PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion
hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara
eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan
Denmark Soren Peder Lauritz Sorensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui singkatan
apakah p pada kata pH. Beberapa referensi mensugestikan bahwa p berasal dari Power
(daya), yang lainnya merujuk pada bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti daya dalam
bahasa Jerman). Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang
berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti logaritma negatif. Air murni
bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25oC ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH
kurang dari pada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih dari pada tujuh
dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau
industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan,
rekayasa (teknik), dan oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga
memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.
Pengaruh Umum
6,0 6,5
Keanekaragaman
plankton
dan
5,5 6,0
5,0 5,5
Alga
hijau
berfilamen
mulai
Terjadi
penurunan
kelimpahan
banyak
4,5 5,0
banyak
Konsentrasi ion H dalam air mempunyai pengaruh terhadap organisme baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ada dua hal penting mengenai pH air terhadap kehidupan organisme
dalam air, yaitu :
1. Merupakan faktor pembatas karena organisme tertentu dapat hidup dengan baik pada pH
rendah, sedang organisme yang lain hidup pada pH tinggi atau pH netral (pH 7).
2. pH sangat erat kaitannya atau merupakan petunjuk terhadap faktor kimia lainnya seperti
alkalinitas dan kesadahan.
Nilai pH pada banyak perairan alami berkisar antara 4 9, kehadiran CO 2 dan sifat basa yang
kuat dari ion natrium, kalium, dan kalsium dalam air laut cenderung mengubah keadaan ini,
sehingga air laut sedikit lebih basa berkisar antara 7,5 8,4. Sistem karbondioksida asam
karbonat bikarbonat berfungsi sebagai buffer yang dapat mempertahankan pH air laut dalam
suatu kisaran yang sempit.
BAB III
PEMBAHASAN
menyerap kesadahan. Sama fungsinya seperti daun ketapang, kayu pohon asam dan
sejenisnya.
3.4 Peningkatan pH
Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif,
melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu
kapur. Atau dengan menambahkan dekorasi berbahan dasar kapur seperti tufa, atau
pasir koral. Atau dengan melakukan penggantian air.
3.5 Pengaruh pH terhadap Air
Pada dasarnya, nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan padatan
rendah atau tinggi. pH dari air murni adalah 7. Secara umum, air dengan nilai pH
lebih rendah dari 7 dianggap asam dan nilai pH lebih dari 7 diangap basa. Nilai pH
normal untuk air permukaan biasanya antara 6,5 s/d 8,5 dan air tanah dari 6 s/d 8,5.
Tinggi atau rendahnya pH air dipengaruhi oleh senyawa atau kandungan dalam air
tersebut.
3.6 Pengaruh pH terhadap Kehidupan Organisme di Perairan
pH di perairan sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan kehidupan di
perairan. Oleh karena itu, tinggi rendahnya pH sangatlah berpengaruh terhadap
organisme di perairan, terutama ikan. Karena pH tersebut sangatlah mempengaruhi
saat ikan sedang memijah. Apabila pH optimal, maka ikan dapat berkembangbiak
dengan optimal pula. Begitu juga sebaliknya.
3.7 Keberadaan pH di Suatu Perairan
a. Laut
Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah
perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan
petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan
dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota
laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi
antara 6,0 - 8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan
biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah
kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas
primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam
air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar
toksisitas NiCN sampai 1000 kali.
b. Danau
Perairan danau nilai pH berkisar antara 6,7 8,6. Hal ini dikarenakan kedalaman
danau dangkal sehingga pH tanah sangat mempengaruhinya.
c. Waduk
Perairan waduk nilai pH berkisar antara 5,7 10,5. Hal ini dikarenakan
pengukuran pH dan konduktivitas menunjukkan bahwa penurunan pH sejalan
dengan kedalaman, diikuti kenaikan konduktivitas. Hal ini disebabkan proses
dekomposisi bahan organik menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa asam
organik yang akan menurunkan pH, dan pelepasan senyawa anorganik yang akan
memperkaya
kandungan
ion
dalam
perairan
sehingga
meningkatkan
konduktivitas.
d. Sungai
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam
dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan (Saeni, 1989). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH
dan menyukai nilai pH sekitar 7 8,5 (Effendi, 2003).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. pH adalah tingkatan yang menunjukkan asam atau basanya suatu larutan yang
diukur pada skala 0-14. Tinggi rendahnya pH dapat mempengaruhi kualitas air.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH air yaitu sinar matahari, fotosintesis, suhu,
konsentrasi gas-gas dalam air, konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat,
serta proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.
3. pH sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan organisme di perairan. Salah satu
dampak perubahan pH yaitu akan memberi dampak terhadap ikan yang akan
memijah.
4. Penanganan pH atau pengubahan nilai pH akan lebih efektif apabila alkalinitas
ditangani terlebih dahulu.
5. Penurunan pH dapat dilakukan dengan melalukan air melewati gambut (peat),
atau mengganti sebagian air dengan air yang berkesadahan rendah, air hujan atau
air yang direbus, air bebas ion, atau air suling (air destilata).
6. Menaikkan pH dapat dilakukan dengan memberikan aerasi yang intensif,
melewatkan air melewati pecahan koral, pecahan kulit kerang atau potongan batu
kapur.
7. Nilai pH menunjukkan apakah air memiliki kandungan padatan rendah atau
tinggi. Tinggi atau rendahnya pH air dipengaruhi oleh senyawa atau kandungan
dalam air tersebut.