Makalah Interaksi Sosial
Makalah Interaksi Sosial
PEMECAHANNYA
UNIVERSITAS GUNADARMA
Disusun oleh :
Nama: Bima Pamungkas
NPM: 20208252
Kelas : 2EB15
Daftar Isi
Cover makalah....1
Daftar Isi..2
Bab I. Kata pengantar & Pendahuluan
A. Intensitas dan Kompleksitas Masalah ......4
BAB I
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunianya,sehingga makalah ini yang berisi tentang MASALAH SOSIAL SEBAGAI
HAMBATAN PENINGKATAN (KASUS PENYALAHGUNAAN OBAT) DAN UPAYA
PEMECAHANNYA merupakan bagian dari kajian Masalah Sosial,namun pembahasan
mengenai masalah ini tidak akan habis untuk dibahas karena masalah ini sudah
merupakan bagian dari pola kehidupan sosial. Oleh karena itu,pembahasan mengenai
2
MASALAH
SOSIAL
SEBAGAI
HAMBATAN
PENINGKATAN
(KASUS
Pendahuluan
Posisi mewujudkan masyarakat yang sejahtera berlangsung. Dalam hal ini bentuk
masalah sosial yang tampil dapat berupa masalah pada level individu. Jenis masalah
sosial yang pertama masalah sosial yang berkaitan dengan perilaku orang perorang
sebagai masyarakat seperti tindakan kriminal, serta berbagai bentuk penyalahgunaan .
Masalah kependudukan dan kurang berfungsinya berbagai bentuk aturan sosial. Jenis
masalah sosial tersebut dapat dilihat sebagai salah satu hambatan usaha mewujudkan
masyarakat sejahtera,apabila peningkatan kesejahteraan dipandang sebagai proses
pendayagunaan sumber daya pemenuhan kebutuhan guna peningkatan taraf hidup
masyarakat dan pembaca.
A. Intensitas dan Kompleksitas Masalah
Minium-minuman alkohol lebih dikaitkan dengan perilaku yang menyimpang.
Dalam tingkat seperti ini alkohol lebih bersifat sebagai jenis minuman biasa, pendorong
agar cepat tidur,perlindungan terhadap kedinginan dan sebagai obat penyakit
tertentu,tetapi juga berfungsi sebagai sarana dalam rangka mengembangkan symbol
solidaritas serta sebagai sarana untuk jembatan dan pengakraban pergaulan,dalam proses
selanjutnya banyak di jumpai pemakaian yang berlebihan dan tidak wajar sehingga di
samping sudah menyimpang dari berbagai fungsi semula,karena dapat mengakibatkan
dampak negatif baik secara fisik maupun sosial.Berdasarkan pemikiran itulah maka
untuk aspek yang negatif digunakan konsep penyalahgunaan ,karena pada sisi lain
dengan pemakain yang wajar dan proporsional bahan itu memang bermanfaat. Nilai
terhadap alkohol tersebut muncul dari kenyataan bahwa alkohol dapat menjadi mengubah
perilaku seseorang. Dampak yang paling jelas dari mabuk alkohol adalah perilaku
seseorang dapat menjadi agresif dan kecenderungan pada deviasi dalam perilaku seksual.
B. Latar Belakang Masalah
Perilaku penyalahgunaan obat terlarangdan kecanduan obat adalah merupakan
deviasi pada level individu,sumber permasalahannya dapat berasal dari faktor individual.
Ada hal yang dapat digunakan untuk menjelaskan latar belakang masalah dari faktor
sosialisasi ini. Pertama adalah urbanisme,suatu penjelasan yang berangkat dari argumen
karakteritik dan kehidupan kota. Apabila karakteristik kota dan gaya hidup seperti ini
terinternalisasi melalui proses sosialisasi,maka akan lebih mudah mendorong seseorang
melakukan penyimpangan termasuk penyalahgunaan obat dan kecanduan obat. Kedua
melalui proses transmisi kultural. Melalui cara ini dapat dijelaskan mengapa seseorang
menjadi jahat,sedangkan orang lain tidak,padahal berasal dari karakteristik sosial yang
sama,misalnya masyarakat urban. Seseorang belajar untuk menjadi kriminal,begitu juga
menjadi pemakai obat dan pecandu obat melalui proses interaksi. Secara singkat
dikatakan bahwa sentiment pro kriminal tumbuh dan berkembang melalui asosiasi
dengan orang lain dalam proses interaksi sosial. Ketiga penjelasan melalui realita
perbedaan subkultural. Hal ini penggunaan obat merupakan suatu kebiasaan yang
terintegrasi ke dalam subkultural tertentu. Dari uraian tentang ketiga sumber masalah
melalui proses sosialisasi tersebut,akan tampak bahwa walaupun sama-sama merupakan
sumber masalah dari faktor individu perbedaannya dengan pandangan biologis dan
psikologis adalah bahwa teori sosialisasi lebih menitikberatkan pada kekuasaan faktor
eksternal yang mendorong individu menjadi berperilaku devian. Pelacakan sumber dan
latar belakang masalah penyalahgunaan obat dari level masyarakat yang sudah
dibicarakan tersebut pada umumnya menggunakan pandangan struktural yang di
dalamnya terkandung perbedaan nilai dan perbedaan kepentingan.
BAB II
ISI
C. Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat
Sikap yang terjadi pada masyarakat terhadap masalah sosial dapat berupa
tindakan kolektif untuk melakukan perubahan dalam bentuk tindakan rehabilitatif atau
bahkan mengantisipasi agar kondisi yang tidak diharapkan tersebut tidak terkendali.
Demikian,upaya penanganan masalah sosial oleh masyarakat tidak semata-mata tindakan
reaktif yang bersifat kekagetan pada saat munculnya masalah,apalagi jika respon tersebut
baru muncul setelah masalah sosial berkembang menjadi krisis sosial. Dalam hal ini
kondisi yang disebut sebagai masalah sosial merupakan salah satu bentuk realitas sosial
yang dapat menimbulkan penderitaan. Idealnya, upaya untuk mengatasi masalah dan
penderitaan itu dating dari masyarakat melalui cara mengembangkan dirinya. Sehubung
dengan hal itu dikatakan, bahwa upaya pelyanan sosial oleh negara tersebut akan
melibatkan interaksi atau hubungan timbal balik antara 3 pihak
1. Mengembangkan Sistem Sosial Yang Responsif
Penyakit masyarakat dianggap identik dengan masalah sosial, maka upaya
pemecah masalahnya tidak cukup dengan memberikan pelayanan sosial yang sifatnya
rehabilitatif kepada individu penyandang masalah. Pemecahan masalah justru akan lebih
efektif melalui bekerjanya sistem sosial yang menempatkan kondisi masalah sosial
sebagai umpan balik dan mampu mengolah dan memanfaatkannya untuk melakukan
pemecahan masalah secara melekat. Masyarakat dapat melakukan upaya perbaikan,
penyembuhan, dan penanganan masalah sosial secara mandiri melalui bekerjnya
mekanisme dalam sistem sosialnya. Dalam praktik kehidupan sosial, bekerjanya
mekanisme kontrol sosial ini dapat dibedakan mejadi dua, yaitu kontrol pasif dan kontrol
aktif. Kontrol pasif dalam bentuk dorongan internal warga masyarakat agar berprilaku
sesuai nilai dan normma, serta menghindari yang sebaliknya. Bentuk kontrol pasif ini
berfungsi untuk membangun keberaturan dalam sistem sosialnya. Sedangkan bentuk yang
kedua kontrol sosial aktif yang merupakan proses untuk mengimplementasikan tujuan
dan nilai yang sudah disepakati. Kontrol ini berupa proses yang kontinyu dimana nilai
diterapkan dan keputusan diambil dalam kehidupan bersama.
Berdasarkan berbagai realita dan pemikiran tersebut, maka persoalan pokoknya adalah
dibutuhkan suatu upaya yang dapat mengoptimalkan peranan dari berbagai organisasi
sosial yang ada serta tindakan kolektif yang dapat mengubah berbagai energi dan potensi
usaha kesejahteraan sosial yang masih laten menjadi manifest, sehingga akan
memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pemecahan masalah-masalah sosial.
Melalui berbagai upaya tersebut maka kontribusi masyarakat dalam penanganan masalah
sosial dapat lebih dioptimalkan.
Organisasi Masyarakat
Masyarakat yang bersifat lokal dapat tumbuh sebagai bentuk aktualisasi berbagai
pranata sosial yang ada dan tidak jarang pula didasarkan pada pengamalan ajaran agama,
dengan demikian lebih didorong oleh motivasi religius. Sebagai organisasi yang berbasis
pranata dalam masyarakat, institusi ini biasanya kuat eksistensinya termasuk pola
kepemimpinannya dan dapat mengikat serta melibatkan mayoritas warga masyarakat
dalam komunitas tertentu. Demikian yang perlu dilakukan dalam pengembangannya
bukan mengubahnya menjadi organisasi yang bersifat formal, melainkan tetap
mempertahankan ikatan dan polalokal yang ada termasuk pola kepemimpinannya. Sambil
memfasilitasi tampilannya tenaga pengelola yang mempunyai kemampuan manajerial.
Organisasi Swasta
Bagi organisasi swasta ini untuk melakukan dan memberikan pelayanan sosial yang
tidak semata-mata berorientasi keuntungan kepada lapisan masyarakat bawah.
Perusahaan swasta yang berorientasi profit dan memiliki usaha di luar bidang pelayanan
sosial , sebetulnya juga dapat melakukan usaha sampingan dalam bentuk kegiatan
pelayanan sosial dan bantuan sosial.
Organisasi dan mekanisme kerjanya semestinya dikembalikan pada watak dan sifat
pelayanan sosial yang cenderung mementingkan proses dan bersifat humanis disbanding
hasil fisik. Demikian
pelayanan
sosial yang
diberikan
lebih mengutamakan
bahwa
rehabilitasi berarti mempengaruhi anggota untuk mengadopsi nilai dan sikap tertentu
dalam hal ini adalah sikap anti penyalahgunaan obat, kecanduan dan anti mabuk, Group
Cohesion maksudnya melalui kelompok yang kohesif dimungkinkan hubungan saling
mempengaruhi satu terhadap yang lain khususnya dalam hal ketaatan terhadap norma
kelompok sosial, Status Ascription maksudnya baik anggota kelompok yang merupakan
pecandu obat maupun yang bukan meraih status dalam kelompok berdasarkan tingkat
penampilannya yang anti penyalahgunaan dan anti mabuk, Synanon maksudnya sebagai
mekanisme yang efektif untuk rehabilitasi melalui kelompok. Penanganan masalah
penyalahgunaan dan kecanduan obat juga sering dilakukan dengan mengefektifkan
sarana pengendalian sosial termasuk di dalamnya melalui peraturan hukum yang bersifat
represif. Maka penanganan masalah penyalahgunaan obat juga dapat dilakukan dengan
mengintensifkan dan menata jaringan komunikasi antara unsure yang terkait dengan
masalah ini, seperti: Lembaga pendidikan, lembaga yang berkaitan dengan penyaluran
hobi, minat dan bakat. Apabila pembenahan jaringan komunikasi ini di ikuti dengan
fungsionalisasi masing-masing lembaga tersebut, maka kesan terjadinya berbagai bentuk
diintegrasi yang di perhitungkan merupakan sumber masalah akan dapat dikurangi.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa :
Masalah dasar penyalahgunaan obat bermula dari alkohol. Terlalu sering mabuk
juga membuat seseorang menelantarkan atau kurang memperhatikan penampilan dan
Daftar Pustaka
Soetomo, 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
10