1121-1
3.
Sekolah,
sebagaibahanpertimbangandanmasukandalamupay
apeningkatankualitaskegiatanpembelajaran.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil Belajar
Istilah belajar berarti proses perubahan tingkah
laku, pengetahuan dan keterampilan setelah terjalin interaksi
dengan sumber belajar yang dapat berupa buku, lingkungan,
guru atau teman sejawat.Untuk mengetahui sejauh mana
proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar.
Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191) tes
hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak
digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam
suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan
keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar
penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa
yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai
dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam
kurikulum yang berlaku.
b. Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga
benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
c. Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya
disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar
yang diharapkan.
d. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar
mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak
sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan
berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan,
terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik.
3. METODE DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif
kuantitatif. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan
(action research). Menurut suryabrata (2003:37),Peneliti
tindakan bertujuan mengembangkan ketrampilan baru untuk
memecahkan masalah dengan penerapan langsung.Metode
penelitian tindakan kelas ini dimulai dari tahap :
perencanaan,implementasi tindakan, evaluasi dan refleksi.
3.2. Fokus Penelitian
Penelitian ini dipokuskan untuk menyelidiki apakah
hasil belajar siswa kelas IX.2 pada pelajaran IPA meningkat
melalui media grafis di SMP Negeri 1 Cengal.
1121-2
Nilai
1
2
3
4
5
6
Jumlah
< 44
45 54
55 60
65 - 74
75 - 80
85 100
Jumlah
Siswa
Tuntas
6
5
5
5
2
23
Tak Tuntas
6
5
5
5
2
7
16
Tabel 2
Distribusi Perolehan Hasil Ulangan Yang dicapai Siswa
Siklus II
Jumlah
Siswa
No
Nilai
1
2
3
4
5
6
< 44
45 54
55 60
65 - 74
75 - 80
85 100
Jumlah
Tuntas
2
2
1
10
8
10
8
23
18
Tak Tunta
2
2
1
Nilai
Jumlah Siswa
Nilai
Tuntas
TidakTuntas
Jumlah Siswa
Daya Serap
Nilai Rata-Rata
Tuntas
40
TidakTuntas
20
Daya Serap
Nilai Rata-Rata
1121-3
3
4
5
6
Jml
0
17
4
21
0
0
18
12
30
0
0
1
8
9
3
10
0
0
17
3
4
0
0
8
0
-6
0
0
-9
Keterangan
Nilai
1. <44
2. 45-54
3. 55-64
4. 65-74
5. 75-84
6. 85-100
Jumlah
No
Nilai
Tuntas
Tak Tuntas
Siswa
Berdasarkan data tersebut siswa yang tuntas belajar
1
< 44
dari siklus 1 dan siklus II ada peningkatan dari 21 siswa
2
45 54
menjadi 30 siswa yang berarti ada 9 anak yang berhasil
3
55 60
1
1
ditahap II ini terlihat dari penurunan siswa yang tadinya ada
4
65 - 74
2
2
17 siswa yang tidak tuntas namun setelah pelaksanaan
5
75 - 80
12
12
pembelajaran dengan media grafis disiklus II menjadi 8
siswa dan daya serap siswa terhadap pembelajaran
6
85 100
8
8
meningkat dari 55% menjadi 79% berarti meningkat sebesar
Jumlah
23
20
3
24% dengan keberhasilan ini maka nilai rata-rata hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA pun meningkat yang
Berdasarkan data diatas diperoleh hasil belajar
tadinya 71 menjadi 79.
yang telah mencapai standar ketuntasan minimal atau kkm
Seperti yang diharapkan dalam penelitian tindakan
sebanyak 35 siswa dengan persentase 92% artinya
kelas
ini
adanya peningkatan berarti adanya keberhasilan
ketuntasan individu secara klasikal melebihi 75% dengan
dalam
pelaksanaan
penelitian melalui media grafis
rata-rata nilai hasil belajar sebesar 88 dan siswa yang belum
walaupun
keberhasil
seperti
ini belum besar namun upaya
berhasil sebanyak 3 siswa 8% berarti pada siklus III ini
kearah
perbaikan-perbaikan
akan terus diusahakan pada
sudah diktakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa
siklus III. Untuk memperjelas perbandingan siklus I dan
pada matapelajaran IPA secara rinci dapat dilihat pada :
siklus II dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus IIIPerbandingan Hasil Belajar Siswa Antara Siklus I dan Siklus II
Nilai
100
Jumlah Siswa
80
Tuntas
60
TidakTuntas
100
50
0
-50
Daya Serap
40
Nilai Rata-Rata
20
1 2 3
5 6 Jumlah
0
0
S
II
0
0
Peningkat
an
Tidak
Tuntas
katan
SI
0
0
O
4
S
II
0
1
Penin
g
Daya
Serap
kanat
SI
0
-3
55
S
II
79
Tuntas
Nilai
1
1121-4
Pening
S
II
0
S
III
0
katan
0
Tidak
Tuntas
S
II
O
SI
II
0
Pening
Daya
Serap
kanat
S II
79
S
III
92
2
0
3
0
4
0
5
18
6
12
Jml
30
Keterangan
Nilai
1. <44
2. 45-54
3. 55-64
4. 65-74
5. 75-84
6. 85-100
0
0
0
7
28
35
0
0
0
-11
16
5
1
3
4
0
0
8
1
2
0
0
0
3
0
-1
-4
0
0
-5
100
80
60
1
2
3
40
4
5
20
0
Jumlah
6
Jumlah
-20
Perbandingan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I, Siklus II,
Siklus III
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari
hasil
penelitian
ditemukan
bahwa
pembelajaran IPA menggunakan/melalui media grafis dapat
memberikan pemahaman siswa pada materi cahaya sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat dari siklus kesiklusnya
jika dibandingkan dengan guru hanya menjelaskan materi
tersebut tanpa melibatkan aktivitas siswa.
Ini tampak dari siklus ke siklus berikutnya daya
serap siswa selalu mengalami peningkatan begitu pula hasil
belajar dan pada setiap kegiatan pembelajaran semua siswa
antusias untuk mencoba menggambar dan menghubungkan
dengan teori serta perhitungan yang mereka selesaikan
dengan rumus-rumus yang berkaitan dengan materi cahaya
dan bila hasilnya berhubungan dan tepat meraka semangat
namun bila belum benar mereka masih terus mencoba
Hal ini senada dengan apa yang di kemukakan oleh
Nasution (2009:194) menyatakan bahwa guru adalah
sumber utama yang memberikanstimulus kepada siswa agar
belajar, akan tetapi disamping guru masih ada lagi berbagai
macam media lainnya seperti benda-benda, demonstrasi,
model, bahasa tertulis, gambar-gambar, film dan televise,
mesin belajar (teaching machine) yang semuanya berfungsi
memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat
verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya
indera serta penggunaan media pendidikan secara tepat dan
variasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, sedang
menurut Apriyanto menggambar adalah proses kreasi yang
harus dilakukan secara intensif dan terus menerus bahkan
menggambar merupakan wujud eksplorasian teknis dan
gaya, penggalian gagasan dan kreativitas, bahkan biasa
menjadi sebuah ekspresi dan aktualisasi diri. Selain
memiliki fungsi praktis dan psikologis karena pada intinya
menggambar merupakan perpaduan keterampilan (skill),
kepekaan rasa (teste), kreativitas, ide, pengetahuan, dan
wawasan (1999:1)
1121-5
1121-6