UTILITAS
UTILITAS
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Pembangunan gedunggedung barucenderung bertingkat, hal ini sebagai solusi semakin sempitnya
lahan tanah yang ada. Namun disisi lain, dengan semakin banyak berdirinya bangunan bertingkat,
beberapa permasalahan mengenai keamanan bangunan menjadi hal penting untuk diperhatikan, karena
bangunan bertingkat lebih beresiko mengalami gangguan, baik gangguan secara mekanik maupun
gangguan alam. Salah satu dari gangguan mekanik bisa dimungkinkan kerobohan gedung karena
kurang kokoknya bangunan, sedangkan
sambaran petir.
Secara geografis letak Indonesia yang dilalui garis katulistiwa menyebabkan Indonesia beriklim
tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi. Dengan
demikian bangunan bangunan di Indonesia memiliki resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat
terkena sambaran petir. Kerusakan yang ditimbulkan dapat membahayakan peralatan serta manusia
yang berada di dalam gedung tersebut. Petir merusak struktur yang terbuat dari bahan, seperti batu,
kayu, beton dan baja yang dapat mengalirkan arus listrik yang tinggi dari petir sehingga dapat
memanaskan bahan dan akan menyebabkan potensikebakaran atau kerusakan berbahaya lainnya.
Untuk melindungi dan mengurangi dampak kerusakan dari sambaran petir maka perlu dipasang
sistem pengaman pada gedung bertingkat. Sistem pengaman itu salah satunya berupa sistem penangkal
petir beserta pentanahannya.
1.1.1. RUMUSAN MASALAH
1
1.2.
Petir adalah salah satau fenomena kelistrikan udara di alam. Proses terjadinya petir akibat
perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton). Para ilmuwan
menduga lompatan bunga api listriknya sendiri terjadi, ada beberapa tahapan yang biasanya
dilalui. Pertama adalah pemampatan muatan listrik pada awan bersangkutan. Umumnya, akan
menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan negatif, di bagian tengah adalah
listrik bermuatan positif, sementara di bagian dasar adalah muatan negatif yang berbaur dengan
muatan positif, pada bagian inilah petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan
awan, dalam awan itu sendiri, antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi). Energi
yang dihasilkan oleh satu sambaran 55 kw/hour.
Ada 2 teori yang mendasari proses terjadinya petir, diantarnya adalah;
a. Proses Ionisasi
Sambaran Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik
(Electrical Discharge) yang terjadi di atmosfer, hal ini disebabkan berkumpulnya ion bebas
bermuatan negatif dan positif di awan, ion listrik dihasilkan oleh gesekan antar awan dan juga
kejadian ionisasi ini disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau
sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair. Ion bebas menempati permukaan awan dan bergerak
mengikuti angin yang berhembus, bila awan-awan terkumpul di suatu tempat maka awan
bermuatan ion tersebut akan memiliki beda potensial yang cukup untuk menyambar permukaan
bumi maka inilah yang disebut petir.
b. Gesekan Antar Awan
Pada awalnya awan bergerak mengikuti arah angin, selama proses bergeraknya awan ini
maka saling bergesekan satu dengan yang lainya, dari proses ini terlahir electron-electron bebas
yang memenuhi permukaan awan. Proses ini bisa di simulasikan secara sederhana pada sebuah
penggaris plastik yang digosokkan pada rambut maka penggaris ini akan mampu menarik
potongan kertas. Pada suatu saat awan ini akan terkumpul di sebuah kawasan, saat inilah petir
dimungkinkan terjadi karena electron-elektron bebas ini saling menguatkan satu dengan
lainnya. Sehingga memiliki cukup beda potensial untuk menyambar permukaan bumi.
2. Dampak Yang Ditimbulkan Adanya Petir
Selain petir dapat menyambar sebuah bangunan yang telah di lengkapi anti petir/penangkal
petir konvensional maupun elektrostatis, petir juga dapat menyambar melalui jaringan listrik
PLN yang kabelnya terbentang di luar dan terbuka. Pada Umumnya jaringan listrik terbuka
Page
2
seperti ini masih ada dan di pergunakan di beberapa negara termasuk Indonesia. Arus petir yang
merusak perangkat panel listrik bukan di sebabkan oleh sambaran petir yang menyambar
langsung ke bangunan yang telah di pasang penangkal petir atau anti petir melainkan
sambaran petirmengenai jaringan listrik PLN sehingga arus petir ini masuk ke bangunan
mengikuti kabel listrik dan merusak panel listrik tersebut.
Jadi biasanya sambaran petir mengenai sesuatu yang jauh dari bangunan yangtelah
terpasang instalasi penangkal
konvensional maupun penangkal
petir baik
petir
elektrostatis,
instalasi penangkal
hal
ini
sudah
petir
biasa
terjadi
karena kabel distribusi PLN memakai kabel distribusi terbuka dan letaknya tinggi, seperti yang
terpasang pada jaringan listrik tegangan tinggi di Indonesia.
Untuk penanganan agar peristiwa ini tidak terjadi maka perlu sekali jaringan listrik pada
sebuah bangunan di lengkapi dengan perangkat Surya Arrester (Pelepas tegangan lebih/over
voltage). Jenis dan merk Surge Arrester ini banyak sekali tersedia di pasaran umum, yang jelas
pemasangan arrester harus di hubungkan dengan grounding ke bumi.
3. Mekanisme Induksi Petir.
Mekanisme induksi karena secara tidak langsung sambaran petir menyebabkan kenaikan
potensial pada peralatan elektronik, hal ini terjadi dikarenakan beberapa faktor, diantaranyaadalah:
a. Kopling Resistif.
Ketika permukaan struktur bangunan terkena sambaran petir, arus petir yang mengalir
kedalam tanah membangkitkan tegangan yang bisa mencapai ribuan volt diantara tegangan
supplay 220 V, jaringan data dan pentanahan. Hal ini menyebabkan sebagian arus mengalir pada
bagian penghantar luar misalnya kabel yang terhubung dengan bangunan dan terus menuju
ke grounding.
b. Kopling Induktif.
Arus petir mengalir dalam suatu penghantar akan menghasilkan medan magnet. Medan
magnet ini akan berhubungan dengan penghantar lainnya sehingga menyebabkan terjadinya
loop tegangan dengan nilai tegangan yang cukup tinggi.
c. Kopling Kapasitif
Saluran petir dekat sambaran petir dapat menyebabkan medan kapasitif yang tinggi pada
peralatan penghantar seperti suatu kapasitor yang sangat besar dengan udara sebagai
dielektriknya. Melalui cara ini terjadi kenaikan tegangan tinggi pada kabel meskipun struktur
bangunan tidak terkena sambaran langsung.
Page
3
langsung.
Cara
penanganannya
pengaman
tegangan
adalah
lebih
dengan
(over
cara
voltage).
memasang
Instalasi surge
telekomunikasi,
misalnya
telepon
dan
PABX.
Penanganannya
dengan
cara pemasangan arresterkhusus untuk jaringan PABX yang di hubungkan dengan grounding.
Bila bangunan yang akan di lindungi mempunyai jaringan internet yang koneksinya melalui
jaringan telepon maka alat ini juga dapat melindungi jaringan internet tersebut.
Pengamanan terhadap suatu bangunan atau objek dari sambaran petir pada prinsipnya adalah
sebagai penyedia sarana untuk menghantarkan arus petir yang mengarah ke bangunan yang
Page
4
akan kita lindungi tanpa melalui struktur bangunan yang bukan merupakan bagian dari sistem
proteksi petir atau instalasi penangkal petir, tentunya harus sesuai dengan standart pemasangan
instalasinya.
Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu :
1. Kerusakan Thermis, kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran.
2.Kerusakan Mekanis, kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak, rusaknya
peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian.
5. Efek Sambaran Petir
a. Efek Listrik
Ketika arus
penyalur (konduktor)
menuju
resistansi
elektroda
bumi instalasi penangkal petir, akan menimbulkan tegangan jatuh resistif, yang dapat dengan
segera menaikan tegangan sistem proteksi kesuatu nilai yang tinggi dibanding dengan tegangan
bumi. Arus petir ini juga menimbulkan gradien tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi,
yang sangat berbahaya bagi makluk hidup. Dengan cara yang sama induktansi sistem proteksi
harus pula diperhatikan karena kecuraman muka gelombang pulsa petir. Dengan demikian
tegangan jatuh pada sistem proteksi petir adalah jumlah aritmatik komponen tegangan resistif
dan induktif.
b. Efek Tegangan Tembus - Samping
Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang lebih tinggi
terhadap unsur logam didekatnya. Maka dari itu akan dapat menimbulkan resiko tegangan
tembus dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur logam lain. Jika
tegangan tembus ini terjadi maka sebagian arus petir akan merambat melalui bagian internal
struktur logam seperti pipa besi dan kawat. Tegangan tembus ini dapat menyebabkan resiko
yang sangat berbahaya bagi isi dan kerangka struktur bangunan yang akan dilindungi.
c. Efek Termal
Dalam kaitannya dengan sistem proteksi petir, efek termal pelepasan muatan petir adalah
terbatas pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui arus petir. Walaupun arusnya besar,
Page
5
waktunya adalah sangat singkat dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir biasanya diabaikan.
Pada umumnya luas penampang konduktor instalasi penangkal petir dipilih terutama umtuk
memenuhi persyaratan kualitas mekanis, yang berarti sudah cukup besar untuk membatasi
kenaikan temperatur 1 derajat celcius.
d. Efek Mekanis
Apabila arus petir melalui kabel penyalur pararel (konduktor) yang berdekatan atau pada
konduktor dengan tekukan yang tajam akan menimbulkan gaya mekanis yang cukup besar, oleh
karena itu diperlukan ikatan mekanis yang cukup kuat. Efek mekanis lain ditimbulkan
oleh sambaran petir yang disebabkan kenaikan temeratur udara yang tiba-tiba mencapai 30.000
K dan menyebabkan ledakkan pemuaian udara disekitar jalur muatan bergerak. Hal ini
dikarenakan jika konduktifitas logam diganti dengan konduktifitas busur api listrik, enegi yang
timbul akan meningkatkan sekitar ratusan kali dan energi ini dapat menimbulkan kerusakan
pada struktur bangunan yang dilindungi.
1.3.
ALASAN GEDUNG MENGGUNAKAN PENANGKAL PETIR
1.3.1. Kebutuhan Bangunan Terhadap Ancaman Bahaya Petir
Suatu instalasi penangkal petir yang telah terpasang harus dapat melindungi semua bagian
dari struktur bangunan dan arealnya termasuk manusia serta peralatan yang ada didalamnya
terhadap ancaman bahaya dan kerusakan akibat sambaran petir. Berikut ini akan dibahas
mengenai cara menentukan besarnya kebutuhan bangunan akan proteksi petir menggunakan
beberapa standart yaitu berdasarkan Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir, Nasional Fire
Protection Association 780, International Electrotechnical Commision 1024-1-1.
Kebutuhan
Bangunan
Terhadap Ancaman
Bahaya
Petir Berdasarkan
Peraturan
Umum Instalasi Penangkal Petir.Jenis Bangunan yang perlu diberi penangkal petir
dikelompokan menjadi :
1. Bangunan tinggi seperti gedung bertingkat, menara dan cerobong pabrik.
2. Bangunan penyimpanan bahan mudah meledak atau terbakar, misalnya pabrik amunisi,
gudang bahan kimia.
3. Bangunan untuk kepentingan umum seperti gedung sekolah, stasiun, bandara dan
sebagainya.
4. Bangunan yang mempunyai fungsi khusus dan nilai estetika misalnya museum, gedung
arsip negara.
Besarnya kebutuhan suatu bangunan terhadap instalasi proteksi petir ditentukan oleh
besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang terjadi jika bangunan tersebut
tersambar petir. Berdasarkan Peraturan umum Instalasi Penangkal Petir besarnya kebutuhan
tersebut mengacu kepada penjumlahan indeks-indeks tertentu yang mewakili keadaan bangunan
di suatu lokasi dan dituliskan sebagai berikut;
R=
A+B+C+D+E
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks akan semakin
besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar kebutuhan
bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
Dari persamaan tersebut maka akan terlihat bahwa semakin besar nilai indeks akan semakin
besar pula resiko (R) yang di tanggung suatu bangunan sehingga semakin besar kebutuhan
bangunan tersebut akan sistem proteksi petir.
Page
7
Bebarapa Indeks perkiraan bahaya petir di tunjukkan ke dalam tabel berikut ini
Tabel 2.1 IndeksA : Bahaya Berdasarkan Jenis Bangunan
Penggunaan dan Isi
Indeks A
Bangunan biasa yang tak perlu diamankan -10
baik bangunan maupun isinya
Bangunan dan isinya jarang dipergunakan 0
misalnya menara atau tiang dari metal
Bangunan yang berisi peralatan sehari-hari 1
atau tempat tinggal misalnya rumah tinggal,
industri kecil, stasiun kereta
Bangunan dan isinya cukup penting misalnya 2
menara air, toko barang-barang berharga dan
kantor pemerintah
Bangunan yang isinya banyak sekali orang 3
misalnya sarana ibadah, sekolah dan atau
monumen sejarah yang penting
Instalasi gas minyak atau bensin, dan rumah 5
sakit
Bangunan
yang
mudah
meledak
dan 15
Indeks B
dengan
kontruksi
beton 1
dengan
kontruksi
beton 2
Page
8
Indeks C
12
17
25
35
50
70
100
140
200
10
Page
9
Situasi bangunan
Indeks D
Indeks E
16
32
64
128
256
Sumber :Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk
Bangunan di Indonesia. Hal 19.
Page
10
c. Menampung Petir
Dengan cara membuat grounding sistem dengan resistansi atau tahanan tanah kurang dari 5
Ohm. Hal ini agar arus petir dapat sepenuhnya diserap oleh tanah tanpa terjadinya step
potensial. Bahkan dilapangan saat ini umumnya resistansi atau tahanan tanah untuk
instalasi penangkal petir harus dibawah 3 Ohm.
d. Proteksi Grounding Sistem
Selain memperhatikan resistansi atau tahanan tanah, material yang digunakan untuk
pembuatan grounding juga harus diperhatikan, jangan sampai mudah korosi atau karat, terlebih
lagi jika didaerah dengan dengan laut. Untuk menghindari terjadinya loncatan arus petir yang
ditimbulakn adanya beda potensial tegangan maka setiap titik grounding harus dilindungi
dengan cara integrasi atau bonding system.
e. Proteksi Jalur Power Listrik
Proteksi terhadap jalur dari power muntak diperlukan untuk mencegah terjadinya induksi
yang dapat merusah peralatan listrik dan elektronik.
f. Proteksi Jalur PABX
Melindungi seluruh jaringan telepon dan signal termasuk pesawat faxsimile dan jaringan
data
g. Proteksi Jalur Elektronik
Melindungi seluruh perangkat elektronik seperti CCTV, mesin dll dengan memasang surge
arrester elektronik.
1.4. KONSTRUKSI PENANGKAL PETIR PADA BANGUNAN GEDUNG
Page
12
Penangkal petir adalah sebuah batang logam atau konduktor yang dipasang di atas gedung
dan pada perangkat listrik yang terhubung ke tanah melalui kawat, untuk melindungi bangunan
pada saat terjadi petir
1. Jenis-jenis metode penangkal petir
jenis jenis penangkal petir buatan:
1. Penangkal Petir Kovensional
2. Penangkal Petir RadioAktif
3. Penangkal Petir Elektrostatik
4. Penangkal Petir Neoflash
A. PENAGKAL PETIR KONVENSIONAL
Terdapat beberapa penangkal petir konvensional diantaranya:
1. Sistem Franklin
Penangkal Petir Franklin adalah rangkaian jalur elektris dari atas bangunan ke sisi
bawah/grounding dengan jalur kabel Tunggal.
a. Komponen Komponen
Batang Penangkal Petir
Kabel konduktor
Tempat pembumian
Sistem perlindungan dengan bentuk sudut 45 O.
b. Cara Kerja
Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan
listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat
naik melalui kabel konduktor , menuju ke ujung batang penangkal petir. Ketika muatan
listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan
semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan
negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan
mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir
c.
d.
daerah pemukiman penduduk yang padat dan jarak antar bagunan sangat rapat.
Sistem ini cukup praktis dan biayanya murah
Sistem ini lebih cocok menggunakan pada bangunan yang beratap kerucut / kubah
atau selisih tinggi bumbungan dan lisplang lebih dari 1 meter.
Kekurangan
Page
13
Jangkauannya terbatas
Untuk gedung yang dipenuhi peralatan elektronik sistem Franklin tidak dianjurkan
karena medan yang ditimbulkan ketika terjadi sambaran dapat memperpendek
waktu kerja perangkat elektronik terutama untuk perangkat yang memakai sinyal.
2. Sistem Faraday / Bentuk Instalasi Sangkar
Penangkal Petir Faraday adalah rangkaian jalur elektris dari bagian atas bangunan menuju
sisi bawah/ grounding dengan banyak jalur penurunan kabel.
Sehingga menghasilkan selubung jalur konduktor sehingga menyerupai sebuah sangkar
yang melindungi bangunan dari semua sisi sambaran petir.
a.Komponen Komponen
Batang Penangkal Petir
Kabel konduktor
Tempat pembumian
b.Instalasi
Batang yang runcing ( bahan copper spit ) dipasang paling atas bangunan dan batang
tembaga elektroda yang ditanamkan ke tanah. - Batang elektroda pentanahan tersebut
dibuatkan bak kontrol untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan nilai grounding
c. Cara kerja
Sangkar faraday adalah suatu piranti yang dimanfaatkan menjaga agar medanlistrik
di
dalam
ruangan
tetap
nol
meskipun
di
sekelilinganya
terdapat
e.
mata.
Mempunyai radius protection yang luas.
Kekurangan
Down conductor memiliki fungsi sebagai penyalur arus listrik dari sambaran petir
yang tertangkap oleh Penangkal Petir Thomas sytem menuju ke tanah untuk dinetralisasi,
untuk itu down conductor yang baik harus langsung terkoneksi dengan elektrode yang di
bumikan dengan jarak seminimal mungkin.
4.
sistem groundingnya dapat menggunakan sistem integrasi.e ncapai tahanan tanah yang
sangat
a. Komponen Komponen
Penangkal Petir
Kabel konduktor
Tempat pembumian
Instalansi Penangkal Petir
Batang yang runcing ( bahan copper spit ) dipasang paling atas bangunan dan batang
tembaga elektroda yang ditanamkan ke tanah. - Batang elektroda pentanahan tersebut
dibuatkan bak kontrol untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan nilai grounding
b. Cara Kerja
Sistem kerja penangkal petir ini dengan berusaha untuk menarik lidah petir dari awan,
dimana penangkal petir akan menciptakan kondisi lebih positif dari objek di sekitarnya
( seperti pohon, bangunan,mahluk hidup ) sehingga luncuran petir akan menuju ke
penangkal petir tersebut, bukan objek lain disekitarnya.
c. Kelebihan
Terbukti dalam tingkat keamanan dan kecepatan dalam menangkap dan
Americium 241 dan tentunya melalui berbagai penelitian dengan mempertimbangkan hasil
penelitian dari Mller Hillebrand (1962) dianggap lebih tidak berbahaya dibanding sumber
ionisasi lain seperti Cobalt, Krypton, Radium dan Plutonium.
a.
Komponen Komponen
Elektrode
Udara disekeliling elektrode akan di ionisasi, akibat pancaran partikel alpa dari isotop
( americum 241 ). Elektrode akan terus menerus menciptakan arus ion (Min. 10 8 ion/det).
Coaxial cabel
Untuk menghindari kerusakan benda-benda akibat muatan listrik petiryang menuju tanah
maka coaxial cabel dibungkus pipa isolasi.
Metode tahanan langsung dari muatan listrik petir ke dalam tanah menyebabkan seluruh
unit mempunyai potensial yang sama dengan bumi
Sehingga benda-benda yang berada disekitar system akan aman.
Pentanahan (Grounding)
Perlu test lokasi geografis dari pentanahan untuk mendapat resistansi dibawah 5 ohm.
Tahanan bumi maksimum yang terbaik untuk systemgrounding ini harus lebih kecil dari 5
ohm untuk proteksi sebuah bangunan. Sedang untuk proteksi perangkat listrik dan
elektronik sebaiknya jauh dibawah resistansi 1 ohm.
b.
Cara kerja
Pada prinsipnya, sistem penangkal petir diatas sama dengan sistem penangkal petir
Franklin, hanya dikembangkan lebih lanjut yaitu dengan memperlengkapi kepala dari
batang penangkal petirnya dengan unsur radioaktif yang memancarkan sinar alpha dengan
intensitas yang cukup besar sehingga mampu mengionisasi udara di sekitar kepala batang
penangkal petir tersebut.
c.
Penggunaan
Sistem proteksi instalasi penangkal petir sistem radius lebih cocok diterapkan pada daerah
yang bangunannya agak jarang, baik dari bahan logam maupun bukan logam. Misalnya
untuk daerah yang jarang ada pemukiman penduduk dan jarak antar bagunan cukup jauh.
Instalasi penangkal petir sistem radius dapat melindungi sambaran langsung petir terhadap
bangunan dan dapat memproteksi wilayah yang jauh lebih luas akibat serangan peitr.
Instalasi penangkal petir sistem radius ini terdiri dari sejumlah elemen, yang bekerja
bersama-sama untuk mencegah bahaya petir.
d.
Kelebihan
Sistem ini cocok untuk bangunan tinggi.
Satu bangunan cukup menggunakan sebuah penangkal petir.
e.
Kekurangan
Page
17
Alat proteksi disebut Preventor, yang bekerja berdasarkan reaksi netralisasi ion dengan
menggunakan bahan radio aktif. Keseluruhan kebocoran pada alat ini dapat mengakibatkan
radiasi. Oleh karena itu, alat ini dilarang.
6.Penangkal petir Elektrostatik
Prinsip kerja penangkal petir Elektrostatik mengadopsi sebagian system penangkal petir
Radioaktif , yakni menambah muatan pada ujung finial / splitzer agar petir selalu memilih
ujung ini untuk disambar .
Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk
Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat beradiasi
sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan
yang menginduksi permukaan bumi.
7. Penangkal Petir Neohlash
Mekanisme KerjaKetika awan bermuatan listrik melintas diatas sebuah bangunan yang
terpasang penangkal petir neoFlash, maka elektroda penerima pada bagian samping
penangkal petir neoFLASH ini mengumpulkan dan menyimpan energi listrik awan pada
unit kapasitornya . Setelah energi ini cukup besar maka dilepas dan diperbesar beda
potensialnya pada bagian Ion Generator.
Pelepasan muatan listrik pada unit Ion Generator ini di picu oleh sambaran, yakni ketika
lidah api menyambar permukaan bumi maka semua muatan listrik di bagian ion generator
dilepaskan keudara melalui Central Pick Up agar menimbulkan lidah api penuntun keatas
( Streamer leader ) untuk menyambut sambaran petir yang terjadi kemudian menuntunya
masuk kedalam satu titik sambar yang terdapat unit Neoflash ini.
1. Kerja Simultan
Pada unit Penangkal Petir NEOFLASH secara simultan bekerja bergantian dari masingmasing unit penerima induksi , jumlahnya tergantung dari tipe dan modelnya. Bekerjanya
secara bergantian dimana bila salah satu bagian unit melepaskan muatan ke udara / streamer
maka ada bagian yang dalam proses pengisian muatan awan.
Tentu akurasi dan kemampuan Penangkal Petir NeoFlash masih tergantung dari 2 hal
pendukung instalasi, yaitu:
a. Kabel Penghantar harus minimal 50 mm
b. Grounding maksimal 5 Ohm
Bila 2 syarat pendukung ini sudah terpenuhi maka kemampuan penangkal petir neoflash
akan maksimal.
2. Bentuk Perlindungan Penangkal Petir NeoFLASH.
Page
18
Page
19
Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding system
terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian dilakukan
pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter, apabila hasil pengukuran
tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya dapat dilakukan. Seandainya hasil
resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 Ohm maka di lakukan pembuatan atau
penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan dengan grounding pertama agar
resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm.
Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah memasang kabel penyalur
(Down
Conductor)
dari
keatas
bangunan,
tentunya
dengan
mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak belokan/tekukkan 90 derajat
sehingga
kebutuhan
material
dan
kualitas
instalasi
dapat
efektif
dan
efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC (Bare Copper), NYY atau
Coaxial. Untuk tempat - tempat tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung (Conduite) dengan
maksud kerapihan dan keamanan.
Page
20
Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya pemasangan
head terminal petir Flash Vectron tentunya harus terhubung dengan kabel penyalur tersebut
sampai ke grounding sistem.
3. Tips Untuk Menghindari Tersambar Petir :
a. Jika anda melihat sambaran petir atau mendengar gelegar guruh segeralah menuju
bangunan yang telah terlindungi dengan penangkal petir atau mendekatlah ke mobil atau
truk.
b. Pakailah sepatu dari kulit atau karet yang tidak bocor, usahakan memakai kaos kaki
yang kering, sebagai upaya memisahkan tubuh kita dari tanah sehingga petir enggan
melalui tubuh kita.
c. Jika anda berada di luar rumah maka hindarilah berada di areal terbuka, tempat
ketinggian, berada di tempat yang berair, di bawah pohon tinggi atau benda logam yang
menjulang tinggi.
d. Jika tempat berlindung tidak ada, sebaiknya anda jongkok tapi hindari tangan anda
menyentuh tanah dan jangan berbaring karena akan memudahkan penyaluran
tenaga petir ke tanah.
e. Jika anda berada di luar ruangan maha hindari berdiri bergerombol dengan orang lain.
Page
21
f. Jika kita berada di areal terbuka dan merasakan rambut kita berdiri itu
pertanda petir akan menyambar kita, kita harus melakukan gerakan rukuk yaitu
menekuk badan ke arah depan (Syukur bila menghadap kiblat) dan menempatkan kedua
tangan di lutut, cara ini akan membuat kita selamat.
g. Jika kita berada di dalam ruangan hindarilah berdiri dekat pintu, jendela dan tempat
yang berair.
h. Perangkat elektronik seperti televisi, radio, komputer sebaiknya di matikan dan di cabut
stop kontaknya, bila tidak memungkinkan menjauhlah dari perangkat elektronik
tersebut.
i. Bagi kita menbawa HP, HT dan radio saku sebaiknya di matikan segera, pisahkan antena
dengan body untuk mengurangi rangsangan petir menyambar.
j. Jika ada korban terkena petir tangani dengan hati-hati dan jangan dibawa bersama
barang yang bermuatan listrik agar tidak terkena sambaran ulang.
1.5 SISTEM UTILITAS PENANGKAL PETIR
Sistem utilitas penangkal petir adalah sebuah jalur rangkaian kabel tembaga yang
difungsikan sebagai jalan atau aliran bagi petir menuju ke permukaan bumi atau ground,
sehingga
petir
tidak
akan
merusak
benda-benda
yang
dilewatinya.
Ada 3 bagian utama pada peraturan sistem utilitas penangkal petir: Batang sistem utilitas
penangkal petir, Kabel konduktor sistem utilitas penangkal petir, Tempat pembumian
untuk sistem utilitas penangkal petir.
Batang sistem utilitas penangkal petir berupa batang tembaga murni yang ujung
tembaganya runcing. Batang sistem utilitas penangkal petir dibuat menjadi batangsistem utilitas
penangkal petir yang runcing karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan
lepas pada ujung logam Batang sistem utilitas penangkal petir. Dengan demikian Batang sistem
utilitas penangkal petir dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang
Page
22
ada di awan. Batang sistem utilitas penangkal petir ini dipasang pada bagian puncak sebuah
bangunan atau gedung.
Kabel konduktor atau kabel tembaga dibuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter
jalinan kabel konduktor tembaga ini sekitar 1 cm hingga 2 cm . Kabel konduktor tembaga
berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang sistem utilitas penangkal petir yang
bermuatan listrik ke tanah. Kabel konduktor sistem utilitas penangkal petir dipasang pada
dinding di bagian luar bangunan.
Tempat pembumian (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel
konduktor sistem utilitas penangkal petir ke batang pembumian (ground rod) yang ditanam di
tanah. Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm
dan panjang sekitar 1,8 - 3 m .
Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik
positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui
kabel konduktor sistem utilitas penangkal petir, menuju ke ujung batangsistem utilitas
penangkal petir. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik
menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung sistem utilitas
penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran
listrik. Aliran listrik yang melewati kabel tembaga sistem utilitas penangkal petir itu akan
mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor sistem utilitas penangkal petir dengan
demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan yang di pasang sistem utilitas penangkal
petir. Tetapi sambaran petir dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik
dan bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan
listrik itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah
kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di dalam bangunan dipasangi alat
yang disebut penstabil arus listrik (surge arrestor), yaitu semacam internal proteksi sistem
utilitas penangkal petir.
Sejak jaman dahulu kala, manusia selalu ingin mencoba untuk menjinakkan keganasan
alam atau gejala alam, salah satunya adalah bahaya sambaran petir. Di zaman ini, terdapat
Page
23
beberapa metode untuk melindungi bangunan dan lingkungan dari sambaran petir. Metode yang
paling sederhana tapi sangat efektif adalah metode Sangkar Faraday. Yaitu dengan melindungi
area yang hendak diamankan dengan melingkupinya memakai konduktor yang dihubungkan
dengan pembumian (grounding).
Pemasangan sistem utilitas penangkal petir adalah memberikan saluran elektrik dari atas
bangunan ke tanah menggunakan kawat tembaga dengan tujuan bila ada sambaran petir yang
mengenai atas bangunan maka arus petir bisa mengalir ke bumi atau ground dengan baik.
Standart kabel yg di gunakan adalah minimal 50 mm (SNI), untuk memilih kabel di bawah 50
mm tidak di sarankan walau kenyataan di lapangan banyak di gunakan dan dipastikan
penangkal petir tersebut tidak akan bekerja efektif dan efisien. Ingat sistem utilitas penangkal
petir yang bekerja sempurna harus mempunyai nilai hambatan jauh dibawah satu ohm atau
mendekati nilai nol ohm.
Cara instalasi sistem utilitas penangkal petir yang benar adalah sebagai beikut. Langkah
pertama yang harus di lakukan adalah memilih jalur penurunan kabel, ada 2 hal penting dalam
pemilihan jalur kabel ini. Pertama jalur kabel tembaga sistem utilitas penangkal petir yang
paling pendek dengan pertimbangan lebih hemat dan hambatan kabel tembaga yang paling
kecil, hal kedua yang juga harus diperhatikan adalah diusahakan sedikit mungkin
belokan/tekukan agar tidak terjadi loncatan keluar jalur kabel (Site Flasing) dan pekerjaan
pemasangan sistem sistem utilitas penangkal petir dimulai dari bawah / ground.
BAB II
2.1 System Penangkal Petir (Grounding System) Untuk Bangunan Rumah
Bagi kita yang tinggal di daerah yang banyak petir, mungkin kita sudah sering melihat kiltan
cahaya dan suara gemuruh yang ditimbulkan oleh petir. Dan jika petir yang terjadi dekat dengan tempat
kita berada sering merasakan adanya semacam sengatan listrik ke tubuh kita. Secara teoritis petir
terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses
terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur, dan selama
pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul
pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika
Page
24
perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif
(elektron). dimana muatan akan diteruskannya ke bumi.Karena sifat petir adalah meneruskan muatan
ke bumi, maka muatan akan mengejar tempat paling dekat padanya sebagai penghantar ke bumi.
Untuk mengantisipasi resiko bilamana petir berada dekat rumah kita, perlu membuat sistim penangkal
petir (grounding system) di rumah kita. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kita dari
sambaran petir dan juga barang barang elektronik dari arus lebih yang diakibatkan oleh petir yang
mengenai sekeliling rumah . Tetapi dengan pembuatan penangkal petir berarti bukan 100% membuat
kita aman dari resiko petir tersebut.
Berikut uraian bagaimana membuat sistim instalasi penangkal petir konvensional yang bisa diterapkan
di bangunan rumah tinggal.
Secara umum bagian dan sistim pemasagan penangkal petir adalah sebagai berikut :
1.
2.
Page
25
(sumber: https://khedanta.wordpress.com)
arester yang sudah di integarsikan ke sistim pembumian maka tegangan lebih dapat di hantarkan
ke bumi, hal ini akan mengurangi kerusakan sitim dan peralatan elektronik didalam rumah.
Bilamana ada tegangan lebih yang masuk kedalam sistim jaringan listrik didalam rumah, alat
alat elektronik yang sudah diintegrasikan kedalam sistim pembumian sehingga tegangan lebih
akan dihantarkan ke bumi , hal ini akan mengurangi kerusakan barang barang elektronik di dalam
rumah. Kita dapat membuat sub sub terminal didalam rumah tapi harus memperhatikan faktor
keamanan dan estetika.
Page
26
(sumber: https://khedanta.wordpress.com)
2. Untuk keamanan barang barang elektronik didalam rumah, anda bisa memasangkan sub
terminal dengan menggunakan plat tembaga dengan ukuran kira kira 5 cm x 20 cm. Kemudian
sub terminal ini diintegrasikan ke Terminal dengan menggunakan kabel BCC/ NYY 15 mm.
3. Untuk mengamankan tegangan lebih dari jaringan listrik, anda bisa menambah arester di sistim
instalasi listrik , dimana arester kemudian di hubungkan ke terminal grounding dengan
menngunakan kabel BC/NYY ukuran 15 mm.
4. Terminal adalah pusat yang menghubungkan beberapa kabel sebelum diteruskan ke pembumian
/ pentanahan.Bahan terminal dapat menggunakan plat tembaga dengan ukuran 10 x
30 cm.Terminal bisa dibuatkan diluar bangunan rumah dengan menempatkannya di sebuah bak
kontrol. Kemudian terminal dihubungkan ke sistim pembumian dengan menggunakan kabel BC
ukuran 50 mm
(sumber: https://khedanta.wordpress.com)
Page
27
5. Sebagaimana persyaratan dalam pentanahan dimana dianjurkan nilai tahanan sitim pembumian
adalah dibawah 3 ohm untuk kemanan barang-barang elektronik . Pada dasarnya untuk sistim
pembumian yang bagus adalah berhubungan dengan tanah dimana pipa dipasangkan, dimana
kekedapan tanah yang tinggi adalah tempat yang paling bagus untuk mendapatkan nilai tahanan
pembumian yang rendah. Dianjurkan tidak menanam pipa didaerah berpasir ataupun berbatu,
karena biasanya nilai tahanan pembumian akan semakin tinggi.
(sumber: https://khedanta.wordpress.com)
6. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal anda bisa menambahkan beberapa pipa tembaga yang
saling terintegarasi. Atau cara lain bisa dilakukan dengan menanam pipa dalam hingga lebih
dari 20 m. Bilamana nilai tersebut tidak dapat dicapai, sitim pembumian dapat ditambahkan
dengan memasangkan cooper plate yang ditanamkan bersamaan dengan bentonite.
(sumber: https://khedanta.wordpress.com)
2.2.1
Instalasi Listrik
Listrik merupakan aspek terpenting dalam kehidupan. Hampir semua kegiatan manusia
sekarang menggunakan penyuplaian aliran listrik. Prinsip-prinsip dasar dalam instalasi listrik
yaitu:
a. Keamanan
Keamanan ditujukan pada keselamatan manusia, ternak, dan harta benda. Pemeriksaan,
inspeksi, pengawasan dari instalasi sebelum digunakan/disambung dan setiap perubahan yang
penting perlu diberi tanda untuk keamanan pada pekerjaan selanjutnya.
b. Keandalan
Keandalan yang tinggi diperlukan untuk mengatasi kerusakan dalam batas normal termasuk
kesederhanaan sistem yang mudah untuk dimengerti dalam pengoperasian pada keadaan normal
maupun keadaan darurat yang selanjutnya dapat digabungkan dengan peralatan listrik lainnya.
c. Ketersediaan
Semua peralatan harus mudah diatur menurut pengoperasiannya, baik dalam pemeriksaan
pengawasan, pemeliharaan, perbaikan, serta mudah dalam pemasangannya, dan juga pemberian
label yang dapat menunjukkan cara pemakaiannya agar terhindar dari kesalahan.
d. Kemudahan
Pemberian daya yang berkelanjutan adalah sangat penting. Sumber daya cadangan yang
diperlukan untuk memberikan daya seluruh atau sebagiandari beban. Keluasan dari sistem
listrik yaitu dapat diadakan perubahan jika perlu diperbaharui dan diperluas untuk kepentingan
lain di masa mendatang.
e. Pengaruh pada lingkungan
Pengaruh pada lingkungan juga harus dijaga, seperti polusi, bising, dan juga estetika.
f. Ekonomis
Dimulai dari sejak perencanaan, perancangan, pemasangan sampai dengan pengoperasiannya
harus diperhitungkan biaya sesuai dengan investasinya.
akhirnya aliran listrik dengan tegangan yang normal dapat di alirkan ke rumah-rumah dan
bangunan yang membutuhkan suplai aliran listrik. Sistem instalasi listrik pada bangunan.
Sistim distribusi listrik ke gedung
( sumber. http://blogs.upnjatim.ac.id/utilitas/2007/02/06/jaringan-listrik-gedung/)
( sumber. http://blogs.upnjatim.ac.id/utilitas/2007/02/06/jaringan-listrik-gedung/)
Komponen dan peralatan utama perlistrikan pada gedung / bangunan tersebut terdiri
dari:
Page
30
2.
3.
( sumber. http://blogs.upnjatim.ac.id/utilitas/2007/02/06/jaringan-listrik-gedung/)
Kabel ini biasa dipakai untuk instalasi berpipa (conduit) dan harus menggunakan pipa karena
isolasinya tunggal (satu lapisan). Tidak baik digunakan untuk instalasi outdoor misal: lampu
taman.
Page
32
( sumber. http://blogs.upnjatim.ac.id/utilitas/2007/02/06/jaringan-listrik-gedung/)
Warna isolasi terluarnya adalah putih. Tersedia dalam berbagai ukuran yang
menentukan jumlah kawat di dalamnya contohnya : 21,5mm2, 22,5mm2,
31,5mm2, 42,5mm2 dan lain-lain. Yang menentukan jumlah kawat di dalam kabel
adalah angka di depan x. Misal 21,5mm2 berarti 2 kawat masing-masing berukuran
penampang 1,5mm2. Penghantar tembaga kawat tunggal, namun untuk penampang di
atas 16mm2 penghantarnya berupa beberapa kawat yang dipilin menjadi satu.
Kabel jenis ini bisa digunakan untuk instalasi dalam rumah tanpa pipa kecuali ditanam
dalam tembok. Untuk instalasi dalam tembok harus tetap menggunakan pipa conduit.
Page
33
( sumber. http://blogs.upnjatim.ac.id/utilitas/2007/02/06/jaringan-listrik-gedung/)
Warna isolasi terluarnya hitam. Seperti NYM, kabel ini juga dalam berbagai ukuran
penampang
dan
jumlah
kawatnya.
Kabel ini bisa digunakan untuk instalasi indoor maupun outdoor tanpa pipa sekalipun
(apabila terpaksa) karena isolasi kabel jenis ini kuat menghadapi berbagai cuaca
(weatherproof). Satu lagi, kabel NYY ini harganya lebih mahal dari jenis-jenis kabel
sebelumnya.
Panel Hubung Bagi (PHB) adalah panel berbentuk almari (cubicle), yang dapat
dibedakan sebagai:
Page
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil analisis dan pembahasan perencanaan instalasi penangkal petir Gedung Balai Kota Pariaman
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh besarnya indeks perkiraan bahaya 14 sehingga
mempunyai tingkat bahaya yang tergolong besar dan membutuhkan suatu instalasi penangkal petir
yang baik dan andal.
2. Dalam satu tahun kepadatan sambaran petir di Kota Pariaman sebesar 54,75 sambaran
/km/tahun.
3. Jenis penangkal petir digunakan Franklin, karena gedung tersebut mempunyai atap yang luas
berbentuk jurai maka diperlukan perhitungan radius proteksi dari setiap fanial penangkal petir
tersebut.
4. Finial penangkal petir Franklin digunakan sebanyak 20 buah, antara fanial dihubungkan
menggunakan penghantar kawat BC 10 mm2.
5. Sistim pentanahan yang digunakan dalam perencanaan instalasi penangkal petir adalah
penanaman elektroda pentanahan secara horizontal didalam tanah yang dipasang secara parallel
kedalaman 2,4 meter sebanyak
6 titik, setiap titiknya menggunakan dua batang elektroda pentanahan, sehingga elektroda
pentanahan yang digunakan sebanyak 16 batang.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil perencanaan dan kesimpulan, maka penulis mengemukakan beberapa saran
yaitu: 1. Hendaknya pengelola Gedung memperhitungan keselamatan gedung dari bahaya
sambaran petir, dengan memasang penangkal petir system Frenklin sesuai dengan kemampuan
proteksi finialnya.
2. Sebaiknya dilakukan pemiliharaan dan pemeriksaan secara berkala untuk menjaga umur dan
kemampuan finial dalam mengamankan gedung dari bahaya sambaran petir yang sewaktu-waktu
dapat terjadi.
Page
35
Daftar Pustaka
http://solusipetir.com/petir/bahaya-petir.html
http://riri.blueline.co.id/infra/Lightning%20Protection%20SNI%20&%20References/SNI%200370152004%20Sistem%20proteksi%20petir%20pada%20bangunan%20gedung.pdf
http://xa.yimg.com/kq/groups/16188850/1041303682/name/Teori+Penyalur+Petir.pdf
MakalahseniorMardiansah&Rahman
https://khedanta.wordpress.com)
Page
36