Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menulis makalah ini dengan baik. Tak
lupa pula haturkan sholawat serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang
telah memberikan petunjuk pada umat manusia serta menghantarkan umat dari zaman kegelapan
ke zaman yang terang benerang ini.
Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Penulis mengharapkan berbagai masukan kritik dan saran membangun yang kiranya dapat
membantu dalam penulisan makalah selanjutnya. Penulis juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................................... ... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
A.
B.
C.
D.

proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.............. 2


Perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia.......................... 3
Peninggalan kerajaan Hindu Budha............................................................... .. 9
Pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.......................... 10
BAB III PENUTUP..........................................................................................

12

A. Kesimpulan...................................................................................................... 12
B. Saran................................................................................................................ 12
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan
keunikannya. Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak
terlepas dari pengaruh budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India
masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami masa pra-sejarah. Masuknya
kebudayaan India ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-sejarah dan mulai membawa
bangsa Indonesia ke jaman sejarah, karena sejak saat itu bangsa kita mulai mengenal tulisan.
Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat dari berbagai macam peninggalan-peninggalan yang
tersebar hampir disetiap pulau-pulau di Indonesia yang kini menjadi kebanggaan tersendiri
bagi bangsa ini yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal
bakal terbentuknya bangsa ini. Dengan hadirnya kebudayaan India di Indonesia banyak sekali
aspek yang dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi, bangunan dan lain-lain. Sebagai
generasi penerus bangsa pertama kita wajib mengetahui sejarah bangsa ini. Sehingga
penyusun merasa perlu untuk menyusun artikel ini agar dapat membantu dan memudahkan
pembaca untuk mengetahui sejarah dan pengaruh kebudayaan India di Indonesia
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia ?
3. Peninggalan apa saja yang dihasilkan dari kerajaan Hindu Budha ?
4. Bagaimana pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.
2. Mengetahui perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
3. Mengetahui peninggalan kerajaan Hindu Budha.
4. Mengetahui pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.
D. MANFAAT PENULISAN
Melalui makalah Kajian IPS, diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada pembaca
maupun penulis. Adapun manfaat yang terdapat dalam makalah ini adalah:
1. Dapat memahami perkembangan kebudayaan dan agama Hindu-Budha do Indonesia.
2. Dapat memahami peninggalan dari kebudayaan Hindu Budha.
3. Dapat memahami pengaruh akan masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Budha di
Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. PROSES MASUKNYA KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI
INDONESIA.
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat
peradabannya dianggap sudah tinggi yaitu India dan Cina. Kedua negara ini menjalin
hubungan ekonomi dan perdangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran
berlangsung melalui darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina
adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua
samudera, serta berada didekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
a. Sering dikunjungu bangsa-bangsa asing seperti India, Cina, Arab dan Persia.
b. Kesempatan melakukan hunungan perdagangan internasional terbuka lebar.
c. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas.
d. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran
internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama
yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada
beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya HinduBudha ke Indonesia
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa
Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung
hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum
ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan
antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi
perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke
wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru
sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya
Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.

3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok
pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang
banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah
membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah
salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan
golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan
mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang
memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang
belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang
disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk
menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
4

Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa
masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang
Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca
perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini
mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli
memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan
untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam
bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi
petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
B. PERKEMBANGAN KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
1.

Kerajaan Kutai
Berdirinya Kerajaan Kutai
Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang
merupakan Kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis
yang disebut Yupa yang mana ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta
tersebut diperkirakan berasal dari tahun 400 M (abad ke-5). Prasasti Yupa tersebut
merupakan prasasti tertua yang menyatakan telah beridirinya suatu Kerajaan Hindu
tertua yaitu Kerajaan Kutai..
Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh
para Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja
Mulawarman, Raja yang baik dan kuat yang merupakan anak dari Aswawarman dan
merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah memberikan 100 ekor sapi kepada para
Brahmana.
Dari prasati tersebut didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali didirikan oleh
Kudungga kemudian dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak
kejayaan pada masa Mulawarman (Anak Aswawarman). Menurut para ahli sejarah nama
Kudungga merupakan nama asli pribumi yang belum tepengaruh oleh kebudayaan
Hindu. Namun anaknya, Aswawarman diduga telah memeluk agama Hindu atas dasar
kata 'warman' pada namnya yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta.

Kejayaan Kerajaan Kutai


Menurut prasasti Yupa, puncak kejayaan Kerajan Kutai berada pada masa
kepemerintahan Raja Mulawarman. Pada masa pemerintahan Mulawarman, kekuasaan
Kerajaan Kutai hampir meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kerajaan
Kutai pun hidup sejahtera dan makmur.

Keruntuhan Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia
tewas dalam peperangan melawan Aji Pangeran Sinum Panji yang merupakan Raja dari
Kerajaan Kutai Kartanegara. Kerajaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan
dua buah kerajaan yang berbeda. Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri pada abad ke-13 di
Kutai Lama. Terdapatnya dua kerajaan yang berada di sungai Mahakam tersebut
menimbulkan friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadi peperangan diantara
kedua Kerajaan tersebut.

Raja-raja Kerajaan Kutai


Berikut di bawah ini merupakan daftar raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)
Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
Maharaja Marawijaya Warman
Maharaja Gajayana Warman
Maharaja Tungga Warman
Maharaja Jayanaga Warman
Maharaja Nalasinga Warman
Maharaja Nala Parana Tungga

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10. Maharaja Gadingga Warman Dewa


11. Maharaja Indra Warman Dewa
12. Maharaja Sangga Warman Dewa
13. Maharaja Candrawarman
14. Maharaja Sri Langka Dewa
15. Maharaja Guna Parana Dewa
16. Maharaja Wijaya Warman
17. Maharaja Sri Aji Dewa
18. Maharaja Mulia Putera
19. Maharaja Nala Pandita
20. Maharaja Indra Paruta Dewa
21. Maharaja Dharma Setia
Dalam hal kebudayaan sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa
menyebutkan suatu tempat suci dengan nama "Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa
Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.
2. Kerajaan Tarumanegara
Beridirnya Kerajaan Tarumanagara
Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa
wilayah Nusantara lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari
perlindungan akibat terjadinya peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya
berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan Calankayana di India, pihak yang kalah dalam
peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).
Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang
Maharesi yang bernama Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja
yang berkuasa di barat Jawa (Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka
Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru di dekat sungai Citarum.
Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa Taruma).
Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain,
sehingga Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang
menjadi setingkat kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukan
perkembangan yang pesat, karena itulah Jayasingawarman kemudian membentuk
sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.

Kejayaan Kerajaan Tarumanagara


Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh
Purnawarman. Dimasa kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara
diperluas dengan menaklukan kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat Luas
Kerajaan Tarumanagara hampir sama dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. Selain
itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang berupa undang-undang kerjaana,
peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti Warman. Raja
Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya

Keruntuhan Kerajaan Tarumanagara


Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri
pertamanya bernama Dewi Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan
Sobakencana yang kemudian menjadi isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri
Kerajaan Sriwijaya. Tangku kepemimpian Kerajaan Tarumanegara pun jatuh pada suami
Manasih yaitu Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan
Tarumanagara ke kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan bawahan
Tarumanagara) dan kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan
Sunda.

Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara


Kerajaan Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya
7 buah prasati yaitu:
1. Prasasti Ciareteun yang ditemukan di Ciampea, Bogor.
2. Prasasti Pasri Koleangkak yang ditemukan di perkebunan Jambu.
3. Prasasti Kebonkopi yang ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang
4. Prasasti Tugu yang ditemukan di dareah Tugu, Jakarta.
6

5. Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor.


6. Prasasti Muara Cianten yang juga ditemukan di Bogor.
7. Prasasti Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir
Sungai Cidanghiang,
Selain dari prasasti, terdapat juga suber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya:
1. Berita dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di
Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam
catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di
jumpainya adalah Brahmana dan Animisme.
2. Berita dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang
utusan dari negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan.
3. Berita dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M
datang utusan dari Tolomo.

3.

Raja-raja Kerajaan Tarumanagara


Selama berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7
Masehi, kerajaan tersebut pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya:
1. Jayasingawarman (358-382 M.)
2. Dharmayawarman (382-395 M.)
3. Purnawarman (395-434 M.)
4. Wisnuwarman (434-455 M.)
5. Indrawarman (455-515 M.)
6. Candrawarman (515-535 M.)
7. Suryawarman (535-561 M.)
8. Kertawarman (561-628 M.)
9. Sudhawarman (628-639 M.)
10. Hariwangsawarman (639-640 M.)
11. Nagajayawarman (640-666 M.)
12. Linggawarman (666-669 M.)

Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar
Kertarajasa Jayawardana yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja
Hayam Wuruk (1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur,
perdagangan lancar dan maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin
oleh Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada.
Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan
semangat persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi
Ia tidak akan makan buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah
Nusantara.
Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman
gemilang kerajaan di masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364
Gajah Mada meninggal disusun oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan
Majapahit mulai mengalami kemunduran.

Penyebab kemunduran
Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada
meletusnya Perang Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara
memperebutkan
kekuasaan
daerah
bawahan
mulai
melepaskan
diri.

Raja-raja pada kerajaan Majapahit


Kerajaan Maja pahit dipimpin oleh
1. Raden Wijaya 1273 1309
2. Jayanegara 1309-1328
3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350
4. Hayam Wuruk 1350-1389
7

5. Wikramawardana 1389-1429
6. Kertabhumi 1429-1478
4.

5.

Kerajaan Singasari
Berdirinya Kerajaan Singasari
Kerajaan Singhasari atau s ering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah
sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi
kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Kerajaan ini
bercorak Hindu.

Masa Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari
(1272 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa.
Pada
tahun 1275 ia
mengirim
pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk
menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi
bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan
dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan
dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda
persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.
Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta
agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas
oleh Kertanagara. Nagarakretagam amenyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari
di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan
Bakulapura.

Kerutuhan kerajaan Singasari


Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke
luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelanggelang, yang merupakan sepupu, sekaligus
ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati
terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun
ibu kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.

Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari


Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya
(anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak
Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.
1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)
2. Anusapati (1247 - 1249)
3. Tohjaya (1249 - 1250)
4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)
5. Kertanagara (1272 1292)

Kerajaan Sriwijaya
Berdirinya Kerajaan Sriwijaya
Bukti tertua datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat
seorang pendeta Tiongkok bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India,
singgah terlebih dahulu di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan.
Tercatat juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin oleh Dapunta Hyang.
Selain berita dari luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan
Sriwijaya, diantaranya adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi
dari prasasti terseubt adalah Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan
membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa
daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur. Dari kedua bukti tertua di
atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertamanya
adalah Dapunta Hyang.
8

Lokasi Kerajaan Sriwijaya di wilayah Sumatera bagian selatan, Pusat


pemerintahannya kemungkinan besar di sekitar `Palembang, Sumatera, meskipun ada
pendapat lain yang menyebutkan Ligor di Semenanjung malaya sebagai pusatnya.

Faktor Pendorong Perkembangan Kerajaan Sriwijaya


1. Letaknya yang strategis
2. Kemajuan kegiatan perdagangannya.
3. Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberikan kesempatan bagi
perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke- 6
dipegang oleh kerajaan Funan.
4. Memiliki armada laut yang kuat
5. Melayani distribusi ke berbagai wilayah nusantara

Sumber sejarah
1. Berita Asing yaitu Berita Cina, Berita Arab, Dan Berita India
2. Dari dalam negeri berwujud prasasti yaitu prasasti kedukan bukit, prasasti talang
tuo ,prasasti kota kapur ,prasasti telaga batu, prasastikarang berahi dan prasasti ligor

Mundurnya Kerajaan Sriwijaya


Faktor Politik Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya
kerajaan-kerajaan besar yang juga memiliki kepentingan dalamdunia perdagangan,
seperti Kerajaan Siam di sebelah utara. Pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya
mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh faktor politik dan ekonomi.
Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai
daerah-daerah diSemenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah
Genting Kra ke dalam kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran
perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang.

Sebab-sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11. Kemunduran itu
bermula dari serangan besar besaran yang dilancarkan Kerajaan Cola (India) di bawah
pimpinan Raja Rajendra Coladewa pada tahun 1017 dantahun 1025. Perisitiwa serangan
Kerajaan Cola dapat diketahui dari prasasti Tanjore ( 1030 )
a. Pada saat tahun 990 M Kerajaan Sriwijaya diserang oleh raja Dharmawangsa dari P.
Jawa
b. Banyak daerah atau kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri.
c. Pernah diserang oleh raja Rajendra Coladewa dari Colamandala India dua kali, yaitu
tahun 1025 M dan 1030 M
d. Adanya ekspedisi Pamalayu dari kerajaan Singasari pada tahun 1275 M
e. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
f. Serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah
Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit Terjadinya serangan
dari kerajaan Majapahit pada tahun 1477M Pada sekitar pertengahan abad ke-14,
nama Sriwijaya sudah tidak pernah lagi disebut sebut dalam sumber sejarah.
Kerajaan Sriwijaya benar benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit dari
Jawa

Raja-raja yang Pernah Memerintah


Menurut sejarah kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan yang megah dan jaya
dimasa lampau. Raja raja yang pernah memerintah adalah :
1. Dapunta Hyang Srijayanegara
2. Dharmasetu
3. Balaputradewa
4. Cudamani Warmadewa
9

5. Sanggrama Wijaya Tunggawarman


6. Kerajaan Mataram Kuno
Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno
Menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram
Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa
menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat
raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau
yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang
memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).
Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan
kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari
Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan
keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk
menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh
dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan
Mataram Kuno.
Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa
dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan
rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno


Kemunduran kerajaan Mataram Kuno pada Masa Raja Dharmawangsa yang
disebabkan karena kedudukan ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan
tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh:
a. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar
b. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi
c. Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya
Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa
Timur (di bagian hilir Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa
Timur ini dianggap sebagai cara yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah
kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap lebih strategis. Hal ini mengacu pada
letak sungai Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses pelayaran sungai menuju
Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur
atau Kerajaan Medang Kawulan.

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno


1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal
berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa
Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di
desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang
menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha
(saudara perempuan Sanna).
2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M,
ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh
Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).
3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M
yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah
raja-raja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja
Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai
Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.
4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf
Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh
Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.

10

Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi


Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari,
Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan,
dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur.

Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno


Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja
dinataranya sebagai berikut:
1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno
2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra
3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra
4. Rakai Warak alias Samaragrawira
5. Rakai Garung alias Samaratungga
6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
8. Rakai Watuhumalang
9. Rakai Watukura Dyah Balitung
10. Mpu Daksa
11. Rakai Layang Dyah Tulodong
12. Rakai Sumba Dyah Wawa
13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
15. Makuthawangsawardhana
16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir
C. PENINGGALAN YANG DIHASILKAN DARI KERAJAAN HINDU BUDHA
Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah,
baik berupa bangunan kuno (seni bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut beberapa
peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha.
a. Seni bangun
Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek
percandian, pemandian, keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek
bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika.
Contoh kompleks percandian atau candi adalah sebagai berikut :
1. Pada masa kerajaan Sriwijaya ditemukan candi Muara takus di daerah Jambi.
2. Di Jawa Tengah ada Stupa Borobudur, candi Mendut dan candi Pawon.
Bangunan bangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah. Sampai sekarang
peninggalan-peninggalan tersebut masih dipergunakan oleh umat Budha untuk
pelaksanaan upacara memperingati hari Waisak.
3. Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke
VIII M. Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah
candi Hindu. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan (kuil).
4. Candi lain yang bercorak Hindu adalah candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu
Baka, Candi Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari, candi
Kidal, Candi Panataran, dan kompleks percandian di Trowulan Mojokero.
b. Seni Rupa dan Seni Ukir
Pengaruh India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau
pahat. Hal ini disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding
candi Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini dikenal
dengan Karma Wibangga yang dipahatkan dalam salah satu dinding Studa Borobudur.
c. Seni Sastra dan Aksara
Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur :
kitab keagamaan), wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).
Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata.
Timbul wiracarita gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah
oleh
Mpu
Sedah
dan
Mpu
Panuluh.
Perkembangan aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia,
11

mengakibatkan berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno.


Huruf Nagari (dari India) disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).
d. Prasasti
Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan
lama. Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari
zaman prasejarah, yakni babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya
belum mengenal tulisan, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal
tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti disebut Epigrafi. Contoh peninggalan
Hindu Budha yang berbentuk prasasti :
Prasasti Mulawarman, Kutai,
Prasasti Kebon Kopi, Ciampea, Bogor,
Prasasti Tugu, Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten
Bekasi, abad ke-5
Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, Desa Lebak, Kecamatan Munjul,
Kabupaten Pandeglang, Banten, abad ke-5
Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah, awal
abad ke-7 paling tua.
Prasasti Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan, 16 Juni 682
Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatera Selatan, 23 Maret 684
Prasasti Kota Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686
Prasasti Plumpungan, Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan
Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah, 24 Juli 750
Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret 804
Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua Jawa), 856
e. Sistem Kemasyarakatan.
Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad
orang yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul
dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta
yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.
f. Filsafat dan Sistem Kepercayaan
Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme, percaya adanya
kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan
maka roh nenek moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan
terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di
India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga
berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.
Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya
didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara
fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
g. Sistem Pemerintahan
Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem
pemerintahan secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin
tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan
dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah warman. Contoh: di
Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan
dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan
adanya pemujaan Dewa Raja.
D. PENGARUH KEBUDAYAAN DAN AGAMA HINDU BUDHA DI INDONESIA
a. Kepercayaan atau agama
12

Bidang kepercayaan atau agama Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah
berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan
itu bersifat Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh
atau jiwa sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki
kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsurangsur memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para raja dan
keluarganya. Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami
perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami
Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua
kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu -Budha yang dianut oleh masyarakat
India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang diadakan oleh
umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan
oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India
b. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa
Sansekerta yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya
perbendaharaan bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa
Sanskerta.
c.

Organisasi sosial kemasyarakatan


Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam
organisasi politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya
pengaruh India. Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun
seperti di India dan ada juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah
diterapkan terutama apabila raja tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di
kerajaan Majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.

d. Bidang Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial
masyarakat.Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam
masyarakat. Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya kasta
sudra.
e. Sistem pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu
berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu
tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78
tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
f.

Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni
bangunan Candi tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candicandi diIndonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia
hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum
dalam kitab Silpasastra yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7
keajaiban dunia dan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan
masyarakat telah memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi.

g. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni
bangunan dan seni pertunjukan.
1. Seni rupa
Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya reliefrelief cerita sang Budha pada candi Borobudur, cerita Ramayana pada candi Prambanan.
Dan sekarang relief-relief tersebut dijadikan hiasan pada bangunan, seperti yang terdapat
pada pustaka wilayah yang terdapat di provinsi Riau.
2. Seni sastra
13

Bahasa sanskerta yang berasal dari India tersebut membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan
sanskerta. Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga memiliki
nilai sastra yang tinggi.
3. Seni bangunan
Yang menjadi bukti berkembanngnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi.
Dasar bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman
megalitikum yang berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh dari
kebudayaan India sehingga menjadi wujud sebuah candi.
4. Seni Pertunjukkan
Wayang Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan
pertunjukan wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud
akulturasi dalam pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari
kisah Ramayana maupun Mahabarata yang berasal dari budaya India

14

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia, yaitu hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus
Balik. Masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh
besar di berbagai bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah
satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin
oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu
antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno,
Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit. Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah
membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaaan di Indonesia. Namun kebudayaan
asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses
penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses akulturasi kebudayaan.
B. SARAN
Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari
India. Pengaruh itu diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita
membandingkan peninggalan sejarah yang ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu.
Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan yang kita miliki masih sangat sederhana.
Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi atau keraton. Tata kota di pusat
kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam hal kebudayaan yang lain
seperti peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang
ditinggalkan agama Hindu-Budha.

15

DAFTAR PUSTAKA
http://medanbung.wordpress.com/2008/12/17/proses-masuk-dan-berkembangnya-pengaruhhindu-buddha-di-indonesia/
http://linggau21.blogspot.com/2012/12/perkembangan-kerajaan-hindu-di-indonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tarumanagara
http://indonesiaindonesia.com/f/86078-sejarah-kerajaan-majapahit/
http://duniapusaka.com/index.php?
route=product/product&product_id=790&ext=1415081368&hash=AckJl72fTIm5StR0Hrklng6m
En8GD5PKsoSWE3IIeFKU7Q
http://balaiedukasi.blogspot.com/2013/10/kerajaan-budha-di-indonesia-dan.html
http://wisataziarahcikundul.blogspot.com/2012/12/peninggalan-peninggalan-sejarah-yang.html
http://www.academia.edu/8267790/Pengaruh_Kebudayaan_India_Hindu-Budha_di_Indonesia
http://aditya-hidayatullah.blogspot.com/2013/11/rangkuman-kerajaan-sriwijaya.html
http://aditya-hidayatullah.blogspot.com/2013/11/rangkuman-kerajaan-tarumanegara.html
http://www.g-excess.com/peninggalan-peninggalan-sejarah-yang-bercorak-hindu-budha.html

16

Anda mungkin juga menyukai