Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
Menua atau menjadi tua adalah sesuatu keadaan dimana terjadi diadalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan (Nugroho, 2006). Seiring dengan peningkatan usia seseorang,
banyak terjadi proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia yang
akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak
perubahan pada fungsi tubuh baik fisik maupun psikologis akibat proses
menua. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita, karena pada
proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause (Proverawati, 2010).
Menurut WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua. Pada dasarnya menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, proses penurunan daya tahan tubuh dalam
menghadi suatu rangsangan dari dalam dan lua tubuh yang berakhir dengan
kematian. Saat ini, diseluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari
629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun
2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 miliar. Di negara maju, pertambahan
populasi atau penduduk lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad-20.
Tidak heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi
pertambahan populasi lanjut usia. Namun, saat ini negara berkembang pun
mulai menghadapi masalah yang sama. Fenomena ini sangat jelas
mendatangkan sejumlah konsekuensi diantaranya timbulnya masalah fisik,
mental, sosial, serta kebutuhan pelayanan kesehatan dan keperawatan,
terutama kelainan degeneratif.
Pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak
balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa ( 9%) dari jumlah penduduk. Bahkan pada
tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat negara dengat struktur
dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat,
dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun. Menurut perkiraan Biro Pusat
Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut
usia. Jumlah ini akan melonjak hingga 33 juta orang lanjut usia (12% dari
total penduduk) pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih
dari 70 tahun.
Meningkatnya populasi lansia akan dapat menimbulkan masalah-masalah
penyakit pada usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan Tahun 1998,
terdapat 7,2 populasi usia lanjut 60 tahun keatas untuk kasus demensia.
Sebanyak 5% usia lanjut 65-70 tahun menderita demensia dan akan meningkat
dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia diatas 85 tahun
(Nugroho, 2008). Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat
yang terjadi perlahan-lahan serta dapat pula mengganggu kinerja dan aktivitas
kehidupan sehari-hari (Atun, 2010).
Menurunnya fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (gejala ringan yaitu
mudah sekali lupa dan jika parah akan menyebabkan kepikunan) sering kali
dianggap sebagai masalah biasa dan merupakan hal yang wajar terjadi pada
yang berusia lanjut. Padahal, menurunnya kemampuan kognitif yang ditandai
dengan banyak lupa yang merupakan salah satu gejala awal suatu kepikunan.
Pada perubahan fungsi organ-organ dalam menghasilkan kesulitan terbesar
kelompok lansia adalah keterbatasan ADL (activity daily living). ADL
berkaitan erat sekali dengan fungsi kognitif, secara fisiologis fungsi ini
mengalami degenerasi pada kelompok lansia (Rohana, 2011)
Selain mengakibatkan lansia mengalami gangguan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari (makan, minum, berpakaian, BAK/BAB, dsb), penurunan
kognitif dapat menyebabkan perubahan emosi dan tingkah laku. Lansia akan
mengalami ketergantungan dalam menjalankan semua aktivitasnya karena
dibantu oleh orang lain,
digunakan
untuk
meningkatkan
kemampuan
memori
dengan
cara
dan depan otak serta merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau
emosional.
Berdasarkan dari diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Pengaruh Senam Otak Brain Gym Terhadap Peningkatajn Daya Ingat
Lansia Di Panti Werdha Trisna Mukti Turen Kabupaten Malang.
1.3; Tujuan
1.3.1; Tujuan Umum
pengaruh
senam
otak
terhadap
peningkatan
Pada penelitian ini batasan penelitian dibatasi pada pengaruh senam otak brain
gym terhadap peningkatan daya ingat pada lansia Di Panti Werdha Trisna
Mukti Turen Kabupaten Malang dengan menggunakan SOP senam otak brain
gym dan pengujian aspek kognitif/daya ingat menggunakan mini-mental state
exam (MMSE). Dengan penggunaan evidence based dari penelitian Susilo
Nur Rochman tahun 2015 dengan judul Pengaruh Latihan Senam Otak (Brain
Gym) Terhadap Peningkatan Kemampuan Memori Jangka Pendek Pada Anak
Tuna Grahita Ringan Di SDLB Abc Swadaya Kendal dan penelitian dari Eko
Setyawan tahun 2015 Pengaruh Senam Lansia Dengan Brain Gym Terhadap
Peningkatan Kognitif Pada Lansia. di Posyandu Mawar Indah Banaran di
Dukuh Suruh Desa Simo serta Rochmad Agus Setiawan Tahun 2014 dengan
judul Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demendia Di
Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta.
secara
bertahap
kemampuan
jaringan
untuk