Anda di halaman 1dari 3

Keperawatan Pasca Anestesi

Lustika Ima Pranasari

Pasien yang baru saja menjalani tindakan operasi harus dirawat sementara di PACU (Post
Anesthesia Care Unit) atau ruang pemulihan (recovery room) untuk perawatan post anestesi
sampai kondisi pasien stabil. Hal ini dimaksudkan agar pasien terhindar dari hal-hal yang
tidak diharapkan seperti gangguan napas, gangguan kardiovaskular, gelisah, kesakitan, mual
dan muntah, menggigil dan kadang muntah-muntah
Pengawasan ketat di UPPA (Unit Perawatan Pasca Anestesi) harus seperti sewaktu berada di
kamar bedah sampai pasien bebas dari bahaya, karena itu peralatan monitor yang baik harus
disediakan. Tensimeter, oksimeter denyut (pulse oxymeter), EKG, peralatan resusitasi jantung
paru dan obatnya harus disediakan tersendiri, terpisah dari kamar bedah
Personil dari UPPA sebaiknya sudah terlatih dalam penanganan pasien gawat, mahir menjaga
jalan napas tetap paten, tanggap terhadap perubahan dini tanda vital yang membahyakan
pasien.
Hal-hal yang dapat terjadi pada pasien pasca anestesi
Gangguan Pernapasan
Obstruksi napas parsial (napas berbunyi) atau total, tak ada ekspirasi (tak ada suara napas)
paling sering dialami pada pasien pasca anestesi yang belum sadar, karena lidah jatuh
menutup faring atau oleh edema laring. Penyebab lain adalah kejang laring (spasme laring)
pada pasien menjelang sadar, karena laring terangsang oleh benda asing, darah, ludah sekret
atau sebelumnya ada kesalahan intubasi trakea.
Kalau penyebab obstruksi pasien masih dalam anestesi dan lidah menutup faring, maka
lakukanlah manuver tripel, pasang jalan napas mulut-faring, hidung faring dan tentunya
berikan O2 100%. Kalau tidak menolong, pasang sungkup laring.
Obstruksi karena kejang laring atau edema laring, selain perlu O 2 100%, bersihkan jalan
napas, berikan preparat kortikosteroid (oradekson) dan kalau tidak berhasil perlu
dipertimbangkan untuk memberikan pelumpuh otot.
Gangguan Kardiovaskular
Hipertensi dapat disebabkan karena nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakea , cairan infus
berlebihan, buli-buli penuh atau aktivasi saraf simpatis karena hipoksi, hiperkapni dan
asidosis. Hipertensi akut dan berat yang berlangsung lama akan menyebabkan gagal ventrikel
kiri, infark miokard, disritmia, edema paru atau perdarahan otak. Terapi hipertensi diarahkan
diarahkan pada faktor penyebabnya dan kalau perlu dapat diberikan klonidin (catapres) atau
nitroprusid (niprus) 0,5-1 g/kg/menit

Hipotensi akibat isian balik vena menurun disebabkan perdarahan, terapi cairan kurang
adekuat, keluaran air berkemih belum diganti, kontraksi miokardium kurang kuat atau
tahanan perifer menurun. Hipotensi harus segera diatasi kalauy tidak akan terjadi hipoperfusi
organ vital yang berlanjut dengan hipoksemia dan kerusakan jaringan. Tetapi hipotensi
disesuaikan dengan faktor penyebabnya. Berikan O2 100% dan infus kristaloid RL atau
Asering 300-500ml.
Disritmia disebabkan oleh hipokalemia, asidosis-alkalosis, hipoksia, hiperkapnia atau
memang pasien penderita sakit jantung.
Gelisah
Gelisah pasca anestesi dapat disebabkan karena hipoksia, asidosis, hipotensi kesakitan, efek
samping obat misalnya ketamin atau buli-buli penuh. Setelah disingkirkan sebab-sebab
tersebut diatas, pasien dapat diberikan penenang midazolam (dormikum) 0.05-0.1 mg/kgBB.
Nyeri
Nyeri pasca bedah dikategorikan sebagai nyeri berat, sedang dan ringan. Untuk meredam
nyeri pasca bedah pada analgesia regional pasien dewasa, sering ditambahkan morfin 0.050.10 mg saat pemasukan anestesi lokal ke ruang subaraknoid atau morfin 2-5 mg ke ruang
epidural.tindakan ini sangat bermanfaat karena dapat membebaskan nyeri pasca bedah sekitar
10-16 jam. Setelah itu nyeri yang timbul biasanya bersifat sedang atau ringan dan jarang
diperlukan tambahan opioid dan kalaupun perlu cukup diberikan analgetik golongan AINS
misalnya ketorolak 10-30 mg iv atau im.
Mual muntah
Mual-muntah pasca anestesi sering terjadi setelah anestesi umum terutama pada penggunaan
opioid, bedah intra-abdomen, hipotensi dan pada analgesia regional obat mual-muntah yang
sering digunakan pada perianestesia adalah
1.
2.
3.
4.

Dehydrobenzperidol(droperidol) 0.05-0.1 mg/kgBB (amp 5 mg/ml) i.m. atau iv


Metoklopramid (primperan) 0.1 mg/kgBB i.v., supp 20 mg
Ondansetron (Zofran, narfoz) 0.05-0.1 mg/kgBB i.v.
Cyclizine 25-50 mg

Menggigil
Menggigil terjadi akibat hipotermia atau efek obata anestesi. Hipotermi terjadi akibat suhu
ruangan operasi, ruang UPPA yang dingin, cairan infus dingin. Namun obat anestesi inhalasi
pun dapat menyebakan hipotermi yang didahului oleh kenaikan suhu
Petidine 10-20 mg i.v. pada dewasa sering dapat membantu menghilangkan
menggigil,perlunya infus hangat dan infusion warmer, lampu penghangat untuk menaikan
suhu tubuh.

Nilai pulih dari anestesi


Selama di UPPA pasien dinilai tingkat pulihnya-sadarnya untuk kriteria pemindahan ruangan
biasa
Nilai
Kesadaran
Warna
Aktivitas

2
Sadar, orientasi baik
Merah muda (pink)
Tanpa O2
SaO2>92%
4 ekstremitas bergerak

1
Dapat dibangunkan
Pucat atau kehitaman
Perlu
O2
agar
SaO2>90%
2 ekstremitas bergerak

0
Tak dapat dibangunkan
Sianosis dengan O2
SaO2 tetap <90%

Tak ada ekstremitas


yang bergerak
Respirasi
Dapat napas dalam dan Napas dangkal, sesak Apnu atau obstruksi
batuk
napas
Kardiovaskuler Tekanan darah berubah Berubah 20-30%
Berubah >50%
<20%
Sebelum pasien meninggalkan ruang pemulihan kita harus melakukan pemulihan sebagai
berikut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apakah warna (kulit, mukosa) baik jika pasien bernapas ?


Apakah pasien bisa batuk dan mempertahankan jalan napas yang lapang ?
Apakah ada obstruksi atau spasme laring ?
Apakah pasien bisa mengangkat kepala minimal 3 detik ?
Apakah frekuensi nadi dan tekanan darah pasien stabil ?
Apakah kaki dan tangan pasien hangat dan perfusinya baik ?
Apakah produksi urin baik ?

Anda mungkin juga menyukai