Penentuan Harga Pasar
Penentuan Harga Pasar
Dalam berkembangnya jaman banyak organisasi yang pada saat ini mengalami masalah,
khususnya dalam transfer barang dan jasa dari satu profit center ke yang lain dalam beberapa
perusahaan .
SITUASI IDEAL
1.Orang-orang yang Kompeten
menajer harus memperhatikan kinerja jangka panjang dari pusat tanggung jawab mereka, sama
seperti kinerja jangka pendeknya. Staf yang terlibat dalam negosiasi harga transfer juga harus
kompeten.
2.Atmosfir yang Baik
manajer harus menjadikan keuntungan, sebagaimana diukur dalam laporan laba rugi mereka,
sebagai cita-cita yang penting dan pertimbangan yang signifikan dalam penilaian kinerja mereka.
Mereka juga harus memandang bahwa harga transfer tersebut adil.
3.Harga Pasar
harga pasar mencerminkan kondisi yang sama (kuantitas, waktu pengiriman, dan kualitas)
dengan produk yang dikenakan harga transfer. Harga pasar tersebut dapat diturunkan untuk
mencerminkan penghematan dari penjualan di dalam perusahaan. Sebagi contoh, tidak akan ada
beban piutang tak tertagih,serta biaya iklan dan penjualan akan lebih kecil ketika produk tersebut
ditransfer dari satu unit bisnis ke unit bisnis yang lain yang ada di dalam perusahaan. Meskipun
kurang ideal, harga pasar dari produk yang serupa, tetapi tidak identik, adalah lebih baik daripada
tidak ada harga pasar sama sekali. Harga transfer yang ideal adalah yang berdasarkan harga pasar
normal.
dimengerti dan penyelesaian harus diselesaikan . Para ahli computer sudah terbiasa dengan
persamaan-persamaan yang rumit, dan komputer sendiri juga menyediakan informasi detik demi
detik dengan biaya rendah. Oleh karena itu, kadang ada kecenderungan untuk membebani para
pengguna komputer berdasarkan peraturan yang begitu rumit, sehingga pengguna tidak dapat
mengerti apa dampaknya terhadap biaya, jika mereka memutuskan untuk menggunakan
komputer untuk aplikasi tertentu atau, alternatifnya, untuk menghentikan aplikasi yang sekarang.
mudah membeli atau menjual ke pihak luar. Tetapi, di banyak perusahaan, unit-unit usaha harus
saling bertransaksi satu sama lain. Jika unit usaha tersebut tidak memiliki ancaman dari pesaing
yang dapat dijadikan kekuatan tawar-menawar dalam proses negosiasi, maka staf kantor pusat
harus menetapkan peraturan yang mengatur penentuan harga dan perolehan sumber daya dari
produk dalam perusahaan.
Para manajer lini tidak boleh hanya menghabiskan waktu mereka untuk melakukan
negosiasi harga transfer. Oleh karena itu, aturan tersebut harus mengatur sedemikian rupa supaya
penenetuan harga transfer tidak semata-mata ditentukan oleh keahlian individu dalam
bernegosiasi. Tanpa adanya peraturan semacam ini, manajer yang paling keras kepala sekalipun
akan melakukan negosiasi dengan harga yang paling pantas.
Arbitrase dan Penyelesaian Politik
Bagaimanapun rincinya peraturan penentuan harga (pricing rules), mungkin ada kasus
dimana unit-unit usaha tidak dapat menyetujui harga tertentu. Untuk alasan tersebut, suatu
prosedur harus dibuat untuk menengahi arbitrase hargas transfer. Terdapat tingkat formalitas
yang luas dalam arbitrase harga transfer. Contoh ekstremnya adalah menyerahkan tugas untuk
menengahi arbitrase kepada seorang eksekutif saja wakil presiden keuangan atau wakil
presiden eksekutif, misalnya yang berbicara kepada para manajer unit usaha yang terlibat dan
kemudian langsung menetapkan harga. Contoh ekstrem yang alin adalah membentuk suatu
komite. Komite sepeti ini biasanya memiliki tiga tanggung jawab : (1) menyelesaikan arbitrase
harga transfer, (2) meninjau alternatif perolehan sumber daya yang mungkin ada, dan (3)
mengubah peraturan harga transfer bila perlu. Tingkat formalitas yang diguankan tergantung
pada jenis dan luasnya potensi arbitrase harga transfer. Dalam berbagai macam kasus, arbitrase
harga transfer merupakan tanggung jawab dari kelompok atau eksekutif tingkat atas kantor pusat,
karena putusan arbitrase memiliki dampak yang sangat mempengaruhi laba unit-unit usaha.
Arbitrase dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dalam sistem yang formal, kedua pihak
menyerahkan kasus secara tertulis kepada pihak penengah/pendamai (arbitrator). Arbitrator akan
meninjau posisi mereka masing-masing dan memutuskan harga yang akan ditetapkan, kadang
kala dengan bantuan staf kantor yang lain. Sebagai contoh, departemen pembelian dapat
meninaju alasan dari permintaan harga kompetitif yang diusulkan, atau departemen teknik
industri mungkin meninjau kewajaran dari biaya tenaga kerja standar yang dipertentangkan.
Seperti yang telah ditunjukkan diatas, dalam sistem yang lebih normal, presentasi sebagian besar
dilakukan secara lisan. adalah penting bahwa sekecil apapun arbitrase yang terjadi harus
diselesaikan. Jika banyak arbitrase yang terjadi, hal ini menunjukkan bahwa peraturan yang ada
masih kurang spesifik atau sulit dilaksanakan, atau pengelolaan unit usahanya tidak rasional.
Pendek kata, hal tersebut merupakan gejala adanya suatu kesalahan. Arbitrase tidak hanya
banyak membuang-buang waktu para manajer lini dan eksekutif kantor pusat, melainkan juga
harga yang diputuskan pun biasanya tidak dapat memuaskan kedua belah pihak yang bertikai,
baik pihak penjual maupun pembeli. Di beberapa perusahaan, menyerahkan pertikaian harga ke
arbitrase adalah merepotkan sehingga sangat sedikit yang dilaporkan.
Mencegah agar pertikaian tidak diserahkan kepada pihak arbitrase cenderungakan
menyembunyikan fakta adanya permasalahan dalam sistem harga transfer.
Selain tingkat formalitas arbitrase, jenis proses penyelesaian konflik yang diguankan juga
mempengaruhi efektivitas suatu sistem harga transfer. Terdapat empat cara untuk menyelesaikan
konflik : memaksa (forcing), membujuk (smoothing), menawarkan (bargaining), dan
penyelesaian masalah (problem solving). Mekanisme penyelesaian konflik dapat bervariasi, dan
menghindari konflik melalui forcing dan smoothing, sampai penyelesaian konflik melalui
bargaining dan problem solving.
Klasifikasi Produk
Luas dan formalitas dari perolehan sumber daya dan peraturan penentuan harga transfer
bergantung pada banyaknya jumlah transfer dalam perusahaan dan ketersediaan pasar serta harga
pasar. Semakin besar jumlah transfer dan ketersediaan harga pasar, maka semakin formal dan
spesifik peraturan yagn ada. Jika harga pasar selalu siap sedia, maka perolehan sumber daya
dapat dikendalikan dengan peninjauan kantor pusat atas keputusan buat atau beli (make-or-buy
decision) yang melebihi jumlah tertentu.
Beberapa perusahaan membagi produknya kedalam dua kelas :
Kelas I meliputi produk untuk mana manajemen senior ingin mengendalikan perolehan sumber
daya. Produk ini merupakan produk-produk yang bervolume besar; produk-produk yang tidak
memiliki sumber dari luar; dan produk-produk yang produksinya tetap ingin dikendalikan oleh
pihak manajemen demi alas an kualitas atau alasan tertentu.
Kelas II meliputi seluruh produk lainnya. Secara umum, ini merupakan produk-produk yang
dapat diproduksi diluar perusahaan tanpa adanya gangguan terhadap operasi yangsedang
berjalan, produk-produk yang volumenya relatif kecil, diproduksi dengan peralatan umum
(general-purpose equipment). Produk-produk kelas II ditransfer pada harga pasar.
Perolehan sumber daya untuk produk Kelas I dapat diubah hanya dengan izin dari manajemen
pusat. Perolehan sumber daya untuk produk Kelas II ditentukan oleh unit-unit usaha yang
terlibat. Unit-unit pembelian dan penjualan dapat dengan bebas bertransaksi dengan pihak dalam
ataupun luar perusahaan.
Dengan perjanjian semacam ini, pihak manajemen dapat berkonsentrasi pada perolehan sumber
daya dan penetapan harga atas sejumlah kecil produk-produk bervolume besar. Peraturan untuk
harga transfer dibuat dengan menggunakan berbagai metode yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.