KELOMPOK 2:
PUTRI MUHRIYANTI NAI (08220150020)
AULIA RAHMAN (08220150021)
KURNIA YULIASTI (08220150019)
KELAS:
B1-AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar,
Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia
dan tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar.Tanaman jagung dapat
menghasilkan genotipe baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai karakteristik
lingkungan.Di Indonesia, jagung merupakan bahan makanan pokok kedua setelah padi.Di
samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku
indutri.Penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras
menunjukkan tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20
%.Sebaliknya, penggunaan sebagai bahan pangan menurun.
Dari aspek produksi jagung sebenarnya swasembada jagung sudah terpenuhi.
Namun,karena kontinuitas kebutuhan tidak dapat dipenuhi maka terpaksa dilakukan impor
walaupun pada saat tertentu pun dilakukan ekspor.Terjadinya ekspor dan impor pada tahun
yang sama disbabkan antara lain musim panen jagung tidak merata sepanjang tahun.Pada
awal musim panen terjadi surplus produksi sehingga jaung harus diekspor karena belum
tersedia fasilitas penyimpanan yang memadai.Sebaliknya,pada musim paceklik terjadi
kekurangan produksi sehingga untuk memenuhi kebutuhan harus dipenuhi dari impor.Sejalan
dengan telah digalakkannya Gema Pelagung 2001 (Gerakan Mandiri Padi,Kedelai, dan
Jagung tahun 2001) maka sudah sewajarnya bila upaya peningkatan produksi jagung harus
diusahakan dengan prioritas tinggi.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih belum
optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang belum tepat,
penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki. Usaha untuk
meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi
kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard baik
kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu
mengetahui atau memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti
morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat
meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
tanah yang paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat
menimbulkan hasil yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7 pada
jagung cendrung menurun.
Waktu Pemupukan
1. Pupuk ompos diberikan sebagai pupuk dasar dan dapat digunakan sebagai penutup
lubang tanam atau dapat disebar disepanjang larikan.
2. Susulan I pada umur 7 10 HST menggunakan Phonska 80 %
3. Susulan II pada tanaman berumur 28 30 HST menggunakan pupuk urea 50 %
4. Susulan III pada umur 40-45 HST menggunakan pupuk urea 50 % dan Phonska 20 %.
Lalat bibit
Menyerang tanaman pada stadia muda terutama pada musim hujan, lama hidup sekitar
28 hari, populasi puncak telur serangga biasanya terjadi setelah tanaman berumur 9 hari.
-
Penggerek batang
Mulai muncul dan menyerang tanaman pada saat tanaman mulai berbunga jantan.
Munculnya imago puncak peletakan telur oleh penggerek batang terjadi pada styadia
pembentukan bunga jantan. Larva masuk kedalam batang kemudian menggerek bagian
tanaman.
-
Penggerek Tongkol
Menyerang tongkol mulai dari pucuk dan daun kemudian menuju kedalam tongkol
dengan cara menggerek biji-biji dalam tongkol. Pada awalnya imago meletakkan telur di
rambut jagung pada malam hari. Larva yang baru menetas akan masuk memakan rambut
jagung kemudian membuat lubang untuk masuk kedalam tongkol.
-
jarak, kedelai, kentang, kubis, ubi, dan bunga matahari. Untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman pada prinsipnya harus dilakukan pengamatan secara rutin baru kalau ada
serangan yang dapat merugikan dilakukan tindakan penyemprotan menggunakan insek
tisida/pestisida secara bijaksana.
5. Panen
Panen terlalu muda akan merugikan demikian pula bila terlambat akan dapat
menurunkan kualitas. Jagung yang siap dipanen biasanya ditandai daun dan batang tanaman
mulai mengering dan berwarna kecoklatan, selain itu dapat dilihat adanya lapisan hitam pada
pangkal biji jagung (black layer). Apabila 50 % sudah demikian maka tanaman sudah masak
fisiologis.
Penyianga, biasanya di lakukan tiap 2 minggu sekali agar rumput liar tidak tumbuh
dan unsur hara tanah tidak terbagi untuk tanaman lain.
di lakukan berkali-kali sesuai kebutuhan. Cara membumbun sangat mudah, yaitu akar
tanaman di uruk dengan tanah dari sebelah kanan dan kiri barisan tanaman dengan
menggunakan cangkul. Pembumbunan akan menghasilkan guludan yang memanjang
dan saluran drainase diantara barisan tanaman jagung
Penjarangan, di lakukan untuk mensortir tanaman jagung yang tumbuh tidak baik
dengan memotong atau mencabutnya. Lalu lubang tanaman yang kosong di sulami
dengan bibit jagung yang baru. Penjarangan dan penyulaman biasanya di lakukan 1
minggu setelah masa tanam, ketika bibit jagung sudah tumbuh.
4. Tahap pemanenan
Masa panen jagung biasanya dilakukan ketika tanaman mencapai umur 85-95 hari atau
tergantung pada kebutuhan seperti untuk sayur (baby corn/janten) untuk di rebus/dibakar atau
untuk di ambil bijinya. Cara panen adalah dengan memutar tongkol jagung untuk
memisahkan buah jangung dari tangkainya. Sebagai tanaman yang semi serba guna, batang
jagung setelah panen selesai dapat di gunakan sebagai kayu bakar ataupun pakan ternak.
Sedangkan klobot jagung dapat digunakan sebagai papir tembakau atau bungkus dodol.
kegiatan
penganekaragaman
komoditas
pertanian
yang
diversifikasi
lain
adalah
diversifikaso
vertikal
yang
tanaman jagung berjalan tidak terlalu cepat dan tingkat adopsi teknologi masih rendah.
Sebagai misal, hasil di tingkat penelitian sudah mencapai 7-8 ton/ha, sedangkan di tingkat
petani baru 3-4 ton/ha. Bila kesenjangan hasil ini dapat ditekan melalui teknologi maka
kenaikan hasil dapat menyumbang cukup besar terhadap peningkatan produksi jagung
nasional.
4. Mempertahankan Stabilitas Produksi
Stabilitas hasil jagung pada suatu wilayah diartikan sebagai besarnya perubahan hasil
dari tahun ke tahun di wilayah tersebut dengan penerapan teknologi produksi yang sama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas hasil tersebut antara lain perkembangan hama
penyakit dan cekaman lingkungan (kekeringan, genangan, dan gulma). Stabilitas hasil ini
dapat ditingkatkan bila petani dapat melakukan tertib waktu tanam sesuai pola tanam
setempat, menggunakan varietas unggul tahan hama penyakit, menggunakan varietas umur
genjah agar terhindar dari cekaman kekeringan, serta meningkatkan pengendalian hama
penyakit secara baik.
5. Menurunkan Kehilangan Hasil
Dari data daerah penanaman di tiga propinsi, yaitu Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur, menunjukkan kehilangan hasil jagung yang dimulai sejak masa panen sampai
pascapanen dapat mencapai 8,5%. Bila dihitung di tingkat nasional, kehilangan hasil tersebut
enjadi sangat besar. Menurunkan persentase kehilangan hasil tersebut melalui penggunaan
alat dan mesin pertanian (alsintan) yang tepat dapat membentu meningkatkan total produksi
nasional.untuk itu, peningkatan jasa alsintan pascapanen di masa mendatang menjadi salah
satu faktor penting dalam menekan kerugian petani. Peran kegiatan penyuluhan pun akan
memberi nilai tersendiri dalam suksesnya penggunaan jasa alsintan tersebut.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil yang telah di bahas dapat di simpulkan bahwa tanaman jagung juga
merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Untuk menghindari
penurunan produksi pada tanaman jagung perlu diperhatikan beberapa faktor yaitu pada
pemilihan benih,diharapkan mengunakan varietas ungul seperti varietas jagung Bt. Dan
memperhatikan pemakaian pupuk yang sesuai. Penerapan cara bercocok tanam yang baik
untuk menghindari banyaknya serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya.
Pada serangan hama Ostrinia furnacalis diperlukan langkah terpadu yang tepat, karena
serangannya berfluktuasi dari waktu ke waktu. Mengatur waktu tanam bisa menjadi salah
satu alternatif untuk menghindari serangan hama ini. Waktu tanam yang baik adalah pada
awal musim hujan dan paling lambat empat minggu sesudah mulai musim hujan.
Saran
Untuk petani jagung diharapkan untuk menerapkan cara bercocok tanaman yang baik
agar dapat mengurangi serangan hama dan penyakit. Petani diharapkan lebih memperhatikan
perawatan pada tanaman tersebut. Agar mendapatkan hasil yang optimal dalam budidaya
tanaman jagung sekiranya perlu di perhatikan system atau teknik dalam budidaya tanaman
jagung serta organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan kualitas maupun
kuantitas dari tanaman jagung itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Kasryno, F. 2005. Perkembangan produksi dan konsumsi jagung dunia danimplikasinya bagi
Indonesia. Dalam: F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M.Fagi (Eds.). Ekonomi
jagung Indonesia, cet. II. Badan Litbang Pertanian.Jakarta.
Tangendjaja, B. 2007. Inovasi teknologi pakan menuju kemandirian usaha ternak unggas.
WARTAZOA, Vol. 17. No. 1.
BPS. 2010-2012. Produktivitas dan produksi jagung di Indonesia. BPS. Jakarta.
Dewan Ketahanan Pangan. 2009. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014.Jakarta.
Optimum. 1998. Your Link to the Future of Poultry Production. Optimum QualityGrain Des
Moines, Iowa.
Tangendjaja, B. dan E. Wina. 2011. Limbah tanaman dan produk sampingan industri jagung
untuk pakan. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Kasryno, F., E. Pasandaran, dan A.M. Fagi. 2005. Dinamika produksi dan pengembangan
sistem komoditas jagung Indonesia. Dalam: F. Kasryno, E.Pasandaran, dan A.M.
Fagi (Eds.). Ekonomi jagung Indonesia, cet. II. BadanLitbang Pertanian.