Bahaya Narkoba Bagi Generasi Muda
Bahaya Narkoba Bagi Generasi Muda
pencegahannya
28 Maret 2011 pukul 18:46
Bahaya Narkoba Bagi Remaja
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini
kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai
generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti
zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal
kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirataratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu- waktu dapat mengincar anak
didik kita kapan saja.
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan terlarang.
Sementara nafza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya (obatobat terlarang, berbahaya yang mengakibatkan seseorang mempunyai ketergantungan
terhadap obat-obat tersebut). Kedua istilah tersebut sering digunakan untuk istilah yang sama,
meskipun istilah nafza lebih luas lingkupnya.
Narkotika berasal dari tiga jenis tanaman, yaitu
(1) candu,
(2) ganja
(3) koka.
Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai keadaan yang mendorong seseorang untuk
mengonsumsi obat-obat terlarang secara berulang-ulang atau berkesinambungan.
Apabila tidak melakukannya dia merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan
tidak nyaman bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh.
Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para pencandu narkoba
itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia
produktif atau usia pelajar.
Pada awalnya, pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan
perkenalannya dengan rokok.
Karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar
saat ini. Dari kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut
bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu narkoba.
Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
Dampak negatif penyalahgunaan narkoba terhadap anak atau remaja (pelajar-red)
adalah sebagai berikut:
Perubahan dalam sikap, perangai dan kepribadian,
Sering membolos, menurunnya kedisiplinan dan nilai-nilai pelajaran,
Menjadi mudah tersinggung dan cepat marah,
Sering menguap, mengantuk, dan malas,
Tidak mempedulikan kesehatan diri,
Suka mencuri untuk membeli narkoba
Upaya pencegahan
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.
Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini adalah
kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela
seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus
sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita
sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita jaga dan awasi anak didik kita, dari
bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita untuk menelurkan generasi yang cerdas dan
tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik.
7. Sakit kepala
8. Sulit berkonsentrasi
9. Respon anggota gerak melambat
10. Sering nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki
11. Mengalami tensi darah rendah
12. Terjadi serangan virus cacar air dan cacar api
13. Infeksi jaringan kulit rambut
14. Kulit kering dengan bercak-bercak.
Penularan HIV AIDS adslah :
1. Hubungan seks
2. Transfusi darah
3. Penggunaan jarum bekas penderita (akupuntur, jarum tattoo, harum tindik).
4. Antara ibu dan bayi selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
Obat-obatan HIV AIDS :
1. NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor)
2. NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor)
3. PI (protease inhibitor) Fusion Inhibitor
Cara mencegah HIV AIDS adalah dengan ;
1. Hindari seks bebas
2. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
3. Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan menjadi donor
darah
4. Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.
5. Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai
6. Jauhi narkoba.
Pengertian seks bebas menurut Kartono (1977) mendefinisikan bahwa seks bebas tidak beda
dengan pelacuran (prostitusi) karena aktivitas seksual yang mereka lakukan tidak lagi
mengindahkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat (Anna Salisa, 2010:14).
Seks dalam arti sempit dalam KBBI diartikan adalah jenis kelamin. Seksualitas sering
diartikan hubungan kelamin umumnya antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan seksualitas
dalam arti luas adalah suatu keinginan untuk menjalin kontak, kehatangan, kemesraan, atau
mencintai. Respon dari seksualitas meliputi memandang, berpegangan tangan, berciuman,
memuaskan diri sendiri dan menimbulkan orgasme. Seksualitas merupakan bagian dari diri
yang ada dalam individu secara menyeluruh.
Dapat disimpulkan bahwa seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan orang
yang berdasarkan suka sama suka, mulai dari kissing, genital stimulation kemudian hubungan
seksual.
2. Kapan dan Di mana Pelaku dapat Melakukan Seks Bebas
Kapan seks bebas dapat terjadi atau dilakukan? pada saat para anak-anak laki atau perempuan
mulai mengalami perubahan bentuk badan atau bisa di bilang juga memasuki frase remaja
atau pemrosesan menjadi anak remaja secara perlahan seperti bentuk lekuk badan yang
berubah. Seks bebas terjadi juga pertama ketika adanya tekanan yang datang dari teman
pergaulanya. Kedua adanya tekanan dari pacarnya, dimana karena kebutuhan seseorang untuk
mencintai dan di cintai, sesorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasanganya, tanpa
memikirkan resiko yang nanti dihadapinya. Ketiga, adanya kebutuhan badaniah. Ke empat,
adanya rasa penasaran, keingintahuannya begitu besar terhadap seks. Apalagi jika temantemanya mengatakan bahwa seks terasa nikmat, di tambah lagi adanya segala informasi yang
tidak terbatas masuknya. Ke lima, pelampiasan diri, faktor ini tidak hanya datang dari diri
sendiri. (Ajen Dianawati, 2013: 10-12).
Tempat yang digunakan remaja untuk melakukan seks bebas itu cukup bervariasi,
berdasarkan penelitian yang dilakukan Jakarta dan Surabaya oleh Dr. Biran Affandi dan Dr.
Dalanan, tempat yang paling sering digunakan remaja untuk melakukan seks bebas adalah
rumah sendiri. Hal ini menujukkan minimalnya perhatian orang tua terhadap pergaulan anak.
Namun ada tempat lain yag sering digunakan untuk melakukan seks bebas oleh remaja
diantaranya yaitu hotel, taman dan sekolah. (Muhajir, 2006 : 101).
Selain itu, menurut beberapa jurnal pendidikan menyebutkan bahwa para remaja kerap kali
kepergok melakukan seks bebas ketika mereka mempunyai banyak waktu luang. Menurut
studi kasus yang kami peroleh melalu berita online, tempat-tempat yang sering ditempati
untuk melakukan hubungan seks bebas, diantaranya adalah, sekolah, lingkungan rumah
seperti warnet, losmen, bahkan dikalangan keluarga beradab mampu menyewa kamar disuatu
hotel hanya untuk melakukan hubungan seks bebas tanpa diketahui oleh orang tuanya
(www.kompasiana.com/noviaby/pergaulan-bebas-di-kalangan-remaja).
3. Alasan dan Faktor Para Remaja/Pelajar Melakukan Seks Bebas
Menurut Dr. Boyke (Sugiyanto, 2012:4) beberapa fakta membuktikan bahwa banyak
persoalan cinta dan seksualitas dikalangan remaja mengarah pada beberapa alasan yaitu :
1. Banyak remaja memiliki persepsi yang salah tentang cinta. Misalnya, Cinta itu
memiliki dan harus mau berkorban.
Ketika cinta singgah di hatinya, ia tidak rela hubungan cintanya disudahi. Konsekuensinya, ia
pun rela melakukan apa saja yang diinginkan pasangannya, termasuk melakukan perbuatan
yang belum layak mereka lakukan.
1. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual yang seronok, vulgar, yang disuguhkan media
massa begitu deras mengalir di ruang publik. Hal tersebut sangat berdampak buruk
pada mentalitas para remaja. Tawaran erotisme dan stimulasi seksual tersebut akan
menimbulkan implikasi psikologis di kalangan remaja yang sedang dalam proses
transisi mencari identitas diri.
2. Cinta dan seksualitas merupakan hal yang sangat menarik perhatian remaja. Hal ini
disebabkan karena pada masa remaja tersebut segala perangkat seksualnya mengalami
perkembangan pesat dan dorongan seksualnya pun menjadi hal yang sangat akrab
dalam kehidupan mereka.
3. Cinta dan seks adalah dorongan alami yang tak dapat dipisahkan dalam
perkembangan setiap manusia yang normal. Dorongan seks tersebut sering
menimbulkan masalah tetapi bukan tidak bisa diatasi. Seks harus dilihat dari konteks
kehidupan kita secara utuh, tidak parsial. Dorongan itu bisa disublimasi menjadi
potensi yang positif untuk berprestasi bila ditangai secara benar.
4. Kini, seks bukan monopoli orang dewasa atau orangtua lagi. Seks juga milik remaja.
Nilai seks yang luhur itu pun sudah sedikit demi sedikit meninggalkan ketabuannya.
Oleh sebab itu, nilai luhur seks itu harus ditanamkan pada remaja. Kalau dulu orang
malu membicarakannya meskipun begitu banyak orang mengalami masalah seks,
malu kalau ketahuan punya pacar, sekarang sebaliknya kalau tidak berani berpacaran
bisa dinilai kuper dan ketinggalan zaman. Remaja, kini cepat dewasa. Malu kalau
sudah duduk di bangku SMP, apalagi SMA belum memiliki pacar.
5. Para remaja kita sekarang ini (khususnya di kota kota besar termasuk di Pontianak)
telah mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan terhadap seks ini. Pergaulan
bebas, pornografi, pornoaksi, seks bebas (free sex), intercouse, sex pranikah, dan
berbagai aktivitas seksual lainnya bukan lagi sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka
begitu permisif dengan hal-hal tersebut. Di mata mereka, di dalam seks hanya ada
kesenangan. Sementara sisi buram akibat perbuatan mereka hampir tidak pernah
dipikirkan .
6. Banyak remaja yang kurang bahkan tidak mempunyai pemahaman yang memadai
tentang masalah cinta dan seks ini.
Banyak diantara mereka yang tidak mengenal organ tubuhnya sendiri secara baik, sementara
tingkat keingintahuan mereka mengenai masalah seks ini begitu besar. Untuk memenuhi
keingintahuan mereka yang begitu besar tersebut, mereka mencarinya secara sembunyisembunyi. Akibatnya, tidak sedikit di antara mereka yang terjebak dalam informasi yang
salah bahkan menyesatkan yang dapat membahayakan perkembangan mental mereka. Untuk
semua fakta itulah, informasi yang jelas, lugas dan komprehensif perihal makna hakiki cinta
dan seks dengan segala dampak yang ditimbulkannya mutlak diperlukan.
Dapat diketahui juga beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas menurut
Dr. Boyke Dian Nugraha (Sugiyanto, 2012:6) adalah:
1. Industri Pornografi
Luasnya peredaran materi pornografi memberi pengaruh yang sangat besar terhadap
pembentukan pola perilaku seks remaja.
2. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
Banyak informasi tentang kesehatan reproduksi yang tidak akurat, sehingga dapat
menimbulkan dampak pada pola perilaku seks yang tidak sehat dan membahayakan.
3. Pengalaman masa anak-anak
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
remaja yang pada masa anakanak mengalami pengalaman buruk akan mudah terjebak ke
dalam aktivitas seks pada usia yang amat muda dan memiliki kencenderungan untuk
memiliki pasangan seksual yang bergantiganti.
4. Pembinaan Religius
Remaja yang memiliki kehidupan religius yang baik, lebih mampu berkata tidak terhadap
godaan seks bebas dibandingkan mereka yang tidak memperhatikan kehidupan religious.
kedepannya di harapkan tidak akan ada lagi anak yang menjadi korban akibat
pernikahan tersebut dan anak anak Indonesia bisa lebih optimis dalam
menatap masa depannya kelak.
Dampak Pernikahan Dini
1. Dampak terhadap hukum
Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:
a. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.
Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undangundang tersebut. Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan
untuk melindungi anak dari perbuatan salah oleh orang dewasa dan orang tua.
Sesuai dengan 12 area kritis dari Beijing Platform of Action, tentang
perlindungan terhadap anak perempuan.
2. Dampak biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju
kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan
lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan
justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut
dipertanyakan apakah hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan
dalam hak reproduksi antara isteri dan suami atau adanya kekerasan seksual
dan pemaksaan (penggagahan) terhadap seorang anak.
3. Dampak Psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks,
sehingga akan menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak
yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang
berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk
memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu
luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri anak.
4. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat
patriarki yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang
rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat
bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang sangat
menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan
melestarikan budaya patriarki yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan
terhadap perempuan.
Dari uraian tersebut jelas bahwa pernikahan dini atau perkawinan dibawah umur
(anak) lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Oleh karena itu patut
ditentang.
Orang
tua
harus
disadarkan
untuk
tidak
mengizinkan
menikahkan/mengawinkan anaknya dalam usia dini atau anak dan harus
memahami peraturan perundang-undangan untuk melindungi anak. Masyarakat
yang peduli terhadap perlindungan anak dapat mengajukan class-action kepada
pelaku, melaporkan kepada Komisi Perlindungan Anak Indonesai (KPAI), LSM
peduli anak lainnya dan para penegak hukum harus melakukan penyelidikan dan
penyidikan untuk melihak adanya pelanggaran terhadap perundangan yang ada
dan bertindak terhadap pelaku untuk dikenai pasal pidana dari peraturan
perundangan yang ada. (UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, UU
Perkawinan, UU PTPPO).
Hukum Pernikahan Dini
Pasal 6 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa untuk melangsungkan
suatu perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat ijin dari kedua orang tua.
Padahal pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara
laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi perempuan secara
psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan
keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu
kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu menopang kehidupan
keluarga untuk melindungi baik sera psikis emosional, ekonomi dan sosial.
Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu
sisi dapat mengindikasikan sikap tidak affresiatif terhadap makna nikah dan
bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap kesakralan sebuah
pernikahan. Sebagian masyarakat yang melangsungkan perkawinan usia muda
ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka
untuk melangsungkan perkawinan usia muda atau di bawah umur.
Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.
Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan
anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.
Selain menurut para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya perkawinan usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat
kita yaitu :
a. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya
dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.
b. Pendidikan
d. Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian
Permisif terhadap seks.
e. Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan
perawan tua sehingga segera dikawinkan.
Arti pernikahan dalam islam adalah suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan
seorang perempuan untuk hidup bersama dalam rumah tangga dan
berketurunan,yang dilaksakan menurut ketentuan syariat islam.
Dari itu maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud nikah dini adalah sebuah
ikatan suami istri yang dilakukan pada saat kedua calon suami dan istri masih
usia muda. Meskipun muda ini berbeda pengertian menurut daerah tertentu.
adalah hal yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk
berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih memandang pendidikan
seks seolah sebagai suatu hal yang vulgar. Berdasarkan sudut pandang
psikologis, pendidikan seksual sangat diperlukan bagi perkembangan remaja,
dengan harapan agar remaja tidak memiliki kesalahan persepsi terhadap
seksualitas dan tidak terjebak pada perilaku-perilaku yang kurang
bertanggungjawab baik dari segi kesehatan maupun psikologis. - Memberikan
penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat. Memang mengubah suatu
kepercayaan, dan budaya masayarakat tidaklah mudah dan membutuhkan
waktu yang lama. Namun penyuluhan ini sangatlah penting agar para orang tua
dan masyarakat mengetahui dampak apa saja yang dapat ditimbulkan karena
pernikahan dini. Memang sebagian besar masyarakat atau orang tua segera
menikahkan anaknya untuk melepas tanggung jawabnya untuk menfkahi
sehingga dirasa dapat meringankan beban keluarga. Namun tanpa disadari,
setiap satu remaja yang terjerumus dalam pernikahan dini faktanya
menyumbangkan kemiskinan. Karena dalam usia dini, apalagi di pedesaan, para
penduduknya tidak mempunyai perbekalan pendidikan dan keahlian yang dapat
menunjang masa depan mereka. Kenyataan pun juga menunjukkan mereka pada
akhirnya mengikuti orang tua karena belum mempunyai biaya untuk membeli
rumah sendiri. Tak jarang juga akhirnya banyak pengangguran. - Bekerja sama
dengan tokoh agama dan masyarakat Kepercayaan atau pengetahuan baru yang
datang pada masyarakat yang sudah mempunyai kebudayaan yang kuat
biasanya sangat sulit untuk diterima oleh masyarakat tersebut. Oleh karena itu
strategi perlu dilakukan, pada awalnya kita dapat melakukan pendekatan pada
tokoh agama atau tokoh masyarakat yang ada di daerah setempat. Setelah itu
kita dapat melakukan kerja sama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat
tersebut untuk menyuluhkan hal- hal yang sudah diketahuinya pada masyarakat.
Dengan demikian, sesuatu yang baru itu akan mudah diterima oleh masyarakat
setempat. Tentu ini mempunyai andil yang cukup besar dalam pengambilan
keputusan. http://www.averroes.or.id/research/hubungan-sikap-terhadappenundaan-usia-perkawinan-dengan-intensi-penundaan-usia-perkawinan.html
Upaya Pencegahan terjadinya Pernikahan Muda 1. Memberikan penyuluhan
kepada orang tua dan masyarakat tentang cara peningkatan ekonomi, hal ini
dapat bekerjasama dengan pihak pemerintah. 2. Bekerja sama dengan tokoh
agama dan masyarakat dalam pembinaan pendidikan mewujudkan keluarga
yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan terhadap para orang tua dan
remaja. 3. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak dan pengembangan
potensi dan skill yang lebih baik. Upaya pencegahan pernikahan anak usia muda
dirasa akan semakin maksimal bila anggota masyarakat desa Mukti Waras turut
serta berperan aktif dalam pencegahan pernikahan anak usia muda yang ada di
sekitar mereka.