Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Bayi dengan berat lahir rendah merupakan masalah kesehatan yang sering

dialami pada sebahagian mcasyarakat. Bayi Berat Lahir Rendah


( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram (Yulianti L, 2010).
Kejadian BBLR

pada

dasarnya

berhubungan

dengan

kurangnya

pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan
banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga
pemenuhan kebutuhan komsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR
juga dapat terjadi pada mereka yang status perekonomiannya cukup, hal ini
berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan
pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas
dan morbilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupan dimasa depan.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15 % dari seluruh
kelahiran didunia dengan batasan 33%-38% dan lebih sering terjadi dinegaraNegara berkembang atau sosial ekonomi rendah. Data statistik menunjukkan 90%
kejadian BBLR didapatkan dinegara- Negara berkembang dan angka kematiannya
35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram.
Menurut perkiraan World Health Organisation (WHO), pada tahun 1995
hampir semua ( 98 % ) dari 5 juta kematian neonatal di Negara berkembang atau
berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat badan
lahir kurang dari 2500 gram.
Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi
dibanding Negara-negara ASEAN lainnya. Angka kematian bayi di Indonesia
pada tahun 2008 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Kita bisa
membandingkan dengan Malaysia yang tercatat angka kematian 41 bayi per

100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 44 lahir mati per 100.000 kelahiran
hidup dan Philiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah
dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah
Multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentan 2,1%-17,2%, Berdasarkan
analisa nasional, Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena
refleks menghisapnya masih lemah. Berdasarkan estimasi dari Survei Demografi
dan kesehatan Indonesia (SDKI, 2007). Angka kejadian BBLR di Indonesia
berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih
merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan
kematian pada masa bayi baru lahir, Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR
meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny, 2005).
Berdasarkan data di Sumatera Barat angka BBLR pada tahun 2007. 1,483
bayi (1,44%) dan bayi BBLR yang ditangani 1.126 bayi (75,93%). 2008, 1.573
bayi ( 1,44 % ) dari bayi BBLR yang ditangani 1.307 bayi (83%) (profil kesehatan
sumbar).
Di RSUD. Dr. Rasidin Padang angka kejadian BBLR pada tanggal 7
Januari 2012 hingga tanggal 1 November 2012 mencapai 13 bayi. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian tentang
manajemen asuhan kebidanan pada bayi Ny A dengan berat badan lahir rendah
(BBLR).

1.2

TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Tujuan Umum


Setelah membaca Asuhan Kebidanan ini semua pembaca diharapkan
memahami mengenai apa itu bayi BBLR dan mengetahui tanda tandanya agar
dapat bertindak secara tepat dan diharapkan kepada mahasiswa mampu
memberikan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada bayi Ny A dengan
BBLR (SMK).

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data dasar pada bayi BBLR
(SMK).
2. Mahasiswa mampu menetapkan interpretasi data dasar pada bayi BBLR
(SMK).
3. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa / masalah potensial pada bayi
BBLR (SMK).
4. Mahasiswa mampu melaksanakan antisipasi kebutuhan segera pada bayi
BBLR (SMK).
5. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi pada bayi BBLR (SMK).
6. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi pada bayi BBLR (SMK).
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi yang baik pada bayi BBLR
(SMK).
1.3

METODOLOGI PENELITIAN
1. Anamnesa
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan disini diambil
dalam berdasarkan tanya jawab.
2. Pengamatan
Semua bahan yang dalam pembahasan disini telah dilakukan
pengamatan secara langsung.
3. Studi kasus
Semua bahan yang dalam pembahasan disini berdasarkan kasus
yang benar-benar ada dan benar-benar terjadi.

4. Studi pustaka
Semua bahan yang digunakan dalam pembahasan diambil dari
beberapa referensi / buku yang berhubungan dengan kasus dalam makalah
ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

DEFINISI
Bayi BBLR adalah berat badan kurang dari 2.500 gram yaitu karena umur

hamil kurang dari 37 minggu atau berat badan lahir rendah dari semestinya
sekalipun umur cukup atau karena kombinasi keduanya. (Manuaba, 1998 : 326)
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). (Sarwono, 2006 : 376)
BBLR yaitu keadaan yang disebabkan oleh masa kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan yang sesuai atau bayi yang beratnya kurang dari
berat semestinya menurut masa kehamilannya. (Sarwono, 2007 : 771)
BBLR adalah kelahiran bayi kurang dari 37 minggu, bayi yang beratnya
kurang dari seharusnya umur kehamilan. Bayi yang lahir dengan berat badan
rendah dan tidak sesuai dengan tuanya kehamilan. (Rustam Mochtar, 1998 : 448)

2.2

PEMBAGIAN KEHAMILAN MENURUT WHO


Untuk menentukan apakah bayi lahir itu premature SMK, matur normal

dan KMK. WHO (1979) membagi umur kahamilan dalam 3 kelompok :


1. Preterm yaitu umur kahamilan kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Aterm yaitu umur kahamilan antara 37 42 minggu (259 293 hari)

3. Post term yaitu umur kahamilan lebih dari 42 minggu (294 hari)

2.3

KLASIFIKASI BBLR
BBLR dapat diklasifikasikan sebagai berikut berdasarkan berat badan lahir :
1. BBLR (berat badan lahir rendah) :
Yaitu berat badan lahir < 2.500 gram.
2. BBLSR (berat badan lahir sangat rendah) :
Yaitu berat badan lahir antara 1.000 1.500 gram.
3. BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah) :
Yaitu berat badan lahir < 1.000 gram.

2.4

MACAM MACAM BBLR


Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Prematuvitas Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonates
kurang bulan. Sesuai mada kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya


(KMK).
2.5

ETIOLOGI
Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan
dengan berat badan lahir rendah adalah :
1. Faktor Ibu
a. Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya
Taksemia Gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan
psikologis. Penyakit lainnya ialah infeksi akut yang dapat merupakan
faktor etiologi prematuritas.
b. Usia kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah
20 tahun dan pada Multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu
dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 35 tahun.
c.

Keadaan sosial ekonomi


Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah.
Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang teratur.

2. Faktor pekerja yang terlalu berat


3. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion.
b. Hamil ganda.
c. Perdarahan Antepartum (plasenta previa).
d. Komplikasi hamil ( pre-eklamsia/eklamsia dan ketuban pecah
dini )
4. Faktor Janin
a. Cacat bawaan.

b. Infeksi dalam rahim (Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus,


Herpes, Sifilis atau disebut dengan TORCH)

2.6

PATOFISIOLOGI
Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada ibu

ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan kurangnya asupan
gizi untuk janin sehingga menyebabkan berat badan lahir rendah.
Apabila dilihat dari faktor kehamilan, salah satu etiologinya yaitu hamil
ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih dari satu,
maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh pun dalam rahim tidak sama dengan
janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang didapat dari ibu
harus berbagai sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil ganda juga
mengalami BBLR.
Kemudian jika dikaji dari faktor janin, salah satu etiologinya yaitu infeksi
dalam rahim yang mana dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan janin
dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR pada bayi.

2.7

GAMBARAN KLINIS PADA BBLR


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Berat badan kurang dari 2.500 gram.


Panjang badan kurang dari 45 cm.
Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar dari badannya.
Kulit tipis dan transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit

kurang.
8. Pernafasan tak teratur dan dapat terjadi apnea ( gagal nafas ).
9. Kepala tidak mampu tegak atau reflek tonik leher lemah.
(Manuaba, 1998 : 328)
2.8

KOMPLIKASI ( PENYAKIT YANG MENYERTAI BBLR )


1. Asfiksia
2. Hiperbillirubinemia karena immatur hati

3. Mudah terjadi infeksi karena gangguan imunologik


4. Pneumonia Aspirasi, terjadi karena reflek menelan dan batuk
belum sempurna
5. Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh
6. Sindroma gangguan pernafasan
7. Hipotermi
8. Hipoglikemi
9. Gangguan cairan dan elektrolit
10. Masalah pemberian ASI
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan BBLR antara
lain :
1.
2.
3.
4.
5.
2.9

Gangguan perkembangan.
Gangguan pertumbuhan.
Gangguan penglihatan (Retinopati).
Gangguan pendengaran.
Penyakit paru kronis

PROGNOSIS BERAT BADAN LAHIR RENDAH


Prognosis bayi berat badan lahir rendah ii tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa
gestasi atau makin rendah berat bayi maka makin tinggi pula angka
kematian.

Asfiksia,

sindrom

gangguan

pernafasan,

perdarahan

intraventrikuler, hiperbillirubinemia, hipoglikemi).


Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi
pendidikan orangtua dan perawatan pada saat kehamilan, persalina dan
postnatal (pengaturan suhu lingkungan, pencegahan infeksi, pengawasan
nutrisi, penimbangan ketat).

2.10

UPAYA PENCEGAHAN BIDAN DALAM TERJADINYA BBLR


1. Upayakan agar melakukan antenatal care yang baik, segera melakukan
konsultasi dan merujuk penderita bila terdapat kelainan.

2. Meningkatkan gizi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya


persalinan dengan berat badan lahir rendah.
3. Tingkatkan penerimaan keluarga berencana.
4. Anjurkan lebih banyak istrahat, bila kehamilan mendekati aterm atau
istirahat baring bila terjadi keadaan yang menyimpang dari keadaan
normal kehamilan.
5. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.
2.11

PERAWATAN ATAU PENATALAKSANAAN BAYI BBLR


Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan, menghindari infeksi, penimbangan
secara ketat dan personal hygiene, dan siap sedia dengan tabung oksigen.
Pada bayi premature makin pendek pada masa kehamilan, makin sulit dan
banyak persoalan yang akan dihadapi dan ini akan menyebabkan tingginya
angka kematian perinatal.biasanya kematian disebabkan oleh gangguan
pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma pada otak.
1. Pengaturan Suhu Lingkungan
Bayi dimasukkan dalam incubator dengan suhu yang diatur :
a. Bayi berat badan dibawah 2000 garam , 350 C
b. Bayi berat badan 2 kg sampai 2500 gram, 340 C
Suhu incubator diturunkan 10C setiap minggu sampai bayi dapat
ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24 270 C.
2. Makanan Bayi BBLR
Umumnya bayi prematur belum sempurna reflek mengisap dan
batuknya. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan
terutama lipase masih kurang. Maka makanan yang diberikan dengan pipet
sedikit demi sedikit namun sering. Pemberian minuman bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. ASI

merupakan makanan yang paling utama sehingga ASI lah yang lebih
dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas
dan diminumkan dengan sendok perlahan lahan atau dengan memasang
sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 60
cc / kg BB / hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgh
BB/hari, agar bayi tidak mendeita hipoglikemia dan hiperbillirubinemia.
Bila Air Susu Ibu tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan
yang mengandung lemak yang mudah dicerna bayi dan mengandung 20
kalori / 30 ml air atau sekurang-kurangnya bayi mendapat 110 kalori / kg
berat badan per hari.
1. Menghindari Infeksi
Bayi prematur mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibody belum sempurna. Infeksi yang sering terjadi ialah
infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan dan petugas lain yang
berubungan dengan bayi.
Untuk mencegah ini para petugas perlu disadarkan akan bahaya
infeksi bayi, selanjutnya tindakan yang perlu dilakukan adalah :
a. Diadakan pemisahan bayi yang kena infeksi dengan bayi yang
tidak kena infeksi.
b. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi.
c. Membersihkan tempat tidur bayi segera, sesudah tida dipakkai lagi
(paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu
untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptik).
d. Membersihkan ruangan pada waktu-waktu tetentu.
e. Setiap bayi mempunyai perlengkpan sendiri.
f. Setiap petugas yang menderita penyakit menular (infeksi saluran
nafas, diare, konjungtivitis, dll) dilarang merawat bayi.
g. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sabaik-baiknya.
h. Para pengunjung orang sakit hanya boleh melihat bayi dari
belakang kaca.
2. Melakukan Resusitasi

Melakukan resusitasi atau menghisap lender dengan


menggunakan saction sampai bersih sehingga bayi dapat bernafas
secara baik.
3. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi / nutrisi
bayi dan berat kaitanya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
4. Personal Hygiene
Pentingnya menjaga personal hygiene bayi, agar bayi
merasa nyaman dan tidak gelisah. Apalagi pada bayi BBLR karena
masih sangat rentan.
2.12

Konsep manajemen Asuhan Kebidanan pada BBLR


I.

PENGKAJIAN
Hari / Tanggal :
Jam

No. RM

A. DATA SUBJEKTIF
Identitas
1.

Identitas bayi
Nama

Tanggal / Jam lahir

Jenis kelamin
2.

Identitas orang tua


Biodata ibu

Biodata ayah

Nama

: Ny

: Tn

Umur

: tahun

: tahun

Agama

Suku/ bangsa

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

(SK UNTAD, 1983:153)


3.

Kedudukan anak dalam keluarga


Anak kedua dan merupakan anak kandung
(Depekes RI, 2001:2-25)

4.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan bahwa didalam keluarga tidak ada yang pernah menderita
penyakit menular (TBC, Hepatitis, HIV, dll), menahun (malaria, jantung, dll),
dan penyakit menurun (hipertensi, asma, diabetes mellitus, dll)
(Mayes mery, 1998:131)

5.

Riwayat kehamilan dan persalinan ibu

Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan dan sering memeriksakan


kehamilannya dibidan. Keluhan selama hamil tidak ada dan terapi yang
didapat tablet Fe, kalk, vitamin C dan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
HPHT

TP

UK

Indikasi SC

(Mayes mery, 1988:131)


B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU

: Lemah

Kesadaran

: Composmentis

AS

: 7

Suhu

: 36,50C

HR

: 150x/menit

RR

: 48x/menit

BB

: 2500 gram

PB

: 46 cm

Gerakan

: Aktif

(SK UNTAD, 1983:157)

2. Pemeriksaan Khusus
a. Penilaian APGAR score

No

Kriteria

Appearance

Biru pucat

Badan

2
merah Seluruh

ekstremitas biru

kemerahan

< 100

> 100

10

tubuh

(warna kulit)
Pulse
2

jantung)
Grimace (reaksi Tidak ada

Sedikit

gerak Batuk/bersin

rangsang)

mimic

membrontak

Activity
4

(denyut Tidak ada

(tonus Tidak ada

otot)

sedikit fleksi

Respiration
5

Ekstremitas dalam Gerakan aktif

Tidak ada

(pernapasan)

Lemah
teratur

tidak Baik / menangis


kuat

Jumlah

3. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a)

Kepala
1. Rambut

: Kotor/tidak

2. Bentuk

: Normal/tidak

3. UUB

: Sudah/belum menutup

4. Caput Suksedenum

: Ada/tidak ada

b)

c)

5. Chepal Hematoma

: Ada/tidak ada

6. Perdarahan Intracranial

: Ada/tidak ada

7. Lain-lain

: Ada/tidak ada

Mata
1. Bentuk

: Simetris/tidak, normal/tidak

2. Kotoran

: Ada/tidak ada

3. Perdarahan

: Ada/tidak ada

4. Sklera

: Ada/tidak Ikterus

5. Konjungtiva

: Anemis /tidak

Mulut
1. Bentuk

: Normal

2. Palatum Mola

: Ada/tidak, terbelah/tidak

3. Palatum Durum

: Ada/tidak, terbelah/tidak

4. Saliva

: Hipersaliva/tidak

5. Gusi

: Berdarah/tidak

6. Bibir

: Sianosis/tidak

7. Lidah

: Ada bercak darah/tidak

d) Hidung
1. Bentuk

: Normal/tidak

2. Mukosa

: Ada/tidak ada

3. Gerakan cuping hidung

: Ada/tidak ada

4. Sekret

: Ada/tidak ada

e)

Muka
1. Bentuk

: Normal/tidak

2. Paralis Safaf Fasial

: Ada/tidak

3. Down Syndrome

: Ada/tidak

f) Telinga
1. Bentuk

: Simetris/tidak

2. Daun telinga

: Lunak/tidak

3. Sekret

: Ada/tidak

g) Leher
1. Ukuran

: Normal/tidak

2. Gerakan

: Baik/tidak

3. .Pembesaran kelenjar tiroid

: Ada/tidak

h)

Dada
1.

Bentuk

: Normal/tidak

2.

Pernafasan

: Baik/tidak

3.

Denyut jantung

: Teratur/tidak

i)

Perut
1.

Kelainan

Ada/tidak
2.
j)

Kembung dan muntah

: Ada/tidak

Tali pusat
1.

Kelainan

: Ada/tidak

2.

Perdarahan

: Ada/tidak

k) Kulit
1.

Warna

Kemerahan/tidak
2.

Lanugo

: Tebal/tidak

3.

Turgor

: Baik/tidak

4.

Verniks Kaseosa

: Ada/tidak

5.

Dedena

: Ada/tidak ada

6.

Kelainan

l) Punggung
Ada kelainan/tidak
m) Ekstremitas
Ekstremitas atas
1. Bentuk

: Simetris/tidak

: Ada/tidak ada

2. Gerakan

: Aktif/tidak

3. Kelainan

: Ada/tidak

4. Jumlah jari

: Lengkap/tidak

5. Warna

: Kemerahan/tidak

Ekstremitas bawah
1. Bentuk

: Simetris/tidak

2. Gerakan

: Aktif/tidak

3. Kelainan

: Ada/tidak ada

4. Jumlah jari

: Lengkap/tidak

5. Warna

: Kemerahan/tidak

n) Genetalia
laki-laki

1. Skrotum

: Ada/tidak

2. Testis

: Sudah turun/tidak

3. Penis

: Ada/tidak

Perempuan
1.
o)
(Depkes RI, 2001:249)

Labia mayora sudah menutupi labia minora


Anus

: Berlubang/tidak

4. Antropometri
Tanggal
a.
b.
c.
d.
e.

Berat badan
Panjang badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lila

: gram
: cm
: cm
: cm
: cm

(Mayes mery, 1988:129)


5. Reflek
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Moro reflek
: Ada/tidak
Tonik neck reflek : Ada/tidak
Rooting reflek
: Ada/tidak
Sucking reflek
: Ada/tidak
Swallowing reflek : Ada/tidak
Palmos gape reflek : Ada/tidak

(Depkes RI, 2001:228)


II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH
Ds

: Ibu mengatakan khawatir dengan kondisi bayinya yang lahir dengan berat
badan kurang.

Do

: Keadaan Umum
Kesadaran
TTV

:S
RR

: baik
: composmentis

: 36,50C 37,50C

HR

: 100-180x/menit

: 30-60x/menit

CRT

: 2 detik

BB

: 2500 gram

PB

: 46 cm

Dx

: By Ny ... usia ... dengan BBLR

Masalah

: Ibu khawatir dengan kondisi bayinya.

III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Hipotermi
IV. KEBUTUHAN SEGERA
V.

INTERVENSI

Tanggal

Jam

Dx
Tujuan

: By Ny Baru lahir .
: Agar bayi sehat dan tidak terjadi komplikasi

Kriteria Hasil
KU

: Baik

Kesadaran

: Composmentis

AS

: 79

Suhu

: 36,537,5

HR

: 100-180x/menit

RR

: 30-60x/menit

Bayi bergerak spontan, warna kulit kemerahan dan bayi menangis dengan kuat

Intervensi:
1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarganya.
Rasional : agar terjalin hubungan yang baik antara betugas dan keluarga
klien.
2. Jelaskan kondisi klien kepada keluarga.
Rasional : agar ibu mengerti dan tidak khawatir dengan kondisi klien.
3. Cuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun.
Rasional : untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
4. Berikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan klien.
Rasional : untuk menjaga terpenuhinya kebutuhan nutrisi klien.
5. Lakukan observasi TTV intake dan output
Rasional : untuk memantau kondisi klien.
6. Lakukan perawatan tali pusat dan personal hygiene.
Rasional : mencegah terjadinya infeksi pada daerah tali pusat.
7. Jaga kehangatan tubuh klien.
Rasional : untuk mencegah terjadinya hipotermi.
8. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
Rasional : agar klien mendapat ASI dengan baik.
9. Lakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A untuk terapi selanjutnya.
Rasinal : agar klien mendapat terapi dengan tepat.
VI. IMPLAMENTASI
Tanggal

Jam

Dx

: By Ny Baru lahir .

Implamentasi :
1. melakukan pendekatan terapeutik kepada klien dan keluarganya.
Hasil
: keluarga kooperatif dengan petugas.
2. Menjelaskan kondisi klien kepada keluarga.
Hasil
: ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
3. Mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun.
Hasil
: petugas mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
4. Memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan klien.
Hasil
: klien diberikan PASI 20ml/3 jam.
5. Melakukan observasi TTV intake dan output
Hasil
:S
: 36,70C
HR
: 148x/m
RR : 48x/m
CRT : < 2 detik.

Muntah : (-)
PASI : 20ml/3jam
BAB : (+)
BAK : (+)
6. Melakukan perawatan tali pusat dan personal hygiene.
Hasil
: tali pusat dibersihkan di keringkan setelah mandi dan menganti
popok setelah klien BAB/BAK.
7. Menjaga kehangatan tubuh klien.
Hasil
: klien di bedong agar kehangatannya terjaga.
8. Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar.
Hasil
: ibu mampu mengikuti ajaran dari petugas.
9. Lakukan kolaborasi dengan dr.Sp.A untuk terapi selanjutnya.
Hasil
: advice dokter
: minum ASI sesuai kebutuhan
.
thermoregulasi.

VII.

EVALUASI

Tanggal

Jam

Dx

: By Ny Baru lahir .

S (Subyektif)
O (obyektif)
A (assesment)
P (Planning)

:
:
:
:

data yang didapat dari penyataan klien.


data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan.
pernyataan gangguan yang terjadi atas data S dan O.
perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai