BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota
masyarakat lain atau pemakai bahasa itu. Bahasa berarti berisi pikiran, keinginan, atau perasaan
yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat
mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat
diterima oleh pendengar atau pembaca. Sedangkan kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan yangmengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat
diucapkan dengan suara naik turun, keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda
titik (.), tanda Tanya(?), dan tanda seru (!). Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik
disebut kalimat
lefektif.
1
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan kepada pembaca seperti yang
ingin disampaikan oleh penulis (Chaer, 2012).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai
bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud
kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah
penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
1.4
TUJUAN PEMBAHASAN
Mengetahui pengertian kalimat efektif
Mengetahui unsur unsur kalimat efektif
Mengetahui ciri ciri kalimat efektif
Mengetahui syarat mendasari kalimat efektif
Mengethui struktur kalimat efektif
MANFAAT PEMBAHASAN
1.
Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat
2.
efektif.
Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), suatu hal, suatu
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek dalam kalimat merupakan unsur
inti atau pokok pembicaraan, sebagai contoh
a.
b.
c.
d.
2. Predikat (P)
Predikat dalam kalimat adalah kata yang berfungsi yang memberitahukan apa, mengapa,
atau bagaimana subjek itu. Predikat memiliki karakter yang tidak sama dengan subjek. Akan
tetapi, sesungguhnya sebuah subjek menjadi jelas juga karena ada predikatnya. Dengan
5
demikian dpat dikatakan bahwa subjek dan predikat kalimat itu sama sama menjadi unur
pokok dalam kalimat.
Cara yang mudah mengidentifikasi predikat kalimat adalah dengan menggunakan dnegan
formula pertayaan bagaimana atau mengapa.
Contoh :
a. Vendi menangis tersedu sedu
Predikat dalam kalimt diatas adalah menangis tersedu sedu karena unsure itu
memberikan jawaban atas pertayaan bagaimana Vendi atau mengapa Vendi
Predikat kalimat juga dapat di identifikasi dengan cara mencari kata adalah atau
ialah didalamnya. Lazimnya kata adalah atau ialah digunakan sebagai predikat
pada kalimat nominal. Adapun maksud dengan kalimt nominl adalah kalimat yang
predikatnya bukan verba atau kata kerja. Contohnya
b. Jumlah korban gempa Sumatra adalah sekitas seribu orang.
Pada kalimat yang tidak memiliki verba sebagai predikat seperti di atas itu,kat
adalah berfungsi sebagai predikatnya.
Cara lain untuk menentukan predikat yaitu dengan cara menegasikannya. Predikat
kalimt yang berupa kata kerja dan kata sifat dapat dinegasikan dengan kata tidak.
Akan tetapi, jika predikat kalimat itu nomina atau kata benda, penegasian itu
dilakukan dengan menggunakan bukan. Contohnya:
c. Di kampus itu tidak dikenal lagi kecurangan yang berupa penyontekan.
d. Dia bukan mahasiswa kampus itu lagi sejak 2009.
3. Objek (O)
Objek (O) kalimat hanya dimungkinkan hadir apabila predikat kalimat tersebut merupakan
verba atau kata kerja yang sifatnya aktif transitif.
Dengan demikian objek kalimat itu tidak akan hadir dalam kalimat apabila :
a. Tidak terdapat dalam kalimat pasif.
b. Kalimat itu merupakan kalimat dengan verba aktif transitif.
Jadi objek kalimat itu mutlak hadir pada kalimat yang memiliki verba aktif trasitif, lazimnya
berawalan me-, ber- dan ke-an. Hampir pasti tidak menuntut kehadiran objek. Contoh:
a. Randi mendapat hadiah
6
Unsure hadiahpada kalimat diatas itu adalah objeknya. Alasannya, dia hadir setelah
verba berawalan me-jadi, verba itu bersifat aktif transitif. Tetapi pada kalimt beikut ini
objek kalimat itu tidak dapat ditemukan. Alasannya, di dalam kalimat kalimat berikut
ini tidak terkandung verba aktiftransitifnya. Contoh :
b. Randi dilahirkan di Yogyakarta.
c. Bukunya bernilai sangat tinggi.
d. Anak kecil itu tidak pernah kehilangan akal.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap sering dikacaukan pemahamannya dengan objek kalimat. Dalam kalimat pasif,
pelengkap tidak dapat menempati fungsi subjek. Pada posisi yang sama, objek dapat
menempatinya. Maka, inilh sesungguhnya perbedaan mendasar antara objek dan pelengkap.
Selain perbedaan mendasar itu, memang terdapat kesamaan antara objek kalimt dan
pelengkap. Kesamaan itu adalah bahwa (1) dua-duanya harus hadir untuk melengkapi kata
kerja dalam kalimat, (2) dua-duanya tidak dapat diawali oleh preposisi atau kata depan, dan (3)
dua-duanya menempati posisi dibelakang kalimat.
Berkenaan dengan hal tersebut, kalimat-kalimat berikut dapat dipertimbangkan.
(1) Ibu memberi saya baju baru.
(2) Ayah membelikn saya baju baru
Pada kedua kalimat diatas tampak jelas bahwa bentuk baju baru adalah pelengkap kalimat
tersebut. Akan tetapi, pada kedua kalimat berikut ini, bentuk kebahasaan yang baru ternyata
dapat memiliki fungsi yang tidak sama.
(3) Vendi berjualan buku cerita
(4) Vendi menjual buku cerita
Nah, disinilah kelihatan perbedaan antara objek dan pelengkap didalam kalimat. Pada
kalimat (3) bentuk buku cerita adalah pelengkap. Sebaliknya didalam kalimat (4) bentuk
buku cerita adlah objek kalimat.
Ciri lain yang juga menunjukkan bahwa bentuk kebahasaan itu adalah sebuh
pelengkap, bukan objek kalimt adalah bahwa verba yang didahuluinya merupakan verba
yang berawalan ber- seperti berjualan, selain itu, bentuk-bentuk berfiks ke-an seperti
kehilangan, kedatangan, kemasukan, kecopetan, juga selalu diikuti oleh pelengkap.
7
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah unsure kalimat yang sifatnya tidak wajib hadir. Berbeda dengan
subjek, predikat, objek, dan pelengkap yang siftnya wajib hadir. Fungsi dari keterangan di
dalam kalimat adalah untuk menambahkan informasi pada kalimat itu. Informasi yang hendak
ditambahkan itu adalah tempat, waktu, cara, syarat, sebab, tujuan, dan sebagainya.
Ciri yang membedakan antara keterangan dengan unsur kalimat yang lain yaitu :
1. Keterangan didahului atau diawali oleh preposisi atau kata depan. Kalau subjek,
predikat, objek, dan pelengkap kalimat itu dilarang keras diawali oleh preposisi,
2. Keterangan itu tidak terikat posisi. Keterangan dapat berada di depan kalimat, di akhir
kalimat, bahkan di tengah kalimat, dengan kata lain posisi dari keterangan itu lebih
bebas, tidak terikat.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No
Jenis keterangan
Posisi/penghubung
Contoh pemakaian
Tempat
Di
Di kamar, di kota
Ke
Ke Surabaya, ke rumahnya
Dari
Pada
Pada permukaan
Sekarang, kemarin
Pada
Dalam
Se-
Sepulang kantor
Sebelum
Sebelum mandi
.
1.
2.
Waktu
10
Sesudah
Sesudah makan
Selama
Selama bekerja
sepanjang
Sepanjang perjalanan
3.
Alat
Dengan
4.
Tujuan
Supaya/agar
Untuk
Untuk kemerdekaan
Bagi
Demi
Secara
Secara hati-hati
Dengan cara
Dengan jalan
5.
Cara
6.
Kesalingan
7.
Similatif
Seperti
Seperti angin
Bagaikan
Laksana
Karena
Sebab
Sebab kegagalannya
Dengan
Dengan adiknya
Bersama
Beserta
Beserta saudaranya
8.
9.
Penyebab
Penyerta
11
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak tujuh syarat
berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan
yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:
I.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan
pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
11
12
II.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
III.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor
Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah
kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
12
13
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
13
14
IV.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu.
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang
penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
14
15
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk
penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini
mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata bahasa.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran
ganda.Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
a.
16
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur
meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari
kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
16
17
17
18
18
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat
sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
2. Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan
keterangan (Ket).
3. Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan,
kepaduan, kelogisan.
3.2 SARAN
1) Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa indnesia
yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi
komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2) Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi
kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3) Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
19
20
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
Sarwoko, tri adi.2007.inilah bahasa Indonesia jurnalistik. Yogyakarta:ANDI
21