Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL PRAKTIKUM

MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN


HASIL PERTANIAN

BORAKS DAN FORMALIN

Disusun Oleh:
Irna Noviyanti
151710101056
THP B/2015

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

ARTIKEL
BORAKS DAN FORMALIN
A.

Boraks
Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu,

antiseptic kayu dan pengontrol kecoa, sedangakan formalin adalah bahan kimia
yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri
tekstil serta kayu lapis. Dalam berbagai produk makanan formalin digunakan
sebagai bahan pengawet. Sedangkan Boraks sering digunakan dalam makanan
sebagai bahan pengenyal, menambah kerenyahan makanan, serta memperbaiki
tekstur makanan (Winarno ,2007).
Boraks dengan nama kimianya sodium tetraborat deksahidrat merupakan
senyawa tersebut sedikit larut dalam air dingin dan sangat larut dalam air panas.
Efek negatif dari penggunaan boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada
kehidupan dapat berdampak sangat buruk pada kesehatan manusia. Boraks
memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolism manusia
sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain yang merusak kesehatan manusia.
Dalam makanan boraks akan terserap oleh darah dan disimpan dalam hati. Karena
tidak mudah larut dalam air boraks bersifat kumulatif.Dari hasil percobaan dengan
tikus menunjukkan bahwa boraks bersifat karsinogenik. Selain itu boraks juga
dapat menyebabkan gangguan pada bayi, gangguan proses reproduksi,
menimbulkan iritasi pada lambung, dan atau menyebabkan gangguan pada ginjal,
hati, dan testes (Suklan, 2002). Misalnya makanan yang mengandung borak, yaitu
bakso yang diuji waran dan uji nyala. Cara pengujian borak yang terdapat pada
bakso adalah sebagai berikut:
a. Metode Uji nyala, menurut Roth, (1988), metode uji nyala pada boraks :
1. .Sampel ditimbang sebanyak 10 gram dan dipotong-potong kecil lalu
di oven pada suhu 120C selama 6 jam.
2. .Kemudian sampel dimasukan ke dalam cawan porselin.
3. Dimasukkan ke dalam tanur dan dipijarkan pada suhu 800C.

4. Sisa pemijaran ditambahkan 1-2 tetesasam sulfat pekat dan 5-6 tetes
metanol, kemudian dibakar.
5. Bila timbul nyala hijau, maka menandakan adanya boraks.
b. Metode Uji warna dengan kertasturmerik
1. Kurang lebih 10 g sampel di gerus masukkan ke kurs porselen,
2. Ditambahkan 10 ml Natrium Karbonat 10% dan diaduk rata,
3. Diuapkan diatas tangas air sampai kering atau mengarang
4. Dimasukkan ke dalam tanur dan dipijarkan pada suhu 550C sampai
pengabuan sempurrna.
5. Setelah dingin ditambahkan 10 ml air panas, panaskan
6. Ditambahkan HCl (1:1) sampai asam,
7. Disaring sampai didapat filtrate
8. Kertas turmerik dicelupkan ke dalam filtrate.
9. Jika berwarna merah maka positif mengandung boraks (Depkes,
1993).

B.

Formalin
Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang bukan

merupakan bahan utama, namun sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk


mempengaruhi sifat dan bentuk makanan. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88

dan

No.1168/Menkes/PER/X/1999

menyebutkan

tentang bahan tambahan pangan yang dilarang ditambahkan dalam makanan


khususnya formalin. Formalin adalah salah satu jenis

pengawet yang sering

disalahgunakan dan secara hukum dilarang keras digunakan untuk mengawetkan


produk pangan. Ironisnya, formalin ini sangat mudah ditemukan dengan harganya
yang murah, sehingga sering digunakan oleh produsen dan pedagang tahu untuk
mengawetkan produknya. Hal ini menyebabkan keresahan dan kecemasan di
masyarakat mengingat efek samping konsumsi formalin dapat membahayakan
kesehatan (Eddy, 2014)
Formalin diketahui berbahaya untuk tubuh manusia karena telah diketahui
sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan

jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Uap formalin sendiri sangat berbahaya jika
terhirup oleh saluran pernafasan dan iritatif jika tertelan. Disamping itu formalin
juga dapat merusak persarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang
bersifat racun untuk persyarafan (neurotoksik) dan dapat mengganggu organ
reproduksi seperti kerusakan testis dan ovarium, gangguan menstruasi, infertilitas
sekunder. Misalnya makanan yang mengandung formalin, yaitu tahu yang diuji
dengan metode asam kromatropat, cara pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Kontrol positif uji kualitatif formalin dibuat dengan memasukkan larutan
asam kromatropat standar ke dalam bubuk formalin yang telah
dicampurkan aquadest yang akan membentuk warna ungu.
b. Sampel tahu yang telah disiapkan ditumbuk sampai halus menggunakan
mortar alu. Setelah hancur dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer,
ditambah aquadest dan asam sulfat 60%. Dikocok sampai rata, dan
dipanaskan diatas alat destilasi dengan tujuan menghancurkan protein
yang ada dalam tahu. Pemanasan bertujuan menguapkan kandungan
formalin yang ada dalam tahu, dan alat destilasi berfungsi menambahkan
air pada uap tersebut sehingga didapatkan tetes-tetes air di ujung alat
destilasi dan ditampung menggunakan tabung reaksi. Setelah didapatkan
sekitar 2 ml, ditambahkan 5 ml asam kromatropat dan diperhatikan apakah
ada perubahan warna. Jika belum didapatkan perubahan warna, dicoba
dipanaskan kembali sekitar 10 menit dalam penangas air, dibiarkan dingin,
kemudian ditambahkan lagi asam kromatropat sebanyak 5 ml. Hasil positif
akan menunjukkan warna ungu sesuai dengan kontrol positif yang telah
disiapkan (Puspita dan Kartika, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes 41/MA/93. 1993. Identifikasi Boraks dalam Makanan. dalam: Metode


.Analisis. Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan. Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan RI; Jakarta.
Eddy . 2014. Tahu, Makanan Favorit yang Keamanannya Perlu Diwaspadai.
Institute
of
Tropical
Disease
Universitas
Airlangga.
http://itd.unair.ac.id/index.php/health-newsarchive/134tahu-makananfavori-yang-keamanannya-perlu-diwaspadai-.html. [23 Oktober 2016 ]
Puspita, G. Dan Kartika, H. 2014. Uji Kualitatif Formalin Dalam Tahu Kuning Di
Pasar X Kota Bandung Tahun 2014. Fakultas Kedokteran, Universitas
Kristen Maranatha : Bandung
Roth, H. J. 1988. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Suklan H,.2002. Apa dan Mengapa Boraks Dalam Makanan. Penyehatan Air dan
Sanitasi (PAS). 2002; Vol . IV Nomor 7
Winarno. 2007. Analisis Laboratorium. Bogor : M.Brio-Press

Anda mungkin juga menyukai