OLEH:
DIAN PRATIWI, S. Kep
132311101064
kebebasan
dan
penyakit
khususnya
penyakit
degeneratif
dan
untuk
Gaya Hidup
Ketidakmampuan
Tingkat Energi
Usia
Lansia
Resiko Fraktur
Penurunan
Peredaran
darah otot
menurun
Terjadi
terus
menerus
Kadar Hb
mobilit
as
Atrofi otot
dan
kelemahan
Mengganggu
Koordinasi
ekstermitas
Kadar O2
Cyanosis
dalam darah
menurun
membatasi
Keb.gerak
Bedrest
total
Kelemahan
fisik
Aktivitasa dan
olahraga
kekuatan
Keterbatasan gerak
perawatan
diri
gangguan
Ph
kompensasi
tubuh
Leukosit
tinggi
proses
inflamasi
Merangsan
g
hypotalam
Resiko
tinggi
infeksi
Pengeluaran
reseptor
Gangguan istirahat tidurnyeri
Gangguan rasa
nyaman nyeri
F. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1) Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,
keluarga, dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring
lama, pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta
mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target
fungsional, dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula
perkiraan waktu yang diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi,
serta penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang
dapat menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan
dosisnya atau dihentkan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan
gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat
otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/
keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
h) Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat
bantu berdiri dan ambulasi.
i) Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau
toilet.
2) Tatalaksana Khusus
1. Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
2. Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
3. Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada
dokter spesialis yang kompeten.
4. Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasienpasien yang
mengalami sakit atau dirawat di rumah sakit dan panti werdha
7
disabilitas permanen.
Penatalaksanaan lain yaitu:
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas,
digunakan untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan
fleksibilitas sendi. Posisi-posisi tersebut, yaitu :
a)
b)
pinggul
dan
bahu.
Mengurangi
komplikasi
akibat
immobilisasi.
g)
Posisi sim: posisi miring kanan atau kiri. Posisi ini dapat
memberikan
kenyaman
dan
memberikan
obat
per
anus
(supositoria)
h)
2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular.. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih
posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke
kursi roda, dan lain-lain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan
untuk melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah
bergerak, serta meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4) Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan
ketahanan otot dengan cara mengangkat beban ringan, lalu beban
yang berat. Latihan isotonik (dynamic exercise) dapat dilakukan
dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan
curah jantung dan denyut nadi.
5) Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan
otot.
6) Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan fungsi respirasi
sebagai dampak terjadinya imobilitas.
7) Melakukan Postural Drainase
Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan
sekret dari paru dengan menggunakan gaya berat (gravitasi) dari
sekret itu sendiri. Postural drainase dilakukan untuk mencegah
terkumpulnya
sekret
dalam
mempercepat
pengeluaran
saluran
sekret
napas
sehingga
tetapi
tidak
juga
terjadi
Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi metabolic
normal antara lain laju metabolic: metabolisme karbohidarat, lemak,
dan protein, keseimbangan cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan
kalsium, dan gangguan pencernaan. Keberdaaan infeksius padaklien
immobilisasi
adanya
demam dan
2)
3)
Gangguan
nutrisi
(hipoalbuminemia)
Imobilisasi
akan
10
metabolisme
menjadi
katabolisme.
Keadaan
b.
c.
d.
gastrointestinal,
11
Perubahan Kardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas, yaitu berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
g.
langsung.
Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi
dan osteoporosis.
h.
i.
Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
j.
Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
Diagnosa Keperawatan sesuai NANDA (2015)
1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan:
Depsnea setelah beraktifitas
Gangguan sikap berjalan
Gerakan Lambat
Gerakan spastik
Gerakan tidak terkoordinasi
Instabilita postur
Kesulitan membolak-balikkan posisi
Keterbatasan rentang gerak
Ketidaknyamanan
12
situasi
yang
tentang
13
2.
3.
a) Managemen Energi
b) Terapi Aktivitas
Gangguan mobilitas fisik
Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
a) Mampu mandiri total
b) Membutuhkan alat bantu
c) Membutuhkan bantuan orang lain
d) Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
e) Tergantung total
Perencanaan/ Nursing care plan
a) Latihan Kekuatan
b) Latihan untuk ambulasi
c) Latihan mobilisasi dengan kursi roda
d) Latihan Keseimbangan
e) Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar
Defisit perawatan diri
Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
a) Melakukan ADL mandiri : mandi, hygiene mulut ,kuku,
penis/vulva, rambut, berpakaian, toileting, makan-minum,
b)
c)
d)
e)
f)
ambulasi
Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa kecemasan
Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit utuh
Mempertahankan kebersihan area perineal dan anus
Berpakaian dan melepaskan pakaian sendiri
Melakukan keramas, bersisir, bercukur, membersihkan kuku,
berdandan
g) Makan dan minum sendiri, meminta bantuan bila perlu
h) Mengosongkan kandung kemih dan bowel
Perencanaan/ Nursing care plan
a) Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penil/vulva,
rambut, kulit
b) Bantuan perawatan diri : berpakaian
c) Bantuan perawatan diri : Makan-minum
d) Bantuan Perawatan Diri: Toileting
I. Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta :
Salemba Medika.
14
15