Askeb BBLR
Askeb BBLR
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang sering
pada
dasarnya
berhubungan
dengan
kurangnya
pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan
banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR
juga dapat terjadi pada mereka yang status perekonomiannya cukup, hal ini
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas
dan morbilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupan dimasa depan.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh
kelahiran didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi dinegaraNegara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan dinegara- Negara berkembang dan angka kematiannya
35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun 1995
hampir semua ( 98 % ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau
berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi
dibanding Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di Indonesia
pada tahun 2008 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Kita bisa
membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka kematian 41 bayi per
100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 lahir mati per 100.000 kelahiran
hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%, Berdasarkan
analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi
dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka kejadian BBLR di Indonesia
berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih
merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan
kematian pada masa bayi baru lahir, Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR
meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny, 2005).
Berdasarkan data di Sumatera Barat angka BBLR pada tahun 2007. 1,483
bayi (1,44%) dan bayi BBLR yang ditangani 1.126 bayi (75,93%). 2008, 1.573
bayi ( 1,44 % ) dari bayi BBLR yang ditangani 1.307 bayi (83%) (profil kesehatan
sumbar).
Di RSUD. Dr. Rasidin Padang angka kejadian BBLR pada tanggal 7
Januari 2012 hingga tanggal 1 November 2012 mencapai 13 bayi. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian tentang
manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny A dengan berat badan lahir rendah
(BBLR).
1.2
TUJUAN PENULISAN
METODOLOGI PENELITIAN
1. Anamnesa
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan disini diambil
dalam berdasarkan tanya jawab.
2. Pengamatan
Semua bahan yang dalam pembahasan disini telah dilakukan
pengamatan secara langsung.
3. Studi kasus
Semua bahan yang dalam pembahasan disini berdasarkan kasus
yang benar-benar ada dan benar-benar terjadi.
4. Studi pustaka
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan diambil dari
beberapa referensi / buku yang berhubungan dengan kasus dalam makalah
ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Bayi BBLR adalah berat badan kurang dari 2.500 gram yaitu karena umur
hamil kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir rendah dari semestinya
sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya. (Manuaba, 1998 : 326)
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (Sarwono, 2006 : 376)
BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang beratnya kurang dari
berat semestinya menurut masa kehamilannya. (Sarwono, 2007 : 771)
BBLR adalah kelahiran bayi kurang dari 37 minggu, bayi yang beratnya
kurang dari seharusnya umur kehamilan. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. (Rustam Mochtar, 1998 : 448)
2.2
3. Post term yaitu umur kahamilan lebih dari 42 minggu (294 hari)
2.3
KLASIFIKASI BBLR
BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut berdasarkan berat badan lahir :
1. BBLR (berat badan lahir rendah) :
Yaitu berat badan lahir < 2.500 gram.
2. BBLSR (berat badan lahir sangat rendah) :
Yaitu berat badan lahir antara 1.000 1.500 gram.
3. BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah) :
Yaitu berat badan lahir < 1.000 gram.
2.4
ETIOLOGI
Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan
dengan berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
Taksemia Gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan
psikologis. Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang dapat merupakan
faktor etiologi prematuritas.
b. Usia kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan pada Multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu
dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 35 tahun.
c.
2.6
PATOFISIOLOGI
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu
ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan
gizi untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan
janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu
harus berbagai sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga
mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi
dalam rahim yang mana dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.
2.7
kurang.
8. Pernafasan tak teratur dan dapat terjadi apnea ( gagal nafas ).
9. Kepala tidak mampu tegak atau reflek tonik leher lemah.
(Manuaba, 1998 : 328)
2.8
Gangguan perkembangan.
Gangguan pertumbuhan.
Gangguan penglihatan (Retinopati).
Gangguan pendengaran.
Penyakit paru kronis
Asfiksia,
sindrom
gangguan
pernafasan,
perdarahan
2.10
merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah yang lebih
dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas
dan diminumkan dengan sendok perlahan lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 60
cc / kg BB / hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgh
BB/hari, agar bayi tidak mendeita hipoglikemia dan hiperbillirubinemia.
Bila Air Susu Ibu tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan
yang mengandung lemak yang mudah dicerna bayi dan mengandung 20
kalori / 30 ml air atau sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kalori / kg
berat badan per hari.
1. Menghindari Infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Infeksi yang sering terjadi ialah
infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan dan petugas lain yang
berubungan dengan bayi.
Untuk mencegah ini para petugas perlu disadarkan akan bahaya
infeksi bayi, selanjutnya tindakan yang perlu dilakukan adalah :
a. Diadakan pemisahan bayi yang kena infeksi dengan bayi yang
tidak kena infeksi.
b. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi.
c. Membersihkan tempat tidur bayi segera, sesudah tida dipakkai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptik).
d. Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tetentu.
e. Setiap bayi mempunyai perlengkpan sendiri.
f. Setiap petugas yang menderita penyakit menular (infeksi saluran
nafas, diare, konjungtivitis, dll) dilarang merawat bayi.
g. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sabaik-baiknya.
h. Para pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari
belakang kaca.
2. Melakukan Resusitasi
PENGKAJIAN
Hari / Tanggal :
Jam
No. RM
A. DATA SUBJEKTIF
Identitas
1.
Identitas bayi
Nama
Jenis kelamin
2.
Biodata ayah
Nama
: Ny
: Tn
Umur
: tahun
: tahun
Agama
Suku/ bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
4.
5.
TP
UK
Indikasi SC
: Lemah
Kesadaran
: Composmentis
AS
: 7
Suhu
: 36,50C
HR
: 150x/menit
RR
: 48x/menit
BB
: 2500 gram
PB
: 46 cm
Gerakan
: Aktif
2. Pemeriksaan Khusus
a. Penilaian APGAR score
No
Kriteria
Appearance
Biru pucat
Badan
2
merah Seluruh
ekstremitas biru
kemerahan
< 100
> 100
10
tubuh
(warna kulit)
Pulse
2
jantung)
Grimace (reaksi Tidak ada
Sedikit
gerak Batuk/bersin
rangsang)
mimic
membrontak
Activity
4
otot)
sedikit fleksi
Respiration
5
Tidak ada
(pernapasan)
Lemah
teratur
Jumlah
3. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a)
Kepala
1. Rambut
: Kotor/tidak
2. Bentuk
: Normal/tidak
3. UUB
: Sudah/belum menutup
4. Caput Suksedenum
: Ada/tidak ada
b)
c)
5. Chepal Hematoma
: Ada/tidak ada
6. Perdarahan Intracranial
: Ada/tidak ada
7. Lain-lain
: Ada/tidak ada
Mata
1. Bentuk
: Simetris/tidak, normal/tidak
2. Kotoran
: Ada/tidak ada
3. Perdarahan
: Ada/tidak ada
4. Sklera
: Ada/tidak Ikterus
5. Konjungtiva
: Anemis /tidak
Mulut
1. Bentuk
: Normal
2. Palatum Mola
: Ada/tidak, terbelah/tidak
3. Palatum Durum
: Ada/tidak, terbelah/tidak
4. Saliva
: Hipersaliva/tidak
5. Gusi
: Berdarah/tidak
6. Bibir
: Sianosis/tidak
7. Lidah
d) Hidung
1. Bentuk
: Normal/tidak
2. Mukosa
: Ada/tidak ada
: Ada/tidak ada
4. Sekret
: Ada/tidak ada
e)
Muka
1. Bentuk
: Normal/tidak
: Ada/tidak
3. Down Syndrome
: Ada/tidak
f) Telinga
1. Bentuk
: Simetris/tidak
2. Daun telinga
: Lunak/tidak
3. Sekret
: Ada/tidak
g) Leher
1. Ukuran
: Normal/tidak
2. Gerakan
: Baik/tidak
: Ada/tidak
h)
Dada
1.
Bentuk
: Normal/tidak
2.
Pernafasan
: Baik/tidak
3.
Denyut jantung
: Teratur/tidak
i)
Perut
1.
Kelainan
Ada/tidak
2.
j)
: Ada/tidak
Tali pusat
1.
Kelainan
: Ada/tidak
2.
Perdarahan
: Ada/tidak
k) Kulit
1.
Warna
Kemerahan/tidak
2.
Lanugo
: Tebal/tidak
3.
Turgor
: Baik/tidak
4.
Verniks Kaseosa
: Ada/tidak
5.
Dedena
: Ada/tidak ada
6.
Kelainan
l) Punggung
Ada kelainan/tidak
m) Ekstremitas
Ekstremitas atas
1. Bentuk
: Simetris/tidak
: Ada/tidak ada
2. Gerakan
: Aktif/tidak
3. Kelainan
: Ada/tidak
4. Jumlah jari
: Lengkap/tidak
5. Warna
: Kemerahan/tidak
Ekstremitas bawah
1. Bentuk
: Simetris/tidak
2. Gerakan
: Aktif/tidak
3. Kelainan
: Ada/tidak ada
4. Jumlah jari
: Lengkap/tidak
5. Warna
: Kemerahan/tidak
n) Genetalia
laki-laki
1. Skrotum
: Ada/tidak
2. Testis
: Sudah turun/tidak
3. Penis
: Ada/tidak
Perempuan
1.
o)
(Depkes RI, 2001:249)
: Berlubang/tidak
4. Antropometri
Tanggal
a.
b.
c.
d.
e.
Berat badan
Panjang badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lila
: gram
: cm
: cm
: cm
: cm
Moro reflek
: Ada/tidak
Tonik neck reflek : Ada/tidak
Rooting reflek
: Ada/tidak
Sucking reflek
: Ada/tidak
Swallowing reflek : Ada/tidak
Palmos gape reflek : Ada/tidak
: Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi bayinya yang lahir dengan berat
badan kurang.
Do
: Keadaan Umum
Kesadaran
TTV
:S
RR
: baik
: composmentis
: 36,50C 37,50C
HR
: 100-180x/menit
: 30-60x/menit
CRT
: 2 detik
BB
: 2500 gram
PB
: 46 cm
Dx
Masalah
INTERVENSI
Tanggal
Jam
Dx
Tujuan
: By Ny Baru lahir .
: Agar bayi sehat dan tidak terjadi komplikasi
Kriteria Hasil
KU
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
AS
: 79
Suhu
: 36,537,5
HR
: 100-180x/menit
RR
: 30-60x/menit
Bayi bergerak spontan, warna kulit kemerahan dan bayi menangis dengan kuat
Intervensi:
1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarganya.
Rasional : agar terjalin hubungan yang baik antara betugas dan keluarga
klien.
2. Jelaskan kondisi klien kepada keluarga.
Rasional : agar ibu mengerti dan tidak khawatir dengan kondisi klien.
3. Cuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun.
Rasional : untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
4. Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan klien.
Rasional : untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan nutrisi klien.
5. Lakukan observasi TTV intake dan output
Rasional : untuk memantau kondisi klien.
6. Lakukan perawatan tali pusat dan personal hygiene.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi pada daerah tali pusat.
7. Jaga kehangatan tubuh klien.
Rasional : untuk mencegah terjadinya hipotermi.
8. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
Rasional : agar klien mendapat ASI dengan baik.
9. Lakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A untuk terapi selanjutnya.
Rasinal : agar klien mendapat terapi dengan tepat.
VI. IMPLAMENTASI
Tanggal
Jam
Dx
: By Ny Baru lahir .
Implamentasi :
1. melakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarganya.
Hasil
: keluarga kooperatif dengan petugas.
2. Menjelaskan kondisi klien kepada keluarga.
Hasil
: ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
3. Mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun.
Hasil
: petugas mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
4. Memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan klien.
Hasil
: klien diberikan PASI 20ml/3 jam.
5. Melakukan observasi TTV intake dan output
Hasil
:S
: 36,70C
HR
: 148x/m
RR : 48x/m
CRT : < 2 detik.
Muntah : (-)
PASI : 20ml/3jam
BAB : (+)
BAK : (+)
6. Melakukan perawatan tali pusat dan personal hygiene.
Hasil
: tali pusat dibersihkan di keringkan setelah mandi dan menganti
popok setelah klien BAB/BAK.
7. Menjaga kehangatan tubuh klien.
Hasil
: klien di bedong agar kehangatannya terjaga.
8. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
Hasil
: ibu mampu mengikuti ajaran dari petugas.
9. Lakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A untuk terapi selanjutnya.
Hasil
: advice dokter
: minum ASI sesuai kebutuhan
.
thermoregulasi.
VII.
EVALUASI
Tanggal
Jam
Dx
: By Ny Baru lahir .
S (Subyektif)
O (obyektif)
A (assesment)
P (Planning)
:
:
:
: