Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FISIKA BANGUNAN 1

RANGKUMAN SNI 03-6575-2001

Disusun Oleh :
Afifah Ulya Wijatmiko 21020115140133

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

TATA CARA PERANCANGAN SISTEM


PENCAHAYAAN BUATAN PADA
BANGUNAN GEDUNG

Hal Pokok

Ruang Lingkup

Acuan
Istilah & Definisi
Kriteria
Perancangan

ACUAN

Pemilihan Peralatan

KRITERIA
PERANCANGAN

Pengujian

1. Tingkat Pencahayaan
2. Kebutuhan Daya
3. Distribusi Luminansi
4. Kualitas Warna Cahaya
5. Cahaya
PENGUJIAN,

1. PENGOPERASIAN
Pengujian
&
2. Pengoperasian
PEMELIHARAAN
3. Pemeliharaan

Ruang Lingkup
Sistem pencahayaan buatan digunakan sebagai pegangan bagi para
perancang dan pelaksana dalam pembangunan gedung, dan harus sesuai
memenuhi ketentuan sebuah bangunan dalam hal kesehatan, kenyamanan
dan ketentuan lainnya.
a.
b.
c.
d.

Petunjuk teknis ini mengacu pada :


National Electric Code (NEC).
Illuminating Engineering Society (IES).
International Electrotechnical Commission (IEC).
Australian Standard.

Kriteria Perancangan

1. Tingkat Pencahayaan
Beberapa cara perhitungan :
a.
b.
c.
d.
e.

Tingkat Pencahayaan Rata-rata.


Koefisien Pengguna.
Koefisien Depresiasi (penyusutan).
Jumlah armature untuk meningkatkan pencahayaan.
Tingat pencahayaan oleh komponen cahaya langsung.

2. Sistem Pencahayaan
a. Pencahayaan merata.
b. Pencahayaan setempat.
c. Pencahayaan gabungan (merata dan setempat).
3. Kebutuhan Daya
Daya listrik yang dibutuhkan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan ratarata tertentu dapat dihitung dengan menggunakan sebuah persamaan yang
digunakan untuk menghitung armature.
4. Distribusi Luminansi
Luminansi permukaan dinding tergantung pada luminansi obyek dan tingkat
pencahayaan merata di dalam ruangan. Untuk tingkat pencahayaan ruangan
antara 500 ~ 2000 lux, maka luminansi dinding yang optimum adalah 100
kandela/m2.
Luminansi langit-langit adalah fungsi dari luminansi armature.
Luminansi bidang kerja sebaikan sekeliling bidang kerja harus lebih rendah
dari luminansi bidang kerjanya, tetapi tidak kurang dari sepertiganya.
5. Kualitas Warna Cahaya

Kualitas warna suatu lampu mempunyai dua karakteristik yang berbeda


sifatnya, yaitu :
a). Tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warna.
b). Renderasi warna yang dapat mempengaruhi penampilan obyek yang
diberikan cahaya suatu lampu.
Secara umum, semakin tinggi tingkat pencahayaan yang diperlukan, makin
sejuk tampak warna yang dipilih sehingga tercipta pencahayaan yang
nyaman.

6. Silau
Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari interior jauh melebihi
kecerahan dari interior tersebut pada umumnya. Sumber silau yang paling
umum adalah kecerahan yang berlebihan
Ada dua macam silau, yaitu disability glare yang dapat mengurangi
kemampuan melihat,
dan discomfort glare yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan penglihatan.

7. Pemilihan Peralatan
7.1 Lampu
Dalam pemilihan lampu ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tampak
warna yang dinyatakan dalam temperatur warna dan efek warna yang
dinyatakan dalam indeks renderasi warna.
a.
b.
c.
d.

Di bawah ini merupakan beberapa contoh kualitas warna cahaya :


Spektrum Cahaya.
Efisiensi Lampu.
Umur Lampu dan Depresiasi.
Jenis Lampu.

8. Komponen Listrik dalam Amateur


a. Starter
Fungsi : Starter diperlukan untuk pemanasan awal/preheat dari
elektroda lampu dan memberikan tegangan puncak yang tinggi sehingga
cukup untuk memicu pelepasan elektron di dalam lampu.
Jenis Starter
Glow Switch starter dan Starter elektronik.
b. Kapasitor

Instalasi :
1). Kapasitor parallel kompensasi, digunakan untuk memperbaiki faktor
daya dan dipasang paralel terhadap jaringan listrik.
2). Kapasitor seri dalam rangkaian kapasitif atau sirkit ganda.
Jenis kapasitor
1). Jenis basah (wet).
Kapasitor bentuk basah yang tersedia saat ini adalah jenis Non PCB
oil yang dilengkapi dengan pemutus internal untuk menjaga bila terjadi
kegagalan sehingga tidak mengakibatkan kapasitor menjadi pecah atau
kebocoran minyak.
2). Jenis kering (dry).
Kapasitor jenis kering yang tersedia saat ini adalah kapasitor film
metal. Kapasitor ini relatif baru digunakan dalam industri perlampuan dan
belum tersedia dalam berbagai aplikasi. Kapasitor kering tidak
direkomendasikan pada pemakaian instalasi seri karena kerugian dayanya
tinggi.
c. Balast
Fungsi

: sebagai komponen pembatas arus.

Jenis Balast
1). Balast resistor. Pada kondisi kerja yang stabil, balast ini memerlukan
pasokan tegangan dua kali lebih besar dari kebutuhan tegangan lampu.
Hal ini berarti 50% daya listrik diboroskan oleh balast dan akhirnya
penggunaannya menjadi tidak ekonomis.
2). Balast induktif atau choke.
Balast induktif (choke) terdiri dari sejumlah lilitan kawat tembaga pada
inti besi yang dilaminasi, bekerjanya dengan prinsip induktansi sendiri.
d. Armatur
Fungsi : armatur adalah rumah lampu yang digunakan untuk
mengendalikan dan mendistribusikan cahaya yang dipancarkan oleh
lampu yang dipasang didalamnya, dilengkapi dengan peralatan untuk
melindungi lampu dan peralatan pengendalian listrik.
9. Pengujian, Pengoperasian dan Pemeliharaan
Pengujian :
Pengujian kinerja sistem pencahayaan dimaksudkan untuk mengetahui
dan atau menilai kondisi suatu sistem pencahayaan apakah masih, sudah
atau belum memenuhi standar atau ketentuan pencahayaan yang berlaku.
Pengujian dimaksudkan untuk memeriksa, mengamati dan mengukur :
a) Tingkat pencahayaan (Lux).
b) Indeks kesilauan.

Pengoperasian :
a. Penempatan Alat Kendali
1. Semua alat pengendali pencahayaan harus ditempatkan pada tempat
yang mudah dilihat dan dijangkau.
2. Sakelar yang melayani meja/tempat kerja, bila mudah dijangkau
merupakan bagian armatur yang digunakan untuk menerangi meja/tempat
kerja tersebut.
3. Sakelar yang mengendalikan sistem pencahayaan pada lebih dari satu
lokasi tidak boleh dihitung sebagai tambahan jumlah sakelar pengendali.
4. Setiap ruangan yang terbentuk karena pemasangan partisi harus
dilengkapi sedikitnya satu sakelar ON/OFF.
5. Ruangan dengan luas maksimum 30 m2 harus dilengkapi dengan satu
sakelar untuk satu macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan.
6. Setiap sakelar maksimum melayani total beban daya sebagaimana
dianjurkan pada PUIL edisi terakhir.
b. Pengendalian Sistem Pencahayaan
1. Semua sistem pencahayaan bangunan harus dapat dikendalikan secara
manual atau otomatis kecuali yang terhubung dengan sistem darurat.
2. Pencahayaan luar bangunan dengan waktu pengoperasian terus menerus
kurang dari 24 jam, sebaiknya dapat dikendalikan secara otomatis dengan
timer, photocell, atau gabungan keduanya.
3. Armatur-armatur yang letaknya paralel terhadap dinding luar pada arah
datangnya cahaya alami dan menggunakan sakelar otomatis atau sakelar
terkendali harus juga dapat dimatikan dan dihidupkan secara manual.
4. Daerah dimana pencahayaan alami tersedia dengan cukup, sebaiknya
dilengkapi dengan sakelar pengendali otomatis yang dapat mengatur
penyalaan lampu sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dirancang.
Pemeliharaan :
Pemeliharaan terhadap sistem pencahayaan dimaksudkan untuk menjaga
agar kinerja sistem selalu berada pada batas-batas yang ditetapkan sesuai
perancangan, dan untuk memperoleh kenyamanan.
a. Penurunan Fluks Luminus
Ada dua faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan waktu
penggantian lampu yaitu ; penurunan fluks luminus lampu dan probabilitas
putusnya lampu.
b. Penurunan Kinerja Armatur
Kinerja armatur berangsur-angsur menurun dengan bertambahnya waktu.
Hal ini disebabkan oleh :
1. Akumulasi debu atau kotoran lain pada permukaan refraktor maupun
reflektor, dan
2. Perubahan warna pada kedua permukaan tersebut akibat
bertambahnya umur, karena radiasi cahaya lampu atau korosi.

c. Pemeliharaan Permukaan-permukaan Ruangan


Lapisan debu dan kotoran yang menempel pada seluruh permukaan
ruangan (dan kaca) akan mengurangi faktor refleksi (dan transmisi)
cahaya yang berarti akan menurunkan tingkat pencahayaan di dalam
ruangan tersebut.
Kecepatan penurunan faktor refleksi (dan faktor transmisi) bervariasi
bergantung pada :
1. Tekstur Permukaan.
2. Kemiringan Permukaan.
3. Lokasi bangunan dan kegiatan.
4. Pengaruh kondisi lingkungan.
5. Jadwal pembersihan dan renovasi.

Anda mungkin juga menyukai