Anda di halaman 1dari 4

BIOETANOL UBIKAYU SEBAGAI SALAH SATU

ALTERNATIF SUMBER ENERGI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya kemajuan peradaban dunia, dimana ketergantungan akan energi
semakin meningkat. Permasalahan krisis energi yang dihadapi negara-negara dunia tak
terkecuali Indonesia, menunggu untuk dapat segera diselesaikan. Seperti yang kita ketahui,
hampir seluruh pemakaian energi (mencapai 90%) menggunakan energi yang tak terbaharukan
(dipasok dari bahan bakar fosil), padahal jika terus menggunakan sumber energi yang tak
terbaharukan ini, dapat diprediksi, dunia akan mengalami krisis energi dalam jangka setengah
abad ini. Untuk menjawab permasalahan itu, diperlukannya pengembangan sumber energi
terbaharukan agar mampu menjamin keberlangsungan energi dunia. Jawaban alternatif tersebut
dapat dipecahkan melalui pengembangan biofuel khususnya etanol, dimana etanol merupakan
bahan kimia yang diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat (pati)
seperti ubi kayu, ubi jalar, jagung, sorgum, beras, ganyong dan sagu. Bahan baku lain-nya adalah
tanaman atau buah yang mengandung gula seperti tebu, nira, buah mangga, nenas, pepaya,
anggur, lengkeng, dll.
Bahan baku tersebut merupakan tanaman pangan yang biasa ditanam rakyat hampir di
seluruh wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman yang potensial
untuk dipertimbangkan sebagai sumber bahan baku pembuatan bioethanol. Namun dari semua
jenis tanaman tersebut, ubi kayu merupakan tanaman yang paling optimal untuk prospek
pembuatan bioetanol. Selain itu pertimbangan pemakaian ubi kayu sebagai bahan baku proses
produksi bioetanol juga didasarkan pada pertimbangan ekonomi. Pertimbangan ekonomi
tersebut bukan saja meliputi harga produksi tanaman sebagai bahan baku, tetapi juga meliputi
biaya pengelolaan tanaman, biaya produksi pengadaan bahan baku, dan biaya bahan baku untuk
memproduksi setiap liter etanol.
B. Masalah
1.

Bagaimana cara mempertahankan keberlangsungan energi tanpa harus bergantung dengan


sumber energi tak terbaharukan?

2. Bagaimana cara mengembangkan bioetanol dari singkong dengan baik?


C. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah mengenai pengembangan ubi kayu sebagai bioetanol
adalah sebagai berikut :
1. Membuat alternatif energi melalui bioetanol dengan bahan baku ubi kayu
2. Mengenal varietas ubi kayu yang potensial menjadi bahan baku pembuatan etanol.
3. Mengembangkan pemakaian diversifikasi energi lewat bioetanol ubi kayu.
D. Manfaat
1. Menciptakan ketahanan energi nasional melalui bioetanol ubi kayu.
2. Meningkatkan pendapatan petani ubi kayu.
3. Membuat lapangan pekerjaan bagi pengelolaan bioetanol ubi kayu.

BAB II
PEMBAHASAN
Singkong merupakan tanaman yang sudah dikenal lama oleh petani Indonesia, walaupun
bukan tanaman asli Indonesia, namun tanaman singkong di Indonesia dapat tumbuh subur meski
tidak dilakukan perawatan yang intensif. Singkong pertama kali didatangkan oleh pemerintah
kolonial Belanda pada awal abad ke-19 dari Amerika Latin. Singkong dapat bertahan hidup di
berbagai jenis tanah dan tumbuh optimal pada tanah yang subur, beraerasi baik, ph 5.5 6.5.
Suhu rata-rata lebih dari 25-30C dengan curah hujan diatas 760-1.015 mm/tahun (Ranola 2009).
Produktifitas singkong di tingkat petani 14,3 18,8 to/ha, walaupun data dari pusat penelitian
melaporkan bahwa produktifitasnya bisa mencapai 30-40 ton/ha. Singkong sebagai bahan
biofuel disarankan berasal dari varietas yang memiliki sifat sebagai berikut : berkadar pati tinggi,
potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik dan abiotik, fleksibel dalam usaha tani dan umur
panen.
Teradapat karakteristik internal etanol yang menyebabkan pengunaan etanol pada mesin
lebih baik daripada bensin. Etanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7.
Angka tersebut (terutama research ocatane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai
oleh bensin (research octane 88 dan umumnya motor octane lebih rendah daripada research
octane) walaupun setelah ditambahkan zat aditif tertentu. Angka oktan adalah sifat ketahanan
bahan bakar untuk tidak terbakar sendiri karena tekanan atau suhu (Mardono dalam Duryatmo
2013).

Etanol memiliki satu molekul OH dalam susunan molekulnya. Oksigen yang berikatan di
dalam molekul etanol tersebut membantu penyempurnaan pembakaran antara campuran udara
dan bahan bakar di dalam silinder. Ditambah dengan rentang keterbakaran (flammability) yang
lebar, yakni 4.3 19 vol% (dibandingkan dengan gasoline yang memiliki rentang keterbakaran
1.4 7.6 vol%), pembakaran campuran udara dan bahan bakar etanol menjadi lebih baik. Hal ini
dipercaya sebagai faktor penyebab relatif rendahnya emisi CO dibandingkan dengan
pembakaran udara dan bensin , yakni sekitar 4%. Etanol juga memiliki panas penguapan yang
tinggi , yakni 842 kJ/kg (Giancoli 1998 dalm Yakinudin 2010). Tingginya panas penguapan ini
menyebabkan temperatur puncak di dalam silinder akan lebih rendah pada pemabakaran etanol
dibandingkan dengan bensin.
Teknik pengolahan singkong menjadi etanol secara sederhana dapat dengan mudah
diterapkan pada masyarakat umum karena membutuhkan peralatan yang sederhana. Proses
pengolahan singkong segar berlangsung sebagai berikut :
1. Kupas singkong segar sebanyak 50 kg, kemudian di cuci dan di giling dengan mesin penggiling.
Kemudian saring hasil penggilingan untuk memperoleh bubur singkong. Masukkan bubur
singkong ke dalam drum yang terbuka penuh bagian atasnya dan tambahkan air 40-50 liter dan
2.

aduk sambil dipanasi diatas perapian.


Tambahkan 1,5 ml enzim alfa-amilase kemudian panaskan selama 30-60 menit pada suhu
sekitar 90C. Dinginkan hingga suhu menjadi 55-60C kemudian tambahkan 0,9 ml enzim
gluko-amilase dan dijaga temperatur pada kisaran 55-60C selama 3 jam, lalu dinginkan hingga

suhu dibawah 35C.


3. Tambahkan 1 gr ragi roti, urea 65 gr, dan NPK 14 gr. Biarkan selama 72 jam dalam keadaan
tertutp tetapi tidak rapat agar gas CO2 yang terbentuk bisa keluar.
4. Pindahkan cairan yang mengandung 7-9% bioetanol itu kedalam drum lain yang di desain
sebagai penguap (evaporator). Masak di atas perapian hingga uapnya keluar menuju alat
destilasi. Nyalakan aliran air di kondensator (pengembun) uap bioetanol. Tahan temperatur
bagian atas kolom destilasi pada suhu 79C ketika cairan bioetanol mulai keluar. Fraksi
bieoetanol 90-95% akan berhenti mengalir secara perlahan-lahan (Yakinudin 2010).
Mesin pembangkit listrik dengan bahan bakar bioetanol bisa menghasilkan tenaga listrik
berkekuatan 110-120 volt. Empat liter etanol hidrasi bisa membangkitkan tenaga listrik selama 1
jam. Menurut Bernardo Ospina dalam Sinar tani 2010, bila masyarakat pedesaan menyediakan
3-5 ha lahan untuk menanam ubi kayu, etanol yang dihasilkan bisa memberi aliran listrik selama
6 jam sehari sepanjang tahun (Sinartani 2010).
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penyusunan makalah ini dapat dirangkum dalam poin-poin sebagai
berikut :

1.

Singkong dapat bertahan hidup di berbagai jenis tanah dan tumbuh optimal pada tanah yang
subur, beraerasi baik, ph 5.5 6.5. Suhu rata-rata lebih dari 25-30C dengan curah hujan diatas

2.

760-1.015 mm/tahun.
Singkong sebagai bahan Fuel Grade Ethanol (FGE) disarankan berasal dari varietas yang
memiliki sifat sebagai berikut : berkadar pati tinggi, potensi hasil tinggi, tahan cekaman biotik

dan abiotik, dan fleksibel dalam usaha tani dan umur panen.
3. Untuk rasio campuran etanol dan bensin mencapai 60:40% , tercatat peningkatan efisiensi
hingga 10%.
B. Saran
Penggunan etanol dari singkong sebagai alternatif energi perlu di dukung serius.
Pemeliharaan secara intens tanaman singkong di tingkat petani perlu di galakkan agar
terciptanya produksi yang melimpah sehingga mampu menghasilkan banyak etanol agar
terciptanya kemandirian energi nasional.

DAFTAR PUSTAKA
Duryatmo, Sardi.2013. Bisnis Singkong dari Halaman Rumah. http://einfo.page.tl diakses pada
24 Oktober 2013.
Ranola et al.,. 2009. Enchancing The Viability of Cassava Feedstock for Bioethanol
Philipphines.

Jurnal

ISSAAS.

(online)

Vol.

15,

No.

2:147

In The
-158,

(http://www.issaas.org/journal, diakses pada 23 Oktober 2013).


Tim penyusun. 2010. 100% Bioetanol Ubikayu Untuk Mobil. Sinartani edisi 13-19
Januari 2010, No.3337 Tahun XL, hal 22.
Yakinudin, Andal. 2010. Bioetanol Singkong Sebagai Sumber Bahan Bakar
dan Solusi untuk Meningkatkan Penghasilan Petani Singkong.
(http://www.ipb.ac.id, diakses pada 16 Oktober 2013).

IPB.

Terbaharukan
(online).

Anda mungkin juga menyukai