Chapter II - 4 PDF
Chapter II - 4 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Personal
Menurut Blumm derajat kesehatan (sehat-sakit) seseorang sangat dipengaruhi
oleh empat hal, yaitu: lingkungan, kelengkapan fasilitas kesehatan, perilaku dan
genetika. Dari keempat faktor tersebut, perilaku merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi kesehatan seseorang. Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh dua
hal, yaitu faktor internal (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan
berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).
Faktor internal sering juga disebut sebagai karakteristik personal. Hal ini
membuktikan bahwa karakteristik personal sangat berpengaruh terhadap sehat
sakitnya seseorang (Notoatmodjo, 2005).
2.1.1. Umur
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan
sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun
(Chaniago, 2002 ). Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Pembagian umur berdasarkan psikologi perkembangan (Hurlock, 2002)
bahwa masa dewasa terbagi atas :
a. Masa Dewasa Dini, berlangsung antara usia 18 - 40 tahun
b. Masa Dewasa Madya, berlangsung antara usia 41 - 60 tahun
c. Masa Lanjut Usia, berlangsung antara usia > 61 tahun
kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa pendidikan
adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan dalam bentuk
kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Daryanto (1997), pendidikan adalah upaya peningkatan manusia ke
taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan adalah segala usaha untuk
membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia secara jasmani dan
rohani yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun di luar sekolah dalam
rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat (Hasibuan, 2005).
Koentjoroningrat (1997), mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap
pengetahuan pendidikan seseorang berhubungan dengan sikap seseorang terhadap
pengetahuan yang diserapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah
untuk dapat menyerap pengetahuan. Pendidikan merupakan unsur karakteristik
personal yang sering dihubungkan dengan derajat kesehatan seseorang/masyarakat.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menyerap
informasi dalam bidang kesehatan. Mudahnya seseorang untuk menyerap informasi
akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku baru yang lebih sehat. Seperti
informasi kesehatan perawatan gigi dan mulut.
Seperti diketahui bahwa pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah
tingkat Sekolah Dasar (SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan tingkat akademik Perguruan Tinggi (PT).
Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang yang lebih baik,
sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga dapat berpikir secara
rasional dalam menanggapi informasi atas setiap masalah yang dihadapi. (Cumming
dkk, Azwar, 2007)
2.1.3. Pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga yaitu jumlah penghasilan riil dari seluruh
anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama atau
perseorangan. Pendapatan keluarga riil dihitung dengan menjumlah semua
pendapatan riil masing masing anggota keluarga, di mana pendapatan masingmasing keluarga merupakan pendapatan perseorangan (personal income), yaitu
pendapatan yang berupa upah, gaji, pendapatan dari usaha, termasuk hadiah dan
subsidi menurut BPS (2006)
Perhitungan terhadap jumlah pendapatan juga bisa dilakukan dengan
mempertimbangkan jumlah pengeluaran dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut Bank Dunia, rata-rata pengeluaran per orang/hari ditentukan sebesar 1
dollar/hari. Jika 1 dollar dihitung sebesar Rp. 10.000, maka jumlah rata-rata
pengeluaran per orang untuk kebutuhan sehari-hari sebesar Rp. 300.000 per bulan.
Jika perhitungan ini dilakukan untuk menentukan pengeluaran dalam keluarga, maka
jumlah pengeluaran per orang/hari dikalikan dengan jumlah anggota keluarga.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengeluaran Rp 233.740 per kapita per
bulan atau naik 10,39 persen dibandingkan dengan batas garis kemiskinan Maret
2010 sebesar Rp 211.726. (BPS, 2010)
Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk
memperoleh pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang lebih baik, misalnya di bidang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap)
maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan
dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakannya
yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2005)
Menurut
Notoatmodjo,
semua
ahli
kesehatan
masyarakat
dalam
lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau
objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat
langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku
baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan
kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau
sikap.
Tindakan atau praktek adalah respons atau reaksi kongkret seseorang terhadap
stimulus atau objek. Penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak berperilaku
kesehatan ada empat yaitu: 1) Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan,
perpeksi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap kesehatan. 2) Perilaku
kesehatan dari orang lain yang menjadi panutan cenderung akan dicontoh. 3) Sumber
daya yang mencakup fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas
kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku seseorang. 4)
Kebudayaan yang terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat kehidupan
masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun lambat sesuai dengan
dinamika masyarakat (Budiharto, 2010).
Selain teori perilaku yang dikemukakan oleh Blumm, juga dikenal teori
perilaku yang dikemukakan oleh Rosenstock (1974) yaitu teori Health Belief Model.
Teori ini mengemukakan bahwa kepercayaan seseorang terhadap kerentanan dirinya
dari suatu penyakit dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan
tindakan untuk pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tersebut (Budiharto,
2010)
Membantu menyikat gigi anak. Menyikat gigi anak dapat dilakukan secara rutin,
yaitu dua kali sehari (setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam) dengan
menggunakan pasta gigi
b.
Mengajari anak cara menyikat gigi. Mengajari menyikat gigi dapat dilakukan di
depan cermin. Jelaskan sebelumnya permukaan gigi yang harus disikat dengan
memakai gambar atau model gigi. Tujuan utama penyikatan gigi adalah untuk
membersikan sisa makanan yang menempel pada gigi.
c.
Mengawasi anak saat melakukan sikat gigi. Pengawasan dapat dilakukan dengan
melihat lamanya menggosok gigi 2-3 menit dan dapat diperiksa dengan kontrol
plak yang menggunakan zat pewarna untuk melihat adanya plak yang masih
melekat pada permukaan gigi.
d.
Menyediakan sikat gigi yang ukurannya sesuai dengan ukuran dan umur anak.
e.
Mengganti sikat gigi anak setidaknya tiga bulan sekali atau segera diganti jika
bulu sikat gigi sudah melebar/rusak.
f.
Mengawasi pemakaian pasta gigi yang berfluorida yang baru boleh diberikan
pada anak-anak di atas usia 3 tahun yang sudah dapat berkumur dan membuang
air kumurannya atau meludah.
g.
Ukuran pasta gigi yang diberikan hanya sebesar ukuran kacang tanah atau
sekitar 0,5 cm (Panjaitan, 1997: Pintauli & Hamada, 2008).
a.
Mengawasi jenis jajan dan menghindari makanan yang lengket dan manis serta
kandungan karbohidrat yang tinggi, seperti: permen, coklat dan makanan manis
lainnya yang dapat melekat erat pada permukaan gigi, sehingga sulit
dibersihkan.
b.
Memberitahu anak setelah jajan yang manis harus segera berkumur atau minum
air putih
usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa untuk
meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas. Salah satu
faktor penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan
meningkatkan kesehatannya, terutama kesehatan gigi dan mulut, karena dapat
mengakibatkan meningkatnya angka ketidakhadiran (bolos) pada proses pendidikan
di sekolah. Sesuai dengan rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa kelompok
umur 12 tahun sangat penting untuk dilakukan pemeriksaan status kesehatan gigi
anak, karena umumnya anak-anak meninggalkan bangku sekolah dasar dan akan
beranjak ke masa remaja pada umur 12 tahun. Selain itu, semua gigi permanen
diperkirakan sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi molar tiga.
Berdasarkan ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai pemantauan global (global
monitoring age) untuk karies
Berbagai
penyakit
yang
menyerang
dapat
dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum)
sehingga menyebabkan lubang pada gigi (Axellson, 1999).
Indeks karies digunakan untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap
karies gigi. Dalam hal ini, indeks karies yang dipakai adalah indeks DMF-T yang
diperkenalkan oleh Klein, 1954. Indeks karies terdiri atas komponen D. M. F. T
sebagai berikut:
1. Decay
2.
: Gigi tetap dengan satu lesi karies atau lebih yang belum di tambal.
Missing : a. Mi (Missing indicated): Gigi tetap dengan lesi karies yang tidak
dapat ditambal lagi dan harus dicabut
b. Me (Missing extracted): Gigi tetap dengan lesi karies yang tidak
dapat ditambal lagi dan sudah dicabut
3. Filled
: Gigi tetap dengan lesi karies dan sudah ditambal dengan sempurna
Jumlah D + M + F
Jumlah orang yang diperiksa
Target Indeks DMF-T menurut WHO menetapkan status kesehatan gigi dan
mulut (Oral Health Global Indicators for Year 2015) untuk anak usia 12 tahun yaitu
rata-rata indeks DMF-T per-anak < 1
IndeksDebris =
kalkulus supra gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah oklusal dari tepi
free gingiva. Biasanya berwarna putih sampai kecoklat-coklatan. Konsistensinya
keras seperti batu apung, dan mudah dilepas dari perlekatannya ke permukaan gigi. 2)
kalkulus sub gingiva adalah karang gigi yang terdapat di sebelah lingual dari tepi
gingiva bebas dan biasanya berwarna coklat muda sampai hitam bercampur dengan
darah. Konsistensinya keras seperti batu api, dan melekat sangat erat kepermukaan
gigi. Pengukuran indeks kalkulus yang digunakan adalah Calculus Index (C.I.)
Greene and Vermillion yaitu:
Tabel 2.2. Indeks Kalkulus
Skor
0
1
2
Kriteria
Tidak ada kalkulus
Ada kalkulus supragingiva yang menutupi karang dari 1/3 permukaan gigi
a. Ada kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3/ permukaan
gigi
b. Pada bagian servikal terdapat sedikit kalkulus subgingiva
a. Ada kalkulus supragingiva yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan
gigi atau seluruh permukaan gigi
b. Ada kalkulus subgingiva yang menutupi dan melingkari seluruh
servikal
Indeks Kalkulus =
Jumlah OHI - S
Jumlah Anak yang Diperiksa
Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dikategorikan baik jika
Indeks OHI-S: 0,0 - 1,2 , sedang: 1,3 3,0 dan buruk 3,1 6,0.
2.3.3. Gingivitis
Gingivitis merupakan sebuah proses peradangan yang terbatas pada jaringan
epitel mukosa disekitar bagian servikal gigi. Gingivitis merupakan peradangan gusi
yang paling sering tejadi dan merupakan respons inflamasi yang belum merusak
jaringan pendukung. Gingivitis mengalami perubahan warna gusi mulai dari
kemerahan sampai pada merah kebiruan sesuai dengan bertambahnya proses
peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, sehingga hal
ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Tanda-tanda
dan gejala gingivitis secara umum meliputi: gusi bengkak, gusi lunak, mudah terluka
dan mudah berdarah ketika disikat (Manson dan Eley, 1993).
Tingkat/ derajat gingivitis yang terjadi pada anak sekolah dasar dapat diukur
dengan menggunakan Index Gingiva (Ramfjord, 1959). Pemeriksaan dilakukan pada
6 gigi yang sudah ditentukan pada permukaan bukal, labial lingual.
6
Kriteria
Normal
Mild Gingivitis
Moderate Gingivitis
Severe Gingivitis
Indeks gingival =
disusul oleh perilaku dan keturunan. Perilaku yang terbentuk dipengaruhi oleh dua
hal, yaitu faktor internal (umur, pendidikan, jenis kelamin, pengetahuan, sikap dan
berbagai faktor lainnya) dan faktor eksternal (budaya, nilai-nilai, sosial, politik).
Faktor internal sering disebut sebagai karakteristik personal. Hal ini membuktikan
bahwa karakteristik personal sangat berpengaruh terhadap sehat sakitnya seseorang
(Notoatmodjo, 2005)
Menurut Davies (1984), perilaku anak sangat dipengaruhi oleh perilaku
ibunya. Oleh sebab itu, ibu berperan dalam menentukan perilaku anak. Hal ini
menjadi dasar keyakinan para ahli bahwa tingginya angka penyakit gigi pada anak
SD sangat dipengaruhi oleh peran orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh
tingkat ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua. Apabila perilaku
ibu mengenai kesehatan gigi baik, maka dapat dilihat bahwa status kesehatan gigi dan
mulut anaknya akan baik. Semakin baik perilaku seorang ibu, maka akan semakin
baik pula derajat kesehatan anaknya. Apabila perilaku ibu mengenai kesehatan gigi
baik, maka dapat diprediksi bahwa status kesehatan gigi anaknya akan baik. Perilaku
ibu itu sendiri dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu internal (umur, pendidikan, nilai,
budaya, pendapatan) dan eksternal (lingkungan sosial, ekonomi, politik). Peran serta
orang tua sangat diperlukan di dalam membimbing, memberikan pengertian,
mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara
kebersihan gigi dan mulutnya. Perilaku orang tua sangat penting dalam mendasari
terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kesehatan gigi dan
mulut anak (Ambarwati, 2010).
Beberapa cara menjaga kebersihan mulut yang dapat dilakukan ibu terhadap
kesehatan gigi anaknya, yaitu: membantu menyikat gigi anak pada waktu balita,
mengajari anak cara menyikat gigi sejak balita, mengawasi lamanya menyikat gigi
sampai sekarang, menyediakan sikat gigi sesuai ukuran dan umur anak, mengganti
sikat gigi anak tiga bulan sekali atau apabila bulu sikat gigi sudah melebar/rusak,
menyediakan pasta gigi yang mengandung fluor, memberi ukuran pasta gigi yang
sesuai. Mengawasi jenis jajanan yang lengket dan manis, berkumur setelah makan
makanan yang manis atau minum air putih, memeriksa gigi anak satu bulan sekali
sejak usia 2 tahun untuk menemukan adanya lubang, karang gigi, gigi berlapis/
goyang, membawa anak ke dokter gigi 6 bulan sekali, melakukan penambalan gigi,
pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi (Panjaitan, 1997: Pintauli & Hamada,
2008).
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Karakteristik Ibu
1. Umur ibu yang mempunyai anak
- 40 tahun
- > 40 tahun
2. Tingkat Pendidikan
- Tidak sekolah/SD
- SMP
- SMU
- PT
3. Tingkat Pendapatan
- Tinggi ( Rp. 300.000/bulan/orang keluarga)
- Rendah (<Rp. 300.000/bulan/orang keluarga)
Tindakan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi
pada Anak
- Membantu menyikat gigi anak pada waktu balita.
- Mengajari anak cara menyikat gigi sejak balita
- Mengawasi lamanya menyikat gigi sampai
sekarang.
- Menyediakan sikat gigi sesuai ukuran dan umur
anak.
- Mengganti sikat gigi anak tiga bulan sekali atau
apabila bulu sikat gigi sudah melebar/rusak.
- Menyediakan pasta gigi yang mengandung fluor
- Memberi ukuran pasta gigi yang sesuai.
- Mengawasi jenis jajanan yang lengket dan manis.
- Mengajarkan kepada anak agar berkumur setelah
memakan makanan yang manis/minum air putih
- Memeriksa gigi anak satu bulan sekali untuk
menemukan adanya lubang gigi, karang gigi, gigi
berlapis.
- Membawa ke dokter gigi 6 bulan sekali
- Membawa anak ke dokter gigi untuk penambalan
gigi, pencabutan gigi, dan pembersihan karang gigi.
1. Oral Higiene
- Indeks Debris
- Indeks Kalkulus
2. Karies
- Indeks DMFT
3. Gingivitis
- Derajat
Gingivitis