PENDAHULUAN
merupakan
keharusan.
Dilakukan
konsultasi
dengan
bagian
peningkatan kasus selulitis orbita pada masyarakat terjadi akibat infeksi S. aureus
yang resisten terhadap methicillin.
Kasus ini biasanya terjadi pasca operasi serta penyebab endogen biasanya
dihubungkan dengan kasus endokarditis dan blastomikosis pada paru. Prognosis
visus buruk dan terapi hanya ditujukan untuk life saving.
B. Tujuan
1.
sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir kepaniteraan klinik di SMF Ilmu
Penyakit Mata
2.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai selulitis orbita
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang:
Os. Frontalis
Os. Maxillaris
Os. Zygomaticum
Os. Sphenoid
Os. Palatinum
Os. Ethmoid
Os. Lacrimalis
Gambar 1. Orbita
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal. Defek
pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian posteromedial
dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukan anterior orbita
6. Apeks orbita, merupakan bagian posterior orbita dimana keempat dinding orbita
bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan fisura orbital
superior
Pada orbita terdapat suatu membran jaringan ikat yang tipis yang melapisi
berbagai struktur. Membran tersebut terdiri dari fascia bulbi, muscular sheats,
intermuscular septa, dan ligamen lockwood. Di dalam orbita terdapat strukturstruktur sebagai berikut: bagian n. optikus, muskulus ekstraokular, kelenjar
lakrimalis, kantung lakrimalis, arteri oftalmika, nervus III, IV, dan VI, sebagian
nervus V, dan fascia serta lemak. Inflamasi periorbital dapat diklasifikasikan
menurut lokasi dan derajat keparahan. Salah satu pertanda anatomis dalam
menentukan lokasi penyakit adalah septum orbital. Septum orbital adalah membran
tipis yang berasal dari periosteum orbital dan masuk ke permukaan anterior
lempeng tarsal kelopak mata. Septum memisahkan kelopak mata superfisial dari
struktur dalam orbital dan membentuk barier yang mencegah infeksi dari kelopak
mata menuju rongga orbita.
B. Definisi4
Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang
septum orbita. kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal yang
hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah
secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga,
konjungtivitis, kalazion serta sinusitis paranasal. Selulitis orbita dapat berkembang
menjadi abses subperiosteal atau abses orbital.
C. Etiologi3,4
F. Pemeriksaan Penunjang4
1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. X-Ray untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait
4. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital
5. CT scan dan MRI untuk:
a) Membedakan selulitits preseptal dan post septal
b) Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital
c) Mendeteksi ekstensi intrakranial
d) Menentukan kapan dan darimana dilakukan drainase abses orbital
6. Punksi lumbal bila terdapat tanda-tanda keterlibatan meningel dan serebral.
G. Diferrential Diagnosis3,4,7
1. Pseudotumor orbita
Penyakit ini terjadi lebih lambat dengan gejala klinis yang hampir sama
tetapi lebih ringan. Teraba suatu massa pada palpasi sedangkan pada selulitis
akan teraba fluktuasi bila terjadi abses. Hasil pemeriksaan histopatologi
jaringan biopsi tumor menunjukkan suatu pseudotumor.
2. Selulitis Preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi yang umum terjadi pada kelopak mata
dan jaringan lunak periorbital yang menimbulkan eritema kelopak mata akut
dan edema. Selulitis preseptal dan selulitis orbita memiliki manifestasi klinis
yang mungkin mirip, akan tetapi kedua kondisi tersebut harus dibedakan.
Selulitis preseptal hanya melibatkan jaringan lunak di anterior septum orbital
dan tidak melibatkan struktur di dalam rongga orbita.
dari pada satunya, namun ditemukan gejala khas yaitu amaurotic cats eye
sedangkan pada selulitis tidak didapatkan gejala tersebut. Pada pemeriksaan
usg dapat diketahui adanya massa intraokuler.
H. Penatalaksanaan
Pengobatan
harus
dimulai
sebelum
organisme
penyebabnya
J. Prognosa4
Prognosa pasien selulitis orbita dubai bergantung dari penanganan yang
tepat dan komplikasi yang dapat timbul pada penderita. Pada umumnya
prognosa ad vitam adalah bonam, ad functionam adalah bonam dan ad
sanactionam adalah bonam bila respon penderita terhadap antibiotik baik dan
tidak ditemukan adanya komplikasi.
BAB III
KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang
septum orbita. Selulitis orbita biasanya merupakan infeksi sekunder yang berasal
dari infeksi sinus terutama pada anak. Mikroorganisme penyebabnya selulitis orbita
adalah Staphylococcus, Streptococcus dan Pneumococcus dan Haemphilus
Influenza. Penanganan selulitis secara cepat dan tepat sangat dianjurkan guna
menghindari komplikasi dan berkibat pada kematian. Mengingat struktur orbita
sangat dekat dengan otak, komplikasi berupa meningitis dan abses otak mungkin
terjadi bila penanganan terhadap proses infeksi tidak tepat. Pemberian antibiotik
spektrum luas sebelum identifikasi dapat dilakukan dilanjutkan dengan antibiotik
spesifik setelah didapatkan hasil biakan mata konjungtiva, hidung dan darah.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Riyanto, H., Desy, B., Kaloso, H.D., Soebagyo. 2009. Orbital Cellulitis and
Endophthalmitis Associated with Odontogenic Paranasal Sinusitis. Jurnal
Oftalmologi Indonesia. 7(1); 28-31
2. Tim Revisi PDT. 2006. Dedoman Diagnostik dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Penyakit Mata. Rumah Sakit Dokter Soetomo. Surabaya. Halaman 75-77.
3. Harrington, J.N. 2016. Orbital Cellulitis. Department of Ophthalmology.
Amerika
4. Christian Michael. 2013. Presentasi Kasus Selulitis Preseptal. Modul
Praktik Klinik Ilmu Kesehatan Mata RS. Cipto Mangunkusumo.Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Paul Riordan-Eva John P. Whitcher. 2007. Vauhan dan Asbury Oftalmoligi
Umum. Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Halaman 256.
6. Imtiaz A. Chaudhry, Waleed Al-Rashed,Osama Al-Sheikh and Yonca O.
Ara. 2013. Diagnosis and Management of Orbital Selulitis. Hal 137
7. Sumantra, I Gede. Marzuki, H. 2014. Trombosis Sinus Cavernosus. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Vol 3. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya. Halaman 8
11