi di mana suatu bagian tulang rawan sendi lepas
dari ujung tulang bersama dengan lapisan tipis tulang di bawahnya. Gangguan ini paling
sering terjadi pada pria muda, terutama setelah cedera sendi.
4.2 Etiologi

22 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Osteokondritis Disekans disebabkan karena tekanan ringan yang


berulang-ulang. Cedera ringan yang dialami berkali-kali seringkali tak
disadari dan dapat merusak ujung tulang yang terkena.
4.3 Gejala Klinis

Ada onset bertahap menyebar atau lokal-sakit dan nyeri akibat latihan,
sering juga saat istirahat,

5.

rasa sakit sesekali dan efusi kecil ke lutut terkunci dengan efusi utama.
Artritis Reumatoid

5.1 Definisi
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh adanya inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Artritis Reumatoid
terutama mengenai sendi - sendi kecil pada tangan dan kaki.
5.2 Etiologi
a.

Etiologi dari AR tidak diketahui secara pasti. Factor genetic berperan penting terhadap
kejadian AR. Hubungan gen HLA-DRB1 telah diketahui dengan baik.

b.

Prevalensi AR lebih besar pada perempuan daripada laki laki, sehingga diduga hormone
sex berperan dalam perkembangan penyakit ini.

c.

Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit. Organism ini diduga
menginfeksi host dan merubah respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit.

5.3 Gejala Klinis

Kurang lebih 2/3 penderita RA, awitan terjadi secara perlahan. Awitan ini
ditandai dengan kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama 1
jam atau lebih. Kurang lebih 15% dari penderita mengalami gejala awal
yang lebih cepat yaitu antara beberapa hari sampai beberapa minggu.
Beberapa penderita juga mempunyai gejala konstitusional berupa
kelemahan, kelelahan, anoreksia, dan demam ringan.

6.

Lupus Eritematosus Sistemik

6.1 Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit rematik autoimun yang ditandai dengan
adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau system dalam tubuh

23 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

6.2 Etiologi
Etiologi dari SLE belum diketahui secara pasti. Diduga melibatkan interaksi yang kompleks
dan multifaktorial antar variasi genetic dan faktor lingkungan
6.3 Gejala Klinis

Kelelahan

Penurunan berat badan

Demam biasanya tidak disertai menggigil

Nyeri otot, sendi, atau inflamasi sendi

Ruam pada kulit

7.

Spondilitis ankilosa

7.1 Definisi
Spondilitis ankilosa merupakan penyakit inflamasi yang bersifat sistemik terutama
menyerang sendi tulang belakang ( vertebra )
7.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui tetapi penyakit ini cenderung diturunkan secara
genetic.
7.3 Gejala Klinis

Perasaan cepat lelah

Nyeri intermitten (vertebrae & panggul)

Kaku pagi hari

Nyeri bila berolahraga

Radiasi difus diseluruh punggung bawah & bokong

Menurunnya kemampuan untk bergerak

Kifosis ( kronik)

8.

Arthritis pirai ( Gout )

8.1 Definisi

24 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Arthritis pirai merupakan penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi Kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan
ekstraseluler
8.2 Etiologi
Gangguan metabolisme Hiperurisemia yang didefinisikan sebagai
peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. Penumpukan
Kristal monosodium urat pada sendi.
8.3 Gejala Klinis

Terdapat Thopi(penonjolan/penumpukan)

Pembengkakan yang sangat nyeri, kekakuan, dan panas lokal sekitar


sendi yang sakit

9.

Pseudogout

9.1 Definisi
Serangan radang akut dengan gejala mirip dengan gout dan sering tampak pada pasien
pasien dengan penimbunan Kristal CPPD
9.2 Etiologi
Penyebab dari pseudogout adalah timbunan Kristal CPPD di
dalam struktur sendi. Penyebab penimbunan ini belum diketahui.
9.3 Gejala Klinis

nyeri tengkuk, kekakuan, dan terkadang disertai demam,

menyerupai meninginitis

Epidemiologi Radang Sendi


1.

Osteoarthritis

Epidemiologi
Prevalensi keseluruhan 12 15 % pada paling sedikit satu sendi. Lebih banyak pada
kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya usia,
contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia >75% tahun memiliki bukti radiologis
adanya OA. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.
25 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

2.

Artritis Reumatoid

Epidemiologi
Pada kebanyakan populasi di dunia, prevalensi AR relative konstan yaitu berkisar antara 0,5
1. Prevalensi di India dan di Negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%. Sedangkan
di China, Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang dari 0,4%. Prevalensi AR lebih
banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki laki dengan rasio 3:1 dan
dapat terjadi pada semua kelompok umur.

3.

Lupus Eritematosus Sistemik

Epidemiologi
Prevalensi SLE diberbagai Negara sangat bervariasi antara 2,9/100.000 400/100.000.
penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, tetapi paling banyak pada usia 15 - 40 tahun.

4.

Spondilitis ankilosa

Epidemiologi
Spondilitis ankilosa biasanya mulai sejak decade kedua hingga decade ke tiga kehidupan
dengan median usia 23 tahun. Pada 5% pasien, gejala timbul pada usia lebih dari 40 tahun.
Usia yang rinci sulit ditentukan karena diagnosis seringkali tidak dikenali selama bertahun
tahun.

5.

Arthritis pirai ( Gout )

Epidemiologi
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa, sedangkan pada wanita jarang sebelum
menopause.

26 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

6.

Pseudogout

Epidemiologi
Laporan mengenai data epidemiologi penyakit radang sendi

akibat penimbunan Kristal

( atropati Kristal ) sangat jarang. Pseudogout sering ditemukan pada umur pertengahan dan
umur yang lebih tua, data yang pernah dilaporkan menyatakan bahwa 10 15 % mengenai
mereka yang berusia 65 70 tahun dan akan meningkat 30 -60 % pada usia di atas 80 tahun.

3. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS PENYAKIT METABOLISME SENDI

Patofisiologi mempelajari mengenai fungsi-fungsi tubuh yang mengalami gangguan atau


fungsi-fungsi yang berubah akibat proses penyakit.
Patogenesis merupakan keseluruhan proses perkembangan penyakit. Perubahan struktur dan
fungsi setiap komponen yang terlibat di dalamnya, seperti sel, jaringan dan organ.
1.Osteoarthritis(OA)
Patofisiologi
Pada kondisi fisiologis, matriks ekstraselular memiliki waktu paro bertahun-tahun sehingga
metabolismenya berjalan sangat lambat. Namun dengan adanya peningkatan beban mekanik
(peningkatan berat badan), bertambahnya usia dan adanya cedera dapat mempercepat proses
metabolismenya. Tulang rawan sendi akan terdegradasi menyebabkan keretakan matriks.
Permukaan halus tulang rawan menjadi kasar dan menyebabkan iritasi.Jika tulang rawan
menjadi kasar seluruhnya, maka tulang pangkal kedua tulang yang bertemu menjadi rusak
dan gerakannya menyebabkan nyeri dan ngilu.
Patogenesis
Sampai saat ini masih belum jelas, karena banyak faktor- faktor penyebab atau faktor-faktor
predisposisi yang mempengaruhinya. Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu :
27 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

i.Kerusakan tulang rawan sendi


Dalam keadaan normal matrix tulang rawan berisi lebih kurang 80% air, 3,6% proteoglikan,
15% kolagen dan sisanya mineral dan zat-zat organik lain serta kondrosit yang berfungsi
membentuk kolagen dan proteoglikan. Kadar kolagen dan proteoglikan ini yang menentukan
agar matrix tulang rawan berfungsi baik yaitu sebagai penahan beban dan peredam kejut.
Pada tahap awal kerusakan tulang rawan, terjadi penurunan kadar proteoglikan sedangkan
kadar kolagen masih normal. Hal ini terjadi karena proses destruksi melebihi proses
produksinya sehingga permukaan tulang rawan menjadi lunak secara lokal. Juga kadar air
menurun sehingga warna matrix menjadi kekuningan dan timbul retakan dan mulai terbentuk
celah.

Tahap kedua, celah makin dalam tetapi belum sampai ke perbatasan daerah subkondral.
Jumlah sel rawan mulai menurun, begitu juga kadar kolagen.
Tahap ketiga, celah makin dalam sampai ke daerah subkondral.Kista dapat menjadi sangat
besar dan pecah sehingga permukaannya menjadi tidak teratur.
Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung dalam cairan sendi akan difagosit oleh
sel-sel membran sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara itu kondrosit mati,
proteoglikan dan kolagen tidak diproduksi lagi.

ii.Pembentukan osteofit
Ada beberapa hipotesis mengenai pembentukan osteofit :
1) Akibat proliferasi (pengulangan siklus sel) pembuluh darah di tempat rawan sendi
berdegenerasi.
2) Akibat kongesti (penghambatan) vena yang disebabkan perubahan sinusoid sumsum yang
tertekan oleh kista subkondral.
3) Akibat rangsangan serpihan rawan sendi, maka akan timbul sinovitis sehingga tumbuh
osteofit pada tepi sendi, pada perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang.

28 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

2.Rheumatoid Arthritis (RA)


Patofisiologi
Pada RA, reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan
enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena
karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot.
Patogenesis
Meskipun faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk inisiasi penyakit, kerentanan, dan
akselerasi belum teridentifikasi, faktor-faktor ini memicu reaksi kekebalan yang mengarah ke
peradangan sendi, kerusakan, dan kehancuran. Pada gilirannya, hal ini peradangan sendi,
kerusakan, dan kehancuran menguatkan respon imun, menyebarkan proses penyakit dan
menyebabkan kerusakan sendi lebih lanjut dan kehancuran. Respon imun terpadu yang
kompleks dan menyebabkan sekresi sitokin, antibodi, RF, dan anti-Antibodi PKC.Perubahan
histopatologis di RA sinovium terjadi, termasuk edema dengan infiltrasi sel T, sel B, dan
makrofag.Pembentukan pannus, atau jaringan granulasi inflamasi yang mengikis tulang
rawan menjadi berdekatan dan tulang, akhirnya mengarah pada kerusakan sendi.Respon
kekebalan yang terlibat dalam patogenesis RA sekarang dapat ditargetkan oleh farmasi barucotherapy. Sebuah contoh adalah penggunaan agen biologis terhadap tumor necrosis factor-
(TNF-) yang muncul pada akhir 1990-an. Sebagai penelitian lebih lanjut menjelaskan peran
sel kekebalan tubuh dan faktor (misalnya, TNF- dan interleukin [IL-1 dan IL-6]) dalam
patogenesis, kemajuan lanjut dalam pengobatan RA mungkin memerlukan interaksi beberapa
inflamasi sel Antigen-presenting sel dan sel T berinteraksi dengan sel B dan sel plasma.

3.GOUT (Uric Acid)


Patofisiologi

29 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7
mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila konsentrasi asam urat dalam serum
lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Jika
kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan
dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang-ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian
perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat
(batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis. Gambaran kristal urat dalam cairan
sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin
berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut
dengan immunoglobulin yang terutama berupa IgG. Dimana IgG akan meningkatkan
fagositosis kristal dan dengan demikian dapat memperlihatkan aktifitas imunologik.
Patogenesis
Tahap 1 (Tahap Gout Arthritis akut)
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas untuk pertama kalinya.
Serangan artritis tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu sekitar 5-7 hari.
Bila dilakukan pengobatan maka akan lebih cepat menghilang. Karena cepat menghilang
maka penderita sering menduga kakinya hanya keseleo atau terkena infeksi, sehingga tidak
menduga terkena penyakit gout arthritis dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Pada
pemeriksaan kadang-kadang tidak ditemukan ciri-ciri penderita terserang penyakit gout
arthritis.Ini karena serangan pertama berlangsung sangat singkat dan dapat sembuh dengan
sendirinya (self-limiting), maka penderita sering berobat ke tukang urut dan pada saat
penderita sembuh, penderita menyangka hal itu dikarenakan hasil urutan/pijatan. Namun jika
dilihat dari teori, nyeri yang diakibatkan asam urat tidak boleh dipijat ataupun diurut, tanpa
diobati atau diurut sekalipun serangan pertama kali ini akan hilang dengan sendirinya.

Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)


Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu.Rentang waktu
setiap penderita berbeda-beda.Dari rentang waktu 1-10 tahun.Namun rata-rata rentang
waktunya antara 1-2 tahun.Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang

30 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout Arthritis akut.Atau menyangka serangan
pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya dengan penyakit Gout Arthritis.

Tahap 3 (Tahap Gout Arthritis Akut Intermitten)


Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, maka penderita
akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan arthritis yang khas seperti diatas.
Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan
yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan makin
lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin banyak.

Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)


Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap
ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang disebut
sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan kerusakan
pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan banyak akan
mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

4. Post Traumatic Arthritis


Patofisiologi dan Patogenesis
Hal ini sering terbentuk sebagai akibat dari dislokasi, patah tulang atau cedera ligamen di
kaki yang merusak sendi. Patofisiologi dan Patogenesis yang sama dengan Osteoarthritis
hanya pada PTA, umumnya diakibatkan adanya trauma, contohnya trauma pada saat
olahraga, kecelakaan, jatuh atau cedera fisik lainnya.

5.Osteonecrosis (Necrosis Avascular)


Patofisiologi
31 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Kepala tulang paha mendapatkan aliran darahnya dari hanya satu pembuluh darah.Bila
pembuluh ini tersumbat atau dihalangi, aliran darah ini ditutup dengan akibat
osteonekrosis.Hal serupa dapat berpengaruh pada bahu dan lutut.Pada beberapa kasus, lemak
mEnyumbat pembuluh darah dalam tulang.Infeksi HIV dapat menyebabkan masalah dengan
metabolisme lemak.Tingkat lemak yang tinggi dalam darah dapat menyumbang pada
gumpalan darah. Lebih banyak radang dapat meningkatkan pembekuan darah dan juga
meningkatkan risiko gumpalan darah.
Patogenesis
Dengan penyumbatan aliran darah pada pembuluh darah di tulang, menyebabkan kurangnya
bahkan tidak ada aliran darah (gangguan sirkulasi darah) dalam tulang selanjutnya, daerah
yang berdekatan menjadi hyperemic (meningkatnya volume darah), mengakibatkan
demineralisasi, dalam trabekular (jaringan) menipis, dan kemudian hancur/mati. Dengan
matinya sel pada satu bagian tersebut jaringan seluruhnya yang tidak tersirkulasi darah juga
akan mati.
6.

Osteochondritis dissecans

Patofisiologi
tersumbatnya aliran darah menyebabkan tulang subchondral untuk mati dalam proses yang
disebut avascular nekrosis. Tulang tersebut kemudian diserap kembali oleh tubuh,
meninggalkan tulang rawan artikular sehingga menjadi rentan terhadap kerusakan. Hasilnya
adalah fragmentasi (diseksi) dari kedua tulang rawan dan tulang, dan gerakan bebas dari
fragmen osteokondral ini dalam ruang sendi, menyebabkan rasa sakit ,kaku pada sendi
menjadi tidak seimbang serta menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Patogenesis
Osteochondritis dissecans adalah hasil dari sirkulasi aliran darah yang terhambat ke sebagian
dari tulang talus.dengan bertambahnya waktu yang lama, kalus yang sedikit demi sedikit
hilang/ habis akibat proses penyerapan oleh tubuh (efek sirkulasi darah) lama kelamaan akan
menyebabkan osteoarthritis.

7.

SPONDILITIS ANKILOSA
32 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Penyakit ini bersifat kronis dan progresif yang menyerang pada sendi sakroiliakal dan sendi
panggul serta sendi-sendi synovial pada spiral.Intikuman biasanya merusak spingiosakorpus
vertebra.Bagian-bagian intervertebra menjadi meradang dan akhirnya terjadi fusi atau
kekakuan atau persatuan tulang pada sendi sakroiliakal dan spinal-spinal lain melalui
servikal.
Proses fusi ini terjadi setelah 10 20 tahun. Penyakit ini dapat timbul pada usia 10 30 tahun
dan biasanya menjadi progresif setelah 50 tahun dan lebih pada laki-laki. Spondiliti sankilosis
menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang dan ligamen-ligamen
para vertebral. Apabila diskus vertebralis juga terinvasi oleh jaringan vascular dan fibrosa
maka akan timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada
jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra lainnya.Jaringan
synovial disekitar sendi yang terserang akan meradang
4. DIAGNOSIS RADANG SENDI
1. Anamnesis
Identitas (nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan).
Keluhan utama : nyeri sendi tangan, lutut, kaku pada pagi hari, krepitasi.
Keluhan tambahan : hambatan gerak, perubahan gaya berjalan, perubahan

bentuk tulang.
Riwayat penyakit terdahulu : hiperkolesterol, asam urat tinggi, berat badan

berlebih, riwayat trauma.


Riwayat keluarga : keluarga dengan penyakit osteoarthritis, gout, dll.
Riwayat pemakaian obat : pemakaian kortikosteroid, NSAID.

2. PemeriksaanFisik
Pada umumnya pasien yang mempunyai keluhan sendi akan mengatakan bahwa
keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahanlahan.
Pemeriksaanfisik yang khususmeliputi:
a. Inspeksi
Gaya Berjalan
Hampir seluruh pasien yang mempunyai kelainan sendi memiliki gaya
berjalan yang abnormal. Seperti gaya berjalan antalgik yaitu gaya berjalan

33 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

pada pasien arthritis dimana pasien akan segera mengangkat tungkai yang
nyeri pada saat berjalan
Sikap/PosturBadan
Sendi yang biasanya meradang mempunyai tekanan intraartikular yang
tinggi. Dalam pemeriksaan postur badan, akan ditemukannya badan yang
membengkok kedepan disertai pergerakan vertebra yang

terbatas

merupakan gambaran khas spondilitis ankilosa.


PerubahanKulit
Kelainan kulit sering menyertai penyakit reumatik atau penyakit kulit
sering juga disertai penyakit reumatik. Kelainan kulit yang sering
ditemukan antara lain psoriasis dan eritema nodosum.
Bengkak Sendi
Pembengkakan kapsul sendi merupakan tanda spesifik sinovitis.
Pergerakan Sendi
Gangguan ini biasanya semakin berat dengan perlahan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
Krepitasi
Terdapat bunyi pada saat dilakukan krepitasi dan biasanya disertai dengan
nyeri sendi.
b. Palpasi
Nyeri Raba
Nyeri yang sering dirasakan pasien dan biasanya nyeri akan bertambah
sesuai dengan aktivitas dan sedikit berkurang saat istirahat.
3. PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan radiologi pada hari pertama biasanya menunjukkan
gambaran normal atau adanya kelainan sendi yang mendasar. Penemuan awal
berupa pembengkakan kapsul sendi dan jaringan lunak sendi yang terkena,
pergeseran bantalan lemak, dan pelebaran tulang sendi.
b. Pemeriksaan cairan sendi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengukur berapa jumlah cairan sendi
dengan alat ukur tertentu. Harga normal: 3,5-4cc, namun pada umumnya
jumlah 1-3,5 cc dianggap normal. Interpretasi hasil : bila jumlahnya
meningkat kemungkinan adanya suatu proses inflamasi.
Tata cara pemeriksaan cairan sendi:

34 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Amati cairan sendi yang ada ditabung menggunakan mata telanjang dengan
latar belakang putih dan laporan warna yang terlihat. Harga normal: tak
berwarna(bening).
Intrepetasi hasil:

Kuning jernih: penyakit sendi non inflamasi


Kuning keruh: proses inflamasi sendi
Putih keruh: penyakit sendi akibat penumpukan kristal
Merah coklat: adanya proses perdarahan

c. Pemeriksaan Ultrasonography (USG)


Metode ini tidak ada peran dalam penilaian klinis rutin bagi pasien dengan
osteoarthritis. Namun metode ini sedang diselidiki sebagai alat untuk
pemantauan degenerasi tulang rawan, dan dapat digunakan untuk suntikan
pada sendi yang sukar untuk dilihat tanpa discan. (Lozada,2013).
Dengan pemeriksaan USG memperlihatkan adanya kelainan baik intra
maupun ekstraartikuler yang tidak terlihat pada pemeriksaan radiologi.
d. Athroskopi
Athroskopi adalah prosedur pembedahan minimal invasive dalam bidang
orthopedic untuk menampilkan ,mendiagnosa, dan menindaklanjuti masalah
dalam sendi. Walaupun hamper semua sendi dapat dikerjakan dengan
athroskopi, bagian yang paling sering adalah sendi lutut, bahu, siku,
pergelangan kaki, pergelangan tangan dan sendi panggul.
e. Computed Tomography Scanning (CT Scan)
Metode ini jarang digunakan dalam diagnosis osteoarthritis primer (idiopatik).
Namun dapat digunkan dalam mendiagnosis maligment dari sendi pattelo
femoral atau sendi pada kaki dan pada pergelangan kaki (Lozada,2013).
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Metode ini tidak perlu dilakukan pada kebanyakan pasien dengan
osteoarthritis, kecuali pada kondisi tertentu yang mengharuskan metode ini.
MRI dapat langsung memvisualisasikan tulang rawan artikular dan jaringan
sendi lainnya (misalnya miniskus, tendon, otot, atau efusi) (Lozada,2013).
4. Pemeriksaan Laboratorium

35 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Hasil pemeriksaan laboratorium pada kelainan biasanya tak banyak berguna, Darah
tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali
penyakit sendi generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan.

5. Penatalaksanaan dan Pencegahan Radang Sendi


Penatalaksanaan Radang Sendi
1.

Osteoarthritis (OA)

Tidak terdapat pengobatan yang dapat menyembuhkan OA. Pengobatan ditujukan untuk
mengurangi nyeri, mempertahankan mobilitas, dan memperkecil kecacatan.

Terapi Non-Farmakologi
1.

Penderita yang gemuk sebaiknya menurunkan berat badannya untuk mengurangi

beban sendi
2.

Gunakan penyangga badan seperti tongkat atau kruk


36 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

3.

Fisioterapi untuk menjaga mobilitas sendi, mempertahankan kekuatan otot, serta

mengurangi nyeri
4.

Brace lutut

Terapi Farmakologi
1.

NSAID untuk mengurangi keluhan nyeri kronik progresif.

Contohnya Meklofenamat yang merupakan golongan antranilat 240-400 mg/hari. Pemberian


obat ini tidak boleh lebih dari 7 hari.
2.

SYSADOA (symptomatic slow acting drugs for osteoarthritis) yang bekerja lambat

sehingga hasilnya baru terlihat setelah enam minggu


3.

DMOADs (disease modifying osteoarthritis drugs) yang bersifat kondroprotektif

4.

Injeksi hialuronat intra-artikuler untuk mempertahankan sinovial sendi

Kondroitin sulfat, glukosamin dan asam hialuronat termasuk golongan SYSADOA serta
DMOADs.

Terapi Bedah
Terdapat beberapa pilihan terapi bedah pada OA, seperti sinovektomi, artroskopi, osteotomi,
arthrodesis, artroplasti, tindakan mikrofraktur, dan implantasi tulang rawan. Tindakan
mikrofraktur dilakukan dengan membuat lubang-lubang pada tulang subkondral agar nutrien
dan faktor pertumbuhan untuk penyembuhan yang berasal dari sumsum tulang dapat
mencapai permukaan rawan sendi yang sehat dan terbuka melalui bekuan darah. Implantasi
tulang rawan dapat dilakukan pada daerah permukaan sendi dengan menggunakan biakan
tulang rawan itu sendiri.

2.

Artritis Reumatoid (AR)

37 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

AR harus ditangani secara sempurna. Penderita harus diberi penjelasan bahwa penyakit ini
tidak dapat sembuh.

Terapi Non-Farmakologi
1.

Diberi dukungan psikologis

2.

Latihan untuk mempertahakan fungsi sendi

3.

Mencegah deformitas

4.

Alat penopang ortopedis

Terapi Farmakologi
1.

Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk mengurangi nyeri dan inflamasi.

Contohnya Indometasin 2-4 kali 25 mg/hari.


2.

Pada keadaan akut kadang dibutuhkan steroid atau imunosupresan

Terapi Bedah
Pada keadaan kronik, sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi sendi yang luas.
Akan tetapi, bila terdapat destruksi sendi atau deformitas luas, dapat dianjurkan arthrodesis
atau artroplasti.

3.

Artritis Gout

Terapi Non-Farmakologi
Menghindari makanan yang kaya purin, seperti hati, ginjal, atau jeroan

Terapi Farmakologi
38 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

1.

Pemberian kolkisin untuk menghentikan serangan akut, pada awal serangan diberikan

kolkisin setiap jam sampai nyeri hebat menghilang


2.

Pemberian urikosurik untuk menurunkan hiperurisemia pada fase kronik seperti

probenesid atau alopurinol yang membantu menghambat produksi asam urat

Terapi Bedah
Tindak bedah terdiri atas penyaliran tofus yang berabses dan tofektomi. Tofektomi adalah
pengeluaran massa tofus sebanyak mungkin tanpa risiko mengganggu ligament, struktur
tendon, saraf, atau pembuluh darah. Pembedahan ini jarang diperlukan.

4.

Spondilitis Ankilosa

Terapi Non-Farmakologi
1.

Pendidikan pasien mengenai penyakitnya untuk meningkatkan kepatuhan berobat.

Karena penyakit ini belum dapat disembuhkan hanya dapat di kontrol.


2.

Fisioterapi:

a.

Memakai tempat tidur yang dialasi papan dibawah kasur dengan ganjal didaerah

lumbal untuk mengembalikan lordosis, bantal kepala sebaiknya yang tipis.


b.

Penyesuian pekerjaan terutama bila terdapat gangguan tulang punggung. Punggung

hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi direndahkan jangan
terlalu lama duduk.
c.

Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan memelihara

ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik terbaik adalah berenang.

Terapi Farmakologi

39 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Indometasin 25-50 mg diberikan 3 kali sehari bila telah terjadi perbaikan gejala, dosis
pemberian dapat diperkecil, obat-obatan lain yang bisa diberikan: piroksikam, naproksen.
Terapi Bedah
Pembedahan kadang perlu dilakukan misalnya wedge osteotomy pada deformitas tulang
belakang, artoplasti costae, hip replacement pada artritis berat dan fleksion deformity.

5.

Pseudogout

Terapi Farmakologi
1.

NSAID untuk mengurangi tekanan intra articular contohnya fenilbutazon 400-600

mg/hari untuk beberapa hari atau inddometasin 75-150 mg/hari.


2.

Kolkisin intravena

Pencegahan Radang Sendi


1.

Menjaga berat badan tetap ideal

2.

Melakukan olahraga secara teratur seperti berenang

3.

Pola makan yang sehat

6. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS RADANG SENDI


1. KOMPLIKASI RADANG SENDI
Komplikasi dapat terjadiapabila osteoarthiriritis tidak di tangani dengan serius.
a. Osteonekrosis
Adalah tulang yang mati akibat suplai darah ke tulang berkurang atau terhenti,
sehingga memicu terjadinya patahan pada tulang. Jika terjadi pada tulang didekat
sendi, sendi tersebut juga dapat mati. Osteonecrosis dapat mengenai tulang
dibagian manapun, misalnya lutut, rahang, pergelangan tangan atau bahu namun
paling umum pada tulang pinggul.
b. Bakers cyst
Pembengkakan yang disebabkan oleh cairan dari sendilutut menonjol dibagian
belakang lutut. Bagian belakang lutut disebut juga sebagai daerah popliteal lutut.
Bakers cyst di akibatkan oleh penumpukan cairan sendi yang terjebak,yang
menonjol dari kapsul sendi di belakang lutut sebagai kantung yang menonjol.
40 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Penyebab dari penumpukan cairan sendi termasuk radang sendi rheumatoid,


c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

oeteoarthritis dan terlalu banyak menggunakn lutut.


Osteophyte
Satu penumbuhan yang terlalu cepat pada tulang.
Spondylosis
Menekan saraf vertebra serviks atau lumbar.
Radiculopathy
Dapat menyebabkan pemampatan saraf tunjang
Myelopathy
Disfungsi sarf tunjang, atau kondisi patologis tulang belakang.
Pendarahan dalam sendi.
Infeksi pada sendi.
Terjepitnya saraf pada osteoarthritis di tulang belakang.

2. PROGNOSIS RADANG SENDI


Umumnya baik, sebgian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif.
Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi. Osteoarthritis biasanya berjalan
lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri apabila sendi tersebut
dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung beban, terutama
pada lutut. Masalh ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri dengan
cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru ini seringkali meliputi perubahn pola
makan yang sudah terbentuk seumur hidup dan olahraga, manipulasiobat-obat yang
diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu.

41 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

BAB V
KESIMPULAN AKHIR
Dari skenario dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoatritis. Hal yang dapat kita
lakukan adalah melakukan pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan cairan sendi. Pasien
sendiri dihimbau untuk self management ( menjaga pola makan, melakukan hidup sehat ),
kurangi berat badan ( apabila ada resiko obesitas ), dan melakukan olahraga aerobik. Obat
yang dapat kita berikan kepada pasien adalah obat golongan NSAID seperti meklofelamat
dengan dosis 240 400 mg / hari. Kita juga harus memberi saran pada pasien mengenai
penyakitnya dan apabila diperlukan dapat dilakukan penyuntikan cairan sinovisial serta untuk
pengobatan lebih lanjutnya, kita rujuk pasien kepada yang lebih berkompeten.

42 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
2. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing
3. Noer HMS,Waspadji S, Rachman AM, et, al, Editor. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta :Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
4. Buku Ringkasan patologi anatomi E/2,EGC
5. Sudoyo, Aru W, dkk .2007 .Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam jilid II edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan FKUI
6. Schumacher HR. Primer on the Rheumatic Disease. Ninth Ed. Arthritis Foundation.
Atlanta GA. 1988.
7. Harry isbagio. Penyakit Reutnatik 1, Yayasan Penerbit IDI, Jakarta, 1992.
8. Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Jakarta: EGC.
Ed 3. Hal: 1001-2; 1006-9.
9. Isselbacher dkk. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Ed 13.
Vol 4. Hal: 1886-92.
10. Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing. Ed V. Jilid III. 2562-4.
43 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

.
.

44 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI

Anda mungkin juga menyukai