Anda di halaman 1dari 12

1.

Jelaskan secara ringkas anatomi servical


a. Servikal I-VII
Vertebra servikal I juga disebut atlas, pada dasarnya berbeda dengan lainnya karena tidak
mempunyai corpus vertebra oleh karena pada atlas dilukiskan adanya arcus anterior terdapat
permukaan sendi, fovea, vertebralis, berjalan melalui arcus posterior untuk lewatan arcus
posterior untuk lewatnya arteri vertebralis.
Vertebra servikal II juga disebut aksis, berbeda dengan vertebra servikal ke-3 sampai ke-6
karena adanya dens atau processus odontoid. Pada permukaan cranial corpus aksis memiliki
tonjolan seperti gigi, dens yang ujungnya bulat, aspek dentis.
Vertebra servikal III-V processus spinosus bercabang dua. Foramen transversarium
membagi processus transversus menjadi tuberculum anterior dan posterior. Lateral foramen
transversarium terdapat sulcus nervi spinalis, didahului oleh nervi spinalis.
Vertebra servikal VI perbedaan dengan vertebra servikal I sampai dengan servikal V
adalah tuberculum caroticum, karena dekat dengan arteri carotico.
Vertebra servikal VII merupakan processus spinosus yang besar, yang biasanya dapat
diraba sebagai processus spinosus columna vertebralis yang tertinggi, oleh karena itu
dinamakan vertebra prominens (Syaifuddin, 2003).

Vertebra Servikal I-VII

b. Ligamentum

Ligamentum adalah pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk mengikat serta
menyatukan tulang atau bagian lain atau untuk menyangga suatu organ (Snell, 2006).
1) Ligamentum longitudinal anterior
Ligamentum longitudinal anterior merupakan suatu serabut yang membentuk pita
lebar dan tebal serta kuat, yang melekat pada bagian corpus vertebra, dimulai dari
sebelah anterior corpus vertebrae cervicalis II (yang meluas ke kepala pada os
occipital pars basilaris dan tuberculum anterior atlantis) dan memanjang ke bawah
sampai bagian atas depan fascies pelvina os sacrum. Ligamen longitudinal anterior ini
lebih tebal pada bagian depan corpus karena mengisi kecekungan corpus. Ligamen
longitudinal anterior ini berfungsi untuk membatasi gerakan extensi columna
vertebralis. Dimana daerah lumbal akibat berat tubuh akan mengalami penambahan
lengkungan pada vertebra columna didaerah lumbal.

Ligamentum Longitudinal Anterior


2) Ligamentum longitudinal posterior
Ligamentum longitudinal posterior berada pada permukaan posterior corpus
vertebrae sehingga dia berada di sebelah depan canalis vertebralis. Ligamentum ini
melekat pada corpus vertebra servikal II dan memanjang kebawah os sacrum.
Ligamentum ini diatas discus intervertebralis diantara kedua vertebra yang
berbatasan akan melebar, sedangkan dibelakang corpus vertebra akan menyempit
sehingga akan membentuk rigi. Ligamentum ini berfungsi seperti ligamentumligamentum lain pada bagian posterior vertebra colum, yaitu membatasi gerakan ke
arah fleksi dan membantu memfiksasi dan memegang dalam posisi yang betul dari
suatu posisis reduksi ke arah hyperextensi, terutama pada daerah thorakal.

Ligamentum Longitudinal Posterior


3) Ligamentum Intertransversarium
Ligamentum intertransversarium melekat antara processus transversus dua vertebra
yang berdekatan. Ligamentum ini berfungsi mengunci persendian sehingga
membentuk membuat stabilnya persendiaan.

Ligamentum Intertransversarium
4) Ligamentum flavum
Ligamentum flavum merupakan suatu jaringan elastis dan berwarna kuning,
berbentuk pita yang melekat mulai dari permukaan anterior tepi bawah suatu lamina,
kemudian memanjang ke bawah melekat pada bagian atas permukaan posterior
lamina yang berikutnya. Ligamentum flavum ini di daerah servikal tipis akan tetapi di
daerah thorakal ligamentum ini agak tebal. Ligamentum ini akan menutup foramen
intervertebral untuk lewatnya arteri, vena serta nervus intervertebral. Adapun fungsi
ligamentum ini adalah untuk memperkuat hubungan antara vertebra yang berbatasan.

Ligamentum flavum
5) Ligamentum interspinale
Ligamentum interspinale merupakan suatu membran yang tipis melekat pada tepi
bawah processus suatu vertebra menuju ke tepi atas processus vertebra yang
berikutnya. Ligamentum ini berhubunganm dengan ligamentum supra spinosus dan
ligamentum ini didaerah lumbal semakin sempit.

Ligamentum Interspinale
c. Otot pada leher
Otot yang terdapat pada leher terdiri dari otot sternocleidomastoideus origonya terletak
pada processus mastoideus dan linea nuchae superior, insersio Pada incisura jugularis
sterni dan articulation sternoclavicularis, fungsi rotasi, lateral flexi, kontraksi bilateral
mengangkat kepala dan membantu pernapasan bila kepal difixasi inervasi nervus
accessorius dan plexus servikal (C1 dan C2) (Daniel, S. Wibowo, 2005).

Otot Sternocleidomastoideus
Otot scaleni terbagi atas 3 serabut, yang pertama otot scalenus anterior, origo pada
tuberculum anterius processus transversus vertebra cervicalis III sampai VI, insersio
pada tuberculum scalene anterior, inervasi plexus brachialis (C5-C7) dan berfungsi
menarik costa I, menekuk leher ke latero anterior dan menekuk leher ke anterior. Yang
kedua otot scalenus medius origo terletak pada tuberculum posterior processus
transversus vertebra cervicalis II sampai dengan VII, insersio pada costa I di belakang
sulcus a.subclavicula dan kedalam membrane intercostalis externa dari spatium
intercostalis I, inervasi plexus cervicalis dan brachialis (C4-C8) dan berfungsi
mengangkat costa I dan menekuk leher ke lateral costa I. Yang terakhir otot scalenus
posterior origo terletak pada processus transversus vertebra cervicalis V sampai VII,
insersio pada permukaan lateral costa II, inervasi plexus brachialis ( C7-C8) dan
berfungsi fleksi leher, membantu rotasi leher dan kepala serta mengangkat costa I
(Daniel, S. Wibowo, 2005).

Otot Scaleni

Otot trapezius dibagi menjadi 3 serabut yaitu yang pertama pars descendens origo berasal
dari linea nuchae superior, protuberantia occipitalis externa dan ligamentum nuchea,
insersio pada sepertiga lateral clavicula, berfungsi untuk melakukan gerakan adduksi dan
retraksi dan menginervasi nervus accessorius dan rami trapezius (C2- C4). Otot pars
tranversa origo berasal dari servikal, insersio pada sepertiga lateral clavicula, berfungsi
untuk melakukan gerakan adduksi dsn retraksi. dan menginervasi nervus accessorius dan
rami trapezius (C2-C4). Yang ketiga pars ascendens origo berasal dari vertebra
thoracalis III sampai XII, dari processus spinosus dan ligamentum supraspinasum,
insersio pada trigonum spinale dan bagian spina scapulae yang berdekatan, berfungsi
untuk menarik ke

bawah (depresi) dan menginervasi nervus accessorius dan rami

trapezius (C2-C4) (Daniel, S. Wibowo, 2005).

Otot Trapezius
Otot longus colli kira-kira membentuk segitiga karena terdiri atas tiga kelompok serabut.
Fungsinya : untuk membengkokkan servikal ke depan dan ke samping. Inervasinya
plexus cervicalis dan brachialis (C2-C8). Otot longus colli terdiri dari 3 serabut, yang
pertama serabut oblique superior origonya berasal dari tuberculum anterius processus
transversus vertebra cervicalis II sampai V dan insersio pada tuberculum anterior atlas.
Yang kedua serabut oblique inferior, origo berjalan dari corpus vertebra thoracalis I
sampai III dan insersio pada tuberculum anterius vertebra cervicalis VI. Dan yang
terakhir serabut medial, origo terbentang dari corpus vertebra thoracalis bagian atas dan

vertebra cervicalis bagian bawah insersio pada corpus vertebra cervicalis bagian atas
(Daniel, S. Wibowo, 2005).

Otot Longus Colli


Otot longus capitis origo terletak pada tuberculum anterius processus transversus
vertebra cervicalis III sampai VI, insersio pada bagian basal os occipital berfungsi
membentuk gerakan flexi, Lateral flexi dan menginervasi plexus cervicalis (C1-C4)
(Daniel, S. Wibowo, 2005).

Otot Longus Capitis

2. Jelaskan definisi trauma servical

Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra servikalis dan
ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerah servikal. Dislokasi servikal adalah
lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal. Subluksasi servikal merupakan kondisi
sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah terputusnya hubungan dari badan
tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).
Cedera servikal adalah cedera tulang belakang yang paling sering dapat menimbulkan
kecacatan dan kematian, dari beberapa penelitian ternyata terdapat korelasi tingkat cedera
servikal dengan morbiditas dan mortalitas, artinya semakin tinggi tingkat cedera servikal
maka semakin tinggi pula morbiditas dan mortalitasnya (Milby, Halpern & Stein, 2008).
Trauma cervical adalah trauma/injuri yang terjadi akibat benturan dibagian leher yang
menyebabkan respon penurunan neurovaskuler secara tiba-tiba dan hilangnya fungsi
pernafasan, dan ditandai dengan konkusi, kontusio, laserasi, edema. Trauma servikal
biasanya diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas, olahraga (tinju, karate, terjun payung,
panjat tebing, dll), jatuh dan pukulan benda tumpul pada daerah leher (Ariani & Tutu April,
2012).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa trauma servikal adalah cedera
pada bagian tulang belakang yang terjadi akibat dislokasi, subluksasi atau fraktur vertebra
servikalis yang ditandai dengan kompresi pada daerah servikal.
3. Jelaskan etiologi trauma servical
Penyebab trauma tulang belakang adalah keelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olahraga
(22%), terjatuh dari ketinggian (24%), kecelakaan kerja.
Cedera medulla spinalis servikal disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang
belakang di mana tulang tersebut melampaui kemampauan tulang belakang dalam
melindungi saraf-saraf belakangnya. Menurut Emma, (2011) Trauma langsung tersebut dapat
berupa:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industry
4. Jatuh dari pohon/bangunan
5. Luka tusuk
6. Luka tembak
7. Kejatuhan benda keras

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatife rapuh namun fraktur dapat
diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa
permukulan, penghancuran, perubahan, pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan
kekuatan langsung dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti
akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan keruakan pada
kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif
disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
b. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula, atau matarsal
terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak
jauh.
c. Fraktuk patologik karena keleahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kadua tulang tersebut lunak (misalnya
oleh tumor) atau tulang -tulang tersebut sangat rapuh.

4. Sebut dan jelaskan klasifikasi trauma servical


Klasifikasi berdasarkan mekanisme trauma:
Menurut Satyanegara (2010), klasifikasi trauma servikal berdasarkan mekanisme:
a. Trauma Hiperfleksi
1) Subluksasi anterior
terjadi robekan pada sebagian ligament di posterior tulang leher ; ligament
longitudinal anterior utuh. Termasuk lesi stabil. Tanda penting pada subluksasi
anterior adalah adanya angulasi ke posterior

(kifosis) local pada tempat

kerusakan ligament. Tanda-tanda lainnya :


- Jarak yang melebar antara prosesus spinosus
- Subluksasi sendi apofiseal
2) Bilateral interfacetal dislocation
Terjadi robekan pada ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligament di
posterior tulang leher. Lesi tidak stabil. Tampak diskolasi anterior korpus
vertebrae.
3) Flexion tear drop fracture dislocation

Tenaga fleksi murni ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan pada


ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen posterior disertai fraktur
avulse pada bagian antero-inferior korpus vertebra. Lesi tidak stabil. Tampak
tulang servikal dalam fleksi :
- Fragmen tulang berbentuk segitiga pada bagian antero-inferior korpus
vertebrae
- Pembengkakan jaringan lunak pravertebral
4) Wedge fracture
Vertebra terjepit sehingga berbentuk baji. Ligament longitudinal anterior dan
kumpulan ligament posterior utuh sehingga lesi ini bersifat stabil.
5) Clay shovelers fracture
Fleksi tulang leher dimana terdapat kontraksi ligament posterior tulang leher
mengakibatkan terjadinya fraktur oblik pada prosesus spinosus ; biasanya pada
CVI-CVII atau Th1.
b. Trauma Fleksi-rotasi
Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi. Lesi stabil walaupun terjadi kerusakan
pada ligament posterior termasuk kapsul sendi apofiseal yang bersangkutan.
Tampak dislokasi anterior korpus vertebra. Vertebra yang bersangkutan dan
vertebra proksimalnya dalam posisi oblik, sedangkan vertebra distalnya tetap dalam
posisi lateral.
c. Trauma Hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi
Dapat terjadi fraktur pedikel, prosesus artikularis, lamina dan prosessus spinosus.
Fraktur avulse korpus vertebra bagian postero-inferior. Lesi tidak stabil karena
terdapat kerusakan pada elemen posterior tulang leher dan ligament yang
bersangkutan.
2. Hangmans fracture
Terjadi fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior C2 terhadap C3.
d. Ekstensi-rotasi
Terjadinya fraktur pada prosesus artikularis satu sisi
e. Kompresi vertical
Terjadinya fraktur ini akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala, kondilus
oksipitalis, ke tulang leher.
1. Bursting fracture dari atlas (jeffersons fracture)
2. Bursting fracture vertebra servikal tengah dan bawah

Klasifikasi berdasarkan derajat kestabilan

Stabilitas dalam hal trauma tulang servikal dimaksudkan tetap utuhnya komponen
ligament-skeletal pada saat terjadinya pergeseran satu segmen tulang leher terhadap
lainnya. Menurut Wim dan De Jong (2005), klasifikasi trauma servikal berdasarkan
derajat kestabilan:
a. Stabil
Cedera dianggap stabil jika bagian yang terkena tekanan hanya bagian medulla
spinalis anterior, komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal,
ligamen posterior tidak rusak sehingga medulla spinalis tidak terganggu, fraktur
kompresi dan burst fraktur adalah contoh cedera stabil.
b. Tidak stabil
Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser dengan gerakan normal karena
ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur medulla spinalis disebut tidak stabil
jika kehilangan integritas dari ligamen posterior.

Dapus
Syaifuddin, H. (2003). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC.
Daniel S. Wibowo. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: PT Grasindo.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Persyarafan. Jakarta :
Salemba Medika.
Milby AH, Halpern CH, Guo W, Stein SC. Prevalence of cervical spinal injury in
trauma. Neurosurg Focus. 2008;25(5):E110.
Van den Berg MEL, Castellote JM, Fernandez IM, Cuesta de Pedro J. Incidence of
spinal

cord

injury

worldwide:

asystematic

review.

Neuroepidemiology.

2010;34(7):18492.
Ning GZ, Yu TQ, Feng SQ, Zhow XH, Ban DX, Liu Y, dkk. Epidemiology of traumatic
spinal cord injury in Tianjin, China. Spinal Cord. 2011;49(3):38690.

Ariani, Tutu April. (2012). Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika.


Lewis. (2000). Medical Surgical Nursing; Assesment and Management of Clinical Problems.
Philadelphia: Mosby.
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Cedera Spinal. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta :
2010. Hal 393 403
De Jong,Wim. Buku ajar Ilmu bedah edisi 2. Cedera tulang belakang dan sumsum tulang.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2005. Hal 822

Anda mungkin juga menyukai