(Engine Matching)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmad dan hidayah_Nya
sehingga laporan dari tugas mata kuliah Desain Kapal IV dapat diselesaikan dengan baik.
Pada proses pengerjaan tugas ini tentunya tidak sedikit kesalahan dan kekurangan
yang kami lakukan. Namun dengan segala keterbatasan dan kekurangan itulah, kami belajar
dan terus berusaha melanjutkan proses pengerjaan tugas sehingga akhirnya dapat rampung.
Melalui lembaran ini kami memohon maaf bila selama proses pembuatan tugas ini ada halhal yang tidak berkenan, baik disengaja maupun tidak.
Akhirnya kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua yang telah memberi bantuan moril maupun materil baik langsung maupun tidak
langsung demi kelancaran pengerjaan tugas ini. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbin mata kuliah ini yang tidak pernah menyerah mengarahkan
kami, tidak lupa pula kepada teman-teman yang telah turut membantu dalam penyelesaian
tugas ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi siapapun yang menggunakannya dan dapat
menjadi panduan untuk laporan selanjutnya.
(1)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Lembar Penilaian
Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.......................................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
I.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
I.4. Batasan Masalah.....................................................................................................2
I.5. Manfaat Penulisan..................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
II.1. Teori Hambatan......................................................................................................4
II.2. Teori Momentum....................................................................................................5
II.3. Teori Elemen Daun.................................................................................................6
II.4 Teori Sirkulasi........................................................................................................7
II.5 Efesiensi Propulsi...................................................................................................8
II.6. Karateristik Baling-Baling.....................................................................................8
BAB III PEMILIHAN MESIN UTAMA
III.1. Ukuran Utama Kapal...........................................................................................17
III.2. Perhitungan Tahanan Kapal.................................................................................18
III.3. Perhitungan Motor Induk.....................................................................................21
BAB IV PEMILIHAN PROPELLER DAN PEMERIKSAAN KAVITASI
IV.1. Tujuan...................................................................................................................26
IV.2. Design Condition.................................................................................................26
BAB V ENGINE PROPELLER MATCHING
V.I Menentukan Nila KQ dan KT..................................................................................31
V.II Engine Matching....................................................................................................35
BAB VI KESIMPULAN
VI.I Kesimpulan..........................................................................................................43
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(2)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
VI.II Saran....................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada dasarnya kapal yang bergerak di air dengan kecepatan tertentu akan mengalami
gaya yang berlawanan dengan arah geraknya. Gaya yang berlawanan ini disebut Resistance
(Tahanan). Besarnya tahanan yang dialami oleh sebuah kapal harus mampu diatasi oleh gaya
dorong kapal tersebut. Gaya dorong ini diperoleh dari hasil kerja alat gerak kapal (propulsor).
Secara garis besar, ada 3 komponen utama dalam sebuah sistem propulsi kapal,
diantaranya :
1. Motor Penggerak Kapal
2. Sistem Transmisi
3. Alat Gerak Kapal
Ketiga komponen diatas harus selaras satu sama lain agar kapal rancangan dapat
beroperasi sesuai dengan perencanaan. Jika ketiga komponen tersebut tidak selaras maka
akan berpengaruh terhadap kondisi pengoperasian kapal sebagai berikut :
1. Kecepatan dinas kapal yang direncanakan tidak tercapai
2. Penggunaan bahan bakar tidak efisien
3. Nilai ekonomis dari kapal rancangan akan menurun, dsb.
Sehingga perancangan lambung kapal, pemilihan mesin, dan perencanaan propeller
harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh. Oleh karena itu Engine & Propeller Matching
adalah sangat esensial karena menyangkut masalah kesesuaian dan keselarasan dari ketiga
komponen utama.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tugas kali ini adalah Bagaimana
menghitung dan mengetahui kesesuaian antara mesin dan propeller?
I.3 Tujuan Penulisan
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(3)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Tujuan dari penyusunan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan rasio gearbox yang sesuai dengan mesin dan propeller.
2. Mengetahui kesesuaian antara mesin dan propeller.
I.4 Batasan Masalah
Pada penyusunan tugas kali ini, penulis memberikan batasan masalah agar tugas ini
dapat terselesaikan sesuai dengan tujuan penyusunannya. Maka dari itu, yang menjadi
batasan masalah pada penyusunan tugas ini adalah sebagai berikut :
1. Type dan ukuran Kapal yang digunakan pada penyusunan tugas ini adalah kapal
dengan Type General Cargo dengan data utama kapal terdapat pada penyajian data.
2. Metode perhitungan tahanan yang digunakan adalah metode Holtrop.
I.4 Manfaat Penulisan
Dalam setiap perbuatan tentu akan ada efek yang ditimbulkan, tidak terkecuali negative
atau positif. Begitu pula dengan tugas perencanaan propulsi ini. Dengan kesungguhan hati
dan niat yang tulus dalam menyelesaikan dan menyusun tugas ini, maka diperoleh manfaat
sebgai berikut :
1. Mahasiswa mampu menghitung rasio gearbox dan menentukan gearbox yang sesuai
dengan kebutuhan mesin kapal.
2. Mahasiswa mampu membaca dan menarik kesimpulan dari grafik karakteristik
mesin dan propeller.
(4)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
BAB II
LANDASAN TEORI
Propeller merupakan bentuk alat penggerak kapal yang paling umum digunakan dalam
menggerakkan kapal. Sebuah propeller yang digunakan dalam kapal mempunyai bagian daun
baling baling ( blade ) yang menjorok kearah tertentu dari hub atau bos. Bos ini dipasang
pada poros yang digerakkan oleh mesin penggerak utama kapal.
Sebuah kapal berjalan dengan menggunakan suatu daya dorong yang dalam istilahnya
disebut sebagai thrust. Daya dorong tersebut dihasilkan oleh suatu motor atau engine yang
ditransmisikan melalui suatu poros (sistem transmisi yang banyak digunakan) kemudian daya
tersebut disalurkan ke propeller. Daya dorong yang ditransmisikan tersebut dalam
menggerakkan kapal akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kita mendesain propeller itu
sendiri. Semakin baik desainnya baik dari segi bentuk, effisiensi, jumlah daun, dan lain
sebagainya maka akan semakin besar daya dorong yang akan dihasilkan.
Untuk mendesain daripada propeller ini pertama-tama kita harus tahu dulu ukuran
utama daripada kapal yang akan ditentukan atau direncanakan propellernya tersebut.
Kemudian dari data itu kita menghitung tahanan total dari kapal. Dalam laporan ini metode
yang digunakan untuk menghitung tahanan total kapal adalah metode Holtropdan Yamagata.
Pada tahap kedua adalah menghitung daya engine (BHP) yaitu daya mesin yang
nantinya ditransmisikan ke propeller untuk menghasilkan daya dorong. Langkah berikutnya
dalah memilih engine yang tepat untuk menghasilkan BHP seperti yang diinginkan dan
menghasilkan kecepatan kapal yang sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
Langkah selanjutnya adalah memilih propeller caranya dengan menentukan ratio
daripada reduction gear kemudian menentukan berapa kecepatan putaran propeller yang
sesuai dengan reduction gear tersebut. Kemudian dibandingkan hasilnya antara beberapa
kecepatan propeller tersebut dan diambil yang paling effisien, diameternya memenuhi aturan
dari Biro Klasifikasi Indonesia dan memenuhi sarat kavitasi. Dalam menentukan atau
mendapatkan perhitungan tersebut adalah dengan menggunakan Bp - d diagram.
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(5)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Langkah selanjutnya adalah menghitung Engine Propeller Matching (EPM), yaitu
mencocokkan antara propeller dengan mesin yang di gunakan, setelah itu melakukan
perhitungan propeller serta melakukan perencanaan poros propeller. Dalam perencanaan
poros data yang diperlukan adalah besarnya daya yang ditransmisikan ke propeller yang
disebut dengan SHP dan besarnya torsi yang diterima oleh poros tersebut
II.1 Teori Hambatan
Tahanan (resistance) pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja pada kapal
sedemikian rupa sehingga melawan arah gerakan kapal tersebut.
Tahanan tersebut sama dengan komponen gaya fluida yang bekerja sejajar dengan
sumbu gerakan kapal. Tahanan total diberi notasi Rt, dapat diuraikan menjadi sejumlah
komponen yang berbeda yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab dan saling
berinteraksi dalam cara yang benar-benar rumit.
Agar dapat menangani tahanan secara praktis, maka tahanan total harus ditinjau secara
praktis pula; untuk, tahanan total dapat dipandang sebagai suatu yang terdiri dari komponen
yang dapat saling dikombinasikan dengan memakai berbagai cara yang berbeda. Tahanan
spesifik kapal (R/0,5 V2S) sebagai fungsi angka Froude atau Fn. Dengan memakai definisi
yang dipakai ITTC, selama memungkinkan, Komponen tersebut secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tahanan gesek Rf : Tahanan gesek adalah komponen tahanan yang diperoleh dengan
jalan mengintegralkan tegangan tangensial ke seluruh permukaan basah kapal
menurut arah gerakan kapal.
Tahanan sisa Rr : Tahanan sisa adalah kuantitas yang merupakan hasil pengurangan
dari tahanan total kapal, suatu tahanan gesek yang merupakan hasil perhitungan yang
diperoleh dengan memakako rumus khusus. Secara umum, bagian yang terbesar dari
tahanan sisa pada kapal niaga adalah tahanan gelombang (Wavemaking resistance).
Tahanan Viskos, Rv : Tahanan Viskos adalah komponen tahanan yang terkait dengan
energi yang dikeluarkan akibat pengaruh viskos.
Tahanan tekanan, Rp : Tahanan tekanan adalah komponen tahanan yang diperoleh
dengan jalan mengintegralkan tegangan normal keseluruh permukaan benda menurut
arah gerakan benda.
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(6)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Tahanan tekanan viskos, Rpv : Tahanan tekanan viskos adalah komponen tahanan
yang diperoleh dengan jalan mengintegralkan komponen tegangan normal akibat
viskositas dan turbulensi. Kuantitas ini tidak dapat langsung diukur, kecuali untuk
benda yang terbenam seluruhnya ; dalam hal ini, sama dengan tahanan tekanan.
Tahanan gelombang (Wavemaking resistance), Rwp : Komponen tahanan yang
disimpulkan dari hasil pengukuran elevasi gelombang yang jauh dari kapal atau
model; dalam hal ini medan kecepatan bawah permukaan (subsurface velocity field),
yang berarti momentum fluida, dianggap dapat dikaitkan dengan memakai yang
disebut teori linear. Tahanan yang disimpulkan demikian itu tidak termasuk tahanan
pemecah gelombang (Wavebreaking resistence).
Tahanan Semprotan (Spray resistance), rs : Tahanan semprotan adalah komponen
tahanan yang terkait dengan energi yang dikeluarkan untuk menimbulkan semprotan.
Sebagai tambahan atas komponen tahanan tersebut beberapa tahanan tambahan, Ra,
perlu pula disebutkan di sini :
Tahanan Anggota Badan (Appendages Resistance) : Ini adalah tahanan dari bos poros,
penyangga poros (Shaftbrackets), poros, lunas bilga, daun kemudi dan sebagainya.
Dalam memakai model fisik, model tersebut umumnya dilengkapi dengan anggota
badan tersebut disertakan dalam pengukuran tahanan. Umumnya lunas bila tidak
dipasang. Jika tanpa anggota badan, maka tahanannya disebut tahanan polos (hare
resistance).
Tahanan kekasaran : Tahanan ini adalah tahanan akibat kekasaran, misalnya kekasaran
akibat korosi dan fouling (pengotoran)pada badan kapal.
Tahanan udara : Tahanan ini dialami oleh bagian dari badan utuma kapal yang berada
diatas permukaan air dan bangunan kapal (superstructure) karena gerakan kapal yang
juga menyusuri udara.
Tahanan kemudi (steering resistance) : untuk mempertahankan kelurusan lintasan,
koreksi kedudukan umumnya dilaksanakan dengan memakai daun kemudi.
Pemakaian daun kemudi menyebabkan timbulnya komponen tahanan tambahan yang
disebut tahanan kemudi.
II.2. Teori Momentum
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(7)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Teori ini menganggap bahwa propeller sebagai alat untuk mempercepat pindahnya air
sampai ketempatnya didepan daun baling-baling (dibelakang kapal). Air akan mengalami
percepatan aksial (a) dan menimbulkan slip dengan kecepatan kearah belakang kapal akibat
gerak berputarnya daun baling-baling
baling-baling.
Reaksi yang timbul akibat percepatan air kebelakang menimbulkan gaya dorong. Air
akan mengalami perlambatan yang teratur akibat gaya-gaya dariviskositas air setelah melalui
propeller. Hal ini menyebabkan energi propeller terbuang sehinga ada kehilangan energi.
Sumber lain yang menyebabkan kehilangan energi
1). Tahanan akibat gesekan daun baling-baling dan
2). Baling-baling memberi putaran pada arus slip untuk mempercepat air.
Efisiensi propeller dinyatakan dengan sebagai perbandingan kerja yang berguna untuk
menggerakan kapal dengan kerja yang diberikan propeller.
Dengan adanya percepatan air a yang terdorong kebelakang kapal menyebabkan
efisiensi ( = 100 % maka a = 0 . Berarti air tidak dipercepat yang menyebabkan tidak ada
gaya dorong yang diberikan oleh propeller kepada kapal.
Kemungkinan untuk memperbesar efisiensi adalah dengan memperkecil percepatan
arus slip. Hal ini dilakukan dengan mamakai propeller dengan diameter besar dan diputar
selambat mungkin.
Dari segi teori momentum , baling-baling disamakan dengan jenis propulsi jet karena
arus slip yang dipercepat kebelakang merupakan arus jet.
II.3. Teori Elemen Daun
Teori elemen daun memakai cara penjumlahan gaya-gaya dan momen-momen yang
timbul pada setiap potongan melintang daun (aerofil) sepanjang radius baling-baling . Sebuah
daun propeller yang dipotong membentuk aerofil ini bergerak diair dengan kecepatan V
dengan suatu sudut pengaruh terhadap arah geraknya.
Pada permukaan punggung aerofil tekananya rendah , sedang pada bagaian bawah
aerofil tekananya tinggi . Akibatnya timbul efek isapan kearah pungung aerofil. Resultan dari
gaya-gaya tekanan ini adalah Fn. Akibat gesekan , muncul pula gaya Ft. Resultan dari gaya Ft
(8)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
dan Fn adalah F. Arah Ft tegak lurus terhadap permukaan kerja aerofil sedang arah Ft tegak
lurus arah Fn.
Gaya F diurai menjadi lift tegak lurus (gaya angkat) dan drag (gaya penahan). Arah lift
tegak lurus dengan arah gerak aerofil sedang sedang arah drag tegak lurus terhadap arah lift.
Besarnya lift dan drag dinyatakan sebagai berikut ;
Lift : dL
= C1 p V 2 dA
Drag : dD = Cd . p V
Dimana
C1 = Koefisien lift ;
CD= Koefisien Drag;
Cd = densitas fluida ;
V =Kecepatan aliran fluida ;
A = Luas daerah permukaan aerofil
Kemudian lift dan drag diuraikan kearah tranlasi ( ke arah maju kapal dan kearah tegak
lurus terhadap arah maju kapal ) menimbulkan gaya dorong / thrust ( sesuai arah maju kapal )
dan gaya torsi / torque ( arahnya tegak lurus arah gerak maju kapal ).
Besarnya thrust dan torque dinyatakan sebagai berikut.
DT
= dL . cos B dD . sin B
DQ
Thrust : T = Z S R rH dQ . dR
Torque : Q = Z S R rH dQ . dR
T = thrust / gaya dorong
Q = Torsi / Torque
Z = Jumlah daun baling-baling
R = jari-jari propeller
r
rH = jari-jari hub
Hal-hal yang harus dipelajari dan diperkirakan dengan sebaik-baiknya untuk
memperhitungkan besar thrust dan torque dengan sempurna adalah sbb ;
Air yang melalui aerofil (sebagai bagaian dari baling baling ) telah mendapatkan
percepatan seperti telah diterangkan pada teori momentum.
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(9)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Gaya-gaya yang bekerja pada daun berubah karena letak karena letak daun berikutnya
saling berdekatan.
II.4. Teori Sirkulasi
Teori sirkulasi didasarkan pada konsep bahwa gaya angkat yang ditimbulkan propeller
disebabkan oleh adanya aliran sirkulasi yang terjadi disekeliling daun. Aliran sirkulasi
menyebabkan penurunan tekanan pada punggung daun serta kenaikan kecepatan
Setempat dan kenaikan tekanan pada sisi muka daun dan penurunan kecepatan
setempat.
Kecepatan fluida terhadap elemen daun merupakan penjumlahan dari kecepatan tranlasi
dan kecepatan sirkulasi.
Besarnya gaya angkat dari gaya tahan dinyatakan sebagai berikut :
dL
= ( . V G . ( . Dr)
DD
= CD ( . ( . VG 2 ) c . Dr
BHP (Brake Horse Power) adalah tenaga yang digunakan pada saat pengereman
mesin.
(10)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
b) SHP (Shaft Horse Power) adalah tenaga dari poros (shaft) propeller yang diterima dari
BHP.
c) DHP (Delivery Horse Power) adalah tenaga yang diteruskan ke propeller.
d) THP (Thrust Horse Power) adalah daya yang dorong yang digunakan oleh propeller
e)
SHP
IHP
EHP
THP
BHP
DHP
IHP
BHP
SHP
DHP
THP
EHP
(11)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Hasil perkalian tahanan total kapal RT dengan kecepatan kapal Vs merupakan tenaga
kuda efektif kapal . Hasil perkalian tahanan total ini disebut efektif horse power ( EHP ).
Harga perbandingan EHP dengan THP disebut
EHP
(1 t )
THP (1 w)
= thrust deduction;
Harga h biasanya lebih dari satu sebab untuk kapal kapal type biasa dan berbaling
baling tunggal harga w lebih dari t merupakan fungsi dari w.
II.5.2 Efisiensi baling-baling (Propeller efficiency)
Kerugian energi baling-baling disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu :
1). Kerugian akibat sejumlah massa yang bergerak berputar kebelakang. Energi
dihabiskan akibat geseka-gesekan dari partikel air itu sendiri . Kerugian ini dapat
dikurangi dengan mempergunakan system putaran lambat pada massa air yang
banyak. Jadi, dipergunakan baling-baling dengan diameter besar dengan jumlah
putaran yang lambat. Meskipun demikian baling-baling dengan diameter sebesar
bagaimanapun tidak akan mempunyai effisiensi lebih dari 70 %.
2). Kerugian karena adanya daya tahan pada daun propeller sewaktu bergerak didalam
air. Hal ini disebabkan oleh viskositas air dan gesekan air pada daun tersebut.
Kerugian ini dikurangi denganmempergunakan daun propeller yang sempit.
Dengan mempersempit luas tiap daun maka luas permukaan daun berkurang.
Untuk mendapat luasan permukaan daun total yang sama seperti sebelum daun
dipersempit maka jumlah daun ditambah tetapi effisiensi daun berkurang.
Menurut hasil percobaan ditangki percobaan, Hanya sedikit exit perbedaan effisiensi
pada propeller berdaun tiga dengan empat dan antara empat dengan lima. Effisiensi akan
berkurang dengan bertambahnya jumlah daun propeller Z.
Keuntungan daun propeller berdaun banyak untuk mengurangi getaran kapal yang
ditimbulkan oleh propeller terutama pada besar dengan propeller tunggal
Propeller effisiensi didefinisikan sebagai berikut :
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(12)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
p
EHP
DHP
DHP (Delivered horse power) yaitu tenaga kuda yang ditransmisikan dari poros
kepropeller. DHP diukur dengan percobaan open water test. Propeller dicoba tanpa
dipasang pada model kapal. Besarnya DHP ini berbeda dengan DHP sesungguhnya./
Perbandingan antara kedua DHP yang berbeda tersebut menghasilkan relative rotative
efficiency (rr).
II.5.3 Efisiensi relative rotatif
Baling-baing yang bekerja di belakang kapal (behind the ship) tidak sama dengan
pada kondisi percobaan model, pada percobaan model, penyebaran aliran tidak
dipengaruhi oleh wake.
Nilai antara coeffisien propulsi dengan efisiensi propulsi adalah berbeda, karena
adanya nilai pengaruh interaksi propeller dengan badan kapal. Ini dibedakan dalam 2
kondisi, adalah sebagai berikut:
a)
Open water test effisiensi, yaitu efisiensi yang diukur pada saat propeller bekerja dan
ditempatkan bukan dilokasi buritan kapal tetapi dibagian depan kapal.
Kondisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
o =
b) Behind the ship condition test, yaitu efisiensi yang diukur pada posisi propeller
diburitan kapal.
Kondisi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
B =
(13)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
r =
1, 0
1, 1
Dalam perhitungan ini bukan hanya tugboat yang objek tapi juga harus diperhatikan
tahanan yang ditarik yaitu Tongkang, pada saat kapal tugboat beroperasi atau menarik,
maka hambatan yang akan dialaminya adalah hambatan kapal dan hambatan yang ditarik
(objek). Pada perhitungan tahanan nantinya akan dihitung 5 kecepatan tarik.
Tahanan total kapal harus dapat diatasi oleh Thrust (daya dorong) untuk mendapatkan
Vs (kecepatan dinas) kapal dan Thrust tergantung pada karakteristik propeller bersama
dengan penggerak mula.
Beberapa faktor penyebab perbedaan antara Vs dan Va adalah sebagai berikut
(Mansyur Hasbullah: 2000):
1.
2.
mendapatkan percepatan.
Propeller yang bekerja di daerah kecepatan yang berpotensi (potensial velocity
3.
(14)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
EHP
BHP
PC
PC
EHP
SHP
atau
QPC = p. h. rr
Dimana:
p
= Efisiensi Propulsi
= Efisiensi Lambung
rr
T
.n 2 .D 4
(2.25)
KQ
Q
.n 2 .D 5
(2.26)
Dimana :
KT
KQ
= Putaran Baling-baling
= Diameter Baling-baling
TProp
Qprop
(15)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
SM
QPr op K Q x x n p x D 5
2
(2.27)
Dan
Q Pr op K Q SM x x n p x D 5
2
(2.28)
Jika KQ ; KQ-SM ; ; D adalah konstan, maka Pers. (2.25) dan Pers. (2.26) dapat
ditulis kembali sebagai berikut,
QPr op x n p f 1 (n 2 )
2
(2.29)
Q Pr op x n p f 2 (n 2 )
(2.30)
Dari kedua Pers. (2.26) dan Pers. (2.27) tersebut diatas, maka trend karakteristik
propeller power ( Propeller Load ) dapat diperoleh sebagai berikut:
[Power] = [Torque] * [Speed]
PPr op QPr op x n p x n p f 1 ( n p )
3
(2.31)
Dan
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(16)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
3
P Pr op Q Pr op x n p x n p f 1 (n 3 )
(2.32)
(np)3
PProp
P*Prop
Min
Max
Gambar 2.2 Tabel Perhitungan PProp (W. Adj, 2005)
(17)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Matching point merupakan suatu titik operasi dari putaran motor penggerak kapal
(engine speed) yang sedemikian hingga tepat (match) dengan karakter beban balingbaling, yaitu titik operasi putaran motor dimana power yang di-absorb oleh propeller sama
dengan power produced oleh engine dan menghasilkan kecepatan kapal yang mendekati
(sama persis) dengan kecepatan servis kapal yang direncanakan. Karakteristik Propeller
adalah seperti yang telah ditunjukkan pada Gambar 2.12. Untuk dapat menyamakan kedua
trendline tersebut ke dalam satu sarana plotting yang sama, maka terlebih dahulu harga
kedua trendline dijadikan dalam persen (%) seperti yang digambarkan pada kurva berikut
ini;
Gambar 2.4 Matching Point Engine & Propeller (W. Adji, 2005)
Pada engine speed, n, adalah merupakan titik operasi putaran motor penggerak yang
sesuai dengan kondisi beban propeller, sebab, daya yang dihasilkan oleh motor penggerak
adalah sama dengan daya yang diabsorb oleh propeller, P. Hal ini tentunya akan
memberikan konsekuensi yang optimal terhadap pemakaian konsumsi bahan bakar dari
motor penggerak kapal terhadap kecepatan servis kapal yang diinginkan. Seperti diketahui
bersama bahwa di kapal yang dapat dilihat adalah indikator engine speed (rpm, atau rps)
dan kecepatan kapal (knots, atau Nmile/hour). Sehingga penetapan putaran operasi dari
motor penggerak, merupakan kunci kesuksesan dalam operasional sistem propulsi kapal
secara keseluruhan
(18)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
BAB III
PEMILIHAN MAIN ENGINE
Tujuan dari pemilihan motor penggerak utama kapal adalah menentukan jenis serta
type dari motor penggerak utama kapal yang sesuai dengan kebutuhan kapal. Kebutuhan ini
didasarkan dari besarnya tahanan kapal yang diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya
dimensi utama kapal serta kecepatan dan rute kapal yang diinginkan.
Langkah langkah dalam pemilihan motor penggerak utama kapal
antara lain :
1. Menghitung besarnya tahanan kapal.
2. Menghitung besarnya kebutuhan daya motor penggerak utama kapal.
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(19)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
3. Menentukan jenis dan type dari motor penggerak utama kapal.
III.1. Ukuran Pokok Kapal (Main Dimention)
-
Type Kapal
= General Cargo
Trayek
= Makassar ~ Manado
= 274 seamiles
= 2 hari / 48 jam
= 74,47 meter
= 68,64 meter
Breath (B)
Depth (H)
= 6,3
meter
Draught ( T)
= 4,2
meter
Speed (Vs)
= 11
knot
Cb
= 0,70
Cm
= 0,99
Cwl
= 0,79
Cp
= 0,67
Cpv
= 0,71
Cph
= 0,88
Displacement
= 2646,65 ton
= 66,00 meter
= 12,7 meter
(20)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
4. Tahanan Tekanan
5. Tahanan Tekanan Viskos
6. Tahanan Gelombang
7. Tahanan Tekanan Gelombang
8. Tahanan Pemecahan Gelombang/2011
9. Tahanan Semprotan
Sebagai tambahan dari komponen diatas, beberapa tahanan tambahan perlu disebutkan,
yaitu:
1. Tahanan Anggota Badan
2. Tahanan Kekasaran
3. Tahanan Udara
4. Tahanan Kemudi
Pada perhitungan untuk mencari tahanan kapal dipakai data-data ukuran utama kapal,
rumus-rumus perhitungan,tabel, dan diagram. Metode perhitungan yang digunakan adalah
metode Holtrop
Estimasi perhitungan daya mesin diperoleh dari perhitungan sebelumnya dari mata
kuliah Tahanan Kapal yang menggunakan metode Holtrop, dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
-
(21)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Vs = kecepatan kapal ( m/s )
RF = 32,221 kN
-
= RS VS
Dimana :
PE = Daya Efektif
RT = Gaya Hambat Total
VS = Kecepatan kapal
PE/EHP
= RT VS
(22)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
= 515,417 KW
= 691,186 HP
-
BHP
BHP = SHP/0,98
SHP = DHP/ns
Dimana :
ns = 0,98 ( Pada buku Merchant Ship Design hal.23 )
BHP = 876,560 KW
= 1175,49 HP
Untuk faktor keamanan 15% = BHP + 15%BHP
= 964,216 KW
= 1293,035 HP
= CATERPILLAR
Daya Mesin
= 970 KW
= 1300,791 HP
Bore
= 170 mm
Stroke
= 190 mm
Berat Mesin
= 5554 kg
Ratio Compresi = 14 : 1
Speed (n)
= 050 RPM
Lenght
= 2994
mm
Width
= 1703
mm
Height
= 2091
mm
(23)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Secara umum kapal yang bergerak di media air dengan kecepatan tertentu, maka akan
mengalami gaya hambat (resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal tersebut.
Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu diatasi oleh gaya dorong kapal (thrust)
yang dihasilkan dari kerja alat gerak kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (PD ) ke alat
gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (PS), sedangkan Daya Poros sendiri bersumber
dari Daya Rem (PB) yang merupakan daya luaran motor penggerak kapal.
IHP
EHP
THP
1.
2.
= 11
3.
Pada perhitungan propulsi kapal ini yang dihitung adalah jenis general
cargo
5.
= xT
= 2,8 m
6.
(24)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Untuk kapal dengan sistem single screw, dalam buku
23 memberikan rumus :
w
= 0.5 x Cb - 0.05
= 0,3
7.
=kxw
dimana :
k = koefisien yang besarnya tergantung dari bentuk buritan, tinggi kemudi
dan kemudi kapal
k = 0,5 ~ 0,7 (untuk kemudi yang stream line dan mempunyai konstruksi
belahan pada tepat segaris dgn sumbu baling-baling)
k = 0,7 ~ 0,9 (untuk kemudi yang stream line biasa)
k = 0,9 ~ 1,05 (untuk kapal-kapal kuno yang terdiri dari satu lembar pelat
lempeng)
dipilih k
t
= 0.7
=kxw
= 0.21
8.
Efisiensi lambung ( H )
Dalam buku principal of naval architecture, hal.152
H
= (1 - t)/(1 - w)
= 1.128
9.
= 1.0 ~ 1.1
= 1,1
10.
= 0,5 ~ 0,7
= 0,7
11.
= QPC = o x R x H
= 0,869
(25)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
12.
= 0,97~0,98
= 0,98
13.
= o x R
= 0,77
14.
= H x rr x o x s
= 0,85
15.
= VS x (1 - w)
= 7,7 knot
= 3,96
16.
m/s
=
= 115,30 KN
17.
18.
19.
Trust Horse Power (THP) "Harvald Resistance and Propulsion of Ships, hal 133 )
THP = T Va
=456,69
KW
=612,44
HP
(26)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
20.
Delivery Horse Power ( DHP ) (Principal Of Naval Architecture Vol. II Hal. 202)
DHP = EHP/d
21.
= 593,11
KW
= 795,38
HP
KW
= 811,61
22.
HP
= SHP/0,98
= 617,57
KW
= 828,17
HP
BHP-mcr
KW
= 974,32
HP
= CATERPILLAR
Daya Mesin
= 970 KW
= 1300,791 HP
Bore
= 170 mm
Stroke
= 190 mm
Berat Mesin
= 5554 kg
Ratio Compresi = 14 : 1
Speed
= 1200 RPM
(27)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Lenght
= 2994
mm
Width
= 1703
mm
Height
= 2091
mm
(28)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
BAB IV
PEMILIHAN PROPELLER
DAN PEMERIKSAAN KAVITASI
IV.1. Tujuan
Tujuan dari pemilihan type propeller adalah menentukan karakteristik propeller yang
sesuai dengan karakteristik badan kapal(badan kapal yang tercelup ke air) dan besarnya daya
yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan misi kapal. Dengan diperolehnya karakteristik
type propeller maka dapat ditentukan efisiensi daya yang ditransmisikan oleh motor induk ke
propeller.
Langkah langkah dalam pemilihan type propeller :
1. Perhitungan dan pemilihan type propeller (Engine Propeller Matching)
2. Perhitungan syarat kavitasi
3. Design dan gambar type propeller.
IV.2. Design Condition
Dalam melakukan perancangan propeller, pertama kali yang harus dipahami adalah
mengenai beberapa definisi yang mempunyai korelasi langsung terhadap perancangan, yang
mana meliputi Power, Velocities, Forces, dan Efficiencies.
Ada tiga parameter utama yang digunakan dalam perancangan propeller, antara lain :
Delivered Horse Power (DHP); Rate of Rotation (N); dan Speed of Advance (Va), yang
selanjutnya disebut sebagai kondisi perancangan(Design Condition). Adapun definisi dari
masing-masing kondisi perancangan adalah sebagai berikut :
1. Jarak sumbu poros ke lunas ( E ) principle of naval architecture hal. 159
E
= 0,045T + 0,5Dp
= 0,4 x 4,2 + 0,5 x 2,8
= 1,589
2. Tinggi air diatas propeller tahanan dan propulsi kapal hal 196
h
= (T E) + 0,0075Lbp
= (4,2 1,589) + 0,0075 x 66
(29)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
= 3,106
=Nx
x
= 51,94
= 0,1739 x
= 1,253
4. Tekanan pada poros propeller tahanan dan propulsi kapal hal 196
P0 - Pv
= 99,6 ( 10,05 x h )
= 68,38 KN/m2
5. Nilai Ae/Ao ( Rasio luas bentang daun propeller) Principal of Naval Architecture, hal
183"
Ae/Ao
Dimana :
k
Ae/Ao
= 0,46
Dari pembacaan diagram diperoleh nilai dari perpotongan garis yaitu nilai P/Do dan 1/Jo.
Langkah selanjutnya adalah mendapatkan nilai dari o dan Do dengan persamaan:
o = (1/Jo) / 0,009875 (Principal of Naval Architecture, hal 191"
Do = Diameter propeler pada kondisi open water
=
Selanjutnya menghitung nilai Db dan b dari persamaan berikut :
Db = 0,96 x Do
(30)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
b =
Lalu didapatkan nilai 1/Jb memelalui persamaan sebagai berikut :
1/jb = b x 0,009875
Memotongkan kembali nilai Bp1 dengan 1/Jb, didapatkan nilai P/Db serta .
P/Do
1/Jo
0,665
0,67
2,66
2,67
269,37
270,38
Do
Db
(ft)
6,91
6,94
(ft)
6,64
6,66
1/Jb
P/Db
258,59
259,56
2,55
2,56
0,8
0,79
0,529
0,525
Ae =
= diameter propeler
T
Tc
Jurusan Perkapalan.
Sistem Perkapalan
Ap 0,5Prodi
(Teknik
Vr ) 2
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(31)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
nilai 0,7R ini digunakan untuk mengetahui nilai angka kavitasi pada diagram burill
0.7R
188,2 19,62h
Va
( 4,836 xn 2 xD 2 )
Desain hitungan propeller dikatakan tidak mengalami kavitasi jika nilai Tc max lebih
besar dari nilai Tc
(32)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Type
Ao
Ae=Ad
Ap
Propeller
(m2)
(m2)
(m2)
B4-40
34,58
13,83
B4-55
34,84
19,16
Tc
Vr2
Tc max
0,7R
12,22
498,26
0,000074
0,488
0,14
16,98
501,99
0,000052
0,484
0,14
Burril
Kavitasi
Tidak
kavitasi
Tidak
kavitasi
D
RPM propeller
B4-40
0,719
0,432
0,552
2,64
249,98
(33)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
BAB V
ENGINE PROPELLER MATCHING
V.1. Menentukan Nilai KQ dan KT
Menentukan persamaan yang terbentuk dari hunbungan antara kecepatan dan tahanan
kapal. Data kecepatan dan tahanan kapal dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Vs (knot)
9
10
11
12
13
Vs (m/s)
4,62
5,14
5,65
6,17
6,68
Rt (KN)
63,68
77,87
91,08
109,00
121,37
KT-ST
= x J2
Dimana :
(34)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
KT-SM = 120% x J2
~ Membuat kurva KT J
Sebelum membuat kurva Kt - J,dicari nilai KT terlebih dahulu. Dimana nilai J untuk
B4-40 berkisar antara nilai 0 1,6. Lalu dibuat kurva KT- J. Kurva ini merupakan interaksi
lambung kapal dengan propeller.
J
J2
KT sea trial
KT sea margin
0,1
0,01
0,02
0,02
0,2
0,04
0,06
0,07
0,3
0,09
0,14
0,16
0,4
0,16
0,24
0,29
0,5
0,25
0,38
0,46
0,6
0,36
0,55
0,66
0,7
0,49
0,75
0,90
0,8
0,64
0,97
1,17
0,9
0,81
1,123
1,48
1,52
1,83
1,1
1,21
1,84
2,21
1,2
1,44
2,19
2,63
1,3
1,69
2,57
3,09
1,4
1,96
2,98
3,58
(35)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Lalu kurva KT J tersebut diplotkan ke kurva open water propeller untuk mendapatkan
titik operasi propeller.
~ Membuat Kurva Open Water
Pada langkah ini, dibutuhkan grafk open water test untuk propeller yang telah dipilih
yakni B4-40. Setelah itu dicari nilai masing-masing dari KT, 10KQ, dan behind the ship.
Tentu saja dengan berpatokan pada nilai P/Db yang telah didapat pada waktu pemilihan
propeller. Sehingga dari kurva open water B4-40 didapatkan data sebagai berikut :
KT
0,3
0,28
0,26
0,23
0,2
0,155
0,11
0,06
0,01
10KQ
0,315
0,3
0,285
0,265
0,245
0,21
0,17
0,12
0,07
0,02
0
0
0,165
0,315
0,43
0,53
0,595
0,615
0,525
0
(36)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Pembacaan Grafik pada Kurva Open Water B Series B4-0,4 Berdasarkan pembacaan
grafik, maka didapatkan hasil:
1. Sea Trial ( Design )
J
= 0,39
KT
= 0,23
10KQ
= 0,28
= 0,52
= 0,37
KT
= 0,27
10KQ
= 0,32
= 0,5
Dimana:
: Koefisien Advanced
KT
(37)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
= torsi propeller
KT
KQ
= Putaran Baling-baling
= Diameter Baling-baling
NEngine
NProp
QProp
PProp
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
120
240
360
480
600
720
840
960
1080
1200
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
0
0,24
0,96
2,16
3,85
6,01
8,65
11,78
15,38
19,47
24,03
0
0,12
0,96
3,25
7,70
15,04
25,99
41,27
61,61
87,72
120,33
DHP
(KW)
0
0,76
6,05
20,40
48,36
94,46
163,23
259,20
386,91
550,90
755,69
SHP
(KW)
0
0,77
6,17
20,82
49,35
96,39
166,56
264,49
394,81
562,14
771,11
BHP
(KW)
0
0,79
6,29
21,24
50,36
98,36
169,96
269,89
402,87
573,61
786,85
%BHP
0,00
0,08
0,65
2,19
5,19
10,14
17,52
27,82
41,53
59,14
81,12
2. Service Condition
Q Prop = KQ x x n2 x D5
Jurusan Perkapalan. Prodi Teknik Sistem Perkapalan
SETYO / D331 12 002
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
(38)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
%RPM
NEngine
NProp
QProp
PProp
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
0
120
240
360
480
600
720
840
960
1080
1200
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
0
0,29
1,15
2,59
4,60
7,18
10,35
14,08
18,39
23,28
28,74
0
0,14
1,15
3,89
9,21
17,99
31,08
49,36
73,67
104,90
143,89
DHP
(KW)
0
0,90
7,23
24,40
57,83
112,96
195,19
309,95
462,67
658,76
903,65
SHP
(KW)
0
0,92
7,38
24,90
59,01
115,26
199,17
316,28
472,11
672,21
922,09
BHP
(KW)
0
0,94
7,53
25,40
60,22
117,61
203,24
322,73
481,75
685,92
940,91
%BHP
0,00
0,10
0,78
2,62
6,21
12,13
20,95
33,27
49,66
70,71
97,00
(39)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
(40)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
(41)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
BHP (KW)
0
0,91
7,30
24,64
58,41
114,09
197,14
313,05
467,30
665,36
940,91
970
SHP (KW)
0
0,89
7,16
24,15
57,24
111,81
193,20
306,79
457,95
652,05
922,09
950,6
DHP (KW)
0
0,88
7,01
23,67
56,10
109,57
189,34
300,66
448,80
639,01
903,65
931,588
EHP
0
0,76
6,09
20,57
48,75
95,22
164,53
261,27
390,00
555,30
785,27
809,55
V (m/s)
0
0,01
0,07
0,23
0,54
1,05
1,81
2,87
4,28
6,10
8,62
8,89
V (Knot)
0
0,02
0,13
0,44
1,04
2,03
3,51
5,58
8,32
11,85
16,76
17,28
(42)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
= LxAx k x Z
L = langkah torak (m) = 0,190 m
A = Luasan torak (m2) = 0,02269
m2
RPM
0
120
240
360
480
600
720
840
BHP (KW)
0
97
194
291
388
485
582
679
BMEP (bar)
0
98,70
197,40
296,10
394,80
493,50
592,20
690,90
(43)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
80%
90%
100%
%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
960
1080
1200
0%BMEP
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
60%BMEP
0
6
12
18
24
30
36
42
48
54
60
10%BMEP
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
70%BMEP
0
7
14
21
28
35
42
49
56
63
70
776
873
970
20%BMEP
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
80%BMEP
0
8
16
24
32
40
48
56
64
72
80
789,60
888,30
987,00
30%BMEP
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
30
90%BMEP
0
9
18
27
36
45
54
63
72
81
90
40%BMEP
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
40
50%BMEP
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
100%BMEP
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
P propeller
0
0,1
0,8
2,7
6,4
12,5
21,6
34,3
51,2
72,9
100
(44)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
Layout Point
L1
L3
L2
L4
Propeller Speed
300
240
300
240
Power
940,91
752,73
629,48
503,58
(45)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
1. Mesin yang Digunakan
Merek Mesin = CATERPILLAR
Daya Mesin
= 970 KW
= 1300,791 HP
Bore
= 170 mm
Stroke
= 190 mm
Berat Mesin = 5554 kg
Ratio Compresi = 14 : 1
Speed
= 1200 RPM
Lenght
= 2994
mm
Width
= 1703
mm
Height
= 2091
mm
2. Type Propeller yang Digunakan
Type
P/Db
J
D
RPM propeller
=
=
=
=
=
=
B4-40
0,795
0,37
0,5
2,02
300
Engine Type
Bore 170 mm
Stroke 190 mm
Layout Point
L1
L3
L2
L4
Propeller Speed
300
240
300
240
Power
940,91
752,73
629,48
503,58
(46)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
VI.2. Saran
Sebaiknya dalam pengerjaan tugas desain kapal ini maasiswa diberikan tugas yang
bersesuaian dengan labo sehingga mahasiswa bisa lebih mendalami labo yang telah di
pilih.
(47)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
DAFTAR PUSTAKA
1.
(48)
DESAIN KAPAL IV
(Engine Matching)
LAMPIRAN
(49)