Sabu NNN
Sabu NNN
PENDAHULUAN
A.
Sejarah Sabun
Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman prasejarah. Sejak air menjadi
bagian yang penting untuk kehidupan, orang pertama yang hidup di dekat air dan
tahu sesuatu apa itu properti kebersihan dan sedikitnya bagaimana cara membilas
lumpur dari tangan mereka. Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung saat
penggalian
di
Babilonia
Kuno
bahwa
adalah
tahun
lemak
2800
direbus
fakta
SM.
dengan
di
tabung
yang
mana
merupakan metoda pembuatan sabun, tetapi bukan mengenai kegunaan sabun itu.
Beberapa catatan memperlihatkan bahwa orang Mesir Kuno mandi dengan
cara biasa. Berdasarkan dokumen kesehatan sekitar tahun 1500 SM, Papirus
Ebermen deskripsikan kombinasi minyak hewani dan nabati dengan garam alkali
untuk membuat bahan sejenis sabun untuk menyembuhkan penyakit kulit juga untuk
membersihkan.
Di waktu yang sama, Musa memberi orang Israel peraturan perintah
kebersihan pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan dengan kesehatan dan
penyucian agama. Laporan Injil menyatakan bahwa orang Israel tahu bahwa
campuran abu dan produk minyak adalah jenis dari gel rambut.
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya tidak
menggunakan
membersihkan
tubuh
mereka
dengan
batangan lilin, pasir, batu apung dan abu juga membaluri tubuh dengan minyak,
menggosok tubuh dengan peralatan metal yang disebut strigil, selain itu mereka juga
menggunakan minyak dan abu.
Nama sabun didapatkan diantara legenda Romawi Kuno dari Gunung
Sapodimana binatang dikorbankan. Hujan membuat terbentuknya campuran lemak
dari hewan mencair atau lemak dan abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang
Sungai Tiber. Para wanita menemukan bahwa campuran tersebut membantu mereka
dalam membersihkan sesuatu.
Ketika peradaban Romawi maju kegiatan mandi mulai dikenal. Tempat mandi
perama orang Romawi terkenal dengan terdapatnya saluran air, yang dibangun
sekitar tahun 312 SM. Mandi dianggap sangat mewah, dan mandi menjadi populer.
Di abad-ke 2 Masehi, dokter Yunani Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan
dan sebagai pembersih.
Pembuatan sabun komersial di Amerika dimulai pada tahun 1608 dengan
datangnya beberapa pembuat sabun di kapal kedua dari Inggris untuk mencapai
Jamestown, Virginia. Bagaimanapun, untuk beberapa tahun pembuatan sabun pada
dasarnya menjadi pekerjaan rumah tangga.
Di Zaman Modern atau Zaman Sekarang
Bahan dasar kimia dari manufaktur sabun masih sama sampai tahun 1916,
ketika deterjen sintetik pertama berkembang di Jerman pada Perang Dunia I
berkaitan dengan berkurangnya lemak untuk membuat sabun. Sekarang diketahui
bahwa deterjen sintetis adalah pembersih non-sabun. Penjelajahan dari deterjen
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan alat kebersihan, tidak seperti sabun, deterjen
tidak dikombinasi dengan garam mineral di air untuk membentuk sesuatu yang tidak
dapat dipecahkan yang diketahui itu adalah busa sabun.
Sejak prestasi di deterjen dan bahan kimia meningkat, aktivitas produk baru
memiliki lanjutan yang berfokus pada pembuatan produk pembersih praktis
dan mudah untuk digunakan, yang aman bagi konsumen dan lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengenalan Sabun
Sabun
merupakan
monocarboxylic yang
bahan
panjang.
logam
Larutan
alkali
alkali
dengan
yang
rantai
digunakan
asam
dalam
pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa
digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaoH) dan alkali yang
biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak
ataupun zat pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak
minyak dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan
dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis
danbentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun
mandi,sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga
sabun yang digunakan dalam industri.
Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai
dengan sifat dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik
yang menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen
perlu memperhatikan
kualitas
sabun
dengan
teliti
sebelum
membeli
dan
menggunakannya.
Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12 C18
Jika : < C 12 : Iritasi pada kulit
> C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai campuran)
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, gliserin,
garam dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat
digunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe
ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam
karboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti
minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahanpendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak
dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan
untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik.
Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
B.
bubuk
dapat
diproduksi
melalui dry-mixing.
Sabun
bubuk
C.
penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai
yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan
sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan di atas, faktor ekonomis,
dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun terbatas.
Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya
lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga
sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur
tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak :
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam proses pembuatan sabun
harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti: kelayakan ekonomi, spesifikasi produk
(sabun tidak mudah teroksidasi, mudah berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.
Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun
di antaranya :
a. Tallow. Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri
pengolahan daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna,
titer (temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan
saponifikasi, dan bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan
dalam pembuatan sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam
pembuatan sabun cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak
terdapat dalam tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada
tallow umumnya di atas 40C. Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal dengan
nama grease.
b. Lard. Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asam lemak
tak jenuh seperti oleat (60 - 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 - 40%).
Jika digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih
dahulu untuk mengurangi ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard
berwarna putih dan mudah berbusa.
c. Palm Oil (minyak kelapa sawit). Minyak kelapa sawit umumnya digunakan
sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah
kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerahan karena adanya
kandungan zat warna karotenoid sehingga jika akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih dahulu. Sabun yang terbuat dari 100%
minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus
dicampur dengan bahan lainnya.
d. Coconut Oil (minyak kelapa). Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang
sering digunakan dalam industri pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning
pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak
kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat,
sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik.
Minyak kelapa juga memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
e. Palm Kernel Oil (minyak inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh
dari biji kelapa sawit. Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip
dengan minyak kelapa sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam
lemak rantai pendek lebih rendah dari pada minyak kelapa.
f. Palm Oil Stearine (minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak
yang dihasilkan dari ekstraksi asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut
aseton dan heksana. Kandungan asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah
stearin.
g. Marine Oil. Marine oil berasal dari mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus
dihidrogenasi parsial terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan baku.
h. Castor Oil (minyak jarak). Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan
untuk membuat sabun transparan.
i. Olive oil (minyak zaitun). Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun.
Minyak zaitun dengan kualitas tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang
berasal dari minyak zaitun memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
j. Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun
yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering
dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak
kelapa memiliki kandungan asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat
sabun mudah larut dan berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari
tallow akan memperkeras struktur sabun.
Bahan Baku Utama : Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan
soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak digunakan
dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair
karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium karbonat)
merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak
dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa
tersebutdapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan
kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan
sifatmudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun
industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang
berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan
sabun dengankeunggulan tertentu.
D.
NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang
terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang
digunakan umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami
pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan
mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh
sabun yang berkualitas.
b.
Bahan Aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
mineral mineral yang terlarut pada air, sehingga bahan bahan lain yang berfungsi
untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan dapat berkonsentrasi pada fungsi
utamanya. Builder juga membantu menciptakan kondisi keasaman yang tepat agar
proses pembersihan dapat berlangsung lebih baik serta membantu mendispersikan
dan mensuspensikan kotoran yang telah lepas. Yang sering digunakan sebagai builder
adalah senyawa senyawa kompleks fosfat, natrium sitrat, natrium karbonat, natrium
silikat atau zeolit.
d.
Pewarna
Bahan ini berfungsi untuk memberikan warna kepada sabun. Ini ditujukan
agar memberikan efek yang menarik bagi konsumen untuk mencoba sabun ataupun
membeli sabun dengan warna yang menarik. Biasanya warna warna sabun itu terdiri
dari warna merah, putih, hijau maupun orange.
f.
Parfum
Parfum termasuk bahan pendukung. Keberadaaan parfum memegang peranan
besar dalam hal keterkaitan konsumen akan produk sabun. Artinya, walaupun secara
kualitas sabun yang ditawarkan bagus, tetapi bila salah memberi parfum akan
berakibat fatal dalam penjualannya. Parfum untuk sabun berbentuk cairan berwarna
kekuning kuningan dengan berat jenis 0,9. Dalam perhitungan, berat parfum dalam
gram (g) dapat dikonversikan ke mililiter. Sebagai patokan 1 g parfum = 1,1ml. Pada
dasarnya, jenis parfum untuk sabun dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu parfum
umum dan parfum ekslusif. Parfum umum mempunyai aroma yang sudah dikenal
umum di masyarakat seperti aroma mawar dan aroma kenanga. Pada umumnya,
produsen sabun menggunakan jenis parfum yang ekslusif. Artinya, aroma dari
parfum tersebut sangat khas dan tidak ada produsen lain yang menggunakannya.
Kekhasan parfum ekslusif ini diimbangi dengan harganya yang lebih mahal dari jenis
parfum umum. Beberapa nama parfum yang digunakan dalam pembuatan
sabun diantaranya bouquct deep water, alpine, dan spring flower.
E.
Metode Batch
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau
KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam
ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengaundung garam,
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses
penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan
gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali-kali.
Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran
halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung.
Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun
industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu
apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk
mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi,
sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya).
b.
Metoda Kontinu
Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau minyak
hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti
sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung
reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang
berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan
alkali untuk menjadi sabun.
11
3RCOONa+Gliserin
NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/
MV(KOH)
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul
Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk
memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave,
yangt beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi reaksi.
Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur campuran
tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke separator statis
untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang digunakan.
Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk
memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator
sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 %
TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun
dalam bentuk butiran (78-83 % TFM) yang siap untuk diproses menjadi produk
akhir.
2. Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)
yang umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun
dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran atau
12
lempengan. Jenis jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem,
semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vakum
spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat
exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar
pipa.
Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang
vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang
mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer mulai
memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien
dari pada dryer sistem tunggal.
3. Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH
RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam
lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk
menetralisasi 1 gram asam lemak.
Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih
dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut mengawali
pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian pada tahap ini,
kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga
netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu pengukuran
potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan dengan
vakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah
menjadi sabun batangan.
13
4.
Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan
dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalam ixer (analgamator).
Campuran sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran
tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan
ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun
tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan
menjadi sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses
pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap
akhir.
Formula yang perlu dihindari dari sebatang sabun :
penyebab jerawat.
SLS dalam jumlah 2% hingga 5% dapat menyebabkan iritasi atau
menimbulkan reaksi sensitisasi pada banyak orang.
G.
seperti kartu undangan dan kotak pembungkus kado. Untuk memunculkan aroma
tersebut, mereka ternyata menggunakan bahan dasar dari limbah sabun atau shampo
yang biasa kita gunakan sehari hari. Kita juga bisa mendapatkan limbah yang telah
dipadatkan dari pabrik pembuat sabun. Cara untuk membuat kertas daur ulang wangi
tersebut cukup mudah dan bisa dilakukan di rumah. Semua jenis kertas bisa diolah
kembali seperti kertas koran atau bekas tugas sekolah. Kertas kemudian dirobek
14
dengan ukuran sekitar satu sampai dua sentimeter persegi dan direndam selama
sehari. Kertas yang direndam tersebut kemudian dicampurkan dengan limbah sabun
yang kita dapatkan. Kertas kemudian di-blender sampai berupa bubur dan dicampur
dengan lem kayu. Lem ini berfungsi untuk merekatkan struktur bubur kertas. Setelah
itu adonan kemudian dicetak dengan menggunakan alat sablon. Adonan kemudian
ditutup dengan kain goni dan disaring air yang tersisa. Setelah itu, kertas pun
dikeringkan di bawah sinar matahari selama setengah hari. Daur ulang kertas wangi
ini bermanfaat mengurangi limbah sabun yang tidak bisa diuraikan oleh bakteri.
b.
15
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalah tentang proses pembuatan sabun ini
adalah sebagai berikut :
1. Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic
yang panjang.
2. Macam-macam sabun diantaranya shaving cream, sabun cair, sabun kesehatan,
sabun chip, sabun bubuk untuk mencuci. Dan berdasarkan ion yang
dikandungnya sabun dibedakan atas kationik sabun, anionik sabun, dan non
ionik sabun.
3. Bahan baku utama pembuatan sabun adalah minyak/ lemak dan alkali.
4. Tahap tahap proses pembuatan sabun ada 4 yaitu, saponifikasi lemak netral,
pengeringan, netralisasi asam lemak, dan penyempurnaan sabun.
5. Limbah sabun memiliki manfaat di antaranya sebai bahan pembuatan kertas
wangi dan bahan sabun colek.
B.
Saran
Makalah tentang proses pembuatan sabun ini belum sepenuhnya sempurna,
untuk itu perlu adanya tambahan referensi lain untuk mendapatkan informasi yang
lebih lengkap bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
16
http://madja.wordpress.com/2007/12/20/primsip-proses-produksi-sabun/
http://putraindonesiamalang.or.id/
http://www.klipingku.com/
http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-pembuatan-sabun/
http://chem-is-try.org//sabun-detergen/
www.wikipedia.org/wiki/sabun
www.4libraries.com/pour-mencair-dan-pembuatan-sabun
www.majarimagazine.com/sabun/
17