Anda di halaman 1dari 14

Ardiella Yunard, S.

Ked (0806362064)
Astrid M Puteri, S.Ked (0806362152)

TINJAUAN PUSTAKA
TROMBOSIS VENA DALAM

DEFINISI
Trombosis vena dalam adalah suatu keadaan terjadinya gumpalan darah (trombus) pada
pembuluh darah balik (vena) dalam di daerah tungkai bawah. Setiap tahunnya diperkirakan
terdapat 1 di antara 1000 orang menderita kelainan ini. Dari jumlah tersebut, kurang lebih satu
sampai lima persen penderita meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkan.

Trombus yang terbentuk di tungkai bawah tersebut dapat lepas dari tempatnya dan berjalan
mengikuti aliran darah, disebut dengan emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran
darah hingga ke jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan menyumbat di salah satu atau
lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaan yang disebut dengan embolisme paru
(pulmonary embolism).
Tingkat keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah dan ukuran dari emboli tersebut.
Jika ukuran dari emboli kecil, maka akan terjadi penyumbatan pada pembuluh darah paru yang

kecil, sehingga menyebabkan kematian jaringan paru (pulmonary infarction). Namun jika ukuran
emboli besar maka dapat terjadi penyumbatan pada sebagian atau seluruh darah dari jantung
kanan ke paru, sehingga menyebabkan kematian.

ETIOLOGI 1,3
Ada 3 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam, yaitu :
1. Cedera pada pembuluh darah balik
Pembuluh darah balik dapat cedera selama terjadinya tindakan bedah, suntikan bahan yang
mengiritasi pembuluh darah balik, atau kelainan-kelainan tertentu pada pembuluh darah balik.

2. Peningkatan kecenderungan terjadinya pembekuan darah


Terdapat beberapa kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kecenderungan
terjadinya pembekuan darah. Beberapa jenis kanker dan penggunaan kontrasepsi oral dapat
memudahkan terjadinya pembekuan darah. Kadang-kadang pembekuan darah juga dapat terjadi
setelah proses persalinan atau setelah tindakan operasi. Selain itu pembekuan darah juga mudah
terjadi pada individu yang berusia tua, keadaan dehidrasi, dan pada individu yang merokok.

3. Melambatnya aliran darah pada pembuluh darah balik


Hal ini dapat terjadi pada keadaan seperti perawatan lama di rumah sakit atau pada penerbangan
jarak jauh. Pada keadaan-keadaan tersebut otot-otot pada daerah tungkai bawah tidak
berkontraksi sehingga aliran darah dari kaki menuju ke jantung berkurang. Akibatnya aliran darah
pada pembuluh darah balik melambat dan memudahkan terjadinya trombosis pada vena dalam.

GEJALA KLINIS 1,3


Sebagian penderita trombosis vena dalam tidak mengalami gejala sama sekali. Pada penderitapenderita ini biasanya gejala nyeri dada, akibat dari embolisme paru, adalah indikasi pertama
adanya suatu kelainan. Jika trombus besar dan menyumbat aliran darah pada pembuluh darah

balik yang besar, maka akan timbul gejala pembengkakan pada tungkai bawah, yang nyeri dan
hangat pada perabaan.
Beberapa trombus dapat mengalami perbaikan secara spontan dan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut yang terjadi dapat merusak katup yang terdapat pada pembuluh darah balik di
daerah tungkai bawah. Akibat kerusakan ini maka dapat terjadi pembengkakan pada daerah
tersebut. Pembengkakan biasanya lebih sering terjadi pada saat pagi hingga sore hari karena
darah harus mengalir ke atas, menuju jantung, melawan gaya gravitasi. Pada malam hari
pembengkakan yang terjadi agak berkurang karena posisi tungkai bawah dalam keadaan
horisontal sehingga aliran darah balik dari tungkai bawah ke jantung lebih baik.
Gejala lebih lanjut dari trombosis vena dalam adalah terjadinya perubahan warna pada kulit di
sekitar daerah yang terkena menjadi kecoklatan. Hal ini terjadi karena sel darah merah akan
keluar dari pembuluh darah balik yang bersangkutan dan mengumpul di bawah kulit. Kulit yang
berubah warna menjadi kecoklatan ini sangat rentan terhadap cedera ringan seperti garukan atau
benturan, menimbulkan suatu borok (ulkus). Jika pembengkakan makin berat dan persisten maka
jaringan parut akan memerangkap cairan di sekitarnya. Akibatnya tungkai akan membengkak
permanen dan mengeras sehingga memudahkan terjadinya ulkus yang sulit sembuh.

DIAGNOSIS 4
Diagnosis dari trombosis vena dalam dapat ditegakkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan fisik ditujukan untuk menemukan adanya tanda dan gejala trombosis
vena dalam.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu diagnosis trombosis
vena dalam antara lain:

Ultrasonografi. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk membentuk


gambaran aliran darah melalui pembuluh darah arteri dan pembuluh darah balik pada
bagian tungkai yang terkena.

Tes D-Dimer. Pemeriksaan ini mengukur kadar D-Dimer dalam darah yang biasanya

dikeluarkan ketika bekuan darah memecah.

Venografi. Pemeriksaan ini merupakan suatu standar baku (gold standard) pada trombosis
vena dalam. Pada pemeriksaan ini suatu pemindai akan diinjeksikan ke dalam pembuluh
darah balik, kemudian daerah tersebut akan dirntgen dengan sinar X. Jika pada hasil foto
terdapat area pada pembuluh darah balik yang tidak terwarnai dengan pemindai maka
diagnosis trombosis vena dalam dapat ditegakkan.

TATALAKSANA 5
Tujuan terapi untuk trombosis vena dalam adalah untuk mencegah pembentukan bekuan darah
yang lebih besar, mencegah terjadinya emboli paru, serta mencegah terjadinya bekuan darah di
masa yang akan datang. Beberapa obat dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati
trombosis vena dalam. Obat-obatan yang paling sering digunakan adalah golongan antikoagulan
seperti warfarin atau heparin. Obat antikoagulan berguna untuk mencegah terjadinya gumpalan
darah. Perlu diperhatikan pula bahwa obat-obatan golongan antikoagulan dapat menyebabkan
terjadinya efek samping perdarahan.
Terapi lain yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan filter atau penyaring yang diletakkan
pada pembuluh darah balik dari tubuh bagian bawah yang menuju ke arah jantung (vena cava
inferior). Penyaring ini berguna untuk mencegah emboli yang terbentuk mencapai paru dan
menimbulkan embolisme paru.
Untuk mengurangi nyeri dan bengkak pada tungkai maka dapat dilakukan elevasi atau kompresi
pada tungkai yang terkena. Kompresi dapat dilakukan dengan cara pemasangan stocking khusus,
yang dapat memberikan kompresi atau tekanan halus pada tungkai.

TERAPI KOMPLEMEN DAN ALTERNATIF 6,7


Selain terapi di atas, trombosis vena dalam juga dapat diatasi dengan terapi komplemen dan
alternatif. Salah satu pengobatan komplemen dan alternatif yang efektif dan aman untuk

trombosis vena dalam adalah dengan nattokinase.


Nattokinase adalah salah satu jenis pangan fungsional yang dibuat dari natto, suatu makanan hasil
dari fermentasi kedelai dengan bantuan bakteri Bacillus subtilis natto. Natto merupakan makanan
populer di Jepang, dan sudah dikonsumsi selama lebih dari 1000 tahun. Dari suatu penelitian
yang dilakukan oleh Dr. Hiroyuki Sumi dari Department of Physiology, Miyazaki Medical
College, Jepang, ternyata lendir dari natto mengandung enzim nattokinase, yang dapat
meningkatkan kemampuan tubuh secara natural untuk memecah bekuan darah.
Penggunaan nattokinase untuk mencegah terjadinya tombosis vena dalam telah dibuktikan dalam
salah satu penelitian yang dilakukan oleh Cesanore MR, et al, yang diterbitkan dalam jurnal
Angiology tahun 2003. Penelitian tersebut melibatkan 186 orang yang akan menjalani
penerbangan jarak jauh selama kurang lebih 7 jam. Dari 186 orang tersebut, 94 orang diberikan 2
kapsul nattokinase 2 jam sebelum penerbangan dan 6 jam setelah mendarat.

Penggunaan Nattokinase pada Penerbangan Jarak Jauh


Control

Treat

Total

p Value

Completing the study

92

94

186

DVT

<0.025

SVT

<0.05

Keterangan : DVT : Deep Vein Thrombosis (Trombosis Vena Dalam)


SVT : Superficial Vein Thrombosis (Trombosis Vena Luar)
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 94 orang yang diberikan nattokinase sebelum
dan setelah penerbangan jarak jauh tidak ada yang mengalami trombosis vena dalam maupun
trombosis vena luar. Sedangkan dari 92 orang yang tidak diberikan nattokinase sebelum dan
setelah penerbangan terdapat 5 orang yang mengalami trombosis vena dalam dan 2 orang yang
mengalami trombosis vena luar. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nattokinase secara

signifikan dapat mencegah terjadinya trombosis vena pada penerbangan jarak jauh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Deep vein thrombosis (DVT). Merck Manuals Online Medical Library 2003 (disitasi 16
September 2009);1(1). Tersedia dari: URL:
http://www.merck.com/mmhe/sec03/ch036/ch036b.html
2. Deep vein thrombosis. Wikipedia 2009 (disitasi 16 September 2009);1(1). Tersedia dari:
URL: http://en.wikipedia.org/wiki/Deep_vein_thrombosis
3. Trombosis Vena Dalam. Medicastore 2004 (disitasi 16 September 2009);1(1). Tersedia
dari: URL: http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?idktg=1&judul=Trombosis
%20vena%20dalam&iddtl=645&UID=20080214112827125.208.142.11
4. What is deep vein thrombosis. National Heart Lung and Blood Institute 2007 (disitasi 16
September 2009);1(1). Tersedia dari: URL:
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Dvt/DVT_WhatIs.html
5. Deep vein thrombosis: what you should know. American Academy of Family Physicians
2009 (disitasi 16 September 2009);1(1). Tersedia dari: URL:
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/seniors/common-older/800.html
6. Levine SA, Zurlo E, Anderson JL. Focus on allergy research group: potent natural
anticoagulant enzyme derived from traditional japanese food. Allergy Research Group
Newsletter 2003:1-11.
7. Cesanore MR, Belarco G, Nicolaides AN, Ricci A, Geroulakos G, Ippolito E, et al.
Prevention of venous thrombosis in long-haul flights with flite tabs:the LONFLIT-FLITE
randomized, controlloed trial. Angiology 2003;54(0):T1-9

DIAGNOSIS BANDING1.SELULITIS
Selulitis merupakan infeksi pada kulit dan disebabkan oleh bakteri. Selulitis dapatdisebabkan
oleh bakteri dan organisme yang normal ada di kulit. Selulitis biasa terjadiapabila sebelumnya
terdapat gangguan yang menyebabkan kulit terbuka, seperti luka,terbakar, gigitan serangga atau
luka operasi Selulitis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,namun bagian tersering terkena
selulitis adalah kulit di wajah dan kaki. Selulitis bisa hanyamenyerang kulit bagian atas, tapi bila

tidak diobati dan infeksi semakin berat, dapatmenyebar ke pembuluh darah dan kelenjar getah
bening.Di Amerika Serikat, selulitis merupakan infeksi yang cukup sering terjadi, denganangka
kejadian 2-3 kasus per 100 orang per tahun. Angka kejadian pada pria dan wanitasebanding dan
menyerang semua umur, walaupun selulitis di bagian wajah lebih seringmengenai orang tua usia
lebih dari 50 tahun dan anak-anak usia 6 bulan - 3 tahun. Keadaanyang dapat meningkatkan
angka kejadian terkena selulitis antara lain, penyakit diabetes,obesitas, pemakai narkoba dengan
jarum suntik, jamur pada kaki, imunitas tubuh yangmenurun karena penyakit atau pengobatan
tertentu, sirkulasi pembuluh darah yang kurang baik, dan pembengkakan pada kaki yang
berlangsung lama.Selulitis terjadi jika bakteri masuk ke dalam kulit melalui kulit yang terbuka.
Dua bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi ini adalah
streptococcus
dan
staphylococcus
.Walaupun selulitis dapat terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi adalahdi
kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada anak-anak usia di bawah
6 tahun, bakteri
Hemophilus influenzae
dapat menyebabkan selulitis, khususnya didaerah wajah dan lengan.
GEJALA
Selulitis biasanya dimulai dengan daerah kulit yang bengkak, kemerahan pada kulit,terasa hangat
di kulit dan terkadang nyeri. Sejalan dengan daerah kulit yang terkena semakinmeluas, dapat
muncul gejala lain seperti demam, terkadang sampai berkeringat danmenggigil, dan terdapat
pembesaran kelenjar getah bening di dekat daerah kulit yangterinfeksi. Selulitis dapat berbahaya
bila tidak diobati dengan benar karena infeksi dapatmenyebar ke bagian tubuh lain lewat
pembuluh darah dan kelenjar getah bening
PATOGENESIS
Trombus mula dibentuk pada aliran darah yang lambat atau terganggu.Sering
dimulaidari deposit pada vena besar besar di betis pada kantung vena di vena betis
dan paha.Aktivasimelalui jalur intrinsic dapat terjadi karena kontakFXII dengan
kolagen pada subendotelium pembuluh darah yang rusak.Aktivisi melalui jalan
intrinsic yang rusak masuk aliran darahmengaktifkan FVII. Baik melalui jalur intrinsic
maupun ektrinsik akhirnya dapat membentuk fibrin. Pada penyakit kanker FX
langsung diaktifkan oleh system yang dikeluatka oleh selkanker.Pada kelainan
herediter pula dapat terjadi peningkatan koagulasi dan menjadi predisposisi
thrombosis.Kehamilan dapat menyebabkan peningkatan dari F II, F V II, dan FX.
Golongan darah bukan O pada sebahagian populasi tertentu di sertai peningkatan
FVIII. Mutsi gen protrombinterjadi 1-4% pada populasi . Statis juga dapat
diakibatkan oleh imobilitas obstruksi venadilatasi vena dan meningkatnya viskositas
darah. Imobilitas dapat diakibatkan stroke atau berbaring lama. Obstruksi pula
didapatkan dari luar atau sekunder karena tromosis venasebelumnya..Viskositas
darah meningkat karena fibrinogen meningkat. Vasodilatasi vena juga terjadi jika
bebaring lama dan kehamilan.Trauma pada pasien merupakan factor resiko
thrombosis vena. Trauma pada pembuluh darah menyebabkan kerusakan endotel

sebagai respon terhadap inflamasi akandiproduksi sitokin. Sitokin akan


menstimulasi sintesis PAI 1 dan menyebabkan aktivitifibrinolisis berkurang.Aktiviti
koagulasi dapat terjadi melalui jalan intrinsic yaitu kontak FXII dgn kolagen pada
subendotelium atau melalui jalan ektrinsik yaitu tromboplastin masuk dalam darah
akibat dari kerusakkan sel. Aktivasi koagulasi baik melalui jalan intrinsicmaupun
ektrinsik akan mengaktifkan Fx. FX akan menjadi aktif dan
selanjutnyamenyebabkan terbentuknya fibrin.Kerusakkan endotel vena
menyebabkan thrombosis menempel pada subendoteliumdan trombosit beragregasi
pada lokai akumulasi leukosit. Kolagen akan mengaktifkan FXII,sedang trombosit
mengaktifkan FXII dan FXI .

PENATALAKSAANPENGOBATANA. MEDIKAMENTOSA
Terdapat 3 obat utama dalam menunjang terapi tombosi ini yaitu :
a)
Obat anti platlet
. Obat ini bertujuaan menghambat agregasi trombosit. Ianyasebaikknya
diberikansebelum trobus terjadi atau diberi saat terjadi thrombus untuk mencegah
pembentukkan thrombus baru. Seperti aspirin, ianya dapat
menghambatsiklooksigenase secara irreversible sehingga menurunkan tromboxane
A2. Yangmerupakan antagonis trombosit.
b)
Obat anticoagulant
. Antikoagulasi mencegah pertumbuhan yang lebih jauh dari bekuandarah dan
mencegahnya dari pembentukan embolus yang dapat berjalan ke paru.
Heparin
diberi praentral dan tidak diabsorbsi usus, ianya bekerja melalui kompleksthrombin
antitrombin dan kompleks antitrombin factor Xa, IXa dan Xia dan mampuuntuk
mengikat thrombin. Heparin bera molekul rendah mampu menghambat factor
Xalebih kuat, iteraksi dgn thrombin yang rendah sehingga menurunkan bahaya
pendarahan,dan memiliki bioavailibilitas yang baik sehingga masa paruhnya lebh
panjang. Ianyadapat diberikan bersama dengan warfarin dan jika terjadi
pendarahan sebagai efek sampingnya maka diatasi dengan pemberian protamin.
Warfarin
adalah anticoagulant oral yang merupakan derivate caumarin dan
indandione.Warfarin menghambat factor XII, IX,X dan protein C dan S sehingga

menghambatthrombin. Dosis dari warfarin dimonitor dengan tes-tes darah yang


mengukur waktu prothrombin karena PT mengukur aktiviti VII, X dan protrombin
atau INR (internationalnormalized ratio) . Untuk deep vein thrombosis yang tidak
rumit (menyulitkan), lamanyaterapi dengan warfarin yang direkomendasikan adalah
tiga sampai enam bulan.Pendarahan terjadi jika dikombinasi dengan antiplatet
maka warfarain harus dihenti pemakaiannya.Warfarin (Coumadin) adalah obat
pilihan untuk antikoagulasi. Ia segera dimulai, namunsayangnya mungkin
memerlukan waktu satu minggu atau lebih untuk darahnyamengencer secara tepat.
Oleh karenanya, heparin berat molekul rendah (enoxaparin(Lovenox))dimasukan
pada saat yang bersamaan. Ia mengencerkan darah melaui

mekanisme yang berbeda dan digunakan sebagai terapi penghubung (jembatan)


hinggawarfarin telah mencapai tingkat therapeutiknya. Suntikan-suntikan
enoxaparin dapatdiberikan pada basis pasien rawat jalan.
c)
Trombolitik
adalah untuk menghancurkan thrombus yang terjadi. Obat yang diberikanadalah
streptokinase sanagt bekerja optimal dalam 6 jam terjadi thrombosis.
B. NON MEDIKAMENTOSA

Pada bahagian yang terlibat bungkusan panas dapat dipakai untuk


mempercepatkan penyembuhan. .Seluruh extrimitas seeloknya dibungkus , ini
dapat meningkatkanaliran darah dan memecahkan thrombosis terbabit.

Pada penderita thrombosis vena dianjurkan paha ditinggikan sampai membuat


sudut30 derajat dengan permukaan horizontal.

Kaos kaki elastic bertujuan mencegah terjadi insuffisiensi vena menahun, maka
cukupsampai lutut karena komplikasi ini tidak dapat terjadi di peha.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Home health UK. Diundah
darihttp://homehealth.uk.com/medical/deepveintrombosis.htm2.MA.Crager,
VJ.Dzao.Vascular dieases of extrimitas. Harisson internal medicine Vol I .Mc
GrawHill 2008:1435-4

PEMERIKSAANANAMNESIS
Anamnesis adalah pemeriksaan yang penting dalam mengetahui perjalan penyakit pasienketika
datang berobat. Semasa ianya dijalan kan dokter dikehendaki bertanyakan hal- halyang penting
pada pasien.Ini adalah sebagai memastikan penatalaksanaan yang diberikanadalah benar dan
tepat sesuai keluhan dan diagnos.
FISIK
Apabila pasien datang dengan keluhan extrimitas kaki bengak, adanya pitting edema,
teraba panas dan kemerahan kecoklatan tanda dari gangguan bekuan darah. Gambaran klasik
DVTadalah teraba hangat , nyeri , tanda Homan positif.
PENUNJANGRADIOLOGI
Ultrasound sekarang adalah metode standar dari mendiagnosa kehadiran deep veinthrombosis.
Teknis ultrasound mungkin mampu untuk menentukan apakah ada bekuan,dimana ia berlokasi di
kaki, dan berapa besarnya. Ultrasounds dapat dibandingkan melaluiwaktu untuk melihat apakah
bekuan telah tumbuh atau menghilang. Ultrasound adalah lebih baik untuk "melihat" vena-vena
di atas lutut dibanding pada vena-vena dibawah lutut.Venography, menyuntikan zat pewarna
(dye) kedalam vena-vena untuk mencari thrombus,umumnya tidak dilakukan lagi dan telah lebih
menjadi catatan kaki sejarah.MRI digunakan dalam mengevaluasi DVT. Ianya sanagt berguna
untuk iliac vena ataupuninferior vena thrombosis apabila CT venography kurang adekuat dalam
mendeteksinya.Jikalau seseorang itu disuspek calf vena thrombosis MRI sangat sensitive
daripada imagingradiologi yang lain
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :
EGC
Carpenito, Lynda Juall, (1999). Diagnosa keperawatan; aplikasi pada praktik
keperawatan klinis. edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E, (1999). Rencana asuhan keperawatan; pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Depkes RI, (2006). Apa yang perlu diketahui tentang asma. Diambil 27
September 2006 dari
http://www.depkes.go.it/index.php?option=anticles&task=viewartic.
Huddack, Carolyn M; Gallo, Barbara M, (1994). Critical care nurshing; a holistic
approach, edisi VI. Jakarta : EGC.
Harrison (2000). Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, edisi 13. Jakarta : EGC.
Indonesian Nutrition Network (INN), (2006). Penderita asma terus meningkat.
Diambil 27 September 2006 dari http://www.gizi.net/cgibin/
beritafullnews.cgi.
Long, Barbara C, (1996). Perawatan medikal bedah 2: Suatu pendekatan proses
keperawatan. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Bandung.
Lemone, Priscilla, RN, DSN (et al) (2000). Medical surgical nursing; ritical
thingking in client care, seocond edition. prenticc hall health upper saddle
river. New Jersey
Mansjoer, Arif, (1999). Kapita selekta kedokteran, jilid 1, edisi 3. Fakultas
Kedokteran Universitas Jakarta. Media Aesculapius. Jakarta.

Niluh Gede Yamin Asih, Cristantie Effendy, (2000). Keperawatan medikal


bedah; klien dengan gangguan sistem pernapasan, edisi 1. Jakarta : EGC.
Perry, Anne Griffin and Potter, Patricia A, (1995). Pocket guide to basic skills and
proses penyakit, edisi 4. Jakarta : EGC.
Price, Silvia Adan Wilson, Loraine M, (1995). Patofisiologi konsep klinis prosesproses
penyakit, edisi 4. Jakarta : EGC.

DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC. 2001.
2. Tapan. Penyakit Ginjal dan Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2004.
3. Karyadi. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: Gramedia.
2006.
4. Sustrasi. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004.
5. McCloskey, dkk. Nursing Interventions Classification (NIC). Second Edition. Philadelpia: Mosby.
1995.
6. Mucci, Katte. The Healing Sound Of Music Manfaat Musik Untuk Kesembuhan, Kesehatan dan
Kebahagiaan. Jakarta: PT. Gramedia Utama. 2002.
7. Terapi musik. Diakses tanggal 25 September 2009 pukul 10.00 WIB. URL:
http://www.tanyadokter.com/nemsdetail.asp?id:10000528
8. Hidayat. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Cetakan 1. Jogjakarta: Galang Press. 2006.
9. Campbell. Efek Mozart Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran,
Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2001.
10. Purwadi. Seni Karawitan Jawa Ungkapan Keindahan dalam Musik Gamelan. Jogjakarta: Hanan
Pustaka. 2006.

11. 5 Oktober 2009 16.57 WIB. http://digilib.itb.ac.id/gdl..php?


mod:browse&op:read&id=jbptitbpp_gdl_finedwinit_32561.
12. Schmieg Perkembangan Otak. 14 Desember 2008. Diakses 8 Juni 2010 07.18 WIB. URL:
http://aditpunya.dagdigdug.com/category/kesehatan/
13. Balipost. 2007. Diakses 13 Oktober 2009 jam 14.50 WIB.
URL: http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2007/2/21/kihtml.
14. Hull. Penyakit Jantung, Hipertensi dan Nutrisi. Jakarta: Bumi Aksara. 1996.
15. Gray, dkk. Lecture Note Kardiologi. Edisi Ke Empat. Jakarta: Erlangga. 2005.
16. Andayuna. 16 Oktober 2009. Diakses 14 Januari 2010 jam 14.00 WIB.
http://andayuna.blogspot.com/2009/10/batas-batas-lanjut-usia-16html.
17. Supartondo,dkk. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri untuk Dokter dan Perawat.
Edisi Pertama. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2000
18. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 1999.
19. Palmer, dkk. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga. 2007.
20. Stanley. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2006.
21. Price, dkk. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
1995.
22. Nur. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Klien di Ruang ICUICCU Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. 2007.

23. Chan, dkk. Effect of Music on Depression Levels and Physiological Responses in CommunityBased Older Adults. Agustus 2009. Diakses pada 18 desember 2009 pukul 10.59 WIB. URL:
http://e-journal.dikti.go.id/akses/nph-proxy.cgi/000010A/http/web.ebscohost.com/
24. Nursalam. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Infomedia. 2001.
25. Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006.
26. Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007.
27. Prasetyo. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo. 2005.
28. Riwidikdo. Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisa Data dalam Penelitian Kesehatan
(Plus Aplikasi Software SPSS). Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Yogyakarta. 2008.
29.

Anda mungkin juga menyukai