KELOMPOK V
KETUA
: NOVI TAMARA
133307010005
133307010006
NOTULEN
: WINDA WINATA
133307010090
ANGGOTA
133307010004
133307010089
133307010091
133307010092
133307010003
NAOMI YUSHIKE
133307010088
133307010001
ELSA LASE
133307010050
IWAN SYAHPUTRA
133307010051
133307010047
133307010048
DOSEN TUTORIAL
dr. Maya Sari Mutia
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
-Nya yang telah menuntun kami dalam belajar untuk mencapai hidup yang lebih baik. Dan
dengan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, sehingga dapat tersusun
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan serta
wawasannya mengenai tujuan pembelajaran yang dibahas pada makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini banyak hal yang belum sempurna. Oleh sebab itu kami selaku
penyusunan makalah ini, mengharapkan adanya masukan yang berupa kritikan ataupun saran
demi kebaikan untuk makalah berikutnya dan tidak lupa juga kami selaku penyusun
berterima kasih pada pihak-pihak yang ikut serta membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga semua ini
berguna bagi kita semua khususnya dalam menunjang pembelajaran kita di dunia kedokteran.
HORMAT KAMI
KELOMPOK V
2 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB. I
PENDAHULUAN.............................................................................................1
3 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mahasiswa kedokteran yang menjalani proses pendidikan kedokteran di
bangku perkuliahan, sudah seharusnya kita mengerti bagaimana sebenarnya pendidikan yang
akan dijalaninya.
Makalah ini akan memberikan penjelasan tentang anatomi dan fisioligi sistem
rangka dan sendi, patofisiologi dan patogenesis penyakit metabolik sendi, klasifikasi,
etiologi, epidemiologi dan gejala klinis penyakit metabolik sendi, diagnosa penyakit
metabolik sendi, penatalaksanaan penyakit metabolik sendi, komplikasi dan prognosis
penyakit metabolik sendi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan pembelajaran umum :
Mahasiswa mengetahui anatomi dan fisiologi, definisi, etiologi, epidemiologi dan gejala
klinis, patofisiologi dan patogenesis, diagnosa, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis
pada radang sendi.
2. Tujuan pembelajaran khusus :
Setelah mengikuti pelatihan ini mahasiswa mampu :
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi sendi
b) Menjelaskan definisi,etiologi,epidemiologi dan gejala klinis
c) Mengetahui patofisiologi dan patogenesis radang sendi
d) Mengetahui diagnosa radang sendi
e) Mengetahui penatalaksanaan radang sendi
f)
1 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
BAB II
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
JUDUL BLOK
MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
NAMA TUTOR
dr. Maya Sari Mutia
DATA PELAKSANAAN TUTORIAL
TUTORIAL 1
TANGGAL
: 27 Oktober 2014
WAKTU
: 10.00 12.30 WIB
TEMPAT
: Ruang Tutorial
TUTORIAL 2
TANGGAL
: 30 Oktober 2014
WAKTU
: 10.00 12.30 WIB
TEMPAT
: Ruang Tutorial
PLENO
TANGGAL
: 3 November 2014
WAKTU
: 07.30 10.00 WIB
TEMPAT
: Ruang Kelas Semester 3
BAB III
PEMBAHASAN
2 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Skenario 5
Ibu Aminah 63 tahun, mengeluh sakit pada lutut kanan dan pergelangan tangan kiri sejak 5
tahun yang lalu. Sakit berkurang bila dibawa berjalan, sudah berobat kedokter diberi obat
sakitnya berkurang tetapi kambuh lagi. Pada pemeriksaan dijumpai tanda tanda inflamasi
articulatio genu dextra dan articulatio radio carpea sinistra. Apa yang diderita ibu Aminah?
I
II
III
Klarifikasi Istilah
a
Articulatio radio carpea sinistra : sendi diantara carpal dan radius kiri.
Identifikasi Masalah
a
Ibu Aminah 63 tahun, mengeluh sakit pada lutut kanan dan pergelangan
tangan kiri sejak 5 tahun yang lalu.
Sakit berkurang bila dibawa berjalan, sudah berobat kedokter diberi obat
sakitnya berkurang tetapi kambuh lagi.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda tanda inflamasi articulatio genu dextra dan
articulatio radio carpea sinistra.
Analisa Masalah
a
- Kemungkinan osteoporosis
- Kemungkinan
IV
Hipotesa
Kemungkinan ibu ini mengalami Osteo atritis pada sendi lutut kanan dan sendi lengan
kiri.
Learning Objective
1
4
5
6
BAB IV
KAJIAN TEORI
4 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
5 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas
tiga jenis dasar, yaitu; osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Adapun matriks tersusun atas
98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan
proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun.
Selanjutnya, osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Sementara osteoklas adalah sel
multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan
remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Di tengah osteon
terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan
lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus
yang berlanjut ke dalam kanalikuli yang halus (menghubungkan pembuluh darah sejauh
kurang dari 0,1 mili meter).
6 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organic (hidup) dan 70% endapan
garam. Bahan organic disebut matriks, dan terdiri lebih dari 90% serat kolagen dan kurang
dari 10% proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan
fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam
menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan
organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang
meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan
kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan
dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup.
Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan jumlah
stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk
tulang yaitu osteoblas.
1 Humerus
8 tulang karpal
5 tulang metacarpal
14 falang
1. Klavikula atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang membentuk bagian
anterior gelang bahu. Fungsi klavikula memberi kaitan pada beberapa otot leher, bahu
dan lengan yang bekerja sebagai penopang lengan
2. Scapula atau tulang belikat membentuk bagian belakang gelang bahu dan terletak di
sebelah belakang toraks yang lebih dekat ke permukaan dari pada iga. Bentuknya
segitiga pipih dan memperlihatkan dua permukaan, tiga sudut, dan tiga sisi.
3. Humerus atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang anggota atas,
memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung.
4. Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan
dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial lengan bawah dan lebih panjang
dari pada radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
5. Radius adalah tulang disisi lateral bawah, merupakan tulang pipa dengan sebuah batang
dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
6. Karpal terdiri atas delapan tulang tersusun dalam dua baris, empat tulang dalam setiap
baris. Baris atas tersusun dari luar ke dalam adalah navilular (skafoid), lunatum
(seminular), trikuetrum, dan pisiformis. Baris bawah adalah trapezium (multangulum
mayus), trapezoid (multangulum minus), kapitatum, humatum.
7. Metacarpal. Terdapat lima tulang metacarpal. Setiap tulang mempunyai batang dan
dua ujung. Ujung yang bersendi dengan tulang kapal di sebut ujung karpal dan sendi
yang di bentuknya adalah sendi karpo _ metacarpal. Ujung distal bersendi dengan
falang di sebut kepala.
8. Falang juga tulang panjang, mempunyai batang dan dua ujung. Batangnya mengecil di
arah ujung distal. Terdapat 14 falang, tiga pada setiap jari dan dua pada ibu jari.
8 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
1 femur
tulang paha
1 tibia
tulang kering
1 fibula
tulang betis
1 patela
tempurung lutut
1 tulang tarsal
5 tulang metatarsal -
14 falang
1. Tulang koksae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur yang dibentuk tiga tulang
yang bertemu di aserabulum, yaitu sebuah rongga berbentuk cawan di permukaan
eksternal tulang koksa dan mencekam kepala femur dalam formasi gelang panggul.
2. Femur atau tulang paha adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulang itu bersendi
dengan asetubulum dalam formasi persendian panggul dan dari sini menjulur medial
kelutut dan membuat sendi dengan tibia. Tulangnya berupa tulang pipa dan mempunyai
sebuah batang dan dua ujung.
3. Patella atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang berkembang
didalam tendon otot kuadrisep ekstensor
4. Tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama tungkai bawah dan terletak medial
dari fibula \atau tulang betis; tulang tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan
dua ujung.
5. fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang itu adalah
tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
6. Tulang tarsal (tulang pangkal kai). Ada tujuh buah tulang yang secara kolektif
dinamakan tarsus. Tulang-tulang itu adalah tulang pendek, terbuat dari jaringan tulnag
9 |Page
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
D. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.
A. Definisi
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat bergerak dengan
baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang yang satu dengan ruas tulang
lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat digerakkan sesuai dengan jenis persendian
yang diperantarainya.
Sendi merupakan hubungan antar tulang sehingga tulang dapat di gerakan. Hubungan
dua tulng disebut persendian (artikulasi). Beberapa komponen penunjang sendi:
-
Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya
terdapat rongga.
Ligament (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang
yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.
Tulang rawan hialin (kartilagi hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi
kedua ujung tululang. Berguna untuk menjaga benturan.
10 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
B. Klasifikasi
1. Sendi yang tidak dapat bergerak
a. Articulatio fibrosa, hubungan antar tulang dengan fibrous seperti pada sutura tulang
tengkorak. Di klasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1) Synarthrosis, mempunyai karakteristik disatukan oleh jaringan fibrosa. Sub
klasnya yaitu: Sutura secara berkelok-kelok saling bersesuaian, dengan sedikit
jaringan fibrosa dan praktis tidak ada gerakan. Ada 3 macam sutura, yaitu:
a) Sutura serrata, hubungan antar tulang seperti gigi gergaji.
b) Sutura squamosa, hubungan antar tulang saling menipis dan saling
bersesuaian.
c) Sutura harmoniana/plana, hubungan lurus tersusun tepi menepi.
11 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
12 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
manubriosternalis.
disebut
membrana
synovialis.
Ujung-ujung tulang yang ditutupi tulang rawan dan di perkuat dibagian luarnya
oleh kapsula sendi dan ligamentum. Kapsula sendi ada dua lapisan, yaitu:
a. Bagian luar disebut stratum (membrane) fibrosum
b. Bagian dalam disebut stratum synovialis
13 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
14 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
namun tidak rotasi. Sebagai contoh sendi-sendi metacarpophalangea dan jaricari tangan. Sendi geser (gliding, atrhrodial, plane). Permukaan-permukaan
sendi berbentuk tak beraturan, biasanya datar atau sedikit lengkung. Satusatunya gerakan yang dapat dilakukan adalah menggeser, karenanya disebut
nonaxial. Contoh-contoh terdapat dalam tulang- tulang tarsal dan carpal, dan
juga processus articularis dari verterbrae.
c. Sendi putar atau art. Trocoidea (trocoid). Gerakan pada sendi jenis ini terjadi di
dalam bidang transversal dengan longitudinal. Contoh-contoh dari sendi ini
ialah art, radioulnar dan art. Atlanto epistrophica pada rotasi kepala.
d. Sendi engsel atau art. Throchlearis (ginglysum). Gerakan pada sendi ini ada di
dalam bidang sagital dengan sumbu transversal. Fleksi dan ekstensi terjadi
pada siku, pergelangan kaki dan sendi interphalangea.
e. Sendi pelana atau art. Sellaris (sellar). Sendi ini berbentuk seperti pelana.
Sendi bersumbu dua yang dapat bergerak fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi. Satu-satunya sendi pelana yang asli ialah art. Carpometacarpaldari ibu
jari
15 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Bagian ini merupakan artikulasiokomposita, pada sumbu ini bertemu humerus, ulna
dan radius. Sedangkan menurut faalnya sendi ini merupakan sendi engsel yang
terdiri dari 3 bagian.
1) Art. Humeroulnaris. sendi antara trokhlea humeri dan insisura seminularis
ulnae. Kedua permukaan sendi mempunyai bidang pertamuan yang terlebar pada
sikap lengan yang sedikit diketulkan sehingga merupakan sikap terbaik bagi
lengan untuk menerima tumpuan.
2) Art. Humeroradialis. sendi antara capitulum humeri fovea capitulum adii.
3) Art. Radio Ulnaris Proksimal. Sendi btara sirkumferensia artikularis radii dan
insisura radialis ulna.
16 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
sendikeseluruh arah dan membentuk sikap tegak tubuh dalam keadaan berdiri, gerak
sendi fleksi, ekstensi, abduksi, endorotasi dan eksorotasi.
a) Articulatio sakroilliaka
Persendian antara os sacrum dan os sacrum dan os ileum melalui fascies
artikularis ossis illii dan fasies artikularis ossis sacrum. Sendi ini merupakan
hbungan antara gelang pnggul dan rangka yang identik dengan artikulasio
sternoklavikularis. Artikulasio ini mempunyi gerakan yang kecil karena banyak
cekungan, cembung dan persendian tidak rata, disamping itu banyak ligamentum
pada sendi.
b) Art. Simfisis pubis.
Hubungan antara kedua os pubis. Di dalamnya ada satu kavum yang disebut
pseudokruris berupa kartilago dinamakan fibrokartialagointerpubis.
c) Artikulatio koxae
Persendian ini merupakan enarthorosis spheroidea, diprkuat oleh ligamentum
illeo femorale sehingga caput pemoris bias keluar dari lekuknya dan berada di
bawah os ileum.
f.
g. Persendian kaki
a) Art. Talo tibia fibularis. talo fibia fibuaris (pergelangan kaki)
b) Art. Talo tarsalia. Talo tarsalia (sendi loncat),karena pada gerakan meloncat ada
dua bagian:
1) Art talo calcaneo (sendi locat bagian atas) antara fascies articularis calcanei
posterior assis talus dan fescies articularis tali posterior ossis calcaaneus.
2) Art talo calcaneo navicularis (sendi loncat bagian bawah) antara fasies
articular naviculare calcanei media anterior dan fasies articularis naviculare
ossis talus dengan fasies tali media anterior ossis calcaneus dan fasies
articularis tali ossis navicular pedis. Gerakan sendi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu geakan plantar flexi dan adduksi dan gerakan dorsal flexi kaki
disertai adduksi.
3) Art. Tarso transversa. Merupakan linea amputasionies choparti. Ada dua
bagian yaitu: art. Talo navicularis edis(antara capitulum tali fascies artikularis
tali os navicularis pedis) dan ar. Calcanea kuboida (antara articularis uboida
dari os kolumnae fasies articularis kalkanei dari os kuboideum). Gerakan
rotasi sumbu gerak searah dengan panjang kaki.
4) Art. Tarso metatarsia. Sendi ini ada diantara permukaan distal ossa
kunaiformi renon I, II, III dengan permukaan proksimal ossa metatarsalia I, II,
III. Permukaan sendi distal os koboideum dengan permkaan proksimal ossa
metatarsalia IV, V. antara permukaan distal ossa metatarsalia dengan
permukaan proximal ossa falangea I, digiti I, II, III, IV, V.
5) Art. inter falangeal. Ada diantara ruas jari I, II, III, ( masing-masing jari
digiti) I, II, III, IV, V untuk gerakan sendi engsel.
18 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
19 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Osteoarthritis
1.1 Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan kerusakan
kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena
osteoarthritis. Osteoarthritis dapat dibagi menjadi :
a.
Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer dapat disebut sebagai osteoarthritis idiopatik, OA ini tidak memiliki
penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit maupun
perubahan local pada sendi.
b.
Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder disebabkan oleh inflamasi, kelainan system endokrin, metabolic,
factor keturunan, serta imobilisasi yang terlalu lama.
1.2 Etiologi
Penyebab osteoarthritis belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu digunakan factor resiko,
antara lain :
a.
b.
Frekuensi OA dibawah 45 tahun kurang lebih sama pada wanita maupun laki laki, tetapi
di atas 50 tahun ( setelah menopouse ) frekuensi OA lebih banyak pada wanita
20 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
c.
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya OA baik
pada wanita maupun pria.
d.
Pekerjaan berat maupun pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan risiko OA
e.
Kaku sendi setelah beberapa lama tidak digerakkan (misalnya setelah bangun tidur
Perubahan gaya jalan (pincang); gejala ini berkaitan dengan rasa nyeri pada sendi
yang berfungsi sebagai tumpuan berat badan seperti lutut, sendi paha, dan tulang belakang;
Pembesaran/pembengkakan sendi;
Penonjolan tulang yang merupakan hasil pembentukan tulang baru. Penonjolan ini
Pada tahap lanjut dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang, pembesaran tulang,
2.1 Definisi
post traumatic arthritis adalah arthritis yang disebabkan karena adanya cedera atau trauma.
2.2 Etiologi
post traumatic arthritis disebabkan oleh pemakaian dari sendi yang memiliki jenis cedera
fisik. Cedera bisa dari olahraga, kecelakaan kendaraan, jatuh, cedera militer, atau sumber lain
21 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
trauma fisik. Cedera tersebut dapat merusak tulang rawan dan/atau tulang, mengubah
mekanika sendi dan membuat haus lebih cepat.
2.3 Gejala Klinis
Nyeri sendi
Pembengkakan
3.
osteonecrosis
3.1 Definisi
osteonecrosis merupakan kematian jaringan tulang karena kegagalan suplai darah.
3.2 Etiologi
penyebab osteonecrosis antara lain akibat pengobatan (glukokortikoid),
keadaan fisiologik atau patologik tertentu (kehamilan, tromboemboli)
atau tidak diketahui (idiopatik)
3.3 Gejala Klinis
Rasa nyeri dapat meningkat dan intensitasnya mulai dari ringan hingga
tajam
4.
osteochondritis dissecans
4.1 Definisi
Osteokondritis Disekans adalah suatu kondisi di mana suatu bagian tulang rawan sendi lepas
dari ujung tulang bersama dengan lapisan tipis tulang di bawahnya. Gangguan ini paling
sering terjadi pada pria muda, terutama setelah cedera sendi.
4.2 Etiologi
22 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Ada onset bertahap menyebar atau lokal-sakit dan nyeri akibat latihan,
sering juga saat istirahat,
5.
rasa sakit sesekali dan efusi kecil ke lutut terkunci dengan efusi utama.
Artritis Reumatoid
5.1 Definisi
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh adanya inflamasi
sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Artritis Reumatoid
terutama mengenai sendi - sendi kecil pada tangan dan kaki.
5.2 Etiologi
a.
Etiologi dari AR tidak diketahui secara pasti. Factor genetic berperan penting terhadap
kejadian AR. Hubungan gen HLA-DRB1 telah diketahui dengan baik.
b.
Prevalensi AR lebih besar pada perempuan daripada laki laki, sehingga diduga hormone
sex berperan dalam perkembangan penyakit ini.
c.
Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit. Organism ini diduga
menginfeksi host dan merubah respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit.
Kurang lebih 2/3 penderita RA, awitan terjadi secara perlahan. Awitan ini
ditandai dengan kekakuan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama 1
jam atau lebih. Kurang lebih 15% dari penderita mengalami gejala awal
yang lebih cepat yaitu antara beberapa hari sampai beberapa minggu.
Beberapa penderita juga mempunyai gejala konstitusional berupa
kelemahan, kelelahan, anoreksia, dan demam ringan.
6.
6.1 Definisi
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah penyakit rematik autoimun yang ditandai dengan
adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau system dalam tubuh
23 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
6.2 Etiologi
Etiologi dari SLE belum diketahui secara pasti. Diduga melibatkan interaksi yang kompleks
dan multifaktorial antar variasi genetic dan faktor lingkungan
6.3 Gejala Klinis
Kelelahan
7.
Spondilitis ankilosa
7.1 Definisi
Spondilitis ankilosa merupakan penyakit inflamasi yang bersifat sistemik terutama
menyerang sendi tulang belakang ( vertebra )
7.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui tetapi penyakit ini cenderung diturunkan secara
genetic.
7.3 Gejala Klinis
Kifosis ( kronik)
8.
8.1 Definisi
24 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Arthritis pirai merupakan penyakit heterogen sebagai akibat dari deposisi Kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan
ekstraseluler
8.2 Etiologi
Gangguan metabolisme Hiperurisemia yang didefinisikan sebagai
peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. Penumpukan
Kristal monosodium urat pada sendi.
8.3 Gejala Klinis
Terdapat Thopi(penonjolan/penumpukan)
9.
Pseudogout
9.1 Definisi
Serangan radang akut dengan gejala mirip dengan gout dan sering tampak pada pasien
pasien dengan penimbunan Kristal CPPD
9.2 Etiologi
Penyebab dari pseudogout adalah timbunan Kristal CPPD di
dalam struktur sendi. Penyebab penimbunan ini belum diketahui.
9.3 Gejala Klinis
menyerupai meninginitis
Osteoarthritis
Epidemiologi
Prevalensi keseluruhan 12 15 % pada paling sedikit satu sendi. Lebih banyak pada
kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya usia,
contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia >75% tahun memiliki bukti radiologis
adanya OA. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.
25 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
2.
Artritis Reumatoid
Epidemiologi
Pada kebanyakan populasi di dunia, prevalensi AR relative konstan yaitu berkisar antara 0,5
1. Prevalensi di India dan di Negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75%. Sedangkan
di China, Indonesia, dan Philipina prevalensinya kurang dari 0,4%. Prevalensi AR lebih
banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan dengan laki laki dengan rasio 3:1 dan
dapat terjadi pada semua kelompok umur.
3.
Epidemiologi
Prevalensi SLE diberbagai Negara sangat bervariasi antara 2,9/100.000 400/100.000.
penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, tetapi paling banyak pada usia 15 - 40 tahun.
4.
Spondilitis ankilosa
Epidemiologi
Spondilitis ankilosa biasanya mulai sejak decade kedua hingga decade ke tiga kehidupan
dengan median usia 23 tahun. Pada 5% pasien, gejala timbul pada usia lebih dari 40 tahun.
Usia yang rinci sulit ditentukan karena diagnosis seringkali tidak dikenali selama bertahun
tahun.
5.
Epidemiologi
Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa, sedangkan pada wanita jarang sebelum
menopause.
26 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
6.
Pseudogout
Epidemiologi
Laporan mengenai data epidemiologi penyakit radang sendi
( atropati Kristal ) sangat jarang. Pseudogout sering ditemukan pada umur pertengahan dan
umur yang lebih tua, data yang pernah dilaporkan menyatakan bahwa 10 15 % mengenai
mereka yang berusia 65 70 tahun dan akan meningkat 30 -60 % pada usia di atas 80 tahun.
Tahap kedua, celah makin dalam tetapi belum sampai ke perbatasan daerah subkondral.
Jumlah sel rawan mulai menurun, begitu juga kadar kolagen.
Tahap ketiga, celah makin dalam sampai ke daerah subkondral.Kista dapat menjadi sangat
besar dan pecah sehingga permukaannya menjadi tidak teratur.
Tahap keempat, serpihan rawan sendi yang terapung dalam cairan sendi akan difagosit oleh
sel-sel membran sinovia dan terjadilah reaksi radang. Sementara itu kondrosit mati,
proteoglikan dan kolagen tidak diproduksi lagi.
ii.Pembentukan osteofit
Ada beberapa hipotesis mengenai pembentukan osteofit :
1) Akibat proliferasi (pengulangan siklus sel) pembuluh darah di tempat rawan sendi
berdegenerasi.
2) Akibat kongesti (penghambatan) vena yang disebabkan perubahan sinusoid sumsum yang
tertekan oleh kista subkondral.
3) Akibat rangsangan serpihan rawan sendi, maka akan timbul sinovitis sehingga tumbuh
osteofit pada tepi sendi, pada perlekatan ligamen atau tendon dengan tulang.
28 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
29 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7
mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila konsentrasi asam urat dalam serum
lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Jika
kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan
dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang-ulang,
penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian
perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat
(batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis. Gambaran kristal urat dalam cairan
sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan bahwa faktor-faktor non-kristal mungkin
berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut
dengan immunoglobulin yang terutama berupa IgG. Dimana IgG akan meningkatkan
fagositosis kristal dan dengan demikian dapat memperlihatkan aktifitas imunologik.
Patogenesis
Tahap 1 (Tahap Gout Arthritis akut)
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas untuk pertama kalinya.
Serangan artritis tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu sekitar 5-7 hari.
Bila dilakukan pengobatan maka akan lebih cepat menghilang. Karena cepat menghilang
maka penderita sering menduga kakinya hanya keseleo atau terkena infeksi, sehingga tidak
menduga terkena penyakit gout arthritis dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Pada
pemeriksaan kadang-kadang tidak ditemukan ciri-ciri penderita terserang penyakit gout
arthritis.Ini karena serangan pertama berlangsung sangat singkat dan dapat sembuh dengan
sendirinya (self-limiting), maka penderita sering berobat ke tukang urut dan pada saat
penderita sembuh, penderita menyangka hal itu dikarenakan hasil urutan/pijatan. Namun jika
dilihat dari teori, nyeri yang diakibatkan asam urat tidak boleh dipijat ataupun diurut, tanpa
diobati atau diurut sekalipun serangan pertama kali ini akan hilang dengan sendirinya.
30 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout Arthritis akut.Atau menyangka serangan
pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya dengan penyakit Gout Arthritis.
Kepala tulang paha mendapatkan aliran darahnya dari hanya satu pembuluh darah.Bila
pembuluh ini tersumbat atau dihalangi, aliran darah ini ditutup dengan akibat
osteonekrosis.Hal serupa dapat berpengaruh pada bahu dan lutut.Pada beberapa kasus, lemak
mEnyumbat pembuluh darah dalam tulang.Infeksi HIV dapat menyebabkan masalah dengan
metabolisme lemak.Tingkat lemak yang tinggi dalam darah dapat menyumbang pada
gumpalan darah. Lebih banyak radang dapat meningkatkan pembekuan darah dan juga
meningkatkan risiko gumpalan darah.
Patogenesis
Dengan penyumbatan aliran darah pada pembuluh darah di tulang, menyebabkan kurangnya
bahkan tidak ada aliran darah (gangguan sirkulasi darah) dalam tulang selanjutnya, daerah
yang berdekatan menjadi hyperemic (meningkatnya volume darah), mengakibatkan
demineralisasi, dalam trabekular (jaringan) menipis, dan kemudian hancur/mati. Dengan
matinya sel pada satu bagian tersebut jaringan seluruhnya yang tidak tersirkulasi darah juga
akan mati.
6.
Osteochondritis dissecans
Patofisiologi
tersumbatnya aliran darah menyebabkan tulang subchondral untuk mati dalam proses yang
disebut avascular nekrosis. Tulang tersebut kemudian diserap kembali oleh tubuh,
meninggalkan tulang rawan artikular sehingga menjadi rentan terhadap kerusakan. Hasilnya
adalah fragmentasi (diseksi) dari kedua tulang rawan dan tulang, dan gerakan bebas dari
fragmen osteokondral ini dalam ruang sendi, menyebabkan rasa sakit ,kaku pada sendi
menjadi tidak seimbang serta menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
Patogenesis
Osteochondritis dissecans adalah hasil dari sirkulasi aliran darah yang terhambat ke sebagian
dari tulang talus.dengan bertambahnya waktu yang lama, kalus yang sedikit demi sedikit
hilang/ habis akibat proses penyerapan oleh tubuh (efek sirkulasi darah) lama kelamaan akan
menyebabkan osteoarthritis.
7.
SPONDILITIS ANKILOSA
32 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Penyakit ini bersifat kronis dan progresif yang menyerang pada sendi sakroiliakal dan sendi
panggul serta sendi-sendi synovial pada spiral.Intikuman biasanya merusak spingiosakorpus
vertebra.Bagian-bagian intervertebra menjadi meradang dan akhirnya terjadi fusi atau
kekakuan atau persatuan tulang pada sendi sakroiliakal dan spinal-spinal lain melalui
servikal.
Proses fusi ini terjadi setelah 10 20 tahun. Penyakit ini dapat timbul pada usia 10 30 tahun
dan biasanya menjadi progresif setelah 50 tahun dan lebih pada laki-laki. Spondiliti sankilosis
menyerang tulang rawan dan fibrokartilago sendi pada tulang belakang dan ligamen-ligamen
para vertebral. Apabila diskus vertebralis juga terinvasi oleh jaringan vascular dan fibrosa
maka akan timbul kalsifikasi sendi- sendi dan struktur artikular .Kalsifikasi yang terjadi pada
jaringan lunak akan menjembatani satu tulang vertebra dengan vertebra lainnya.Jaringan
synovial disekitar sendi yang terserang akan meradang
4. DIAGNOSIS RADANG SENDI
1. Anamnesis
Identitas (nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan).
Keluhan utama : nyeri sendi tangan, lutut, kaku pada pagi hari, krepitasi.
Keluhan tambahan : hambatan gerak, perubahan gaya berjalan, perubahan
bentuk tulang.
Riwayat penyakit terdahulu : hiperkolesterol, asam urat tinggi, berat badan
2. PemeriksaanFisik
Pada umumnya pasien yang mempunyai keluhan sendi akan mengatakan bahwa
keluhan-keluhannya sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahanlahan.
Pemeriksaanfisik yang khususmeliputi:
a. Inspeksi
Gaya Berjalan
Hampir seluruh pasien yang mempunyai kelainan sendi memiliki gaya
berjalan yang abnormal. Seperti gaya berjalan antalgik yaitu gaya berjalan
33 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
pada pasien arthritis dimana pasien akan segera mengangkat tungkai yang
nyeri pada saat berjalan
Sikap/PosturBadan
Sendi yang biasanya meradang mempunyai tekanan intraartikular yang
tinggi. Dalam pemeriksaan postur badan, akan ditemukannya badan yang
membengkok kedepan disertai pergerakan vertebra yang
terbatas
34 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Amati cairan sendi yang ada ditabung menggunakan mata telanjang dengan
latar belakang putih dan laporan warna yang terlihat. Harga normal: tak
berwarna(bening).
Intrepetasi hasil:
35 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Hasil pemeriksaan laboratorium pada kelainan biasanya tak banyak berguna, Darah
tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali
penyakit sendi generalisata yang harus dibedakan dengan arthritis peradangan.
Osteoarthritis (OA)
Tidak terdapat pengobatan yang dapat menyembuhkan OA. Pengobatan ditujukan untuk
mengurangi nyeri, mempertahankan mobilitas, dan memperkecil kecacatan.
Terapi Non-Farmakologi
1.
beban sendi
2.
3.
mengurangi nyeri
4.
Brace lutut
Terapi Farmakologi
1.
SYSADOA (symptomatic slow acting drugs for osteoarthritis) yang bekerja lambat
4.
Kondroitin sulfat, glukosamin dan asam hialuronat termasuk golongan SYSADOA serta
DMOADs.
Terapi Bedah
Terdapat beberapa pilihan terapi bedah pada OA, seperti sinovektomi, artroskopi, osteotomi,
arthrodesis, artroplasti, tindakan mikrofraktur, dan implantasi tulang rawan. Tindakan
mikrofraktur dilakukan dengan membuat lubang-lubang pada tulang subkondral agar nutrien
dan faktor pertumbuhan untuk penyembuhan yang berasal dari sumsum tulang dapat
mencapai permukaan rawan sendi yang sehat dan terbuka melalui bekuan darah. Implantasi
tulang rawan dapat dilakukan pada daerah permukaan sendi dengan menggunakan biakan
tulang rawan itu sendiri.
2.
37 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
AR harus ditangani secara sempurna. Penderita harus diberi penjelasan bahwa penyakit ini
tidak dapat sembuh.
Terapi Non-Farmakologi
1.
2.
3.
Mencegah deformitas
4.
Terapi Farmakologi
1.
Terapi Bedah
Pada keadaan kronik, sinovektomi mungkin berguna bila tidak ada destruksi sendi yang luas.
Akan tetapi, bila terdapat destruksi sendi atau deformitas luas, dapat dianjurkan arthrodesis
atau artroplasti.
3.
Artritis Gout
Terapi Non-Farmakologi
Menghindari makanan yang kaya purin, seperti hati, ginjal, atau jeroan
Terapi Farmakologi
38 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
1.
Pemberian kolkisin untuk menghentikan serangan akut, pada awal serangan diberikan
Terapi Bedah
Tindak bedah terdiri atas penyaliran tofus yang berabses dan tofektomi. Tofektomi adalah
pengeluaran massa tofus sebanyak mungkin tanpa risiko mengganggu ligament, struktur
tendon, saraf, atau pembuluh darah. Pembedahan ini jarang diperlukan.
4.
Spondilitis Ankilosa
Terapi Non-Farmakologi
1.
Fisioterapi:
a.
Memakai tempat tidur yang dialasi papan dibawah kasur dengan ganjal didaerah
hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan atau kursi direndahkan jangan
terlalu lama duduk.
c.
ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik terbaik adalah berenang.
Terapi Farmakologi
39 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
Indometasin 25-50 mg diberikan 3 kali sehari bila telah terjadi perbaikan gejala, dosis
pemberian dapat diperkecil, obat-obatan lain yang bisa diberikan: piroksikam, naproksen.
Terapi Bedah
Pembedahan kadang perlu dilakukan misalnya wedge osteotomy pada deformitas tulang
belakang, artoplasti costae, hip replacement pada artritis berat dan fleksion deformity.
5.
Pseudogout
Terapi Farmakologi
1.
Kolkisin intravena
2.
3.
41 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
BAB V
KESIMPULAN AKHIR
Dari skenario dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoatritis. Hal yang dapat kita
lakukan adalah melakukan pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan cairan sendi. Pasien
sendiri dihimbau untuk self management ( menjaga pola makan, melakukan hidup sehat ),
kurangi berat badan ( apabila ada resiko obesitas ), dan melakukan olahraga aerobik. Obat
yang dapat kita berikan kepada pasien adalah obat golongan NSAID seperti meklofelamat
dengan dosis 240 400 mg / hari. Kita juga harus memberi saran pada pasien mengenai
penyakitnya dan apabila diperlukan dapat dilakukan penyuntikan cairan sinovisial serta untuk
pengobatan lebih lanjutnya, kita rujuk pasien kepada yang lebih berkompeten.
42 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
2. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : InternaPublishing
3. Noer HMS,Waspadji S, Rachman AM, et, al, Editor. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. Edisi 3. Jakarta :Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
4. Buku Ringkasan patologi anatomi E/2,EGC
5. Sudoyo, Aru W, dkk .2007 .Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam jilid II edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan FKUI
6. Schumacher HR. Primer on the Rheumatic Disease. Ninth Ed. Arthritis Foundation.
Atlanta GA. 1988.
7. Harry isbagio. Penyakit Reutnatik 1, Yayasan Penerbit IDI, Jakarta, 1992.
8. Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Jakarta: EGC.
Ed 3. Hal: 1001-2; 1006-9.
9. Isselbacher dkk. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Ed 13.
Vol 4. Hal: 1886-92.
10. Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing. Ed V. Jilid III. 2562-4.
43 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI
.
.
44 | P a g e
Blok VII : MUSKULOSKELETAL & DERMATOLOGI