Anda di halaman 1dari 7

Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)- KTK 332

Rencana Materi Kuliah


pengertian keanekaragaman hayati (biodiversitas)
evolusi-spesiasi- kepunahan
dampak terhadap biodiversitas
aspek ekologi dari biodiversitas
pola global biodiversitas
nilai biodiversitas
introduksi spesies eksotik
penyebab hilangnya biodiversitas
pengukuran dan pemantauan biodiversitas
konservasi biodiversitas.

Pengertian
Pengertian (dari Society of American Foresters): Biodiversitas mengacu pada
macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas,
ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada.
Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas
kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam
semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan,
binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level
organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen,
speses dan ekosistem.
Diversitas genetik mencakup variasi dalam material genetik, seperti gen dan
khromosom. Diversitas spesies (taksonomi) kebanyakan diintepretasikan
sebagai variasi di antara dan di dalam spesies (termasuk spesies manusia),
mencakup variasi satuan taksonomi seperti filum, famili, genus dsb.
Diversitas genetik merupakan titik awal dalam memahami dimensi dari isu
biodiversitas, tetapi pada level spesies dan ekosistem bidang kehutanan
memiliki pengaruh besar.
Diversitas ekosistem atau bahkan dinamakan diversitas biogeografik
berkaitan dengan variasi di dalam wilayah (region) biogeografik, bentang
alam (landscape) dan habitat. Kita harus menyadari bahwa biodiversitas
selalu peduli dengan variabilitas makhluk hidup dalam area atau wilayah yang
spesifik.
Belum semua aspek biodiversitas sudah diberikan nama. Masih terdapat
banyak bentuk variasi, seperti variasi musiman, variasi non-genetik
disebabkan oleh pengaruh lingkungan (variasi fenotipik). Juga terdapat variasi
karena perbedaan di antara fase kehidupan (diversitas ontogenik) dan mode

kehidupan (diversitas kultural). Namun, tiga bentuk diversitas tersebut di atas


boleh dikatakan merupakan dimensi biodiversitas yang utama.
Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau proses
pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai
dari tingkat lokal ke regional dan global.

Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional,


struktural dan fungsi
Diversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas
spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas
genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan
menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang
diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.
Diversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik. Pada
level tegakan, diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan jumlah strata
dalam hutan, misalnya kanopi tumbuhan utama, subkanopi, semak,
tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas struktural dapat diukur
dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau susunan spasial
dari ekosistem yang berbeda.

Diversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi, seperti


pendauran unsur hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen yang
paling sulit untuk diukur dan dipahami.
Perlu dipahami bahwa ketiga komponen diversitas tersebut saling berkaitan.
Misalnya, perubahan dalam diversitas komposisional dan struktural,
mengakibatkan perubahan dalam proses-proses ekologi.
Ahli ekologi memberdakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga
kategori: alpha, beta dan gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di dalam
suatu habitat. Diversitas beta merupakan diversitas di antara habitat,
sedangkan diversitas gamma merupakan diversitas di antara geografi
(diversitas skala geografi).

Diversitas genetik
Diversitas genetik terdapat dalam empat level organisasi: di antara spesies, di
antara populasi, di dalam populasi dan di dalam individu.
Diversitas di antara spesies sudah cukup jelas, sungguhpun kita sering tidak
berpikir bahwa perbedaan di antara spesies sebagai manifestasi dari
diversitas genetik karena kita dapat membedakan spesies dengan mudah
tanpa mengetahui komposisi gennya.
Diversitas genetik di antara populasi dari suatu spesies juga sering sangat
besar. Di dunia pertanian misalnya ada berbagai macam varietas (padi,
jagung), meskipun ini hasil seleksi buatan. Di spesies pohon perbedaan
antara populasi pada spesies yang sama (dikenal dengan istilah provenans)
sering besar.
Dalam populasi kebanyakan populasi alami, perbedaan genetik di antara
individu sering juga besar. Akhirnya diversitas genetik terdapat di dalam suatu
individu bilamana ada dua alel untuk gen yang sama (perbedaan konfigurasi
DNA yang menduduki lokus yang sama pada suatu khromosom).
Di masa lalu hanya sedikit perhatian diberikan pada diversitas genetik pada
populasi alami, sungguhpun ini sangat krusial bagi kelestarian dari bentukbentuk biologi, perkembangan diversitas spesies (evolusi) dan berfungsinya
biosfer, ekosistem serta komunitas biologi.
Bersarnya diversitas di dalam suatu spesies tergantung pada jumlah individu,
kisaran penyebaran geografinya, tingkat isolasi dari populasi dan sistem
genetiknya.
Peran penting juga dilakukan oleh proses-proses seleksi alami dan
antropogenik, serta juga faktor-faktor yang berpengaruh pada perubahan
spasial dan temporal pada komposisi genetik dari spesies atau populasi.

Diversitas genetik penting bagi kemampuan spesies dan populasi beradaptasi


terhadap perubahan kondisi lingkungan dan karena itu merupakan
persyaratan bagi kelangsungan hidupnya.
Pada spesies yang berkembang biak secara seksual, setiap populasi lokal
mengandung kombinasi gen tertentu. Jadi, suatu spesies merupakan
kumpulan populasi yang berbeda secara genetik satu sama lain. Perbedaan
genetik ini diwujudkan sebagai perbedaan di antara populasi dalam sifat
morfologi, fisiologi, kelakuan, dan sejarah hidup (life history). Dengan kata
lain, sifat-sifat genetik (genotipe) mempengaruhi sifat-sifat yang diekspresikan
(fenotipe).
Seleksi alami pada awalnya bekerja pada level fenotipik, memihak kepada
atau tidak menguntungkan untuk sifat-sifat yang diekspresikan (fenotipe).
Lukang gen (gene pool) agregat total gen pada suatu populasi pada suatu
waktu, akan berubah ketika organisme dengan fenotipe yang kompatibel
dengan lingkungan akan lebih mampu bertahan hidup dalam jangka lama dan
akan berkembang biak lebih banyak dan meneruskan gen-gennya lebih
banyak pula ke generasi berikutnya.
Besarnya diversitas genetik dalam populasi lokal sangat bervariasi. Banyak
kegiatan konservasi peduli dengan penjagaan diversitas genetik tumbuhan
atau hewan. Populasi kecil yang berbiak secara aseksual dan terisolasi,
sering memiliki diversitas genetik yang kecil di antara individu, sedangkan
pada populasi besar dan berbiak secara seksual sering memiliki variasi yang
besar. Dua faktor utama yang bertanggung kepada jawab adanya variasi ini,
yaitu cara bereproduksi (seksual atau aseksual) dan ukuran populasi.
Cara reproduksi
Pada populasi seksual, gen direkombinasi pada setiap generasi,
menghasilkan genotipe baru. Kebanyakan keturunan spesies seksual
mewarisi separuh gennya dari induk betina dan separuhnya lagi dari induk
jantan, susunan genetiknya dengan demikian berbeda dengan kedua
induknya atau dengan individu yang lain di dalam populasi.
Adanya mutasi yang menguntungkan, yang pada awalnya muncul pada suatu
individu dapat direkombinasi dalam kurun waktu tertentu pada populasi
seksual. Sebaliknya, keturunan individu aseksual secara genetik identik
dengan induknya. Satu-satunya sumber kombinasi gen dalam populasi
aseksual adalah mutasi (perubahan dalam material genetik yang diwariskan
ke keturunannya). Mutasi mungkin terjadi spontan (kekeliruan dalam replikasi
material genetik) atau terjadi karena pengaruh faktor eksternal (misal radiasi
dan bahan kimia tertentu). Mutasi terjadi di dalam gen yang terdapat pada
molekul DNA- deoxyribonucleic acid.
Populasi aseksual mengakumulasi variasi genetiknya hanya pada laju mutasi
genya. Mutasi yang menguntungkan pada individu aseksual yang berbeda

tidak mungkin mengalami rekombinasi gen dan muncul pada suatu individu
seperti layaknya pada populasi seksual. Kombinasi gen yang menguntungkan
akan lebih besar pada populasi seksual daripada populasi aseksual.
Ukuran populasi
Dalam jangka panjang, diversitas genetik akan lebih lestari dalam populasi
besar daripada dalam populasi kecil. Melalui efek damparan genetik (genetic
drift- perubahan dalam lukang gen dari suatu populasi kecil yang berlangsung
semata-mata karena proses kebetulan), suatu sifat genetik dapat hilang dari
populasi kecil dengan cepat.
Sebagai contoh, populasi memiliki dua atau lebih bentuk gen (dinamakan
alel). Tergantung alel mana suatu individu mewarisi, suatu fenotipe tertentu
akan dihasilkan. Bila populasi tetap berukuran kecil dalam jangka waktu lama,
mereka mungkin kehilangan salah satu alel dari setiap gen karena proses
kebetulan. Kehilangan alel terjadi karena eror sampling. Ketika beberapa
individu kawin, mereka bertukar gen. Bayangkan awalnya separuh populasi
memiliki satu bentuk gen tertentu, dan separuhnya populasi yang lain memiliki
bentuk gen yang lain. Karena kebetulan, dalam populasi kecil pertukaran gen
dapat mengakibatkan semua individu pada generasi berikutnya memiliki alel
yang sama. Satu-satunya cara bagi populasi ini mengadung variasi dari gen
ini lagi adalah melalui mutasi gen atau imigrasi individu dari populasi lain.
Meminimalkan kehilangan diversitas genetik pada populasi kecil merupakan
problem utama yang dihadapi dalam upaya konservasi.
Genotipe
Alel
Genotipe F1

AB
A

BC
B

BB

Diversitas spesies (taksonomi)

Prokaryot : 5.500 spesies terdiri dari bakteri


Eukaryot :
- kerajaan tumbuhan (plantae) : lumut-lumutan (17.000 spesies),
pakuan, cycad, konifer (750 spesies), ginko, tumbuhan
berbunga (250.000 spesies),
- kerajaan hewan : karang (5.000 spesies), coleonterata (9.000
spesies), echinoderm (6.100 spesies), artoprod (750.000
spesies), ikan (19.000 spesies), amfibi (4.000 spesies), reptil
(6.300 spesies), burung (9.000 spesies), mamal (4.100 spesies)

Prostista dan jamur: 47.000 spesies.

Diversitas ekosistem (biogeografik)


Diversitas spesies ditentukan tidak hanya oleh jumlah spesies di dalam
komunitas biologi, misalnya kekayaan spesies (species richness), tetapi juga
oleh kelimpahan relatif individu (relative abundance) dalam komunitas.
Kelimpahan spesies merupakan jumlah individu per spesies dan kelimpahan
relatif mengacu pada kemerataan distribusi individu di antara spesies dalam
suatu komunitas.
Dua komunitas mungkin sama-sama kaya dalam spesies, tetapi berbeda
dalam kelimpahan relatif. Misalnya, dua komunitas mungkin masing-masing
mengandung 10 spesies dan 500 individu, tetapi pada komunitas yang
pertama semua spesies sama-sama umum (misal, 50 individual untuk setiap
spesies), sementara pada komunias yang kedua satu spesies secara
signifikan jumlahnya lebih banyak daripada empat spesies yang lain. Maka
komunitas pertama dikatakan memiliki kelimpahan relatif yang lebih tinggi
daripada komunitas kedua.
Komponen diversitas spesies ini merespons berbeda pada kondisi habitat
yang berbeda. Suatu wilayah yang tidak memiliki variasi habitat yang luas
biasanya miskin spesies, tetapi beberapa spesies yang mampu menduduki
wilayah ini mungkin berlimpah karena kompetisi dengan spesies lain untuk
sumberdaya akan berkurang.
Tren dalam kekayaan spesies mungkin mengindikasikan kondisi masa lalu
dan sekarang dari suatu wilayah. Kontinen antartika memiliki sedikit spesies
karena lingkungannya yang keras, tetapi pulau-pulau kecil di tengah samudra
miskin akan spesies karena sulit dicapai dari lokasi lain.
Gradien global juga berpengaruh pada kekayaan spesies. Gradien yang
paling nyata adalah garis lintang; terdapat lebih banyak spesies di daerah
tropis daripada di daerah temperit. Faktor-faktor ekologis berperan dalam
perbedaan ini. Temperatur lebih tinggi, kepastian iklim, dan musim tumbuh
yang lebih lama menciptakan habitat yang lebih kondusif sehingga
menghasilkan diversitas spesies yang lebih besar. Hutan hutan hujan yang
paling beragam, padang rumput tropis lebih beragam daripada padang
rumput temperit.
Faktor lain yang berpengaruh pada kekayaan spesies pada suatu area adalah
jarak atau barier yang memisahkan area tersebut dengan sumber spesies.
Probabilitas bahwa spesies akan mencapai suatu pulau di samudra atau
lembah terisolasi adalah kecil. Binatang terutama yang tidak terbang
kemungkinanannya juga kecil mencapai area seperti ini.

Berdasarkan pengalaman tumbuhan dan hewan pada suatu wilayah berbeda


dengan wilayah lain. Mengapa terjadi ? Mengapa spesies yang sama tidak
dijumpai pada suatu wilayah meskipun kondisinya cocok untuk berkembang?
Kondisi genografis di seluruh dunia yang memiliki kondisi lingkungkan yang
sama mampu menghasilkan tipe biota yang sama. Situasi ini secara efektif
memisahkan biosfer ke dalam biom komunitas ekologi yang memiliki kondisi
iklim dan fitur geologi yang sama yang mendukung spesies dengan strategi
hidup dan adaptasi yang sama.
Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe bioma terestrial, ini terletak
pada beberapa tempat di bumi di mana kondisi iklim dan geologi
menghasilkan lingkungan yang mirip. Bioma hutan hujan tropis mengandung
komunitas biologi yang secara umum sama, tetapi spesiesnya tidak sama
dari satu hutan tropis ke hutan tropis yang lain. Tetapi, setiap hutan tropis
akan mengandung organisme yang secara ekologis ekuivalen, yaitu spesies
berbeda tetapi memiliki siklus hidup serupa dan cara beradaptasi yang mirip
pada kondisi lingkungan.
Penyebaran hewan dan tumbuhan yang unik pada berbagai bioma tidak
dapat hanya dijelaskan melalui faktor iklim dan zonasi lintang. Peristiwa
geologis seperti damparan kontinen dan kondisi iklim masa lalu harus
dipertimbangkan juga.

Anda mungkin juga menyukai