Dosen Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu sindrom neurologi yang merupakan ancaman
terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. Di Amerika Serikat,
stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah penyakit jantung dan
kanker. Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke adalah penyebab kematian nomor 1 di
Indonesia.1
Stroke merupakan suatu kedaruratan medik dimana terjadi gangguan sirkulasi
darah di bagian otak tertentu secara mendadak yang dapat menyebabkan kerusakan
fungsi neurologi permanen atau bahkan kematian apabila tidak segera didiagnosis dan
di terapi.
Banyak penderita menjadi cacat, invalid, tidak mampu lagi mencari nafkah
seperti sediakala, menjadi tergantung kepada orang lain dan tidak jarang menjadi
beban keluarganya. Beban ini dapat berupa tenaga, beban perasaan dan beban
ekonomi.
Menurut penelitian, rata-rata stroke terjadi setiap 45 detik, dan manusia
meninggal karena stroke setiap 3 menit. Di USA insidens stroke adalah lebih dari
400.000/tahun, dan sejalan waktu angka ini akan terus melonjak menjdi 1.000.000
kasus/tahun pada tahun 2050.
Dalam penatalaksanaan stroke akut, ditemukan banyak kemajuan namun
angka kecacatan dan kematian akibat stroke masih tetap tinggi. Upaya yang terus
dilakukan dalam menurunkan angka kecacatan dan kematian selain dari
penatalaksanaan stroke, juga diperlukan pengenalan secara dini gejala stroke yang
dimulai dari penanganan pre-hospital secara cepat dan tepat.1
Keberhasilan penanganan stroke akut dimulai dari pengetahuan masyarakat
dan petugas kesehatan dimana stroke merupakan keadaan gawat darurat seperti infark
miokard akut atau trauma. Sehingga diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan
dapat menyelamatkan hidup dan mencegah kecacatan jangka panjang.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFINISI
Menurut WHO (diperkenalkan tahun 1970 dan masih dipakai sampai
sekarang), stroke adalah tanda-tanda klinis fokal atau global yang terjadi secara
mendadak akibat gangguan fungsi otak, yang berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskular.4
II.
KLASIFIKASI
Klasifikasi stroke dibagi berdasarkan gambaran klinik, patologi anatomi,
sistem pembuluh darah dan stadium daripada stroke sendiri. Dasar klasifikasi
yang berbeda ini diperlukan oleh karena setiap jenis stroke memiliki cara
pengobatan, preventif dan prognosis yang berbeda walaupun patogenesisnya
sama.5
Klasifikasi menurut modifikasi Marshall meliputi5, 6 :
A. Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya
1. Stroke Iskemik
Trombosis serebri
Emboli serebri
2. Stroke Perdarahan
Perdarahan subarakhnoid
3. Stroke in evolution
3
Suatu defisit neurologis yang berlangsung secara bertahap dari yang sifatnya
ringan sampai berat / ke arah perburukan.
4. Completed stroke
Defisit neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi.
C. Berdasarkan sistem pembuluh darah
Sistem karotis
Sistem vertebro-basilar
Stroke memiliki tanda klinis spesifik tergantung daerah otak yang mengalami
iskemia atau infark. Bamford (1992) mengajukan klasifikasi klinis yang dapat
dijadikan sebagai pegangan berupa 5 :
A. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
Gambaran klinis :
1. Hemiparesis dengan atau tanpa gangguan sensoris (kontralateral sisi lesi)
2. Hemianopsia (kontralateral sisi lesi)
3. Gangguan fungsi luhur : disfasia, gangguan visuospasial, hemineglect,
agnosia, apraksia
Infark jenis ini penyebabnya adalah emboli kardiak atau emboli arteri ke
arteri.
B. Partial Anterior Circulation Infarct (PACI)
Gambaran klinis :
1. Defisit sensorik/motorik dan hemianopsia
2. Defisit motorik/sensorik disertai gangguan fungsi luhur
3. Gejala fungsi luhur dan hemianopsia
4. Defisit motorik/sensorik murni yang kurang ekstensif dibanding infark
lakunar (hanya monoparesis atau monosensorik)
5. Gangguan fungsi luhur saja
C. Lacunar Infarct (LACI)
Gambaran klinis :
1. Pure motor stroke
2. Pure sensory stroke
3. Ataksik hemiparesis (termasuk ataksia dan paresis unilateral, dysarthriahandsyndrome)
Penyebab infark ini bukan berasal dari emboli kardiak. Adanya infark pada
arteri kecil dalam otak menimbulkan gambaran klinis diatas.
D. Posterior Circulation Infarct (POCI)
Gambaran klinis :
1. Disfungsi saraf otak, satu atau lebih pada sisi ipsilateral dan gangguan
motorik/sensorik kontralateral
2. Gangguan motorik/sensorik bilateral
3. Gangguan gerakan konjugat mata
4. Disfungsi serebelar tanpa gangguan long-tract ipsilateral
5. Isolated hemianopsia atau buta kortikal
Infark jenis ini terjadi akibat oklusi pada batang otak dan atau lobus
oksipitalis. Penyebabnya heterogen sehingga pemeriksaan harus lebih teliti
dan mendalam. Salah satu jenis infark ini yang sering disebabkan emboli
kardiak adalah gangguan batang otak yang timbulnya serentak dengan
hemianopsia homonim.
III.
IV.
Dislipidemia
Merokok
Pemakaian alkohol
Obesitas
Penggunaan narkotik
Pemakaian kontrasepsi oral
Hiperhomosisteinemia
Antibodi anti fosfolipid
Hiperurisemia
Peningkatan kadar fibrinogen
FISIOLOGI OTAK
Jumlah aliran darah ke otak (cerebral blood flow / CBF) dinyatakan
dalam cc/menit/100 gram otak. Nilainya tergantung pada tekanan perfusi otak
(cerebral perfusion pressure / CPP) dan resistensi serebrovaskular
(cerebrovascular resistance / CVR). 5
5
Komponen CPP ditentukan oleh tekanan darah sistemik (mean arterial blood
pressure/MABP) dikurangi dengan tekanan intrakranial (TIK), sedangkan
komponen CVR ditentukan oleh tonus pembuluh darah, struktur pembuluh
darah dan viskositas darah yang melewati pembuluh darah. Dalam keadaan
normal, rata-rata aliran darah otak adalah 50,9 cc/100 gram otak/menit. 5
Aliran darah otak merupakan patokan utama dalam menilai
vaskularisasi regional di otak. Pemeriksaan menggunakan emisi sinar foton
diketahui bahwa aliran darah otak bersifat dinamis, artinya jika dalam keadaan
istirahat nilainya stabil, tetapi pada saat melakukan kegiatan fisik maupun
psikis, aliran darah regional pada daerah yang bersangkutan akan meningkat
sesuai dengan aktivitasnya. Dari percobaan hewan dan manusia, ternyata
derajat ambang batas aliran darah otak yang secara langsung yang
berhubungan dengan fungsi otak, yaitu : 5
a.
Ambang fungsional adalah batas aliran darah otak (yaitu sekitar 50-60 cc /
100 gram / menit) yang bila tidak terpenuhi akan menyebabkan
b.
c.
V.
Selain migrasi makrofag, juga terjadi migrasi SMCs dari tunika media
menuju tunika intima yang menimbulkan akumulasi matriks
7. Akumulasi matriks ekstraseluler
Matrisk ekstraseluler seperti serabut-serabut hialin, kolagen, elastin
dan fibrosa yang diproduksi oleh SMCs
8. Kalsifikasi dan fibrosis
Adanya akumulasi matriks ekstraselular menimbulkan kalsifikasi dan
fibrosis plak aterom sehingga elastisitas dan diameter pembuluh darah
berkurang.
Aterosklerosis dan pembentukan plak yang terjadi menyebabkan
penyempitanatau oklusi arteri dan merupakan penyebab stenosis arteri
paling sering.
B.
Pembentukan trombus6
Endotel pembuluh darah normal bersifat anti-trombosis. Hal tersebut
dikarenakan adanya glikoprotein dan proteoglikan yang melapisi sel
endotel serta prostasiklin (PGI2) yang bersifat vasodilator dan inhibisi
agregasi trombosit. Endotel yang mengalami kerusakan akan menyebabkan
darah berhubungan langsung dengan serat-serat kolagen pembuluh darah
dan merangsang agregasi trombosit serta pengeluaran bahan-bahan granula
trombosit serta bahan-bahan dari makrofag yang mengandung lemak.
Sewaktu
kontak
dengan
matriks
ekstraselular
yaitu
kolagen,
trombosit
adalah
menempelnya
trombosit
pada
jaringan
ikatan
memungkinkan
interaksi
dengan
fibrinogen
trombosit-trombosit
dalam
sirkulasi
untuk
dan
mengawali
dari trombosit yang berdekatan untuk menempel satu dengan yang lainnya.
Seperti halnya reaksi pelepasan yang menginduksi pelepasan lebih banyak,
ADP dan tromboksan A2 akan menyebabkan agregasi trombosit sekunder.
Proses feedbackpositiftersebut menghasilkan formasi massa trombosit
cukup besar untuk menutup kerusakan area endotelium.
C.
b.
c.
mekanisme
kolateral
dan
kompensasi
tak
dapat
Lapisan inti yang sangat iskemik (ischemic core) terlihat sangat pucat
karena CBF-nya paling rendah. Tampak degenerasi neuron, pelebaran
pembuluh darah tanpa adanya aliran darah. Kadar asam laktat di
daerah ini tinggi dengan PO2 yang rendah. Daerah ini akan
mengalami nekrosis.
10
2.
Daerah sekitar ischemic core yang CBF-nya juga rendah, tetapi masih
lebih tinggi daripada CBF di ischemic core. Walaupun sel-sel neuron
tidak sampai mati, fungsi sel terhenti dan terjadi functional paralysis.
Pada daerah ini PO2 rendah, PCO2 tinggi dan asam laktat meningkat.
Tentu saja terdapat kerusakan neuron dalam berbagai tingkat, edema
jaringan akibat bendungan dengan dilatasi pembuluh darah dan
jaringan berwarna pucat. Astrup menyebutnya sebagai ischemic
penumbra. Daerah ini masih mungkin diselamatkan dengan resusitasi
3.
D.
perfusion).
Perubahan pada tingkat sel dan mikrosirkulasi5
Astrup dkk (1981) menunjukkan pengaruh iskemia terhadap integritas
dan struktur otak pada daerah penumbra terletak antara batas kegagalan
elektrik otak (electrical failure) dengan batas bawah kegagalan ionik (ionpump failure). Dikatakan bahwa aliran darah otak dibawah 17 cc/100 gram
otak/menit menyebabkan aktifitas listrik otak terhenti walaupun kegiatan
pompa masih berlangsung.
Sedangkan Hakim (1998) menetapkan bahwa neuron penumbra masih
hidup jika CBF dibawah 20 cc/100 gram otak/menit dan kematian neuron
bila CBF dibawah 10 cc/100 gram otak/menit.
Pada infark serebri yang cukup luas, edema serebri dapat muncul
akibat kegagalan energi dari sel-sel otak dengan akibat perpindahan
elektrolit ( Na+,K+) dan perubahan permeabilitas membran serta gradasi
osmotik. Akibatnya akan terjadi pembengkakan sel (cytotoxic edema).
Selain itu edema serebri dapat juga timbul pada kerusakan sawar darah
otak yang mengakibatkan permeabilitas kapiler rusak sehingga cairan dan
protein bertambah mudah memasuki ruangan ekstraseluler sehingga terjadi
edema vasogenik (vasogenic edema). Efek edema jelas meningkatkan
tekanan intrakranial dan memperburuk iskemik otak.
11
Reperfusi5
Meskipun aliran darah otak merupakan faktor penentu utama pada
infark otak, pengalaman klinis serta penelitian terhadap hewan percobaan
menunjukkan bahwa pada infark otak, pulihnya aliran darah otak ke taraf
normal tidak selalu memberikan manfaat yang diharapkan, berupa
hilangnya gejala klinis secara total. Selain faktor lamanya iskemia, ada
hal-hal yang mendasar lain yang harus diperhitungkan dalam proses
pengobatan infark otak. Dari hewan percobaan terbukti bahwa resusitasi
atau reperfusi pada penutupan / penghentian aliran darah ke otak
mencetuskan beberapa reaksi kompleks ditingkat mikrosirkulasi, iskemia
berupa edem jaringan, vasospasme kapiler/arteriol, penggumpalan sel-sel
darah merah, asidosis jaringan, aliran kalsium masuk ke dalam sel dan
dilepaskannya radikal bebas. Perubahan ini dapat demikian hebat sehingga
disebut sebagai reperfusion injury yang berakibat munculnya gejala
neurologik yang relatif menetap.
Pada dasarnya terjadi 2 perubahan sekunder pada periode reperfusi
jaringan iskemia otak :
1.
2.
VI.
DIAGNOSIS STROKE
A.
Anamnesis
Dalam anamnesis tentu diperlukan dalam membedakan apakah stroke
yang dialami stroke iskemik atau perdarahan. Biasanya stroke iskemik
diawali dengan gejala fokal (lateralisasi) sedangkan stroke perdarahan
12
pernafasan.
Pemeriksaan kepala dan leher jika pada cidera kepala karena jatuh
akibat kejang, bruit karotis, distensi vena jugularis pada gagal
jantung
Pemeriksaan thoraks (jantung dan paru), abdomen, kulit dan
ekstremitas
2. Status neurologis dan skala stroke
a. Pemeriksaan saraf kranial, rangsang meningen, sistem motorik,
sikap dan cara jalan, refleks fisiologis dan patologis, koordinasi,
sensorik dan fungsi kognitif.
Manifestasi klinik stroke sangat tergantung pada daerah otak yang
terganggu aliran darahnya dan fungsi daerah otak yang menderita
iskemia tersebut.
Berdasarkan vaskularisasi otak, maka gejala klinik stroke dapat
dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
- Stroke pada sistem karotis atau sistem hemisferik
Daerah otak yang mendapat darah dari arteri karotis interna
terutama lobus frontal, parietal, temporal dan ganglia basal.
Pada pemeriksaan umum :
o Kesadaran : biasanya jarang terganggu kecuali jika stroke nya
luas. Hal ini disebabkan karena struktur anatomi pusat kesadaran
yaitu formatio reticularis terletak di garis tengah dan sebagian besar
terletak di dalam fossa posterior.
13
b. Skala stroke
Skala ini dipakai untuk membantu diagnosis stroke sebelum
dilakukan pemeriksaan imaging. Skala yang dipakai berupa :
- Siriraj stroke score
(2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)
+(0,1 x tekanan diastolik)-(3x petanda ateroma)-12
Keterangan :
o Kesadaran : kompos mentis = 0, somnolen = 1,
sopor/koma = 2
o Muntah : tidak ada = 0, ada = 1
o Sakit kepala : tidak ada = 0, ada = 1
o Petanda ateroma : tidak ada = 0, salah satu/lebih
(DM, angina, penyakit pembuluh darah) = 1
15
C.
VII.
TATALAKSANA STROKE
A.
Screening stroke pra-rumah sakit 3,8
Pemeriksaan neurologi sedehana dalam mendeteksi pasien yang
dicurigai mengalami stroke dapat memakai Cincinnati Prehospital Stroke
Scale atau untuk lebih mudahnya digunakan istilah FAST yang terdiri
dari3,11 :
a. Face
16
B.
operatif
Drainase ventrikular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat
stroke iskemik serebelar
Tindakan bedah kompresif pada keadaan iskemik serebelar
yang menimbulkan efek massa menyelamatkan nyawa dan
penderita demam)
Khusus
a.
Trombolitik 11
Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rtPA)
19
Antikoagulan 11
Pemberian antikoagulan yang urgent dengan tujuan mencegah
stroke berulang awal, menghentikan perburukan defisit neurologi
atau memperbaiki keluaran setelah stroke iskemik akut tidak
direkomendasikan sebagai pengobatan stroke iskemik akut
(AHA/ASA, Class III, Level of evidence A). Begitu juga inisiasi
pemberian terapi antikoagulan bersamaan dengan intravena rtPA
tidak direkomendasikan ( AHA/ASA, Class III, Level of evidence
B).
Secara umum pemberian heparin, LMWH atau heparinoid
setelah stroke iskemik akut tidak bermanfaat. Namun beberapa ahli
masih merekomendasikan heparin dosis penuh pada penderita
stroke iskemik akut dengan resiko tinggi terjadinya reembolisasi,
diseksi
arteri
pembedahan.
atau
stenosis
Kontraindikasi
berat
arteri
pemberian
karotis
heparin
sebelum
termasuk
hipertensi yang tidak dapat terkontrol, infark luas > 50% dan
perubahan mikrovaskuler otak yang luas.
c.
Neuroprotektor 11
Pemberian neuroprotektan belum menunjukkan hasil yang
efektif sehingga sampai saat ini belum dianjurkan (AHA/ASA,
Class III, Level of evidence A). Namun, citicolin sampai saat ini
masih memberikan manfaat pada stroke iskemik akut. Penggunaan
citicolin dengan dosis 2x1000 mg intravena selama 3 hari dan
dilanjutkan 2x1000 mg per oral selama 3 minggu dilakukan dalam
penelitian ICTUS (International Citicholine Trial in Acute Stroke,
ongoing).
VIII.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul dari stroke iskemik maupun perdarahan
berupa: 12
a. Infeksi saluran kemih
b. Bronkopneumonia
c. Ulkus dekubitus
d. Hiponatremia
e. Trombosis vena dalam
f. Spastisitas
g. Disfungsi kandung kemih dan pencernaan
h. Depresi
i. Kejang
j. Hidrosefalus
21
KESIMPULAN
Klasifikasi stroke berdasarkan patologi anatomi terbagi menjadi stroke
iskemik dan stroke perdarahan dimana stroke iskemik sebagai penyebab tersering
dibandingkan stroke perdarahan. Selain itu klasifikasi yang berbeda tersebut
digunakan dalam tatalaksana khusus mengenai stroke baik itu iskemik maupun
perdarahan. Dengan pemahaman bahwa stroke merupakan emergency medicine dan
time is brain, maka diharapkan pengenalan dini tentang stroke dapat dimengerti
sehingga dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian.
22
CASE REPORT
STATUS NEUROLOGI
IDENTITAS
Nama
: Ny. A
Alamat
Masuk
: 15 Agustus 2015
Umur
: 65 tahun
Keluar
:-
Pekerjaan
: 00.06.90.48
Pendidikan
: SMA
Dokter
Agama
: Islam
Ko-asisten
ANAMNESA
Auto anamnesa
: Pasien Ny. A
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
: Pusing berputar
: Hipertensi
: Ada, terkontrol
: Disangkal
: Disangkal
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum
Kesadaran
: Kompos mentis
Tekanan darah
: 180/100 mmHg
Nadi
: 98 kali/menit
Suhu
: 36C
RR
: 22 kali/menit
Umur klinis
: 60-an
Bentuk badan
: Biasa
Gizi
: Cukup
Stigmata
: Tidak ada
Kulit
: Sawo matang
24
Turgor
: Baik
Kuku
: Sianosis (-)
Kel.getah bening
Pembuluh darah
: A. Carotis
Auskultasi
PEMERIKSAAN REGIONAL
Kepala
: Normocephali
Kalvarium
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Oksiput
Leher
Toraks
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Hepar
Lien
Vesika urinaria
: Tidak dilakukan
Genitalia eksterna
: Tidak dilakukan
25
Ekstremitas
Sendi-sendi
Otot-otot
Gerakan leher
: Baik
Gerakan tubuh
Nyeri ketok
: tidak dilakukan
Nyeri sumbu
: tidak dilakukan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
1.
: -
Kernig
: - / -
Brudzinski I
: -
Laseque
: > 70 / > 70
Brudzinski II : - / -
2.
: Lapang/lapang
Nervus II (Optikus)
Visus kasar
: 1/60 ; 1/60
Lapang pandang
: baik/baik
Warna
: baik/baik
Funduskopi
: tidak dilakukan
26
: -/-
- Strabismus
: -/-
- Nistagmus
: Sulit dinilai
- Eksoftalmus
: -/-
- Enoftalmus
: -/-
- Diplopia
: -/-
- Deviasi Konjuge
: -/-
: Baik
- Lateral kiri
: Baik
- Atas
: Baik
- Bawah
: Baik
- Berputar
: Baik
Pupil
- Bentuk : Bulat
- Isokor : Isokor 3mm / 3mm
- Refleks cahaya : - Langsung
:+/+
- Tidak langsung : + / +
- Refleks akomodasi : + / +
Nervus V (Trigeminus)
Motorik
27
- Membuka mulut
: Baik
- Gerakan rahang
: Baik
Sensorik
- Rasa raba
: kanan = kiri
- Rasa nyeri
: kanan = kiri
- Rasa suhu
: Tidak dilakukan
Refleks
- Refleks kornea
: + / +
- Refleks maseter
: +
: Biasa
Kanan
Angkat alis
Baik
Baik
Kerut dahi
Baik
Baik
Kembung pipi
Baik
Baik
Lagoftalmus
Menyeringai (SNL)
Kiri
Baik
: : +
Kokhlearis
28
- Suara bisik
: Baik
- Gesekan jari
: Baik
- Tes Rinne
: +/+
- Tes Weber
- Tes Schwabach
: Simetris
Palatum mole
: Intak
Uvula
: Ditengah
Disfoni
: Tidak ada
Disfagi
: Ada
Disartria
: +
Refleks faring
: Tidak dilakukan
Refleks okulokardiak
: (+) normal
: (+) normal
Nervus XI (Asesorius)
Kanan
Kiri
Baik
Baik
Angkat bahu
Baik
Baik
: Simetris
Julur lidah
: Baik
Tremor
: 29
3.
Fasikulasi
: -
Atrofi
: -
Motorik
Derajat Kekuatan Otot ( 0 5 )
Kanan
Kiri
Lengan
4444
5555
Tungkai
4444
5555
: Tidak ada
Berdiri
- Jongkok berdiri
: Tidak dilakukan
- Jalan
Langkah
: Tidak dilakukan
Lenggang lengan
: Tidak dilakukan
Diatas tumit
: Tidak dilakukan
Jinjit
: Tidak dilakukan
Tungkai
Kiri
Fleksor
Normotonus
Normotonus
Ekstensor
Normotonus
Normotonus
Fleksor
Normotonus
Normotonus
Ekstensor
Normotonus
Normotonus
Trofi Otot
- Lengan
Kanan
Kiri
Eutrofi
Eutrofi
30
- Tungkai
4.
Eutrofi
Koordinasi
Statis
Duduk
: Baik
Berdiri
: Sulit dinilai
Berjalan
: Sulit dinilai
5.
Eutrofi
: Baik
Telunjuk-telunjuk
: Baik
Tes Romberg
: Tidak dilakukan
Refleks
Refleks Tendo
Kanan
Kiri
- Biseps
++
++
- Triseps
++
++
++
++
++
++
- Babinski
- Chaddock
Refleks Abnormal
31
- Oppenheim
- Gordon
- Schaefer
- Klonus lutut
- Klonus kaki
6. Sensibilitas
Eksteroseptif
- Rasa raba (menggunakan kapas)
Proprioseptif
- Rasa sikap
: kanan = kiri
- Rasa getar
: kanan = kiri
7. Vegetatif
Miksi
: Baik
Defekasi
: Baik
8. Fungsi Luhur
Memori
: Baik
Bahasa
: Baik
: Serasi
Kognitif
: Baik
32
LABORATORIUM
Laboratorium 15 Agustus 2015
Hasil :
Hematologi
-
Leukosit
: 9.2 ribu/ l
(5,0-10,0 103/l)
Hemoglobin
: 14,4 g / dl
(12-14g/dl)
Hematokrit
: 43,3%
Trombosit
: 268 ribu/ l
(150-400 103/l)
(37-43%)
Kimia Klinik
-
Ureum
: 40 mg/dl
(15-45mg/dl)
Kreatinin
: 0,79 mg/dl
(0,60-0,90mg/dl)
Glukosa sewaktu
: 156 mg / dl
(<200mg/dl)
Kolestrol Total
: 397 mg/dl
(150 250mg/dl)
Trigliserida
: 319 mg/dl
(< 200mg/dl)
Kolestrol HDL
: 59 mg/dl
(35-80mg/dl)
Kolestrol LDL
: 266 mg/dl
33
34
35
DIAGNOSIS (Masuk)
Klinis
Topis
Etiologis
: SNH
Hipertensi emergency
36
TERAPI
Rawat inap
Diet : Lunak, rendah garam
IVFD : I RL kolf + neurobion I amp / 24 jam
Mm/ :
Ascardia 1x160mg (PO)
Neulin 2x500mg (IV)
OMZ 1X1 cap (PO)
Merislone 2x12 mg (PO)
Asam Folat 2x1 tab (PO)
Simvastatin 1x20mg (PO)
PROGNOSIS
Ad. Vitam
: Dubia ad bonam
Ad. Sanationum
: Dubia ad malam
Ad. Fungsionum
: Dubia ad malam
37
FOLLOW UP I
Tanggal 16/08/2015
S
: Status Generalis
Kesadaran
: Composmentis E4M6V5
Nadi
: 98 kali/menit
Suhu
: 37 C
Tekanan darah
Respirasi
: 22 kali/menit
Status Neurologis
Pupil
Reflek
: Kornea +/+
N. VII Menyeringai
N. IX, X Menelan
: Disfagia (-)
: deviasi ke kiri
Gerakan lidah
: Baik
: Baik
Refleks Fisiologis
: +++/+++
Refleks Patologis
:Babinski -/-
Sensibilitas
38
: D/ Klinis
D/ Topis
P:
IVFD : I RL kolf + neurobion I amp / 24 jam
39
LABORATORIUM
Laboratorium 16 Agustus 2015
Hasil :
Elektrolit
-
Natrium
: 142 mmol/ L
Kalium
: 3.0 mmol/ L
Clorida
: 106 mmol/ L
Kimia Klinik
-
: 125 mg / dl
(70 - 110mg/dl)
Gula 2 jam PP
: 134 mg/dl
(70 - 140mg/dl)
HBA1C
: 4.5%
(4.5 6.3 %)
Asam Urat
: 4.3 mg/dl
(2.4 7.0mg/dl)
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Parwata TE. Penatalaksanaan Stroke Akut dalam: Nuartha AABN, Adnyana MO,
Parwata TE, Budiarsa IGN, Putra IBK (editor). 1st Bali Neurology Update (BANU) :
Perkembangan Neurologi Bali Terkini. Bali: Udayana University Press; 2013.hal.5
2. Soertidewi L, Misbach J. Epidemiologi Stroke. Dalam : Soertidewi L Jannis J (editor).
STROKE : Aspek Diagnosis, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta : Badan Penerbit FK
UI; 2011. hal.11
3. Sumada IK. Penanganan Stroke Akut Pre Hospital. Dalam : Nuartha AABN,
AdnyanaMO, Purwata TE, Budiarsa IGN, Putra IBK (editor). 1st Bali Neurology
Update (BANU) : Perkembangan Neurologi Bali Terkini. Bali: Udayana University
Press; 2013. hal 6
4. Culebras A, Elkind MS, Hoh BL, Janis LS, Kase CS, Kleindorfer DO, et al.
AnUpdated Definition of Stroke for the 21st Century: A Statement for
HealthcareProfessionals From the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke. 2013;44:00-00
http://stroke.ahajournals.org/content/early/2013/05/07/STR.0b013e318296aeca
(diakses 01 Agustus 2013)
5. Misbach J, Jannis J. Diagnosis Stroke. Dalam : Soertidewi L, Jannis J (editor).
STROKE : Aspek Diagnosis, Patofisiologi, Manajemen. Edisi kedua. Jakarta : Badan
Penerbit FK UI; 2011. hal.57-83.
6. Gofir A.Definisi Stroke, Anatomi Vaskularisasi Otak dan Patofisiologi Stroke.
Dalam : Indera, Noer A, Utomo AB (editor). Manajemen Stroke Evidence Based
Medicine. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press ; 2010.hal.32-41
7. Hamid A, Jannis J, Bustami M, Musridharta E, Prasetyo E. Manajemen
Kegawatdaruratan Pada Stroke. Dalam : Hamid A, Jannis J, Bustami M, Musridharta
E, Prasetyo E (editor). Advanced Neurology Life Support Student Manual Course.
Jakarta : Pokdi Neurointensif PERDOSSI ; 2012.hal.74-80
8. NHS Choices. STROKE-ACT FAST. http://www.nhs.uk/actfast/Pages/stroke.aspx
(diakses 09 Agustus 2015)
9. Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto,Alfa AY et al.
Penatalaksanaan Umum Stroke Akut. Dalam : Misbach J, Lamsudin R, Aliah A,
41
42