Anda di halaman 1dari 23

Ken Yeang

EDITT Tower

Green Architecture atau Ecological Design adalah suatu bangunan


dengan dampak yang seminimal mungkin terhadap lingkungannnya
dengan menciptakan bangunan yang memberikan pengaruh positif,
produktif, dan perbaikan terhadap lingkungan alam.

Setengah dari luas permukaan EDITT


Tower akan dibungkus dengan vegetasi
lokal sehingga memungkinkan untuk dibuat ventilasi alami. Antar lantai
terkoneksi dengan ramp landai, dimana berjajar toko-toko, restoran dan
tanaman hidup. Bangunan juga telah dirancang untuk adaptasi di masa
depan, dengan banyak dinding dan lantai yang dapat dipindahkan atau
dilepas. Bangunan akan mengumpulkan air hujan dan mengintegrasikan
sistem grey-water untuk irigasi tanaman dan penyiram toilet dengan
perkiraan 55% swasembada.
855 m2 solar panel menyediakan 39,7% dari kebutuhan energi
bangunan. dan rencana ini juga mencakup kemampuan untuk mengubah
limbah menjadi biogas dan pupuk. Menara ini akan dibangun
menggunakan banyak bahan daur ulang dan dapat didaur ulang, dan
sistem daur ulang terpusat akan dapat diakses dari setiap lantai.

Susan Maxman
Restoration of the Immaculate Heart of Mary Motherhouse in Monroe

Rancangan yang responsif terhadap lingkungannya,


dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, sesuai
dengan gaya atau cara hidup pemakainya yang harmonis
dengan pengaruh yang ada pada masyarakat
Servants of the Immaculate Heart of Mary, menyadari bahwa pesanan atas pelayanan mereka telah
berkurang, mereka meminta tim desain untuk memulai, proses perencanaan jangka panjang yang kolaboratif untuk memulai,
proses untuk menentukan cara terbaik untuk mencapai komunitas abad ke-21
secara ekologis berkelanjutan pada mereka situs 280-acre di Michigan selatan.
Banyak struktur 1930-an di properti mereka secara historis, sehingga setiap
rehabilitasi diusulkan diperlukan review oleh State Historic Preservation Office.
Tim desain mendapat tantangan program yang kompleks dengan merancang
380.000 kaki persegi konstruksi yang menggunakan struktur yang ada untuk
memenuhi permintaan pemilik yang sangat spesifik, perawatan jangka panjang,
dan kebutuhan rohani sementara mencapai tujuan berkelanjutan dan
pelestarian, terutama penggabungan siang hari, tampilan , dan ventilasi alami.
Tim juga berhasil membuat mantan biara angker ini menjadi hangat dan ramah,
dengan fokus yang kuat pada alam dan situs sekitarnya.

James Cutler
Edith Green Wendell Wyatt Federal Building

Green Architecture adalah desain yang tidak hanya


menyediakan untuk hari ini saja, tapi mendukung penggunaan
yang berkelanjutan dari penggunanya.
Fasad bangunan yang sesuai untuk menanggapi keuntungan matahari
pada setiap sisi; selubung cahaya horisontal di selatan dan timur sisi,
dengan gelagah vertikal memberikan keteduhan di sebelah barat.
Campuran hijau dan vegetasi gugur tenun diantara gelagah untuk memberikan keteduhan di musim
panas dan mengoptimalkan siang hari selama bulan-bulan musim dingin. Selubung cahaya yang
memantul sepanjang 16 kaki menuju ruang dalam yang dikombinasikan dengan sensor hunian dan
pencahayaan untuk mengurangi beban energi secara keseluruhan.
Kanopi atap yang mengumpulkan air hujan menopang 13.000 ft2 jajaran solar panel dan
corong air menuju waduk 165.000 galon di ruang bawah tanah yang dibangun ulang dari berbagai
senjata tua. Air ini akan digunakan untuk irigasi, toilet aliran rendah dan pendingin menara mekanik.
Dengan memperluas selubung bangunan, tim menambahkan 31.000 ruang kantor baru.
Proyek ini dimulai dengan High Performance Green Building Workshop, di mana tim desain
dipekerjakan informasi bangunan pemodelan (BIM) teknologi untuk mengembangkan dan
menganalisis data. Temuan itu kemudian disintesis menjadi ekspresi estetika untuk berkomunikasi
keberlanjutan pada tingkat emosional, baik di dalam dan luar. Bangunan LEED Platinum ini akan
bertindak sebagai sebuah karya untuk renovasi properti federal lainnya.

Michael J. Crosbie
Green Architecture adalah karya arsitektur yang tanggap
terhadap lingkungannya termasuk di dalamnya harmonis
dengan lingkungan alam sekitarnya, hemat energi
mengutamakan penggunaan peneranagn alami dan
mengutamakan material yang dapat dibudidayakan lagi atau
sumber-sumber yang dapat didaur ulang.
Michael J. Crosbie, Ph.D., Faia, telah memberikan kontribusi yang signifikan pada bidang jurnalisme
arsitektur, penelitian, pengajaran, dan praktek.
Setelah menjabat sebagai editor di Arsitektur: The AIA Journal,
Progresif Arsitektur, ArchitectureWeek.com, dan editor-in-chief dari Faith & Form, jurnal triwulanan
pada seni religius dan arsitektur, ia juga sering menjadi kontributor Rekam Arsitektur dan menulis
tentang arsitektur dan desain untuk Hartford Courant. Sementara ia telah muncul sebagai ahli
arsitektur di The History Channel, dia juga penulis lebih dari 15 buku tentang arsitektur dan
berkontribusi lebih dari 20 lainnya. Saat ini, ia adalah Dekan dan ketua jurusan Arsitektur di
Associate Universitas Hartford College of Engineering, Teknology and Architecture. Selain itu, ia
menjabat sebagai dosen di Roger Williams University dan Catholic University dan telah mengajar
dan menjabat sebagai kritikus tamu di sekolah arsitektur di Amerika Utara dan di luar negeri,
termasuk University of California (Berkeley), University of Pennsylvania, Universitas Yale , dan
Moskow Arsitektur Institut. Dr. Crosbie adalah arsitek terdaftar di Negara Bagian Connecticut dan
telah berpraktik dengan Centerbrook Architect & Planner and Steven Winter Associates.

I.PEMAHAMAN TEMA GREEN ARCHITECTURE

Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi
sumber daya alam, ternasuk energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Arsitektur hijau adalah suatu pola pikir dalam arsitektur yang membuat hubungan saling menguntungkan dengan alam
dan memperhatikan serta memanfaatkan unsur-unsur natural yang ada di alam, di antaranya:
Udara, suhu, angin, iklim, dll
Air, kelembaban, dll
Api, matahari, unsur panas, dll
Bumi, unsur tanah, flora, fauna, dll
Muncul Arsitektur Hijau didasari pada kesadaran dan kepedulian manusia akan lingkungan, setelah terjadinya
banyak bencana di bumi seperti diantaranya pemanasan global, sehingga menarik keinginan Arsitek untuk
menyumbangkan pemikirannya dengan menciptakan bangunan yang ramah terhadap lingkungan.
(Arsitektur Hijau, Tri Harso Karyono, 2010)

II. UNSUR-UNSUR DALAM GREEN ARCHITECTURE

Unsur-unsur atau elemen-elemen itu terdapat 4 (empat) bidang yang perlu dipertimbangkan dalam green
building, diantaranya adalah :
1. Material
Material Ini diperoleh dari alam, renewable sources yang telah dikelola dan dipanen secara berkelanjutan, atau
yang diperoleh secara lokal untuk mengurangi biaya transportasi atau diselamatkan dari bahan reklamasi di lokasi
terdekat. Material yang dipakai seperti: energi yang dihasilkan, daya tahan material, minimalisasi limbah, dan dapat untuk
digunakan kembali atau didaur ulang.
2. Energi
Dalam pengaturan sirkulasi udara yang optimal untuk mengurangi penggunaan AC. Mengoptimalkan cahaya
matahari sebagai penerangan di siang hari. Green building juga menggunakan tenaga surya dan turbin angin sebagai
penghasil listrik alternatif.
3. Air
Mengurangi penggunaan air dan menggunakan STP (siwage treatment plant) untuk mendaur ulang air dari
limbah rumah tangga sehingga bisa digunakan kembali untuk tangki toilet, penyiram tanaman, dll. Menggunakan
peralatan hemat air, seperti shower bertekanan rendah , kran otomatis (self-closing or spray taps), tangki toilet yang lowflush toilet. Yang intinya mengatur penggunaan air dalam bangunan sehemat mungkin.
4. Faktor Kesehatan
Menggunakan material dan produk-produk yang non-toxic akan meningkatkan kualitas udara dalam ruangan,
dan mengurangi tingkat asma, alergi dan sick building syndrome. Material yang bebas emisi, dan tahan untuk mencegah
kelembaban yang menghasilkan spora dan mikroba lainnya. Kualitas udara dalam ruangan juga harus didukung
menggunakan sistem ventilasi yang efektif dan bahan-bahan pengontrol kelembaban yang memungkinkan bangunan
untuk bernapas.

III. PRINSIP-PRINSIP DALAM GREEN ARCHITECTURE


Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green building menurut
Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design for Sustainable Future:

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara
lain:
Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan
menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju
dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol
pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai
tingkat terang tertentu.
Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang
berlebihan masuk ke dalam ruangan.
Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas
cahaya.
Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang
masuk melalui lubang ventilasi.
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan
memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya
dengan cara :
a. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
b. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam
ruangan.
c. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
d. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan
yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)


Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik
dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut:
a. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
b. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
c. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)


Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture
harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limiting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material
baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan.
Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain.
Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat
mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.
Digunakannya arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site. Penggunaan material-material yang bisa
didaur-ulang juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat. Green dapat
diinterpretasikan sebagai:

a. Sustainable (Berkelanjutan)
Berkelanjutan berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman,
konsisten
terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifikan tanpa merusak
alam sekitar.

b. Earth-friendly (Ramah lingkungan)


Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture apabila bangunan tersebut tidak
bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah
terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan
terhadap lingkungan, tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi. Oleh karena itu
bangunan
berkonsep
green architecture mempunyai sifat rama terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek-aspek pendukung lainnya.

c. High performance building (bangunan dengan performa yang sangat baik)

Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat-sifat lainnya.
Sifat ini adalah High performance building. Alasan mengapa green architecture mempunyai sifat ini sebagai salah satu
fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memanfaatkan energi yang berasal dari alam dan
dipadukan dengan teknologi tinggi.

IV.

SIFAT-SIFAT DALAM GREEN ARCHITECTURE


1. Envelope
Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan envelope adalah:
Insulation Material adalah material tambahan yang berfungsi menghambat transfer energy
panas melalui pelingkup ruang.
Struktur Insulated Panels adalah panel struktur yang telah dilengkapi dengan material
insulasi sehingga dapat menghambat transfer energy panas.
Double Envelopes adalah penggunaan pelingkup ganda. Biasanya digunakan pada
pelingkup transparan yang terdiri dari 3 bagian :
1) Outer facade : berfungsi sebagai pelindung dari cuaca dan isolasi akustik awal
2) Intermediate space : berfungsi sebagai buffer thermal
3) Inner facade : berfungsi sebagai optimum thermal barrier
Dengan penggunaan double envelope ini transfer energy panas dapat di hambat.
Green Roof adalah penggunaan atap bertanaman. Dengan menggunakan atap
bertanaman bisa menurunkan suhu pada bagian atap dan ruangan dibawahnya beberapa
derajat. Berikut ini kedalaman tanah minimum untuk berbagai jenis tanaman pada aplikasi green roof :

2. Lighting
Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan lighting (pencahayaan) adalah:
Daylight Factor (DF) adalah perbandingan intensitas di dalam ruangan dengan di luar ruangan.
Faktor yang mempengaruhi DF antara lain :

Ukuran lubang pemasuk cahaya (seperti jendela, skylight dan lain-lain)


Lokasi lubang pemasuk cahaya (seperti sidelighting, toplighting dan lain-lain)
Akses untuk cahaya matahari (seperti pertimbangan site, bangunan, furniture dan lain-lain)
Geometri ruang (seperti tinggi, lebar dan kedalaman)
Lokasi daerah yang menarik dari lubang pemasuk cahaya.
Pantulan permukaan ruang dan isinya.

Pantulan benda-benda diluar ruang yang mempengaruhi pada cahaya matahari yang masuk melalui lubang
pemasuk cahaya.
Daylight zoning adalah pengelompokan ruangan dengan kebutuhan penerangan yang sama. Efeknya adalah
pada penempatan posisi ruang terhadap sumber cahaya.
Toplighting adalah strategi pencahayaan alami dengan lubang masuk cahaya berada di atas / atap
Sidelighting adalah strategi yang pencahayaan alami dengan lubang masuk cahaya berada di samping. Efek
dari desain adalah penentuan ukuran jendela
Light shelves adalah pemukaan yang digunakan untuk mendistribusikan dan menguangi penerangan berlebih
dari cahaya matahai yang masuk
Electic Lighting adalah pencahayaan tambahan menggunakan energy listrik

3. Heating
Tidak semua strategi pemanasan diterapkan di daerah tropis seperti Indonesia. Aplikasi yang bisa dilakukan yang
berkaitan dengan heating (pemanasan) adalah :
Direct gain adalah sistem pemanasan pasif dengan panas yang langsung berasal dari sinar matahari melalui
bukaan dan digunakan untuk menghangatkan ruangan

Indirect gain adalah sistem pemanasan pasif dengan panas yang tidak langsung, tetapi berasal penyerapan
sinar matahari oleh pelingkup ruang
Isolated gain adalah sistem pemanas pasif menggunakan panas yang terperangkap dalam sebuah ruangan
(efek rumah kaca), berasal penyerapan sinar matahari sebelum dialirkan ke ruangan lain

Active solar thermal energy system adalah penyerapan energi panas matahari untuk kebutuhan pemanasan air,
pemanasan kolam, pemanasan udara dan atau pemanasan ruang.

4. Cooling
Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan cooling (pendinginan) adalah:
Cross ventilation adalah airan udara dingin dari luar ruangan ke dalam ruang dan membawa udara panas keluar
ruangan

Stack ventilation adalah sistem ventilasi yang bekerja berdasarkan sifat udara terhadap temperature
Earth cooling tubes adalah pendinginan ruangan menggunakan udara yang dilewatkan dibawah tanah. Selama
perjalanan dibawah tanah udara didinginkan sesuai suhu tanah

Earth sheltering adalah pendinginan ruangan menggunakan suhu tanah karena sebagian pelingkup ruang
langsung berbatasan dengan tanah

5. Energy Production

Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan energy production (produksi energi) adalah:
Photovoltaics adalah sel untuk mengkonversi energi sinar matahari menjadi energi listrik. Pemasangan sel surya
bisa dilakukan pada atap, fasade, sebagai sun shading dan di ruang terbuka
Wind turbines adalah alat untuk mengkonversi energi angin menjadi energi listrik
Microhydro turbines adalah alat untuk mengkonversi energi aliran air menjadi energi listrik

6. Water and Waste


Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan water and waste (air dan sampah/limbah) adalah:
Water reuse / recycling adalah penggunaan kembali air setelah melalui pengolahan. Biasanya air yang diolah
berasal dari grey water dan bukan dari black water.
Water reuse : penggunaan kembali air untuk aplikasi yang lain
Water recycling : penggunaan kembali air untuk aplikasi yang sama
Living machines adalah sistem pengolahan limbah dengan melalui serangkaian tangki anaerobik dan aerobik
sebagai rumah bakteri yang menkonsumsi patogen, karbon, dan nutrisi lainnya dalam air limbah. Tipe living
machines yang sering digunakan adalah sistem hidroponik yang menggunakan bakteri dan tanaman.
Rainwater harvesting adalah mengumpulkan air hujan untuk berbagai keperluan. Ada 2 skala penggunaan :
Sistem kecil : mengumpulkan air hujan pada atap untuk penggunaan domestik
Sistem besar : menggunakan penyaring besar untuk keperluan pengairan tanaman
Pervious surfaces adalah penutup permukaan tanah yang memungkinkan air masuk dan mengalir ke lapisan
yang lebih bawah

Bioswales adalah penanaman tumbuhan pada aliran air dangkal terbuka yang berguna sebagai penyaring dan
memperlambat aliran air permukaan.

Retention ponds adalah kolam yang digunakan untuk mengontrol dan menghilangkan polutan dari air dalam site.
Fungsi umum adalah menangkap, menyimpan, membersihkan, memperlambat aliran air dan memungkinnya
meresap ke dalam tanah. ( Sumber : Green Studio Handbook )

V. KESIMPULAN KELOMPOK TENTANG GREEN ARCHITECTURE


Berdasarkan pengertian dari beberapa tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa Green architecture adalah suatu
desain yang dapat meminimalisir kemunculan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar dan dapat disebut sebagai
arsitektur berkelanjutan dengan desain bangunan yang nyaman dan sehat untuk penghuninya maupun lingkungan
sekitar.
Aplikasi nyata arsitektur hijau dapat dicapai dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air, dan bahanbahan, mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan melalui tata letak, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan
bangunan, penggunaan material reuse, recycle, renewable.
Arsitektur hijau, adalah sebuah pendekatan untuk membangun dengan meminimalisir efek yang berbahaya
pada kesehatan manusia dan lingkungan. Dengan berupaya untuk menjaga udara, air dan tanah dengan memilih bahan
bangunan dan praktek pembangunan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, maka konteks Arsitektur Hijau pada
sebuah perancangan adalah sebagai berikut:
Hemat energi

Memanfaatkan energi dan sumberdaya alami


Menanggapi keadaan tapak pada bangunan
Memperhatikan pengguna bangunan
Meminimalisir penggunaan sumberdaya baru

Dari kelima point diatas terciptalah bangunan yang sehat bagi penghuninya. Dimana bangunan yang sehat dan
nyaman merupakan prinsip Green Architecture.

VI.

BERIKUT MERUPAKAN BEBERAPA CONTOH BANGUNAN DENGAN TEMA GREEN


ARCHITECTURE
A. Namba Park

Gambar disamping adalah sebuah gedung dengan green


roof yang sangat intensif dengan 35.000 pohon dari 76
jenis. Intensifikasi taman atap, atau upaya memadukan
sistem bangunan dengan sistem penghijauan atap
sehingga dapat diciptakan taman melayang (sky garden).
Berbeda dengan atap hijau ekstensif yang hanya
menghasilkan taman pasif, atap hijau intensif dapat
berperan sebagai taman aktif sebagaimana taman di darat.
Dengan lapisan tanah mencapai kedalaman hingga dua
meter, atap hijau intensif mensyaratkan struktur bangunan
khusus dan perawatan tanaman cukup rumit. Jenis
tanaman tidak hanya sebatas tanaman perdu, tetapi juga
pohon besar sehingga mampu menghadirkan satu kesatuan
ekosistem.

B. Enviro Tower

Penghijauan pada fasade membantu menurunkan


konsentrasi CO2 di udara dan mengurangi terjadinya
pemanasan kawasan (heat urban island). Ditambah lagi
dengan penggunaan system self-watering yg berasal dari
penggunaan ulang grey-water.

C. Beachwalk
Beachwalk Shopping Center memiliki design arsitektur yang unik dengan konsep yang teduh
dan terbuka serta dekat dengan alam dengan memberikan suasana yang santai dan bebas. Perpaduan
sempurna antara air, tanaman, dan sejuknya angin pantai menjadikan Beachwalk Shopping Center sebagai
oasis bagi daerah Kuta.
Arsitektur Beachwalk Shopping Center terinsipirasi dari kontur terasering sawah, desain yang
ramah lingkungan dengan atap alang-alang dan kayu daur ulang. Tanaman gantung yang terawat dengan
baik mengelilingi bangunan membuat suasana Beachwalk Shopping Center lebih asri dan teduh, ditambah
dengan hembusan angin laut yang memberikan kesejukan alami.

Anda mungkin juga menyukai