Search
BKUL PENPROFIL
Welcome in B-KUL (Bahan Kuliah), enjoy the knowledge ^^
About
HOME
BUSINESS
DOWNLOADS
PARENT CATEGORY
FEATURED
HEALTH
UNCATEGORIZED
Satu abad lalu, baru ada beberapa enzim yang dikenal dan kebanyakan di
antaranya mengatalisis reaksi hidrolisis ikatan kovalen. Semua enzim ini diidentifikasi
dengan penambahan akhiran ase pada nama substansi atau substrat yang
dihidrolisisnya. Jadi, lipase menghidrolisis lemak (Yunani lipos), amilase menghidrolisis
pati (Yunani amylon), dan protease menghidrolisis protein. Sementara akhiran
-ase tetap digunakan, nama enzim yang ada sekarang ini lebih menekankan pada tipe
reaksi yang dikatalisisnya. Sebagai contoh, enzim dehidrogenase mengatalisis
pengeluaran hidrogen, sementara enzim transferase mengatalisis reaksi pemindahan
gugus.
Perbedaan antara Enzim dan Koenzim:
1. Enzim
Bersifat termolabil
2. Koenzim
bersifat termostabil
Penggolongan Enzim
berdasarkan Jenis Reaksi yang dikatalis:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
adalah enzim penting yang ditemukan pada konsentrasi tinggi di dalam sel darah
merah. Enzim ini merupakan salah satu enzim yang paling aktif, dengan bilangan
putaran 36.000.000 per menit per molekul enzim. Anhidrase karbonat mengkatalisa
hidrasi dapat balik karbon dioksida terlarut, untuk membentuk asam karbonat yang
tanpa adanya enzim berjalan dengan kecepatan lambat CO2 + H2O =) H2CO3.
Hidrasi CO2 di dalam sel darah merah merupakan tahap penting di dalam
transport CO2 dari jaringan tempat molekul ini terbentuk, menuju paru-paru, tempat
pembebasan dan pengeluarannya.
7) Enzim memperlihatkan spesifitas terhadap substrat
Beberapa enzim memiliki spesifisitas yang hampir absolut bagi substrat
tertentu, dan tidak akan bekerja bahkan, terhadap molekul yang amat serupa, Contoh
yang baik adalah enzim aspartase, yang ditemukan di dalam banyak tumbuhan dan
bakteri. Aspartase mengkatalisa penambahan amonia kepada ikatan ganda asam
fumarat membentuk L-aspartat secara dapat balik (Gambar 6). Akan tetapi, aspartase
tidak menyebabkan terjadinya penambahan amonia terhadap asam tidak jenuh
lainnya.
Pada kelompok ekstrim lain, dijumpai enzim-enzim dengan spesifisitas yang
relatif luas, dan bekerja pada berbagai senyawa yang memiliki ciri struktural yang sama.
Sebagai contoh, khimotripsin mengkatalisa hidrolisis berbagai peptida atau polipeptida,
tetapi hanya memotong ikatan peptida dengan gugus karbonil yang berasal dari
fenilalanin, tirosin, atau triptofan. Contoh yang agak berbeda adalah fosfatase usus
yang mengkatalisa hidrolisis berbagai ester asam fosfat yang berbeda, tetapi pada
kecepatan yang agak bervariasi. Penelitian mengenai spesifisitas substrat enzim telah
membawa kita kepada konsep hubungan "gembok dan kunci" yang saling
berpasangan, di antara molekul substrat dan suatu daerah spesifik pada permukaan
molekul enzim, yaitu pada sisi aktif atau ssii kataliknya, tempat enzim berikatan dengan
substrat
pada
saat
terjadi
reaksi
katalitik.
Penelitian terhadap spesifisitas enzim menunjukkan bahwa molekul substrat harus
memiliki dua ciri struktural yang jelas: (1) ikatan kimiawi spesifik yang dapat diserang
oleh enzim dan (2) biasanya beberapa gugus fungsional lainnya, yaitu gugus pengikat,
yang berikatan dengan enzim dan mengarahkan molekul substrat dengan tepat pada
sisi aktif sehingga ikatan yang rapuh tapi tepat terletak pada posisi yang berhubungan
dengan gugus katalitik enzim. Spesifisitas substrat bagi khimotripsin, yang biasanya
mengnidrolisa ikatan peptida tersebut pada protein dan peptida sederhana, dengan
gugus karbonil yang berasal dari asarn amino yang memiliki cincin aromatik, yaitu
residu tirosin, triptofan, dan fenilalanin. Akan tetapi, uji terhadap lusinan kemungkinan
molekul substrat sintetik yang berbeda-beda telah memperlihatkan bahwa khimotripsin
dapat juga menguraikan amida sederhana selain ikatan ester. Tambahan pula, gugus
aromatik R dari tirosin, triptofan, dan fenilalanin yang bersifat spesifik bagi khimotripsin
yang menguraikan polipeptida ini, nampaknya berperan hanya sebagai gugus
hidrofobik pengikat. Bukti untuk hal ini adalah bahwa khimotripsin juga akan menerima
substrat peptida sintetik, dengan gugus hidrofobik alkil yang relatif besar yang
menggantikan cincin arornatik asam amino alamiah. Penelitian spesifisitas substrat
fersebut, bersama-sama dengan penelitian penghambatan enzim, menyebabkan kita
dapat memetakan sisi aktif enzim.
Aktivitas enzim dinyatakan dalam unit/ml, yang merupakan mol (PO4-3 ) yang
dilepas per menit per mililiter enzim.Aktivitas enzim ditentukan dengan rumus :
AE = MG x 1000
BM x MI
Keterangan:
Akibat kenaikan suhu dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan struktur enzim
(denaturasi). Enzim yang terdenaturasi akan kehilangan kemampuan katalisnya.
Sebagian besar enzim mengalami denaturasi yang tidak dapat balik pada suhu 55-65
Derajat C. Enzim yang secara fisik telah rusak biasanya tidak dapat diperbaiki lagi. Hal
tersebut merupakan salah satu alasan bahwa enzim lebih aman dimakan pada
makanan yang sudah dimasak.Khususnya daging dan telur dari pada makanan
mentah.
.
Pengontrolan panas terhadap susu dan makanan dengan bahan susu lainya
secara dramatis mengurangi penyebaran penyakit seperti TBC. Pada suhu kurang dari
suhu optimum, aktivitas enzim mengalami penurunan. Enzim masih beraktivitas pada
suhu kurang dari 0 derajat C dan aktivitasnya hampir terhenti pada suhu 196 derajat C.
2). pH atau keasaman
Seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim menjadi
nonaktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat. Sebagian besar enzim
dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Diluar pH
optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan aktivitas
enzim dengan cepat. Misalnya, enzim pencerna dilambung mempunyai pH optimum 2
sehingga hanya dapat bekerja pada kondisi sangat asam. Sebaliknya, enzim pencerna
protein yang dihasilkan pankreas mempunyai pH Optimum 8,5 . Kebanyakan enzim
intrasel mempunyai pH optimum sekitar 7,0 (netral).
Pengaruh pH terhadap kerja enzim dapat terdeteksi karena enzim terdiri atas
protein. Jumlah muatan positif dan negative yang terkandung didalam molekul protein
serta bentuk permukaan protein sebagian ditentukan oleh pH.
3). Kosentrasi enzim, substrat dan kofaktor.
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta jumlah substrat
berlebihan, laju reaksi adalah sebanding dengan enzim yang ada. Jika pH, suhu, dan
konsentrasi enzim dalam keadaan konstan, reaksi awal hingga batas tertentu
sebanding dengan substrat yang ada. Jika sistem enzim memerlukan suatu koenzim
atau ion kofaktor , konsentrasi subsrat dapat menentukan laju keseluruhan sistem
enzim.
4). Inhibitor enzim
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia tertentu.
Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada sisi aktif
enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan
untuk mendapatkan sisi aktif . Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya
mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi Substrat
yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi tersebut
berbalik bila konsentrasi substrat naik.
2.4 Cara Ikatan Enzim Dengan Substrat
Untuk menjamin pengikatan substrat yang secara geometris tepat dan orientasi dari
gugusan katalitik yang diperlukan untuk aksi enzim, maka paling sedikit diperlukan tiga
titik dari interaksi spesifik antara substrat dan tempat aktif.
Pada tahun 1980-an, Fischer mengajukan model kunci dan gembok, teori ini
menjelaskan bahwa kerja enzim seperti kunci dan anak kunci, melalui hidrolisis
senyawa gula dengan enzim invertase. Terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim
adalah karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan sisi aktif
(active site) dari enzim. Dengan begitu sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat
berperan sebagai kunci (key) dan sisii aktif (lock) berperan sebagai gembok. Subtrat
masuk ke dalam sisi aktif sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Hubungan antara
enzim dan substrat membentuk ikatan yang lemah. Pada saat ikatan kompleks enzimsubstrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali pada
konfigurasi semula.
Gambar. Model Kunci dan Gembok
Selama bertahun-tahun model ini terbukti berharga dalam penelitian mengenai spesifisitas stereo
dari reaksi enzymatic. Suatu modifikasi dari model kunci dan gembok, yang diajukan oleh Daniel
Koshland menggambarkan suatu jenis hubungan tangan dengan sarung tangan antara enzim dan
substratnya, sebagai akibat suatu kecocokan yang ditimbulkan. Model yang diajukan oleh Koshland ini
diber nama model Kecocokan yang Terinduksi,Teori ini memandang bahwa sisi aktif enzim berbentuk
fleksibel. Bentuk tersebut kemudian mengalami modifikasi saat substrat memasukinya. Lalu, subsrat
membentuk kompleks untuk memulai reaksi kimia yang lebih cepat. Setelah proses tersebut
menghasilkan produk yang diinginkan, enzim tersebut melepaskan diri dan kembali ke bentuk semula.
2.
dilepaskan ke dalam sumsum tulang selama maturasi eritoblas atau dari sel-sel yang
mati pada seritropoesis yang tidak efektif.
Globin terpisah dari hame dan terbentuk hemeatin, dalam besi hame dioksidasi
menajadi besi III (feri). Kemudian cincin poriferin terbuka dan besi dilepaskan, disertai
pembentukan komponen biliverdin berantai lurus. Ia dikonversi ke bilirubin dengan
reduksi. Jalur minor mula-mula membuka cincin untuk membentuk koleglobin dan
kemudian melapaskan besi dan globin untuk menghasilkan biliverdin globin dan
kemudian biliverdin. Besi dan asam-asam amino globin ditahan, kemudian cincin priol
diekskresikan sebagai bilirubin. Laki-laki dewasa normal mengandung sekitar 800 gram
haemoglobin (nilai rujukan di dalam darah: 13-18 g/dl), yang sekitas 7 g dihasilkan dan
dirusak tiap hari. Pada wanita, haemoglobin tubuh total sekitar 600 g (nilai rujukan
didalam darah: 11,5-16,5 g/dl) (Dikutip dari V.O.Wiharmoko P, 2004: 15).
2.8 Gangguan Metabolisme Porfirin Dan Heme
porfiria adalah penyakit genetik metabolisme heme
Porfiria adalah sekelompok penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas jalur
biosentesis heme; penyakit ini dapat bersifat genetic atau didapat. Meskipun tidak
prevalen, penyakit ini penting diingat dalam keadaan tertentu. (mis. Sebagai diagnosis
banding nyeri abdomen dan pada berbagai kelainan neuropsikiatrik); jika tidak, pasien
akan mendapat pengobatan yang tidak tepat.
Fotosensitivitas (lebih senang beraktivitas dimalam hari) dan bentuk tubuh yang
aneh (disfigurement) yang diidap oleh sebagian penderita porfiria eritropoietik
congenital menimbulkan anggapan bahwa para pasien ini mungkin merupakan suatu
prototype werewolf (manusia srigala). Belum ada bukti yang menguatkan anggapan
ini. Biokomia Mendasari Kausa, Diagnosis, & Pengobatan Porfiria
Dilaporkan ada enam tipe porfiria yang terjadi akibat berkurangnya aktivitas enzimenzim 3 sampai 8. Jadi, pemeriksaan aktivitas satu enzim atau lebih dengan
menggunakan sumber yang tepat (mis. Sel darah merah) penting dalam menegakkan
diagnosis pasti pada kasus yang dicurigai porfiria. Individu dengan penurunan aktivitas
enzim 1 ( ALAS2) mengalami anemia dan bukan porfiria ( Lihatt table 31-2) pasien
dengan aktiviitas enzim 2 ( ALA2 HIDRATASE ) yang rendah pernah dilakukan tetapi
sangat jarang, kelainan yang timbul disebut porfiria deisien-ALA dehidratase.
Secara umum, porfiria diwariskan melalui autosom dominan dengan pengecualian
porfiria eritropoetik congenital yang diwariskan secara resesif sebagian porfiria dapat
didiagnosi sebelum kehamilan dengan menggunakan pelacak gen yang sesuai, seperti
kebanyakan kelainan bawaan lain gejala dan tanda porfiria timbul akinat adanya
defisiensi produk metabolic setelah blob enzimatik akibat penimbunan metabolic
sebelum blog enzimatik. Jika kelainan enzim terjadi pada awal jalur reaksi sebelum
terjadinya porfirinogen ALA dan PBG akan menumpuk di jaringan dan cairan tubuh
secara klinis pasien mengeluh nyeri abdomen dan gejala neuropsikiatrik, dipihak lain
blogenzim yang terjadi belakangan dalam jalur reaksi tersebut menyebabkan
penimbunan berbagai porfirinogen. Produk-produk oksidasi yaitu turunan porfirin
padanannya menyebabakan fotosensitifitas yakni suatu reaksi terhadap sinar tamapk
terpancar gelombang sekitar 400nm porfirin jika terpajang dengan sinar berpanjang
gelombang ini, diduga akan tereksitasi dan kemudian bereaksi dengan molekul oksigen
untuk membentuk radikal oksigen. Radikal oksigen ini merusak lisosom dan organ lain.
Daftar Pustaka
http://hotimah.com/bagaimana-cara-enzim-bekerja.html
http://www.anneahira.com/cara-kerja-enzim.htm
http://orybun.blogspot.com/2008/12/enzim.html
http://forum.um.ac.id/index.php?topic=25285.0
0 komentar:
Poskan Komentar
SOCIAL PROFILES
Popular
Tags
Blog Archives
Komunikasi Efektif
1. Pengertian Komunikasi Menurut Hovland dalam Effendy (2005:10) komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain. Seseorang dapat m...
122214
SENYUM , SALAM, SAPA, SOPAN ,SANTUN
NURSE IS CARING
LOVE NURSE
ABOUT
Presented by Departement PENPROFIL (Pendidikan,Profesi dan Ilmiah) BEM KM FKEP UNAND
Copyright 2016 BKUL PENPROFIL | Powered by Blogger
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Free Blogger Themes
NewBloggerThemes.com