Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan kewajiban warga negara yang menunjukan peran serta dari
seluruh
masyarakat
dalam
pembiayaan
pemerintah
untuk
menjalankan
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mekanisme pemungutan PPN?
b. Apa saja Subjek PPN?
c. Apa saja Objek PPN?
BAB II
Pajak Pertambahan Nilai
Page 1
PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pemungutan PPN
Secara umum, mekanisme pemungutan PPN adalah rekanan menerbitkan
faktur pajak dan membuat SSP atas setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
Pemungut PPN. Selanjutnya Pemungut PPN berkewajiban menyetorkan PPN
yang dipungut ke kas negara dan kemudian melaporkan PPN yang dipungutnya.
Rekanan menerima faktur pajak dan SSP sebagai bukti pemungutan PPN. Adapun
mekanisme pemungutan PPN untuk masing-masing Pemungut adalah sebagai
berikut:
1. Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
Mekanisme pemungutan PPN untuk Bendaharawan Pemerintah dan KPPN
adalah sebagai berikut:
1. PKP rekanan Pemerintah membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat
menyampaikan tagihan kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN
baik untuk sebagian maupun seluruh pembayaran.
2. Rekanan menerbitkan faktur pajak dengan kode transaksi 02.
3. Apabila pembayaran diterima sebelum penagihan atau sebelum
penyerahan BKP dan/atau JKP, Faktur Pajak wajib diterbitkan pada saat
pembayaran diterima.
4. Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran
PPN dan atau PPnBM.
5. Apabila penyerahan BKP tersebut terutang PPnBM maka PKP rekanan
Pemerintah mencantumkan jumlah PPnBM yang terutang pada Faktur
Pajak.
6. Faktur Pajak dibuat dalam rangkap tiga :
1. Lembar ke-1 (Untuk Bendahara),
2. Lembar ke-2 (Untuk arsip PKP Rekanan Pemerintah),
3. Lembar ke-3 (Untuk KPP melalui Bendahara Pemerintah)
7. Rekanan mengisi SSP dengan membubuhkan NPWP dan identitas PKP
Rekanan Pemerintah yang bersangkutan, tetapi penandatanganan SSP
dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah atau KPKN sebagai penyetor
atas nama PKP Rekanan Pemerintah.
8. Pada lembar Faktur Pajak oleh Bendaharawan Pemerintah yang
melakukan pemungut wajib dibubuhi cap "Disetor tanggal ..............."
dan ditandatangani oleh Bendaharawan Pemerintah.
Page 2
kesatu
untuk
Kontraktor
atau
Pemegang
Kuasa/Pemegang Izin;
Pajak Pertambahan Nilai
Page 3
ketiga
untuk
Kontraktor
atau
Pemegang
cap
"Disetor
Tanggal
.............."
dan
menandatanganinya.
5. Dalam hal penyerahan BKP selain terutang PPN juga terutang
PPnBM, maka Rekanan harus mencantumkan juga jumlah
PPnBM yang terutang pada Faktur Pajak.
2. Ketentuan Terkait SSP
1. SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan,
tetapi penandatanganan SSP dilakukan oleh Kontraktor atau
Pemegang Kuasa/Pemegang Izin sebagai penyetor atas nama
Rekanan.
2. SSP dibuat dalam rangkap 5 (lima) dengan peruntukkan sebagai
berikut:
lembar kesatu untuk Rekanan;
lembar kedua untuk KPPN melalui Bank Persepsi atau
Kantor Pos;
lembar ketiga untuk Rekanan yang dilampirkan pada
SPT Masa PPN;
lembar keempat untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos;
dan
lembar
kelima
untuk
Kontraktor
atau
Pemegang
Badan Usaha Milik Negara Mekanisme pemungutan PPN untuk BUMN adalah
sebagai berikut: Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP atas setiap
penyerahan BKP dan/atau JKP kepada BUMN
1. Terkait Pembuatan dan Pengisian Faktur Pajak
1. Faktur Pajak harus dibuat pada saat pemungutan.
2. Faktur Pajak dibuat dalam rangkap 2 (dua): lembar kesatu untuk
BUMN, dan lembar kedua untuk Rekanan
Page 4
wajib
membubuhkan
cap
"Disetor
Page 5
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Minyak mentah.
Gas bumi
Pasir dan kerikil
Batubara sebelum diproses menjadi briket batu bara
Bijih besi, bijih timah, bijIh emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak
Barang hasil pertambangan dan pengeboran lainya yang diambil langsung
dari sumbernya.
b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu
sebagai berikut:
1. Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras ketan
hitam atau beras ketan putih dalam bentuk:
a. Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih;
b. Digiling
c. Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan
maupun tidak,; beras pecah;
d. Menir (groats) dari beras
2. Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning,
jagung kuning kemerahan atau popcorn (jagung brondong), dalam bentuk:
a. Jagung yang telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan biji
jagung/jagung pipilan;
b. Menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.
c. Sagu,
d. Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu
3. Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning atau
kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh.
Page 6
kesehatan, laboratorium
Undang-Undang
PPN,
yang
dalam
kegiatan
usaha
atau
Page 7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) lebih menunjukan sebagai identitas dari
suatu sistem pemungutan pajak atas konsumsi daripada nama suatu jenis pajak,
mengenakan pajak atas nilai tambah yang timbul pada barang atau jasa tertentu
yang dikonsumsi. Namun sebelum barang atau jasa tersebut sampai pada tingkat
konsumen, PPN telah dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun
jalur distribusi.
Daftar Pustaka
http://www.pajak.go.id/content/252221-mekanisme-pemungutan-ppn
http://phnharapan.blogspot.co.id/2015/05/makalah-pajak-pertambahan-nilai.html
http://riaviinola.blogspot.co.id/2015/12/makalah-ppn-ppnbm.html
Page 8
Page 9