Anda di halaman 1dari 17

Bahaya Narkoba bagi Generasi Muda & Upaya

pencegahannya
28 Maret 2011 pukul 18:46
Bahaya Narkoba Bagi Remaja

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini
kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai
generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti
zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal
kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirataratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu- waktu dapat mengincar anak
didik kita kapan saja.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang.
Sementara nafza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obatobat terlarang, berbahaya yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketergantungan
terhadap obat-obat tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama,
meskipun istilah nafza lebih luas lingkupnya.
Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu
(1) candu,
(2) ganja
(3) koka.
Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang untuk
mengonsumsi obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan.
Apabila tidak melakukannya dia merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan
tidak nyaman bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh.

Bahaya bagi pelajar

Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba
itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia
produktif atau usia pelajar.
Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan
perkenalannya dengan rokok.
Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar
saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut
bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba.
Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-red)
adalah sebagai berikut:
Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
Sering menguap, mengantuk, dan malas,
Tidak mempedulikan kesehatan diri,
Suka mencuri untuk membeli narkoba

Upaya pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah seyogianya


menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orang tua, guru,
dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap
anak-anak kita.
Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja
sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba,
atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin.
Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang.
Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya,
karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.

Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.
Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah
kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela
seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus
sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita
sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari
bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan
tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.

Pengertian, Gejala, dan Cara Pencegahan HIV AIDS


Acquired Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS merupakan sekumpulan gejala
dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV atau Human Immunodeficiency Virus .Virus AIDS menyerang sel darah putih khusus
yang disebut dengan T-lymphocytes.
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun
penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun karena
serangan demam yang berulang.
Sistem tahapan infeksi WHO
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan
kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan
HIV-1. Sistem ini diperbarui pada bulan Septembertahun 2005. Kebanyakan kondisi ini
adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.
1. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
2. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan
atas yang berulang
3. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan,
infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
4. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau
paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
Sebelum seseorang bisa dikatakan terkena penyakit HIV/AIDS. Ia akan mengalami gejalagejala sebagai berikut :
1. Penderita akan mengalami demam tinggi yang berkepanjangan
2. Penderita akan mengalami napas pendek, batuk, nyeri dada dan demam, Ia akan
kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah
3. Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai
penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella,
Listeria,Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan
virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus
sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).
4. Batuk berekepanjangan
5. Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari
mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi
jamur (jamurkandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat
disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka
6. Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh (dibawah telinga, leher, ketiak, dan
lipatan paha)

7. Sakit kepala
8. Sulit berkonsentrasi
9. Respon anggota gerak melambat
10. Sering nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki
11. Mengalami tensi darah rendah
12. Terjadi serangan virus cacar air dan cacar api
13. Infeksi jaringan kulit rambut
14. Kulit kering dengan bercak-bercak.
Penularan HIV AIDS adslah :
1. Hubungan seks
2. Transfusi darah
3. Penggunaan jarum bekas penderita (akupuntur, jarum tattoo, harum tindik).
4. Antara ibu dan bayi selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
Obat-obatan HIV AIDS :
1. NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
2. NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
3. PI (protease inhibitor) Fusion Inhibitor
Cara mencegah HIV AIDS adalah dengan ;
1. Hindari seks bebas
2. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
3. Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan menjadi donor
darah
4. Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.
5. Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai
6. Jauhi narkoba.

Pengertian seks bebas

Pengertian seks bebas menurut Kartono (1977) mendefinisikan bahwa seks bebas tidak beda
dengan pelacuran (prostitusi) karena aktivitas seksual yang mereka lakukan tidak lagi
mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat (Anna Salisa, 2010:14).
Seks dalam arti sempit dalam KBBI diartikan adalah jenis kelamin. Seksualitas sering
diartikan hubungan kelamin umumnya antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan seksualitas
dalam arti luas adalah suatu keinginan untuk menjalin kontak, kehatangan, kemesraan, atau
mencintai. Respon dari seksualitas meliputi memandang, berpegangan tangan, berciuman,
memuaskan diri sendiri dan menimbulkan orgasme. Seksualitas merupakan bagian dari diri
yang ada dalam individu secara menyeluruh.
Dapat disimpulkan bahwa seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan orang
yang berdasarkan suka sama suka, mulai dari kissing, genital stimulation kemudian hubungan
seksual.
2. Kapan dan Di mana Pelaku dapat Melakukan Seks Bebas
Kapan seks bebas dapat terjadi atau dilakukan? pada saat para anak-anak laki atau perempuan
mulai mengalami perubahan bentuk badan atau bisa di bilang juga memasuki frase remaja
atau pemrosesan menjadi anak remaja secara perlahan seperti bentuk lekuk badan yang
berubah. Seks bebas terjadi juga pertama ketika adanya tekanan yang datang dari teman
pergaulanya. Kedua adanya tekanan dari pacarnya, dimana karena kebutuhan seseorang untuk
mencintai dan di cintai, sesorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasanganya, tanpa
memikirkan resiko yang nanti dihadapinya. Ketiga, adanya kebutuhan badaniah. Ke empat,
adanya rasa penasaran, keingintahuannya begitu besar terhadap seks. Apalagi jika temantemanya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, di tambah lagi adanya segala informasi yang
tidak terbatas masuknya. Ke lima, pelampiasan diri, faktor ini tidak hanya datang dari diri
sendiri. (Ajen Dianawati, 2013: 10-12).
Tempat yang digunakan remaja untuk melakukan seks bebas itu cukup bervariasi,
berdasarkan penelitian yang dilakukan Jakarta dan Surabaya oleh Dr. Biran Affandi dan Dr.
Dalanan, tempat yang paling sering digunakan remaja untuk melakukan seks bebas adalah
rumah sendiri. Hal ini menujukkan minimalnya perhatian orang tua terhadap pergaulan anak.
Namun ada tempat lain yag sering digunakan untuk melakukan seks bebas oleh remaja
diantaranya yaitu hotel, taman dan sekolah. (Muhajir, 2006 : 101).
Selain itu, menurut beberapa jurnal pendidikan menyebutkan bahwa para remaja kerap kali
kepergok melakukan seks bebas ketika mereka mempunyai banyak waktu luang. Menurut
studi kasus yang kami peroleh melalu berita online, tempat-tempat yang sering ditempati
untuk melakukan hubungan seks bebas, diantaranya adalah, sekolah, lingkungan rumah
seperti warnet, losmen, bahkan dikalangan keluarga beradab mampu menyewa kamar disuatu
hotel hanya untuk melakukan hubungan seks bebas tanpa diketahui oleh orang tuanya
(www.kompasiana.com/noviaby/pergaulan-bebas-di-kalangan-remaja).
3. Alasan dan Faktor Para Remaja/Pelajar Melakukan Seks Bebas
Menurut Dr. Boyke (Sugiyanto, 2012:4) beberapa fakta membuktikan bahwa banyak
persoalan cinta dan seksualitas dikalangan remaja mengarah pada beberapa alasan yaitu :

1. Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, Cinta itu
memiliki dan harus mau berkorban.
Ketika cinta singgah di hatinya, ia tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia
pun rela melakukan apa saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan perbuatan
yang belum layak mereka lakukan.
1. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok, vulgar, yang disuguhkan media
massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut sangat berdampak buruk
pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual tersebut akan
menimbulkan implikasi psikologis di kalangan remaja yang sedang dalam proses
transisi mencari identitas diri.
2. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja. Hal ini
disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat seksualnya mengalami
perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun menjadi hal yang sangat akrab
dalam kehidupan mereka.
3. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam
perkembangan setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering
menimbulkan masalah tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari konteks
kehidupan kita secara utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa disublimasi menjadi
potensi yang positif untuk berprestasi bila ditangai secara benar.
4. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik remaja.
Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan ketabuannya.
Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada remaja. Kalau dulu orang
malu membicarakannya meskipun begitu banyak orang mengalami masalah seks,
malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang sebaliknya kalau tidak berani berpacaran
bisa dinilai kuper dan ketinggalan zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau
sudah duduk di bangku SMP, apalagi SMA belum memiliki pacar.
5. Para remaja kita sekarang ini (khususnya di kota kota besar termasuk di Pontianak)
telah mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan terhadap seks ini. Pergaulan
bebas, pornografi, pornoaksi, seks bebas (free sex), intercouse, sex pranikah, dan
berbagai aktivitas seksual lainnya bukan lagi sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka
begitu permisif dengan hal-hal tersebut. Di mata mereka, di dalam seks hanya ada
kesenangan. Sementara sisi buram akibat perbuatan mereka hampir tidak pernah
dipikirkan .
6. Banyak remaja yang kurang bahkan tidak mempunyai pemahaman yang memadai
tentang masalah cinta dan seks ini.
Banyak diantara mereka yang tidak mengenal organ tubuhnya sendiri secara baik, sementara
tingkat keingintahuan mereka mengenai masalah seks ini begitu besar. Untuk memenuhi
keingintahuan mereka yang begitu besar tersebut, mereka mencarinya secara sembunyisembunyi. Akibatnya, tidak sedikit di antara mereka yang terjebak dalam informasi yang
salah bahkan menyesatkan yang dapat membahayakan perkembangan mental mereka. Untuk
semua fakta itulah, informasi yang jelas, lugas dan komprehensif perihal makna hakiki cinta
dan seks dengan segala dampak yang ditimbulkannya mutlak diperlukan.

Dapat diketahui juga beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas menurut
Dr. Boyke Dian Nugraha (Sugiyanto, 2012:6) adalah:
1. Industri Pornografi
Luasnya peredaran materi pornografi memberi pengaruh yang sangat besar terhadap
pembentukan pola perilaku seks remaja.
2. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
Banyak informasi tentang kesehatan reproduksi yang tidak akurat, sehingga dapat
menimbulkan dampak pada pola perilaku seks yang tidak sehat dan membahayakan.
3. Pengalaman masa anak-anak
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja yang pada masa anakanak mengalami pengalaman buruk akan mudah terjebak ke
dalam aktivitas seks pada usia yang amat muda dan memiliki kencenderungan untuk
memiliki pasangan seksual yang bergantiganti.
4. Pembinaan Religius
Remaja yang memiliki kehidupan religius yang baik, lebih mampu berkata tidak terhadap
godaan seks bebas dibandingkan mereka yang tidak memperhatikan kehidupan religious.

4. Cara Mengatasi Permasalahan Seks Bebas


Terkait dengan beberapa alasan diatas, dapat disimpulkan bahwa mereka melakukan seks
bebas karena adanya faktor internal dan eksternal, hal ini lah yang harus ditanggapi secara
serius oleh orang tua dan masyarakat sekitar seperti guru khususnya guru BK. Beberapa
upaya yang dapat dilakukan Orang Tua untuk mencegah adanya tindakan free sex menurut
Dr. Suparyanto, M.Kes (Suparyanto, 2012) adalah :
1. Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada
anak-anak mereka.
2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak
perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang
sama.
4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata
yang sopan.
5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.

6. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan


mereka dengan berbagai aktivitas.
7. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu
merupakan sesuatu yang paling berharga.
8. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak
Adapun peran dan upaya yang dapat dilakukan Guru BK untuk pencegahan seks bebas adalah
:
1. Memberikan sosialisasi tentang seks bebas
2. Membuat program kerja yang inovatif terkait dengan pendidikan seks dikalangan
sekolah
3. Membangun interaksi yang harmonis kepada siswa agar siswa lebih terbuka dan
terkesan tidak malu untuk bercerita tentang hal yang terkait dengan seks.
4. Konselor/Guru BK dapat melakukan/memberikan layanan kepada siswa-siswinya
mengenai hubungan seks bebas baik secara kalsikal maupun individual.
5. Konselor/Guru BK juga dapat melakukan pendekatan kepada orang tua siswa untuk
memperhatikan aktivitas yang dilakukan anaknya di rumah.
6. Memberikan pendidikan seks di sekolah mengenai kesehatan reproduksi, bahaya seks
bebas, dan referal
7. Perlunya kerja sama antara orang tua dengan pihak sekolah mengenai pendidikan
moral anak mereka.
8. Konselor/Guru BK harus aktif mengajarkan moral dan etika kepada para siswanya
dan memberi peringatan kepada mereka agar tidak mengulanginya lagi.

Upaya Menyikapi atau Mencegah Terjadinya Pernikahan Dini


Pernikahan dini merupakan fenomena social yang sering terjadi khususnya di
Indonesia. Fenomena pernikahan anak di bawah umur bila diibaratkan seperti
fenomena gunung es, sedikit di permukaan atau terekspos dan sangat marak di
dasar atau di tengah masyarakat luas. Dalih utama yang digunakan untuk
memuluskan jalan melakukan pernikahan dengan anak di bawah umur adalah
mengikuti sunnah Nabi SAW. Namun, dalih seperti ini biasa jadi bermasalah
karena masih terdapat banyak pertentangan di kalangan umat muslim tentang
kesahihan informasi mengenai pernikahan anak di bawah umur yang dilakukan
Nabi SAW dengan Aisyah r.a. Selain itu, peraturan perundang undangan yang
belaku di Indonesia dengan sangat jelas menentang keberadaan pernikahan
anak di bawah umur. Jadi tidak ada alasan lagi pihak pihak tertentu untuk
melegalkan tindakan mereka yang berkaitan dengan pernikahan anak di bawah
umur.

Pemerintah harus berkomitmen serius dalam menegakkan hukum yang berlaku


terkait pernikahan anak di bawah umur sehingga pihak pihak yang ingin
melakukan pernikahan dengan anak di bawah umur berpikir dua kali terlebih
dahulu sebelum melakukannya. Selain itu, pemerintah harus semakin giat
mensosialisasikan undang undang terkait pernikahan anak di bawah umur
beserta sanksi sanksi bila melakukan pelanggaran dan menjelaskan resiko
resiko terburuk yang bisa terjadi akibat pernikahan anak di bawah umur kepada
masyarakat, diharapkan dengan upaya tersebut, masyarakat tahu dan sadar
bahwa pernikahan anak di bawah umur adalah sesuatu yang salah dan harus
dihindari. Upaya pencegahan pernikahan anak dibawah umur dirasa akan
semakin maksimal bila anggota masyarakat turut serta berperan aktif dalam
pencegahan pernikahan anak di bawah umur yang ada di sekitar mereka. Sinergi
antara pemerintah dan masyarakat merupakan jurus terampuh sementara ini
untuk mencegah terjadinya pernikahan anak di bawah umur sehingga

kedepannya di harapkan tidak akan ada lagi anak yang menjadi korban akibat
pernikahan tersebut dan anak anak Indonesia bisa lebih optimis dalam
menatap masa depannya kelak.
Dampak Pernikahan Dini
1. Dampak terhadap hukum
Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:
a. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai


umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

b. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:
mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak
1.) menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan
minatnya dan;
2.) mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

c. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPO


Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang
tua anak yang mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.

Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak


tetap memperoleh haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta
terlindungi dari perbuatan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undangundang tersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan
untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa dan orang tua.
Sesuai dengan 12 area kritis dari Beijing Platform of Action, tentang
perlindungan terhadap anak perempuan.

2. Dampak biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan
lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan
justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut
dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan
dalam hak reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual
dan pemaksaan (penggagahan) terhadap seorang anak.

3. Dampak Psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk
memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu
luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.

4. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang
rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang sangat
menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan
terhadap perempuan.

5. Dampak perilaku seksual menyimpang


Adanya prilaku seksual yang menyimpang yaitu prilaku yang gemar
berhubungan seks dengan anak-anak yang dikenal dengan istilah pedofilia.
Perbuatan ini jelas merupakan tindakan ilegal (menggunakan seks anak), namun
dikemas dengan perkawinan se-akan2 menjadi legal. Hal ini bertentangan
dengan UU.No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak khususnya pasal 81,
ancamannya pidana penjara maksimum 15 tahun, minimum 3 tahun dan pidana
denda maksimum 300 juta dan minimum 60 juta rupiah. Apabila tidak diambil
tindakan hukum terhadap orang yang menggunakan seksualitas anak secara
ilegal akan menyebabkan tidak ada efek jera dari pelaku bahkan akan menjadi
contoh bagi yang lain.

Dari uraian tersebut jelas bahwa pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur
(anak) lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Oleh karena itu patut
ditentang.
Orang
tua
harus
disadarkan
untuk
tidak
mengizinkan
menikahkan/mengawinkan anaknya dalam usia dini atau anak dan harus
memahami peraturan perundang-undangan untuk melindungi anak. Masyarakat
yang peduli terhadap perlindungan anak dapat mengajukan class-action kepada
pelaku, melaporkan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesai (KPAI), LSM
peduli anak lainnya dan para penegak hukum harus melakukan penyelidikan dan
penyidikan untuk melihak adanya pelanggaran terhadap perundangan yang ada
dan bertindak terhadap pelaku untuk dikenai pasal pidana dari peraturan
perundangan yang ada. (UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU
Perkawinan, UU PTPPO).
Hukum Pernikahan Dini
Pasal 6 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa untuk melangsungkan
suatu perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat ijin dari kedua orang tua.

Namun dalam prakteknya didalam masyarakat sekarang ini masih banyak


dijumpai sebagian masyarakat yang melangsungkan perkawinan di usia muda
atau di bawah umur. Sehingga Undang-undang yang telah dibuat, sebagian tidak
berlaku di suatu daerah tertentu meskipun Undang-Undang tersebut telah ada
sejak dahulu. Di Indonesia pernikahan dini berkisar 12-20% yang dilakukan oleh
pasangan baru. Biasanya, pernikahan dini dilakukan pada pasangan usia muda
usia rata-rata umurnya antara 16-20 tahun. Secara nasional pernikahan dini
dengan usia pengantin di bawah usia 16 tahun sebanyak 26,95%. Di Tasikmalaya
sendiri khususnya di desa Mandalagiri kecamatan Leuwisari kabupaten
Tasikmalya yang telah melangsungkan perkawinan pada usia muda berjumlah
lebih dari 15 orang.

Padahal pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara
laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara
psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan
keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu
kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu menopang kehidupan
keluarga untuk melindungi baik sera psikis emosional, ekonomi dan sosial.

Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu
sisi dapat mengindikasikan sikap tidak affresiatif terhadap makna nikah dan
bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap kesakralan sebuah
pernikahan. Sebagian masyarakat yang melangsungkan perkawinan usia muda
ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka
untuk melangsungkan perkawinan usia muda atau di bawah umur.

Faktor-faktor Pernikahan Dini


Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan dalam usia muda :

1. Sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda adalah :

Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga

Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda,


baik bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.

Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.
Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan
anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.

2. Terjadinya perkawinan usia muda menurut Hollean dalam Suryono disebabkan


oleh:

Masalah ekonomi keluarga

Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki


apabila mau mengawinkan anak gadisnya.

Bahwa dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam


keluarga gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi
tanggung jawab (makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya)
(Soekanto, 1992 : 65).

Selain menurut para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya perkawinan usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat
kita yaitu :
a. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya
dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.

b. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan


masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang
masih dibawah umur.

c. Faktor orang tua


Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan
laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.

d. Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian
Permisif terhadap seks.

e. Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan
perawan tua sehingga segera dikawinkan.

Pengertian Pernikahan Dini


Menurut syara', menikah adalah sebuah ikatan seorang waniata dengan seorang
laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu ( ijab dan qabul ) yang memenuhi
syarat dan rukunnya.

Arti pernikahan dalam islam adalah suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan
seorang perempuan untuk hidup bersama dalam rumah tangga dan
berketurunan,yang dilaksakan menurut ketentuan syariat islam.

Sedangkan dini tersimpul dalam ungkapan seorang penulis,"Banyak orang


mengatakan bahwa menikah saat kuliah akan mengganggu dan merugikan kita,
padahal sangat sangat menguntungkan. Bahkan ada yang mengatakn bahwa
barang siapa mengetahui tentang keutamaan menikah sejak dini ( kuliah ) maka
orang tersebut tidak ingin menundannya hingga esok hari, apalagi tahun depan".

Dari itu maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud nikah dini adalah sebuah
ikatan suami istri yang dilakukan pada saat kedua calon suami dan istri masih
usia muda. Meskipun muda ini berbeda pengertian menurut daerah tertentu.

Upaya pencegahan terjadinya nikah muda


Upaya Pencegahan terjadinya Pernikahan Muda Pemerintah harus berkomitmen
serius dalam menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan anak di bawah
umur sehingga pihak pihak yang ingin melakukan pernikahan dengan anak di
bawah umur berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum melakukannya. Selain itu,
pemerintah harus semakin giat mensosialisasikan undang undang terkait
pernikahan anak di bawah umur beserta sanksi sanksi bila melakukan
pelanggaran dan menjelaskan resiko resiko terburuk yang bisa terjadi akibat
pernikahan anak di bawah umur kepada masyarakat, diharapkan dengan upaya
tersebut, masyarakat tahu dan sadar bahwa pernikahan anak di bawah umur
adalah sesuatu yang salah dan harus dihindari. Upaya pencegahan pernikahan
anak dibawah umur dirasa akan semakin maksimal bila anggota masyarakat
turut serta berperan aktif dalam pencegahan pernikahan anak di bawah umur
yang ada di sekitar mereka. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat
merupakan jurus terampuh sementara ini untuk mencegah terjadinya pernikahan
anak di bawah umur sehingga kedepannya di harapkan tidak akan ada lagi anak
yang menjadi korban akibat pernikahan tersebut dan anak anak Indonesia bisa
lebih optimis dalam menatap masa depannya kelak. Berikut ini adalah upayaupaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pernikahan muda, yaitu:
Undang-undang perkawinan Undang-undang negara kita telah mengatur batas
usia perkawinan. Dalam Undang-undang Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1
disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19
(sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam
belas tahun) tahun. Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia
pernikahan ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini
dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik,
psikis dan mental. Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai
dampak negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para
sosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi
keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda
dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai
aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya,
pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan
16 tahun untuk wanita. Bimbingan kepada remaja dan kejelasan tentang sex
education Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan reproduksi
(kespro) atau istilah kerennya sex education sudah seharusnya diberikan kepada
anak-anak yang sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan
formal maupun informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks
maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja. Materi
pendidikan seks bagi para remaja ini terutama ditekankan tentang upaya untuk
mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi
serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.
Meninjau berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia, agaknya masih timbul
pro-kontra di masyarakat, lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks

adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk
berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih memandang pendidikan
seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar. Berdasarkan sudut pandang
psikologis, pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja,
dengan harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap
seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang
bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis. - Memberikan
penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat. Memang mengubah suatu
kepercayaan, dan budaya masayarakat tidaklah mudah dan membutuhkan
waktu yang lama. Namun penyuluhan ini sangatlah penting agar para orang tua
dan masyarakat mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan karena
pernikahan dini. Memang sebagian besar masyarakat atau orang tua segera
menikahkan anaknya untuk melepas tanggung jawabnya untuk menfkahi
sehingga dirasa dapat meringankan beban keluarga. Namun tanpa disadari,
setiap satu remaja yang terjerumus dalam pernikahan dini faktanya
menyumbangkan kemiskinan. Karena dalam usia dini, apalagi di pedesaan, para
penduduknya tidak mempunyai perbekalan pendidikan dan keahlian yang dapat
menunjang masa depan mereka. Kenyataan pun juga menunjukkan mereka pada
akhirnya mengikuti orang tua karena belum mempunyai biaya untuk membeli
rumah sendiri. Tak jarang juga akhirnya banyak pengangguran. - Bekerja sama
dengan tokoh agama dan masyarakat Kepercayaan atau pengetahuan baru yang
datang pada masyarakat yang sudah mempunyai kebudayaan yang kuat
biasanya sangat sulit untuk diterima oleh masyarakat tersebut. Oleh karena itu
strategi perlu dilakukan, pada awalnya kita dapat melakukan pendekatan pada
tokoh agama atau tokoh masyarakat yang ada di daerah setempat. Setelah itu
kita dapat melakukan kerja sama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat
tersebut untuk menyuluhkan hal- hal yang sudah diketahuinya pada masyarakat.
Dengan demikian, sesuatu yang baru itu akan mudah diterima oleh masyarakat
setempat. Tentu ini mempunyai andil yang cukup besar dalam pengambilan
keputusan. http://www.averroes.or.id/research/hubungan-sikap-terhadappenundaan-usia-perkawinan-dengan-intensi-penundaan-usia-perkawinan.html
Upaya Pencegahan terjadinya Pernikahan Muda 1. Memberikan penyuluhan
kepada orang tua dan masyarakat tentang cara peningkatan ekonomi, hal ini
dapat bekerjasama dengan pihak pemerintah. 2. Bekerja sama dengan tokoh
agama dan masyarakat dalam pembinaan pendidikan mewujudkan keluarga
yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan terhadap para orang tua dan
remaja. 3. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak dan pengembangan
potensi dan skill yang lebih baik. Upaya pencegahan pernikahan anak usia muda
dirasa akan semakin maksimal bila anggota masyarakat desa Mukti Waras turut
serta berperan aktif dalam pencegahan pernikahan anak usia muda yang ada di
sekitar mereka.

Anda mungkin juga menyukai