Anda di halaman 1dari 20

Apr

13

IPR (PETROLEUM)
2.6.3. Reservoir Berdasarkan Mekanisme Pendorong
Telah diketahui bahwa minyak bumi tidak mungkin mengalir sendiri dari reservoirnya ke
lubang sumur produksi bila tidak terdapat suatu energi yang mendorongnya. Kenyataan seperti ini
tidak cukup menjelaskan tentang cara dan sebab-sebab timbulnya masalah saat minyak bumi
diproduksikan.
Jenis reservoir berdasarkan mekanisme pendorong reservoir dibagi menjadi lima, yaitu :
solution gas drive reservoir, gas cap drive reservoir, water drive reservoir, gravitational segregation
drive reservoir, dan combination drive reservoir.
2.6.3.1. Solution Gas Drive Reservoir
Reservoir jenis ini disebut solution gas drive disebabkan oleh karena energi pendesak
minyaknya adalah terutama dari perubahan fasa pada hidrokarbon-hidrokarbon ringannya yang
semula merupakan fasa cair menjadi gas. Kemudian gas yang terbentuk ini ikut mendesak minyak ke
sumur produksinya pada saat penurunan tekanan reservoir karena produksi tersebut (Gambar 2.33).
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak dimulai, maka akan
terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan
fluida mengalir dari reservoir menuju lubang bor melalui pori-pori batuan. Penurunan tekanan
disekitar sumur bor akan menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat awal, karena saturasi gas
tersebut masih kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu), maka gas tersebut terperangkap pada
ruang antar butiran reservoirnya, tetapi setelah tekanan reservoir tersebut cukup kecil dan gas sudah
terbentuk banyak atau dapat bergerak maka gas tersebut turut serta terproduksi ke permukaan
(Gambar 2.34).
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih terperangkap pada selasela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih kecil jika dibandingkan dengan gas oil ratio
reservoir. Gas oil ratio produksi akan bertambah besar bila gas pada saluran pori-pori tersebut mulai
bisa mengalir, hal ini terus-menerus berlangsung hingga tekanan reservoir menjadi rendah. Bila
tekanan telah cukup rendah maka gas oil ratio akan menjadi berkurang sebab volume gas di dalam
reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil ratio dan gas oil produksi reservoirnya harganya hampir
sama reservoir jenis ini pada tahap teknik produksi primernya akan meninggalkan residual oil yang
cukup besar. Produksi air hampir-hampir tidak ada karena reservoirnya terisolir, sehingga meskipun
terdapat connate water tetapi hampir-hampir tidak dapat terproduksi.

2.6.3.2. Gas Cap Drive Reservoir


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi, kadang-kadang pada kondisi
reservoirnya komponen-komponen ringan dan menengah dari minyak bumi tersebut membentuk suatu
fasa gas. Gas bebas ini kemudian melepaskan diri dari minyaknya dan menempati bagian atas dari
reservoir itu membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan suatu energi pendesak untuk
mendorong minyak bumi dari reservoir ke lubang sumur dan mengangkatnya ke permukaan.
Bila reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap, maka energi ilmiah
yang menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu ekspansi gas cap dan ekspansi gas yang
terlarut lalu melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak pertama kali diproduksikan,
permukaan antara minyak dan gas akan turun, gas cap akan berkembang ke bawah selama produksi
berlangsung. Untuk jenis reservoir ini, umumnya tekanan reservoir akan lebih konstan jika
dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini disebabkan bila volume gas cap drive telah demikian
besar, maka tekanan minyak akan jadi berkurang dan gas yang terlarut dalam minyak akan
melepaskan diri menuju ke gas cap, dengan demikian minyak akan bertambah ringan, encer, dan
mudah untuk mengalir menuju lubang bor (Gambar 2.35).
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke bawah, air hampirhampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan reservoir relatip kecil penurunannya, juga
minyak berada di dalam reservoirnya akan terus semakin ringan dan mengalir dengan baik, maka
untuk reservoir jenis ini akan mempunyai umur dan recovery sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika
dibandingkan dengan jenis solution gas drive. Sehingga residu oil yang masih tertinggal di dalam
reservoir ketika lapangan ini ditutup adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis solution gas
drive (Gambar 2.36).
2.6.3.3. Water Drive Reservoir
Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong minyak untuk
mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama dengan minyak pada batuan
reservoirnya.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air merupakan fluida
pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan adanya migrasi minyak bumi maka air
yang berada disana tersingkir dan digantikan oleh minyak. Dengan demikian karena volume minyak
ini terbatas, maka bila dibandingkan dengan volume air yang merupakan fluida pendesaknya akan
jauh lebih kecil (Gambar 2.37).
Gas oil ratio untuk reservoir jenis ini relatip lebih konstan jika dibandingkan dengan reservoir
jenis lainnya. Hal ini disebabkan karena tekanan reservoir relatip akan konstan karena dikontrol terus
oleh pendesakan air yang hampir tidak mengalami penurunan. Produksi air pada awal produksi
sedikit, tetapi apabila permukaan air telah mencapai lubang bor maka mulai mengalami kenaikan

produksi yang semakin lama semakin besar secara kontinyu sampai sumur tersebut ditinggalkan
karena produksi minyaknya tidak ekonomis lagi (Gambar 2.38).
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak yang terproduksi
akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan lainnya, yaitu antara 35 - 75% dari
volume minyak yang ada. Sehingga minyak sisa (residual oil) yang masih tertinggal didalam reservoir
akan lebih sedikit.
2.6.3.4 Gravitational Segregation Drive Reservoir
Gravity drainage atau gravitational segregation merupakan energi pendorong minyak bumi
yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air membuat suatu keadaan yang sesuai dengan
massa jenisnya (karena gaya gravitasi).
Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi minyak dari suatu
reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery dari solution gas drive reservoir bisa
ditingkatkan dengan adanya gravity drainage ini. Demikian pula dengan reservoir-reservoir yang
mempunyai energi pendorong lainnya.
Seandainya dalam reservoir itu terdapat tudung gas primer (primary gas cap) maka tudung
gas ini akan mengembang sebagai proses gravity drainage tersebut.

Reservoir

yang

tidak

mempunyai tudung gas primer segera akan


mengadakan penentuan tudung gas sekunder (secondary gas cap).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak pada struktur yang
lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu program penutupan sumur-sumur
tersebut. Diharapkan dengan adanya program ini perolehannya minyaknya dapat mencapai
maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas zona produktip,
dan juga dari kemiringan dari formasinya. Faktor-faktor kombinasi seperti misalnya, viskositas
rendah, specipic gravity rendah, mengalir pada atau sepanjang zona dengan permeabilitas tinggi
dengan kemiringan lapisan cukup curam, ini semuanya akan menyebabkan perbesaran dalam
pergerakan minyak dalam struktur lapisannya (Gambar 2.39).

Dalam reservoir gravity drainage

perembesan airnya kecil atau hampir tidak ada produksi air. Laju penurunan tekanan tergandung pada
jumlah gas yang ada. Jika produksi semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan
dengan berjalannya produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang terbebaskan dari
larutannya terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat akan habis.
Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity drainage ini sangat bervariasi.
Bila gravity drainage baik, atau bila laju produksi dibatasi untuk mendapatkan keuntungan maksimal
dari gaya gravity drainage ini maka recovery yang didapat akan tinggi. Pernah tercatat bahwa
recovery dari gravity drainage ini melebihi 80% dari cadangan awal (IOIP). Pada reservoir dimana
bekerja juga solution gas drive ternyata recovery-nya menjadi lebih kecil (Gambar 2.40).
2.6.3.5. Combination Drive Reservoir

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi dalam beberapa jenis
sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam keadaan sebenarnya energi-energi
pendorong ini bekerja bersamaan dan simultan. Bila demikian, maka energi pendorong yang bekerja
pada reservoir itu merupakan kombinasi beberapa energi pendorong, sehingga dikenal dengan nama
combination drive reservoir. Kombinasi yang umum dijumpai adalah antara gas cap drive dengan
water drive. (Gambar 2.41).
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap akan mendesak
kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada pada bagian bawah dari reservoir
tersebut. Pada saat produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi gas sebab tekanan reservoir
masih cukup tinggi karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas dan air dari bawah. Dengan demikian
peristiwa depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan tidak ada, sehingga minyak yang masih tersisa
di dalam reservoir semakin kecil karena recovery minyaknya tinggi dan effesiensi produksinya lebih
tinggi.
Gambar 2.42 merupakan salah satu contoh kelakuan dari combination drive dengan water
drive yang lemah dan tidak ada tudung gas pada reservoirnya. Gas oil ratio yang konstan pada awal
produksi dimungkinkan bahwa tekanan reservoir masih di atas tekanan jenuh. Di bawah tekanan
jenuh, gas akan bebas 2.7. Productivity Index dan Inflow Performance Relationship (IPR)
2.7.1. Productivity Index
Persamaan aliran darcy merupakan pengembangan dari aliran fluida dari media berpori
dengan melakukan anggapan sebagai berikut :
Fluida formasi terdiri dari satu fasa
Formasi homogen
Fluida tidak bereaksi terhadap formasi
Aliran steady state (mantap)
Fluida incompressible
Productivity Index (PI) secara umum didefinisikan sebagai perbandingan laju produksi yang
dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan aliran dasar sumur tertentu dengan perbedaan
tekanan dasar sumur pada keadaan statis (P s) dan tekanan dasa sumur pada saat terjadi aliran (P wf)
yang secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
..... (2.34)

dimana :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q

= laju produksi aliran total, bbl/hari

Ps

= Tekanan statis reservoir, psi

Pwf

= Tekanan dasar sumur waktu ada aliran, psi


Secara teoritis persamaan (2.34) dapat didekati oleh persamaan radial dari darcy untuk fluida

homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian untuk aliran minyak saja berlaku
hubungan :
..... (2.35)

......(2.36)

dimana :
PI

= productivity index, bbl/hari/psi

= permeabilitas batuan, mD

kw

= permeabilitas efektif terhadap sumur, mD

ko

= permeabilitas efektif terhadap minyak, mD

= viscositas minyak, cp

= viscositas air, cp

Bo

= faktor volume formasi minyak, bbl/STB

Bw

= foktar volume formasi air, bbl/STB

re

= jari-jari pengurasan sumur, ft

rw

= jari-jari sumur, ft
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu lapangan terutama

bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan Specific Productivity Index (SPI) yang
merupakan perbandingan antara Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis
dapat dituliskan :
.. (2.37)

Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk laju aliran yang
bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih besar productivity index tidak lagi
linier tetapi justru menurun, hal tersebut disebabkan karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat
bertambahnya laju produksi, berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap
minyak oleh karena terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada lubang bor,
kemudian dengan turunnya tekanan di bawah tekanan jenuh maka viscositas akan bertambah (sebagai
akibat terbebasnya gas dari larutan) dan atau berkurangannya permeabilitas akibat adanya
kompressibilitas batuan.

Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas maksimum akan
merugikan reservoir dikemudian hari, karena akan mengakibatkan terjadinya water atau gas coning
dan kerusakan formasi (formation demage).
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba memberikan batasan terhadap
besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai berikut :
PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5
PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
PI tinggi jika lebih dar 1,5
2.7.2. Inflow Performance Relationship (IPR)
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu studi tentang performance aliran fluida
dari reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana performance (ulah) ini akan tergantung kepada PI
secara grafis.
Jika PI suatu sumur dianggap konstan, tidak tergantung pada laju produksi, maka persamaan
(2.34), dapat ditulis :
.. (2.38)

Pada persaman (2.39) terlihat bahwa Pwf dan laju produksi mempunyai hubungan yang linier, yang
disebut Inflow Performance Relationship, yang menggambarkan reaksi-reaksi reservoir bila ada
perbedaan tekanan didalamnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.42.
Bila q = 0, maka Pwf = Ps, dan bila q = PI x Ps, maka Pwf = 0. Sudut yang dibuat oleh garis
tersebut terhadap sumbu tekanan sedemikian rupa, sehingga :
. (2.39)

Jadi sebenarnya PI merupakan koefisien arah dari kurva IPR, Harga q pada titik B, yaitu PI x
Ps disebut sebagai potensial sumur, yaitu suatu laju produksi maksimum yang dapat diberikan oleh
reservoir, dan akan terjadi bila harga Pwf sama dengan nol. Pada pembuatan grafik 2.43, bahwa PI
tidak tergantung pada laju produksi yang merupakan hasil dari kemungkinan produksi sepanjang garis
AB. Hasil ini berhubungan dengan persaman aliran radial.
Tetapi kurva IPR disini tidak selalu linier tetapi ini tergantung pada jumlah fluida yang
mengalir. Untuk fulida dua fasa kurva yang terbentuk akan lengkung (tidak linier), dan harga PI tidak
lagi merupakan harga yang konstan karena kemiringan garis IPR akan berubah secara kontinyu untuk
setiap harga Pwf.
2.7.2.1. IPR untuk Satu Fasa
Penentuan IPR untuk aliran fluida satu fasa ditentukan berdasarkan data-data sebagai berikut :
A. Berdasarkan data hasil uji tekanan dan produksi

1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf dan qo.
2. Hitung PI dengan menggunakan persamaan (2.34)
3. Pilih tekanan aliran dasar sumur (Pwf)
4. Hitung laju aliran minyak (qo)dan Pwf Tersebut dengan menggunakan persamaan :

qo = PI (Ps

- Pwf) (2.40)
5. Kembali ke langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot q terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafis kartesian, dengan qo
sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
B. Berdasarkan parameter batuan dan fluida reservoir
1. Siapka data-data yang diperlukan sebagai berikut :
a.

Parameter batuan reservoir, yaitu Ko, H dan r e

b. Parameter fluida reservoir, yaitu Bo dan o


c.

Parameter sumur, yaitu rw

d. Tekanan statik dan faktor skin dari uji tekanan yaitu Ps dan s
2. Hitung PI dengan persamaan :
(2.41)

3. Pilih tekanan dasar sumur (Pwf)


4. Hitung laju alir (qo) pada Pwf tersebut dengan menggnakan persamaan (2.40)
5. Ulangi langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot qo Vs Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik kartesian, dengan qo sebagai
sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak
Gambar 2.45.
Grafik IPR tidak Linier14)
2.7.2.2. IPR untuk Dua Fasa
Penentuan kurva IPR untu aliran dua fasa pada faktor skin = 0 berdasarkan Ps, Pwf dan Pb adalah
sebagai beriukut :
A. Jika tekanan statik lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu Ps, Pwf dan qo
2. Hitung Pwf/Ps
3. entukan laju produksi maksimum (q.maks) berdasarkan data dari langkah 1, dengan persamaan di
bawah ini :
(2.42)

4. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan hitung Pwf/Ps


5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan ini :
.... (2.43)

6. Ulangi langkah 4 untuk harga Pwf yang berbeda.


7. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 4 sampai dengan 6 pada kertas grafik kartesian
dengan qo pada sumbu datar dan Pwf pada sumbu tegak
8. Pilih laju aliran (qo) dan hitung qo/qmax
9. Hitung pwf dengan menggunakan persamaan berikut :
. (2.44)
10. Ulangi langkah 4 untuk harga qo yang berbeda
B. Jika tekanan statik lebih besar dari tekanan jeuh (Pb) dan tekan aliran dasar sumur dari uji produksi
lebih besar dari tekanan jenuh atau (Ps > Pb) dan (Pwf >Pb).
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data : Pwf, Ps dan qo pada Pwf. Dalam ini Pwf dan Pb
harus diketahui.
2. Hitung Index Produktivity untuk sumur Pwf > Pb (kondisi aliran satu fasa)
dengan persamaan (2.35)
3. Dengan menggunakan harga Pi tersebut, hitung q dengan persamaan :
.... (2.45)

4. Hitung q max dengan persamaan :


.. (2.46)

5. Pilih Pwf < Pb dan hitung Pwf/Pb


6. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
.... (2.47)

7. Ulangi langkah 5 untuk harga pwf yang berbeda


8. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari langkah 5 sampai dengan langkah 7 pada kertas grafik
kartesian dengan meletakkan qo pada sumbu mendatar dan Pwf pada sumbu vertikal
C. Jika tekanan statik lebih besar daripada tekanan jenuh (Ps > Pb) dan tekanan aliran dasar sumur dari
uji produksi lebih kecil dari tekanan jenuh (Pwf < Pb).
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data Pwf, Ps dan qo pada Pwf. Dalam hal ini Pwf < Pb
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A, yaitu :

. (2.48)

3. Hitung harga PI untuk kurva IPR di atas tekanan jenuh yaitu :


.. (2.49)

4. Tentukan laju produksi pada pwf = Pb, yaitu :


. (2.50)
5. Hitung q maks dari persamaan :
(2.51)

6. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh, kemudian hitung Pwf/Pb
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan (2.47)
8. Ulangi lagi untuk langkah 6 dengan harga Pwf yang berbeda
9. Plot Pwf vs qo yang diperoleh dari langkah 6 sampai langkah 8 pada kertas grafik kartesian dengan
qo pada sumbu mendatar dan Pwf pada sumbu vertikal
D. Penentuan kurva IPR dua fasa untuk tekanan statik di bawah tekanan jenuh (Ps < Pb) dan faktor skin
tidak sama dengan nol adalah :
1. Dari uji tekanan tentukan Ps dan s
2. Dari uji produksi tentukan harga Pwf dan qo pada Pwf
3. Hitung konstanta persamaan kurva IPR, yaitu a1, a2, a3, a4 dan a5 masing-masing dengan
menggunakan persamaan sebagi berikut :
a1 = 0,183 e-0,364 s + 1,646 e -0,0556 s
a2 = -1,476 e-0,456 s + 1,646 e-0,442 s
a3 = -2,149 e-0,196 s + 1,646 e-0,220 s
a4 = 0,022 e-0,088 s 0,260 e-0,211 s
a5 = -0,552 e-0,032 s 0,583 e-0,307 s
4. Hitung harga Pwf/Ps berdasarkan data uji tekanan dan produksi
5. Hitung harga ruas kanan dari persamaan kurva IPR :
. (2.52)

6. Hitung laju produksi maksimum (q maks) apabila s = 0 yaitu :

dimana : qo adalah laju aliran dari uji produksi


7. Pilih harga Pwf dan Pwf/Ps, kemudian hitung harga A seperti langkah 5
8. Hitung laju produksi (qo) pada Pwf tersebut, yaitu :
qo = q maks pada s = 0
= q maks A
9. Ulangi langkah 7 dengan harga Pwf yang berbeda
10. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari perhitungan pada kertas grafik kartesian dengan qo pada
sumbu mendatar dan pwf pada sumbu vertikal

Diposkan 13th April 2014 oleh tonni paruntungan

Lihat komentar

ILMU PETROLEUM

Klasik

Kartu Lipat

Majalah

Mozaik

Bilah Sisi

Cuplikan

Kronologis

1.

Apr
13

IPR (PETROLEUM)
2.6.3. Reservoir Berdasarkan Mekanisme Pendorong
Telah diketahui bahwa minyak bumi tidak mungkin mengalir sendiri dari
reservoirnya ke lubang sumur produksi bila tidak terdapat suatu energi yang mendorongnya.
Kenyataan seperti ini tidak cukup menjelaskan tentang cara dan sebab-sebab timbulnya
masalah saat minyak bumi diproduksikan.

Jenis reservoir berdasarkan mekanisme pendorong reservoir dibagi menjadi lima,


yaitu : solution gas drive reservoir, gas cap drive reservoir, water drive reservoir, gravitational
segregation drive reservoir, dan combination drive reservoir.
2.6.3.1. Solution Gas Drive Reservoir
Reservoir jenis ini disebut solution gas drive disebabkan oleh karena energi pendesak
minyaknya adalah terutama dari perubahan fasa pada hidrokarbon-hidrokarbon ringannya
yang semula merupakan fasa cair menjadi gas. Kemudian gas yang terbentuk ini ikut
mendesak minyak ke sumur produksinya pada saat penurunan tekanan reservoir karena
produksi tersebut (Gambar 2.33).
Setelah sumur selesai dibor menembus reservoir dan produksi minyak dimulai, maka
akan terjadi suatu penurunan tekanan di sekitar lubang bor. Penurunan tekanan ini akan
menyebabkan fluida mengalir dari reservoir menuju lubang bor melalui pori-pori batuan.
Penurunan tekanan disekitar sumur bor akan menimbulkan terjadinya fasa gas. Pada saat
awal, karena saturasi gas tersebut masih kecil (belum membentuk fasa yang kontinyu), maka
gas tersebut terperangkap pada ruang antar butiran reservoirnya, tetapi setelah tekanan
reservoir tersebut cukup kecil dan gas sudah terbentuk banyak atau dapat bergerak maka gas
tersebut turut serta terproduksi ke permukaan (Gambar 2.34).
Pada awal produksi, karena gas yang dibebaskan dari minyak masih terperangkap
pada sela-sela pori batuan, maka gas oil ratio produksi akan lebih kecil jika dibandingkan
dengan gas oil ratio reservoir. Gas oil ratio produksi akan bertambah besar bila gas pada
saluran pori-pori tersebut mulai bisa mengalir, hal ini terus-menerus berlangsung hingga
tekanan reservoir menjadi rendah. Bila tekanan telah cukup rendah maka gas oil ratio akan
menjadi berkurang sebab volume gas di dalam reservoir tinggal sedikit. Dalam hal ini gas oil
ratio dan gas oil produksi reservoirnya harganya hampir sama reservoir jenis ini pada tahap
teknik produksi primernya akan meninggalkan residual oil yang cukup besar. Produksi air
hampir-hampir tidak ada karena reservoirnya terisolir, sehingga meskipun terdapat connate
water tetapi hampir-hampir tidak dapat terproduksi.

2.6.3.2. Gas Cap Drive Reservoir


Dalam beberapa tempat dimana terakumulasinya minyak bumi, kadang-kadang pada
kondisi reservoirnya komponen-komponen ringan dan menengah dari minyak bumi tersebut
membentuk suatu fasa gas. Gas bebas ini kemudian melepaskan diri dari minyaknya dan
menempati bagian atas dari reservoir itu membentuk suatu tudung. Hal ini bisa merupakan
suatu energi pendesak untuk mendorong minyak bumi dari reservoir ke lubang sumur dan
mengangkatnya ke permukaan.

Bila reservoir ini dikelilingi suatu batuan yang merupakan perangkap, maka energi
ilmiah yang menggerakkan minyak ini berasal dari dua sumber, yaitu ekspansi gas cap dan
ekspansi gas yang terlarut lalu melepaskan diri.
Mekanisme yang terjadi pada gas cap reservoir ini adalah minyak pertama kali
diproduksikan, permukaan antara minyak dan gas akan turun, gas cap akan berkembang ke
bawah selama produksi berlangsung. Untuk jenis reservoir ini, umumnya tekanan reservoir
akan lebih konstan jika dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini disebabkan bila
volume gas cap drive telah demikian besar, maka tekanan minyak akan jadi berkurang dan
gas yang terlarut dalam minyak akan melepaskan diri menuju ke gas cap, dengan demikian
minyak akan bertambah ringan, encer, dan mudah untuk mengalir menuju lubang bor
(Gambar 2.35).
Kenaikan gas oil ratio juga sejalan dengan pergerakan permukaan ke bawah, air
hampir-hampir tidak diproduksikan sama sekali. Karena tekanan reservoir relatip kecil
penurunannya, juga minyak berada di dalam reservoirnya akan terus semakin ringan dan
mengalir dengan baik, maka untuk reservoir jenis ini akan mempunyai umur dan recovery
sekitar 20 - 40 %, yang lebih besar jika dibandingkan dengan jenis solution gas drive.
Sehingga residu oil yang masih tertinggal di dalam reservoir ketika lapangan ini ditutup
adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis solution gas drive (Gambar 2.36).
2.6.3.3. Water Drive Reservoir
Untuk reservoir jenis water drive ini, energi pendesakan yang mendorong minyak
untuk mengalir adalah berasal dari air yang terperangkap bersama-sama dengan minyak pada
batuan reservoirnya.
Apabila dilihat dari terbentuknya batuan reservoir water drive, maka air merupakan
fluida pertama yang menempati pori-pori reservoir. Tetapi dengan adanya migrasi minyak
bumi maka air yang berada disana tersingkir dan digantikan oleh minyak. Dengan demikian
karena volume minyak ini terbatas, maka bila dibandingkan dengan volume air yang
merupakan fluida pendesaknya akan jauh lebih kecil (Gambar 2.37).
Gas oil ratio untuk reservoir jenis ini relatip lebih konstan jika dibandingkan dengan
reservoir jenis lainnya. Hal ini disebabkan karena tekanan reservoir relatip akan konstan
karena dikontrol terus oleh pendesakan air yang hampir tidak mengalami penurunan. Produksi
air pada awal produksi sedikit, tetapi apabila permukaan air telah mencapai lubang bor maka
mulai mengalami kenaikan produksi yang semakin lama semakin besar secara kontinyu
sampai sumur tersebut ditinggalkan karena produksi minyaknya tidak ekonomis lagi (Gambar
2.38).
Untuk reservoir dengan jenis pendesakan water drive maka bagian minyak yang
terproduksi akan lebih besar jika dibandingkan dengan jenis pendesakan lainnya, yaitu antara

35 - 75% dari volume minyak yang ada. Sehingga minyak sisa (residual oil) yang masih
tertinggal didalam reservoir akan lebih sedikit.
2.6.3.4 Gravitational Segregation Drive Reservoir
Gravity drainage atau gravitational segregation merupakan energi pendorong minyak
bumi yang berasal dari kecenderungan gas, minyak, dan air membuat suatu keadaan yang
sesuai dengan massa jenisnya (karena gaya gravitasi).
Gravity drainage mempunyai peranan yang penting dalam memproduksi minyak dari
suatu reservoir. Sebagai contoh bila kondisinya cocok, maka recovery dari solution gas drive
reservoir bisa ditingkatkan dengan adanya gravity drainage ini. Demikian pula dengan
reservoir-reservoir yang mempunyai energi pendorong lainnya.
Seandainya dalam reservoir itu terdapat tudung gas primer (primary gas cap) maka
tudung gas ini akan mengembang sebagai proses gravity drainage tersebut. Reservoir yang
tidak mempunyai tudung gas primer segera akan
mengadakan penentuan tudung gas sekunder (secondary gas cap).
Pada awal dari reservoir ini, gas oil ratio dari sumur-sumur yang terletak pada
struktur yang lebih tinggi akan cepat meningkat sehingga diperlukan suatu program
penutupan sumur-sumur tersebut. Diharapkan dengan adanya program ini perolehannya
minyaknya dapat mencapai maksimum.
Besarnya gravity drainage dipengaruhi oleh gravity minyak, permeabilitas zona
produktip, dan juga dari kemiringan dari formasinya. Faktor-faktor kombinasi seperti
misalnya, viskositas rendah, specipic gravity rendah, mengalir pada atau sepanjang zona
dengan permeabilitas tinggi dengan kemiringan lapisan cukup curam, ini semuanya akan
menyebabkan perbesaran dalam pergerakan minyak dalam struktur lapisannya (Gambar 2.39).
Dalam reservoir gravity drainage perembesan airnya kecil atau hampir tidak ada
produksi air. Laju penurunan tekanan tergandung pada jumlah gas yang ada. Jika produksi
semata-mata hanya karena gas gravitasi, maka penurunan tekanan dengan berjalannya
produksi akan cepat. Hal ini disebabkan karena gas yang terbebaskan dari larutannya
terproduksi pada sumur struktur sehingga tekanan cepat akan habis.
Recovery yang mungkin diperoleh dari jenis reservoir gravity drainage ini sangat
bervariasi. Bila gravity drainage baik, atau bila laju produksi dibatasi untuk mendapatkan
keuntungan maksimal dari gaya gravity drainage ini maka recovery yang didapat akan tinggi.
Pernah tercatat bahwa recovery dari gravity drainage ini melebihi 80% dari cadangan awal
(IOIP). Pada reservoir dimana bekerja juga solution gas drive ternyata recovery-nya menjadi
lebih kecil (Gambar 2.40).
2.6.3.5. Combination Drive Reservoir
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa reservoir minyak dapat dibagi dalam beberapa
jenis sesuai dengan jenis energi pendorongnya. Tidak jarang dalam keadaan sebenarnya

energi-energi pendorong ini bekerja bersamaan dan simultan. Bila demikian, maka energi
pendorong yang bekerja pada reservoir itu merupakan kombinasi beberapa energi pendorong,
sehingga dikenal dengan nama combination drive reservoir. Kombinasi yang umum dijumpai
adalah antara gas cap drive dengan water drive. (Gambar 2.41).
Untuk reservoir minyak jenis ini, maka gas yang terdapat pada gas cap akan
mendesak kedalam formasi minyak, demikian pula dengan air yang berada pada bagian
bawah dari reservoir tersebut. Pada saat produksi minyak tidak sempat berubah fasa menjadi
gas sebab tekanan reservoir masih cukup tinggi karena dikontrol oleh tekanan gas dari atas
dan air dari bawah. Dengan demikian peristiwa depletion untuk reservoir jenis ini dikatakan
tidak ada, sehingga minyak yang masih tersisa di dalam reservoir semakin kecil karena
recovery minyaknya tinggi dan effesiensi produksinya lebih tinggi.
Gambar 2.42 merupakan salah satu contoh kelakuan dari combination drive dengan
water drive yang lemah dan tidak ada tudung gas pada reservoirnya. Gas oil ratio yang
konstan pada awal produksi dimungkinkan bahwa tekanan reservoir masih di atas tekanan
jenuh. Di bawah tekanan jenuh, gas akan bebas 2.7. Productivity Index dan Inflow
Performance Relationship (IPR)
2.7.1. Productivity Index
Persamaan aliran darcy merupakan pengembangan dari aliran fluida dari media
berpori dengan melakukan anggapan sebagai berikut :
Fluida formasi terdiri dari satu fasa
Formasi homogen
Fluida tidak bereaksi terhadap formasi
Aliran steady state (mantap)
Fluida incompressible
Productivity Index (PI) secara umum didefinisikan sebagai perbandingan laju
produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu harga tekanan aliran dasar sumur
tertentu dengan perbedaan tekanan dasar sumur pada keadaan statis (P s) dan tekanan dasa
sumur pada saat terjadi aliran (Pwf) yang secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut :
..... (2.34)

dimana :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q

= laju produksi aliran total, bbl/hari

Ps

= Tekanan statis reservoir, psi

Pwf

= Tekanan dasar sumur waktu ada aliran, psi


Secara teoritis persamaan (2.34) dapat didekati oleh persamaan radial dari darcy

untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian untuk aliran minyak
saja berlaku hubungan :
..... (2.35)

......(2.36)

dimana :
PI

= productivity index, bbl/hari/psi

= permeabilitas batuan, mD

kw

= permeabilitas efektif terhadap sumur, mD

ko

= permeabilitas efektif terhadap minyak, mD

= viscositas minyak, cp

= viscositas air, cp

Bo

= faktor volume formasi minyak, bbl/STB

Bw

= foktar volume formasi air, bbl/STB

re

= jari-jari pengurasan sumur, ft

rw

= jari-jari sumur, ft
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu lapangan

terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan Specific Productivity Index
(SPI) yang merupakan perbandingan antara Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang
secara matematis dapat dituliskan :
.. (2.37)

Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk laju aliran
yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih besar productivity
index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut disebabkan karena timbulnya aliran
turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju produksi, berkurangnya laju produksi,
berkurangnya permeabilitas terhadap minyak oleh karena terbentuknya gas bebas sebagi
akibat turunnya tekanan pada lubang bor, kemudian dengan turunnya tekanan di bawah
tekanan jenuh maka viscositas akan bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan)
dan atau berkurangannya permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.

Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas maksimum
akan merugikan reservoir dikemudian hari, karena akan mengakibatkan terjadinya water atau
gas coning dan kerusakan formasi (formation demage).
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba memberikan batasan
terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai berikut :
PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5
PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
PI tinggi jika lebih dar 1,5
2.7.2. Inflow Performance Relationship (IPR)
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu studi tentang performance aliran fluida
dari reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana performance (ulah) ini akan tergantung
kepada PI secara grafis.
Jika PI suatu sumur dianggap konstan, tidak tergantung pada laju produksi, maka persamaan
(2.34), dapat ditulis :
.. (2.38)

Pada persaman (2.39) terlihat bahwa Pwf dan laju produksi mempunyai hubungan yang linier,
yang disebut Inflow Performance Relationship, yang menggambarkan reaksi-reaksi reservoir
bila ada perbedaan tekanan didalamnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.42.
Bila q = 0, maka Pwf = Ps, dan bila q = PI x Ps, maka Pwf = 0. Sudut yang dibuat oleh
garis tersebut terhadap sumbu tekanan sedemikian rupa, sehingga :
. (2.39)

Jadi sebenarnya PI merupakan koefisien arah dari kurva IPR, Harga q pada titik B, yaitu PI
x Ps disebut sebagai potensial sumur, yaitu suatu laju produksi maksimum yang dapat
diberikan oleh reservoir, dan akan terjadi bila harga Pwf sama dengan nol. Pada pembuatan
grafik 2.43, bahwa PI tidak tergantung pada laju produksi yang merupakan hasil dari
kemungkinan produksi sepanjang garis AB. Hasil ini berhubungan dengan persaman aliran
radial.
Tetapi kurva IPR disini tidak selalu linier tetapi ini tergantung pada jumlah fluida yang
mengalir. Untuk fulida dua fasa kurva yang terbentuk akan lengkung (tidak linier), dan harga
PI tidak lagi merupakan harga yang konstan karena kemiringan garis IPR akan berubah secara
kontinyu untuk setiap harga Pwf.
2.7.2.1. IPR untuk Satu Fasa

Penentuan IPR untuk aliran fluida satu fasa ditentukan berdasarkan data-data sebagai berikut
:
A. Berdasarkan data hasil uji tekanan dan produksi
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi, yaitu Ps, Pwf dan qo.
2. Hitung PI dengan menggunakan persamaan (2.34)
3. Pilih tekanan aliran dasar sumur (Pwf)
4. Hitung laju aliran minyak (qo)dan Pwf Tersebut dengan menggunakan persamaan :
qo = PI (Ps - Pwf) (2.40)
5. Kembali ke langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot q terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafis kartesian,
dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak.
B. Berdasarkan parameter batuan dan fluida reservoir
1. Siapka data-data yang diperlukan sebagai berikut :
a.

Parameter batuan reservoir, yaitu Ko, H dan r e

b. Parameter fluida reservoir, yaitu Bo dan o


c.

Parameter sumur, yaitu rw

d. Tekanan statik dan faktor skin dari uji tekanan yaitu Ps dan s
2. Hitung PI dengan persamaan :
(2.41)

3. Pilih tekanan dasar sumur (Pwf)


4. Hitung laju alir (qo) pada Pwf tersebut dengan menggnakan persamaan (2.40)
5. Ulangi langkah 3 dengan harga Pwf yang berbeda
6. Plot qo Vs Pwf yang diperoleh dari langkah 3 dan 4 pada kertas grafik kartesian,
dengan qo sebagai sumbu datar dan Pwf sebagai sumbu tegak
Gambar 2.45.
Grafik IPR tidak Linier14)

2.7.2.2. IPR untuk Dua Fasa


Penentuan kurva IPR untu aliran dua fasa pada faktor skin = 0 berdasarkan Ps, Pwf dan Pb
adalah sebagai beriukut :
A. Jika tekanan statik lebih kecil dari tekanan jenuh (Pb)
1. Siapkan data hasil uji tekanan dan produksi yaitu Ps, Pwf dan qo
2. Hitung Pwf/Ps
3. entukan laju produksi maksimum (q.maks) berdasarkan data dari langkah 1, dengan
persamaan di bawah ini :

(2.42)

4. Pilih tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan hitung Pwf/Ps


5. Hitung qo pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan ini :
.... (2.43)

6. Ulangi langkah 4 untuk harga Pwf yang berbeda.


7. Plot qo terhadap Pwf yang diperoleh dari langkah 4 sampai dengan 6 pada kertas
grafik kartesian dengan qo pada sumbu datar dan Pwf pada sumbu tegak
8. Pilih laju aliran (qo) dan hitung qo/qmax
9. Hitung pwf dengan menggunakan persamaan berikut :
. (2.44)
10. Ulangi langkah 4 untuk harga qo yang berbeda
B. Jika tekanan statik lebih besar dari tekanan jeuh (Pb) dan tekan aliran dasar sumur dari uji
produksi lebih besar dari tekanan jenuh atau (Ps > Pb) dan (Pwf >Pb).
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data : Pwf, Ps dan qo pada Pwf. Dalam
ini Pwf dan Pb harus diketahui.
2. Hitung Index Produktivity untuk sumur Pwf > Pb (kondisi aliran satu fasa)
dengan persamaan (2.35)
3. Dengan menggunakan harga Pi tersebut, hitung q dengan persamaan :
.... (2.45)

4. Hitung q max dengan persamaan :


.. (2.46)

5. Pilih Pwf < Pb dan hitung Pwf/Pb


6. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan :
.... (2.47)

7. Ulangi langkah 5 untuk harga pwf yang berbeda


8. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari langkah 5 sampai dengan langkah 7 pada
kertas grafik kartesian dengan meletakkan qo pada sumbu mendatar dan Pwf pada
sumbu vertikal

C. Jika tekanan statik lebih besar daripada tekanan jenuh (Ps > Pb) dan tekanan aliran dasar
sumur dari uji produksi lebih kecil dari tekanan jenuh (Pwf < Pb).
1. Dari uji tekanan dan produksi diperoleh data-data Pwf, Ps dan qo pada Pwf. Dalam
hal ini Pwf < Pb
2. Hitung Pwf/Pb dan tentukan harga A, yaitu :
. (2.48)

3. Hitung harga PI untuk kurva IPR di atas tekanan jenuh yaitu :


.. (2.49)

4. Tentukan laju produksi pada pwf = Pb, yaitu :


. (2.50)
5. Hitung q maks dari persamaan :
(2.51)

6. Pilih Pwf yang lebih kecil dari tekanan jenuh, kemudian hitung Pwf/Pb
7. Hitung laju produksi pada Pwf tersebut dengan menggunakan persamaan (2.47)
8. Ulangi lagi untuk langkah 6 dengan harga Pwf yang berbeda
9. Plot Pwf vs qo yang diperoleh dari langkah 6 sampai langkah 8 pada kertas grafik
kartesian dengan qo pada sumbu mendatar dan Pwf pada sumbu vertikal
D. Penentuan kurva IPR dua fasa untuk tekanan statik di bawah tekanan jenuh (Ps < Pb) dan
faktor skin tidak sama dengan nol adalah :
1. Dari uji tekanan tentukan Ps dan s
2. Dari uji produksi tentukan harga Pwf dan qo pada Pwf
3. Hitung konstanta persamaan kurva IPR, yaitu a1, a2, a3, a4 dan a5 masing-masing
dengan menggunakan persamaan sebagi berikut :
a1 = 0,183 e-0,364 s + 1,646 e -0,0556 s
a2 = -1,476 e-0,456 s + 1,646 e-0,442 s
a3 = -2,149 e-0,196 s + 1,646 e-0,220 s
a4 = 0,022 e-0,088 s 0,260 e-0,211 s
a5 = -0,552 e-0,032 s 0,583 e-0,307 s
4. Hitung harga Pwf/Ps berdasarkan data uji tekanan dan produksi
5. Hitung harga ruas kanan dari persamaan kurva IPR :

. (2.52)

6. Hitung laju produksi maksimum (q maks) apabila s = 0 yaitu :

dimana : qo adalah laju aliran dari uji produksi


7. Pilih harga Pwf dan Pwf/Ps, kemudian hitung harga A seperti langkah 5
8. Hitung laju produksi (qo) pada Pwf tersebut, yaitu :
qo = q maks pada s = 0
= q maks A
9. Ulangi langkah 7 dengan harga Pwf yang berbeda
10. Plot Pwf terhadap qo yang diperoleh dari perhitungan pada kertas grafik kartesian
dengan qo pada sumbu mendatar dan pwf pada sumbu vertikal

Diposkan 13th April 2014 oleh tonni paruntungan

Lihat komentar

Memuat
Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai