sectio caesarea
sebelumnya.
(Lydon,2001).Selain
itu, ruptur uteri juga
dapat disebabkan trauma atau operasi traumatik, serta stimulus berlebihan.
Namun kejadiannya relatif lebih kecil (Cunningham, 2005).
e.
Disfungsi Uterus
Mencakup kerja uterus yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan tidak
adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Dan ini
membuat kemajuan persalinan terhenti sehingga perlu penanganan dengan
sectio caesarea
(Prawirohardjo, 2009)
f.
Solutio Plasenta
Disebut juga abrupsio plasenta, adalah terlepasnya sebagian atau
seluruh plas
enta sebelum janin lahir. Ketika plasenta terpisah, akan diikuti
pendarahan maternal yang parah. Bahkan dapat menyebabkan kematian
janin. Plasenta yang terlepas seluruhnya disebut solutio plasenta totalis,
bila hanya sebagian disebut solutio plasenta parsi
alis, dan jika hanya
sebagian kecil pinggiran plasenta yang terpisah disebut ruptura sinus
marginalis (Impey, 2008).
Frekuensi terjadinya solutio plasenta di Amerika Serikat sekitar 1%
dan solutio plasenta yang berat mengarah pada kematian janin dengan
angka kejadian sekitar 0,12% kehamilan atau 1:830 (Deering,2008).
Gambar 2.1 Abruptio & Plasenta Previa (Sumber:
Obgyn.net
)
2.3.2
Indikasi Janin
a.
Kelainan Letak
1.
Letak Lintang
Pada letak lintang, biasanya bahu berada di atas pintu atas panggul
sedangkan kepala berada di salah satu fossa iliaka dan bokong pada
sisi yang lain. Pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi didapati
abdomen biasanya melebar dan fundus uteri membentang hingga
sedikit di atas umbilikus. Tidak ditemukan bagian bayi di fundus, dan
ngkinkan dokter
memutuskan untuk melakukan operasi. Terlebih apabila ditunjang kondisi
ibu yang kurang mendukung. Sebagai contoh, bila ibu menderita
hipertensi atau kejang pada rahim yang dapat mengakibatkan gangguan
pada plasenta dan tali pusar. Sehingga aliran darah dan oksigen kepada
janin menjadi terganggu.
Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan seperti
kerusakan otak. Bila tidak segera ditanggulangi, maka dapat menyebabkan
kematian janin. (Oxorn, 2003)
c.
Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih
(giant baby)
,
menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan
janin yang berlebihan disebabkan sang ibu menderita kencing manis
(diabetes mellitus).
Bayi yang lahir dengan ukuran yang besar dapat
mengalami k
emungkinan komplikasi persalinan 4 kali lebih besar
daripada bayi dengan ukuran normal. (Oxorn, 2003).
Menentukan apakah bayi besar atau tidak terkadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara :
i.
Adanya riwayat melahirkan bayi dengan ukuran besar, sulit
dilahirkan atau ada riwayat diabetes melitus.
ii.
Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya
(edema, dll).
iii.
Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto
-pelvik.
2.3.3
Indikasi Ibu dan Janin
a.
Gemelli atau Bayi Kembar
Kehamilan kembar atau multipel adalah suatu kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda (2
janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), quintuplet (5 janin) dan
seterusnya sesuai dengan hukum Hellin.
a.
Sectio cae
sarea
transperitonealis :
Sectio caesarea
klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira
kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan :
Tidak mengakibatkan ko
mplikasi kandung kemih
Sectio caesarea
ismika atau profunda atau
low cervical
dengan
insisi pada segmen bawah rahim. Dilakukan dengan membuat
sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira
kira 10
cm.
Kelebihan :
bih kecil.
Kekurangan :
2.5
Melahirkan Janin & Plasenta
Pada presentasi kepala, satu tangan diselipkan ke dalam rongga uterus
diantara simfisis dan kepala janin, lalu kepala diangkat secara hati
-hati
dengan
jari dan telapak tangan melalui lubang insisi dibantu oleh
0.
2.8
Penyulit Pascaoperasi
Morbiditas setelah
sect
io caesarea
dipengaruhi oleh keadaankeadaan
ketika prosedur tersebut dilakukan. Penyulit yang dapat terjadi mencakup
histerektomi, cedera operatif pada struktur panggul, serta infeksi dan
perlunya transfusi.
Rajasekar dan Hall (1997) secara spesifik mene
liti laserasi kandung
kemih dan cedera uretra. Insidensi laserasi kandung kemih pada saat
operasi sesarea adalah 1,4 per 1000 prosedur, dan untuk cedera uretra
adalah 0,3 per 1000. Cedera kandung kemih cepat terdiagnosis. Sebaliknya
diagnosis cedera uretra
sering terlambat terdiagnosis. (Cunningham,
2005).
2.9
Komplikasi
a.
Infeksi Puerperal (nifas)
Atonia Uteri
d.
Kemungkinan ruptura uteri atau terbukanya jahitan pada uterus karena
operasi sebelumnya. (Mochtar,1998).