Case Report Bang Nanda
Case Report Bang Nanda
Oleh :
NANDA PRATAMA, S.Ked
NIM :
Pendamping :
PUSKESMAS
Identitas Pasien
IDENTITAS
Nama
: An. T
: 6 Tahun
Alamat
ANAMNESIS
KU : BAB CAIR
Anak laki-laki usia 6 tahun datang dengan keluhan umum BAB cair sejak 2 hari yang
lalu sebanyak 8 kali/hari. Setiap kali BAB cair sebanyak setengah gelas ukuran 150 cc. BAB
cair berwarna coklat, konsistensi cair tanpa disertai ampas dan berbau busuk. Pada tinja tidak
dijumpai lendir maupun darah. Keluhan juga disertai muntah sebanyak 3 kali pada 1 hari
yang lalu. Jumlah setiap kali muntah sebanyak kurang lebih setengah gelas ukuran 150 cc
berupa makanan dan minuman yang dimakan Demam (-) Batuk (-) Pilek (-). BAK (+)
Normal.
Status Praesens
Kesadaran
: Compos Mentis
Kesan sakit
: sakit sedang
Berat badan
: 20 kg.
.
Tanda Vital
Nadi
: 92 X/menit
Pernapasan
: 24 X/menit
Suhu
: 37,0 C
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Kulit
Kepala
Bentuk
: simetris
Rambut
Wajah
Mata
Pupil
Thorax:
Paru
Inspeksi
Palpasi
: Pergerakan simetris
Perkusi
: Sonor
Auskutasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pendidikan:
Lanjutkan pemberian oralit sampai diare berhenti
Agar meminumkan oralit sedikit-sedikit tapi sering
Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
Pembahasan
Diagnosa pada pasien ini yaitu diare akut tanpa dehidrasi. Diare akut adalah buang air besar
encer atau cair lebih dari tiga kali sehari yang dapat/tanpa disertai lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. 14 hari. Pada pasien terdapat mencret lebih dari 6 kali,
berupa cair.
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri dan parasit. Pada
pasien ini tidak dijumpai lender dan darah sehingga kemungkinan penyebab infeksi karena
bakteri dapat disingkirkan. Pasien juga tidak pernah memiliki riwayat diare setelah
mengonsumsi susu sehingga kemungkinan karena intoleransi laktosa juga dapat disingkirkan
Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta
gangguan gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, dan
efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi
yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis,3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap
efek samping.
Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: rehidrasi menggunakan oralit
osmolaritas rendah, pemberian Zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI
dan makanan, antibiotic selektif, nasihat kepada orangtua/ pengasuh.
Rehidrasi pada pasien ini dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi pasien. Karena
pasien ini tanpa dehidrasi, maka rehidrasi dilakukan dengan memberikan cairan tambahan
yaitu oralit yang dicampur dengan air matang sebanyak 100-200 cc.
Defisiensi zinc terjadi pada anak yang mengalami diare terutama di negara
berkembang. Pemberian zinc rutin disamping terapi rehidrasi membantu mengurangi lama
dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya
Antibiotik tidak diberikan pada anak yang menderita diare, antibiotic diberikan jika
terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah.12,15 Pemberian antibiotik yang tidak tepat
dapatmeningkatkan resistensi dan juga membunuh flora normal di usus yang dibutuhkan
tubuh. Pada anak tidak perlu diberikan obat antidiare, karena saat diare akan terjadi
peningkatan motilitas dan peristaltik usus. Anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga
kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat
menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit).10
DIARE AKUT
Batasan
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau
lendir. Kandungan air di dalam tinja melebihi normal yaitu lebih dari 10 mL/kgBB/hari.
Peningkatan kandungan air dalam tinja adalah akibat adanya gangguan keseimbangan fungsi
usus halus dan usus besar dalam proses absorpsi substrat dan air. Sebagian besar diare
berlangsung selama 7 hari, dan biasanya sembuh sendiri (self limiting disease). Hanya 10%
yang melanjut sampai 14 hari. Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari dinamakan dengan
diare akut.
Etiologi
Penyebab diare pada anak dapat dilihat pada Tabel 1. Infeksi usus merupakan
penyebab tersering diare akut yang sporadis. Tabel 2 memperlihatkan jenis patogen penyebab
diare pada anak. Diare akut pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus (40-60%).
Rotavirus sebagai patogen penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Di RSUP Sanglah,
Rotavirus merupakan 61% dari penyebab diare pada anak usia kurang dari 5 tahun. Hanya
10% diare disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama pada beberapa bulan awal kehidupan
(bayi muda) dan pada anak usia sekolah.
Infeksi
Obat-obatan
Antibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan seperti misalnya alergi terhadap protein susu
sapi atau CMPA (cows milik protein allergy)
Alergi protein kedele
Alergi makanan multipel
Kelainan cerna/absorpsi
Defiensi sukrase/isomaltase
Awitan lambat (atau tipe dewasa) hipolaktase
6
Defisiensi vitamin
Defisiensi niasin
Infeksi di luar usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi saluran kemih
dan penyakit paru, yang biasanya menyebabkan diare ringan dan dapat sembuh sendiri
seiring dengan sembuhnya penyakit dasar. Penggunaan beberapa obat, terutama antibiotik,
sering dihubungkan dengan Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA)
merupakan satu diagnosis banding yang perlu dipikirkan selain sindrom malabsorpsi bila
diare tidak sembuh dalam10-14 hari.
Virus
o Rotavirus
o Calicivirus
o Astrovirus
o Enteric-type adenovirus
25-40
1-20
4-9
?
Bakteri
o Compylobacter jejuni
o Salmonella
3-7
o Escherichia coli
o Shigella
o Yersinia enterocolitica
o Clostridium difficile
0-2
o Vibrio parahaemolitycus 0-1
o Vibrio cholerae
01
o Vibrio cholerae non 01
o Leromonas hidrophila
Parasit
o Cryptosporidium
o Giardia lamblia
6-8
3-5
0-3
1-2
?
0-2
1-3
1-3
Patofisiologi
Virus dapat secara langsung merusak vili usus sehingga mengurangi luas permukaan usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik. Pada Rotavirus terdapat komponen yang
mirip enterotoksin (NSP4) yang mampu menginduksi sekresi dan menyebabkan diare cair.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri
invasif mengakibatkan ulserasi mukosa usus dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon
inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di
luar usus. Enterotoksin E.coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase,
sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli
enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik
seperti kejang dan sindroma hemolitik uremik. Bakteri noninvasif dan protozoa lainnya dapat
melekat pada dinding usus dan menyebabkan peradangan.
Dari beragamnya patogenesis diare tersebut, secara garis besar terdapat 2 mekanisme
dasar terjadinya diare.
Diare osmotik
Didasari oleh adanya nutrien yang tidak terserap, selanjutnya nutrien tersebut difermentasi
di usus besar menghasilkan asam organik dan gas. Asam organik menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik intraluminal yang menghambat reabsorbsi air dan elektrolit
sehingga terjadi diare.
Diare sekretorik
Pada diare sekretorik terdapat infeksi bakteri yang mampu melepas enterotoksin di dalam
usus. Selanjutnya enterotoksin ini merangsang c-AMP dan c-GMP, akibatnya kapasitas
sekresi sel kripte meningkat sehingga terjadi kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan.
Konsenkuensi dari mekanisme tersebut dapat menimbulkan:
Dehidrasi, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik) akibat
dari kehilangan air dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium dan
Bikarbonat).
Apabila berlangsung lama dapat menyebabkan malabsorpsi berat sehingga terjadi
gangguan gizi dan/atau hipoglikemia, keadaan ini dipermudah dengan
penghentian
Manifestasi Klinik
Anamnesis
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil informasi
yang mungkin mengarahkan apakah diare tersebut primer atau sekunder. Diare dapat terjadi
8
secara sekunder sebagai bagian atau akibat dari penyakit dasar lain. Gejala respiratorik,
seperti batuk atau sesak mengarahkan pada pneumonia. Frekuensi berkemih meningkat dan
nyeri saat berkemih mengarahkan pada infeksi saluran kencing atau pielonefritis. Adanya
sakit telinga mungkin akibat otitis media akut, adanya demam disertai perubahan kesadaran
mungkin merupakan gejala meningitis, ensefalitis, atau sepsis.
Tujuan ananmnesis selanjutnya adalah menilai beratnya gejala dan risiko komplikasi
seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume serta lama diare dan
muntah, serta ada tidaknya demam, jumLah dan jenis cairan yang telah diminum, diperlukan
untuk menentukan derajat kehilangan cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi. Dehidrasi
yang bermakna dapat bermanifestasi sebagai berkurangnya aktifitas, volume urin dan berat
badan. Berbagai cara penilaian derajat dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari
tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan harus
ditentukan derajat dehidrasinya (lihat tabel 3, 4, dan 5). Berat badan sebelum sakit perlu
ditanyakan. Berat badan saat datang harus diukur sebagai parameter kehilangan cairan dan
dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi. Bila ditemukan napas cepat dan
dalam menandakan adanya komplikasi asidosis metabolik. Bila nyeri bertambah pada palpasi
atau ditemukan nyeri tekan, nyeri lepas atau anak menolak diperiksa, waspadai kemungkinan
komplikasi atau kemungkinan penyebab non infeksi. Pada keadaan kembung, auskultasi
harus lebih cermat untuk mendeteksi adanya ileus paralitik. Amati adanya eritema perianal
akibat adanya malabsorpsi karbohidrat sekunder atau akibat malabsorpsi garam empedu
sekunder yang disertai dengan dermatitis popok.
Derajat Dehidrasi
Tanpa
Ringan/sed
ang
Biasanya 1-
3x atau lebih
Berat
Anamnesis
Diare
Terus menerus
9
3x
banyak
Muntah
Tidak ada
atau sedikit
Kadangkadang
Biasanya sering
Rasa haus
Tidak ada
atau sedikit
Haus
Haus sekali
atau tidak mau
minum
Kencing
Normal
Sedikit,pekat
Tidak kencing
(6jam)
Nafsu
makan/aktifitas
Normal
Nafsu makan
berkurang,
aktifitas
menurun
Nafsu makan
tidak ada, anak
sangat lemas
Baik
Mengantuk /
gelisah
Gelisah / tidak
sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut/lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Napas
Normal
Lebih cepat
kering
Cepat dan
dalam
Turgor
Kembali
cepat
Kembali
pelan
Kembali sangat
pelan (>2detik)
Nadi
Normal
Lebih cepat
Sangat
cepat/tidak
teraba
Ubun-ubun
Normal
Cekung
Sangat cekung
c.Kehilangan
berat badan
Sedikit
5-9%
>10
Kesimpulan
2 atau lebih
gejala :
Dehidrasi (-)
2 atau lebih
gejala :
Dehidrasi
2 atau lebih
gejala :
Pemeriksaan
Fisis
a.
Inspeksi
KU
b.
Palpasi
10
ringan
sedang
Dehidrasi berat
DEHIDRASI
BERAT
DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
Tidak
cukup
tanda-tanda
untuk
diklasifikasi- kan sebagai dehidrasi
berautau ringan/sedang
TANPA DEHIDRASI
Keadaa
n umum
Rasa
haus
Kelopa
k/ air
mata
Mulu
t
Kulit
Urin
Normal
Basa
h
Norma
l
Normal
(kehilan
gan
%BB)
Tanpa
dehidras
i
Baik,
kompos
mentis
Minum
normal
(< 5
11
%BB)
RinganSedang
Rewel,
gelisah
Minum
Cekung,
seperti
produks
kehausa i kurang
n
(5-10 %
BB)
Berat
(>10%B
B)
Letargi,
lemah,
kesadara
n
menurun
, nadi &
napas
Malas
minum/
tidak
dapat
minum
Sangat
cekung,
produks
i tidak
ada
Kering Pucat
capilla
ry
refill
<3
detik
Sang
at
kerin
g
Pucat
capilla
ry
refill
>3
detik
Berkura
ng
Tidak
ada
cepat
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan labotarium yang lebih lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam
5 7 hari.
- Kadar gula darah pada kasus dengan malnutrisi dan dehidrasi berat dan atau dengan
ensefalopati.
Pemeriksaan lain yang perlu dikerjakan pada dehidrasi berat dan atau dengan ensefalopati
adalah pemeriksaan elektrolit serum, analisis gas darah, dan nitrogen urea. Pemeriksaan
kadar elektrolit serum perlu dilakukan pada anak dengan gejala hipernatremia atau
hipokalemia. Adapun tanda-tanda hipernatremia adalah kulit teraba hangat, tanda dehidrasi
seolah-olah ringan, hipertonia, hiperefleksia, letargi, namun terdapat iritabilitas yang nyata
bila dirangsang. Tanda hipokalemia seperti nampak lemah, ileus dengan distensi abdomen
dan aritmia.
Tata Laksana
Pengobatan cairan/elektrolit
o Tanpa dehidrasi
Beri oralit osmolaritas rendah sejumLah 10mL/kgBB setiap kali buang air besar.
o Dehidrasi ringan-sedang.
Lakukan upaya rehidrasi oral (URO) dengan larutan oralit osmolaritas rendah sesuai
dengan tabel.
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan
berikan oralit paling sedikit sesuai tabel di bawah :
Umur
JumLah oralit
< 1 th
300 mL
1-5 th
600 mL
> 5 th
1200 mL
Dewasa
2400 mL
13
o Dehidrasi berat
- Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu
cairan IV dimulai. Beri 100 mg/kgBB cairan Ringer Laktat (atau NaCl 0,9%) dibagi
sbb :
Umur
Bayi <12 bln
Pemberian I :
Kemudian
30 mL/kgBB dalam
1 jam *
70 mL/kgBB dalam
5 jam
2 - 3 jam
- Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan
IV
- Segera berikan oralit (5mL/kgBB/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah
3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan
penilaian. Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan
pengobatan.
Pengobatan dietetik
o ASI/makanan dilanjutkan
o Beri makanan yang mudah dicerna, rendah serat dan tidak merangsang.
Pemberian preparat zinc elemental selama 10-14 hari:
o Anak dibawah 6 bulan dengan dosis 10 mg/hari
o Anak di atas 6 bulan dengan dosis 20 mg/hari
Antibiotika bila ada indikasi, yaitu pada:
o Tersangka Kolera
14
- Umur > 7 tahun : Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 2-3 hari.
- Semua umur : Trimetoprim (TMP) 8 mg/kgBB/hari Sulfamethoxazole (SMX) 40
mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 3 hari
o Disentri
- Anak-anak : Trimetoprim (TMP) 10 mg/kgBB/hari - Sulfamethoxazole (SMX)
50 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis selama 5 hari, atau Ampisilin 50 mg/kgBB/hari,
dibagi 4 dosis selama 5 hari
- Bayi : Eritromisin 25 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis , selama 3 hari
o Giardiasis
- Antibiotika pilihan adalah metronidazole dengan dosis 30-50 mg/kgBB dibagi tiga
dosis sehari.
o Amebiasis
- Antibiotika pilihan adalah metronidazole dengan dosis 30-50 mg/kgBB dibagi tiga
dosis sehari.
o Diare pada bayi di bawah 3 bulan.
- Obat spasmolitika dan antisekretorik tidak boleh diberikan.
- Obat pengeras tinja tidak bermanfaat dan tidak perlu diberikan.
Komplikasi
Hipoglikemia
Gejala : berkeringat, kesadaran menurun, kejang-kejang. Beri glukosa bolus i.v. dengan
dosis 2-4 g/kgBB.
Hipokalemia
Beri oralit (mengandung 20 mmol K/L, buah-buahan yang mengandung banyak K
(pisang)
Ileus paralitik
Preparat K intravena
Daftar Pustaka
1. Guandalini S. Acute diarrhea. Dalam: Walker WA. Durie PR. Hamilton JR. Walker-Smith
JA, Watkind JB, penyunting. Pediatric gastrointestinal disease: pathophysiology,
diagnosis, management. Edisi ke-3. Canada: B.C. Deckor Inc; 2000. h. 28-38.
2. Baqui A. Cell-mediated immune and malnurition are independent risk factors for
persistent diarrhea in Bangladesh children. Am J Clin Nutr 1993; 58:543-8
3. World Health Organization. The state of the world's children. Geneva: WHO; 1995.
4. Kotlof K, Wassemann S, Steciak J. Acute diarhea in Baltimore children attending an
outpatient clinic. Pediatr Infect Dis J 1988; 7:753-9.
5. Avendano P. Costs associated with office visits for diarrhea in infants and toddlers. Pediatr
Infect Dis J 1993; 12:897-902.
6. American Academy Pediatric: Disease col. prevention of rotavirus disease guideline for
use of rotavirus vaccine. Pediatrics 1998; 108:1483-91.
7. Guandalini. Lactobacillus GG administered in oral rehydration solution to children with
acute diarrhea: a multicenter European trial. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30:54-60.
16
8. Bulzner JD. Acute diarrhea in children. Dalam: Thomson ABR, Shaffer EA, penyunting.
First principles of gastroenterology. Edisi ke-3. Canada: Canadian Association of
Gastroenterology; 1997.h.593-600.
9. Jalil F. Nutrtion acute diarrhea. Dalam: Gracey M, Walker-Smith J, penyunting. Diarrheal
diseases. New York: Lippincott-Raven; 1997. h. 109-124.
10.
17