Anda di halaman 1dari 17

CASE REPORT

GEA AKUT TANPA DEHIDRASI

Oleh :
NANDA PRATAMA, S.Ked
NIM :

Pendamping :

PUSKESMAS

Identitas Pasien

IDENTITAS
Nama

: An. T

Jenis Kelamin : Laki-laki


Umur

: 6 Tahun

Alamat

: Bungus Teluk Kabung


:

ANAMNESIS
KU : BAB CAIR
Anak laki-laki usia 6 tahun datang dengan keluhan umum BAB cair sejak 2 hari yang
lalu sebanyak 8 kali/hari. Setiap kali BAB cair sebanyak setengah gelas ukuran 150 cc. BAB
cair berwarna coklat, konsistensi cair tanpa disertai ampas dan berbau busuk. Pada tinja tidak
dijumpai lendir maupun darah. Keluhan juga disertai muntah sebanyak 3 kali pada 1 hari
yang lalu. Jumlah setiap kali muntah sebanyak kurang lebih setengah gelas ukuran 150 cc
berupa makanan dan minuman yang dimakan Demam (-) Batuk (-) Pilek (-). BAK (+)
Normal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Status Praesens
Kesadaran

: Compos Mentis

Kesan sakit

: sakit sedang

Berat badan

: 20 kg.

.
Tanda Vital
Nadi

: 92 X/menit

Pernapasan

: 24 X/menit

Suhu

: 37,0 C

Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Kulit

: sianosis (-), jaundice (-), ptekiae (-).

Kepala
Bentuk

: simetris

Rambut

: Hitam, tidak mudah rapuh

Wajah

: Simetris, flushing (-)

Mata

: Air mata +/+, kelopak mata tidak cekung, Konjungtiva tidak


anemis, Sklera tidak ikterik

Pupil

: Bulat, isokor, refleks cahaya +/+

Thorax:
Paru
Inspeksi

: Bentuk dan gerak simetris, retraksi intercostal (-)

Palpasi

: Pergerakan simetris

Perkusi

: Sonor

Auskutasi

: VBS kanan = kiri, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung
Inspeksi

: Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus kordis teraba di ICS IV

Perkusi

: Tidak ada pembesaran jantung

Auskultasi

: S1-S2 murni reguler, murmur (-)

Abdomen :Simetris,soepel nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan


lien tidak teraba membesar, bising usus meningkat, turgor kulit baik
Ekstremitas : Akral hangat, Oedem tungkai -/Diagnosis: diare akut tanpa dehidrasi
Pengobatan:
Pada pasien ini diberikan oralit ( 1 sachet + 200 cc air matang tiap kali mencret ), zink tablet
1x 20 mg, paracetamol 3x 1 cth (jika demam )
3

Pendidikan:
Lanjutkan pemberian oralit sampai diare berhenti
Agar meminumkan oralit sedikit-sedikit tapi sering
Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat
Pembahasan
Diagnosa pada pasien ini yaitu diare akut tanpa dehidrasi. Diare akut adalah buang air besar
encer atau cair lebih dari tiga kali sehari yang dapat/tanpa disertai lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. 14 hari. Pada pasien terdapat mencret lebih dari 6 kali,
berupa cair.
Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan virus, bakteri dan parasit. Pada
pasien ini tidak dijumpai lender dan darah sehingga kemungkinan penyebab infeksi karena
bakteri dapat disingkirkan. Pasien juga tidak pernah memiliki riwayat diare setelah
mengonsumsi susu sehingga kemungkinan karena intoleransi laktosa juga dapat disingkirkan
Penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta
gangguan gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik menanggulangi gangguan gizi serta
mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, dan
efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi
yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis,3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap
efek samping.
Prinsip tatalaksana diare di Indonesia telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan
yaitu Lima Langkah Tuntaskan Diare (Lintas Diare) yaitu: rehidrasi menggunakan oralit
osmolaritas rendah, pemberian Zinc selama 10 hari berturut-turut, teruskan pemberian ASI
dan makanan, antibiotic selektif, nasihat kepada orangtua/ pengasuh.
Rehidrasi pada pasien ini dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi pasien. Karena
pasien ini tanpa dehidrasi, maka rehidrasi dilakukan dengan memberikan cairan tambahan
yaitu oralit yang dicampur dengan air matang sebanyak 100-200 cc.
Defisiensi zinc terjadi pada anak yang mengalami diare terutama di negara
berkembang. Pemberian zinc rutin disamping terapi rehidrasi membantu mengurangi lama

dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya
Antibiotik tidak diberikan pada anak yang menderita diare, antibiotic diberikan jika
terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah.12,15 Pemberian antibiotik yang tidak tepat
dapatmeningkatkan resistensi dan juga membunuh flora normal di usus yang dibutuhkan
tubuh. Pada anak tidak perlu diberikan obat antidiare, karena saat diare akan terjadi
peningkatan motilitas dan peristaltik usus. Anti diare akan menghambat gerakan itu sehingga
kotoran yang seharusnya dikeluarkan, justru dihambat keluar. Selain itu anti diare dapat
menyebabkan komplikasi yang disebut prolapsus pada usus (terlipat/terjepit).10

DIARE AKUT

Batasan
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3
kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau
lendir. Kandungan air di dalam tinja melebihi normal yaitu lebih dari 10 mL/kgBB/hari.
Peningkatan kandungan air dalam tinja adalah akibat adanya gangguan keseimbangan fungsi
usus halus dan usus besar dalam proses absorpsi substrat dan air. Sebagian besar diare
berlangsung selama 7 hari, dan biasanya sembuh sendiri (self limiting disease). Hanya 10%
yang melanjut sampai 14 hari. Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari dinamakan dengan
diare akut.
Etiologi
Penyebab diare pada anak dapat dilihat pada Tabel 1. Infeksi usus merupakan
penyebab tersering diare akut yang sporadis. Tabel 2 memperlihatkan jenis patogen penyebab
diare pada anak. Diare akut pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus (40-60%).
Rotavirus sebagai patogen penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Di RSUP Sanglah,
Rotavirus merupakan 61% dari penyebab diare pada anak usia kurang dari 5 tahun. Hanya
10% diare disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama pada beberapa bulan awal kehidupan
(bayi muda) dan pada anak usia sekolah.

Tabel 1. Penyebab diare akut

Infeksi

Infeksi usus (termasuk keracunan makanan) infeksi di luar usus

Obat-obatan

Antibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan seperti misalnya alergi terhadap protein susu
sapi atau CMPA (cows milik protein allergy)
Alergi protein kedele
Alergi makanan multipel

Kelainan cerna/absorpsi

Defiensi sukrase/isomaltase
Awitan lambat (atau tipe dewasa) hipolaktase
6

Defisiensi vitamin

Defisiensi niasin

Tertelan logam berat

Kobalt (Co), Seng (Zn) dan cat

Infeksi di luar usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi saluran kemih
dan penyakit paru, yang biasanya menyebabkan diare ringan dan dapat sembuh sendiri
seiring dengan sembuhnya penyakit dasar. Penggunaan beberapa obat, terutama antibiotik,
sering dihubungkan dengan Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA)
merupakan satu diagnosis banding yang perlu dipikirkan selain sindrom malabsorpsi bila
diare tidak sembuh dalam10-14 hari.

Tabel 2. Patogen penyebab diare akut


Patogen

Frekuensi Kasus Sporadik di Negara Berkembang

Virus
o Rotavirus
o Calicivirus
o Astrovirus
o Enteric-type adenovirus

25-40
1-20
4-9
?

Bakteri
o Compylobacter jejuni
o Salmonella
3-7
o Escherichia coli
o Shigella
o Yersinia enterocolitica
o Clostridium difficile
0-2
o Vibrio parahaemolitycus 0-1
o Vibrio cholerae
01
o Vibrio cholerae non 01
o Leromonas hidrophila
Parasit
o Cryptosporidium
o Giardia lamblia

6-8
3-5
0-3
1-2

?
0-2

1-3
1-3

Patofisiologi
Virus dapat secara langsung merusak vili usus sehingga mengurangi luas permukaan usus

halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik. Pada Rotavirus terdapat komponen yang
mirip enterotoksin (NSP4) yang mampu menginduksi sekresi dan menyebabkan diare cair.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri
invasif mengakibatkan ulserasi mukosa usus dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon
inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di
luar usus. Enterotoksin E.coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase,
sedangkan toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli
enterohemoragik dan Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik
seperti kejang dan sindroma hemolitik uremik. Bakteri noninvasif dan protozoa lainnya dapat
melekat pada dinding usus dan menyebabkan peradangan.
Dari beragamnya patogenesis diare tersebut, secara garis besar terdapat 2 mekanisme
dasar terjadinya diare.
Diare osmotik
Didasari oleh adanya nutrien yang tidak terserap, selanjutnya nutrien tersebut difermentasi
di usus besar menghasilkan asam organik dan gas. Asam organik menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik intraluminal yang menghambat reabsorbsi air dan elektrolit
sehingga terjadi diare.
Diare sekretorik
Pada diare sekretorik terdapat infeksi bakteri yang mampu melepas enterotoksin di dalam
usus. Selanjutnya enterotoksin ini merangsang c-AMP dan c-GMP, akibatnya kapasitas
sekresi sel kripte meningkat sehingga terjadi kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan.
Konsenkuensi dari mekanisme tersebut dapat menimbulkan:
Dehidrasi, gangguan elektrolit dan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik) akibat
dari kehilangan air dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium dan
Bikarbonat).
Apabila berlangsung lama dapat menyebabkan malabsorpsi berat sehingga terjadi
gangguan gizi dan/atau hipoglikemia, keadaan ini dipermudah dengan

penghentian

makanan atau susu yang diberikan terlalu encer.

Manifestasi Klinik
Anamnesis
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil informasi
yang mungkin mengarahkan apakah diare tersebut primer atau sekunder. Diare dapat terjadi
8

secara sekunder sebagai bagian atau akibat dari penyakit dasar lain. Gejala respiratorik,
seperti batuk atau sesak mengarahkan pada pneumonia. Frekuensi berkemih meningkat dan
nyeri saat berkemih mengarahkan pada infeksi saluran kencing atau pielonefritis. Adanya
sakit telinga mungkin akibat otitis media akut, adanya demam disertai perubahan kesadaran
mungkin merupakan gejala meningitis, ensefalitis, atau sepsis.
Tujuan ananmnesis selanjutnya adalah menilai beratnya gejala dan risiko komplikasi
seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume serta lama diare dan
muntah, serta ada tidaknya demam, jumLah dan jenis cairan yang telah diminum, diperlukan
untuk menentukan derajat kehilangan cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi. Dehidrasi
yang bermakna dapat bermanifestasi sebagai berkurangnya aktifitas, volume urin dan berat
badan. Berbagai cara penilaian derajat dehidrasi dapat dilihat pada Tabel 3, 4, dan 5.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisis bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari
tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan harus
ditentukan derajat dehidrasinya (lihat tabel 3, 4, dan 5). Berat badan sebelum sakit perlu
ditanyakan. Berat badan saat datang harus diukur sebagai parameter kehilangan cairan dan
dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi. Bila ditemukan napas cepat dan
dalam menandakan adanya komplikasi asidosis metabolik. Bila nyeri bertambah pada palpasi
atau ditemukan nyeri tekan, nyeri lepas atau anak menolak diperiksa, waspadai kemungkinan
komplikasi atau kemungkinan penyebab non infeksi. Pada keadaan kembung, auskultasi
harus lebih cermat untuk mendeteksi adanya ileus paralitik. Amati adanya eritema perianal
akibat adanya malabsorpsi karbohidrat sekunder atau akibat malabsorpsi garam empedu
sekunder yang disertai dengan dermatitis popok.

Tabel 3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO


Tanda dan
Gejala

Derajat Dehidrasi
Tanpa

Ringan/sed
ang

Biasanya 1-

3x atau lebih

Berat

Anamnesis
Diare

Terus menerus
9

3x

banyak

Muntah

Tidak ada
atau sedikit

Kadangkadang

Biasanya sering

Rasa haus

Tidak ada
atau sedikit

Haus

Haus sekali
atau tidak mau
minum

Kencing

Normal

Sedikit,pekat

Tidak kencing
(6jam)

Nafsu
makan/aktifitas

Normal

Nafsu makan
berkurang,
aktifitas
menurun

Nafsu makan
tidak ada, anak
sangat lemas

Baik

Mengantuk /
gelisah

Gelisah / tidak
sadar

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

Air mata

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Mulut/lidah

Basah

Kering

Sangat kering

Napas

Normal

Lebih cepat
kering

Cepat dan
dalam

Turgor

Kembali
cepat

Kembali
pelan

Kembali sangat
pelan (>2detik)

Nadi

Normal

Lebih cepat

Sangat
cepat/tidak
teraba

Ubun-ubun

Normal

Cekung

Sangat cekung

c.Kehilangan
berat badan

Sedikit

5-9%

>10

Kesimpulan

2 atau lebih
gejala :
Dehidrasi (-)

2 atau lebih
gejala :
Dehidrasi

2 atau lebih
gejala :

Pemeriksaan
Fisis
a.
Inspeksi
KU

b.

Palpasi

10

ringan
sedang

Dehidrasi berat

Tabel 4. Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan MTBS


Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini

Letargi atau tidak sadar


Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat

DEHIDRASI
BERAT

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda


berikut

DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG

Gelisah, rewel/mudah marah


Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya lambat

Tidak
cukup
tanda-tanda
untuk
diklasifikasi- kan sebagai dehidrasi
berautau ringan/sedang

TANPA DEHIDRASI

Tabel 5. Penilaian derajat dehidrasi yang dimodifikasi


Derajat
Dehidras
i

Keadaa
n umum

Rasa
haus

Kelopa
k/ air
mata

Mulu
t

Kulit

Urin

Normal

Basa
h

Norma
l

Normal

(kehilan
gan
%BB)
Tanpa
dehidras
i

Baik,
kompos
mentis

Minum
normal

(< 5
11

%BB)

RinganSedang

Rewel,
gelisah

Minum
Cekung,
seperti
produks
kehausa i kurang
n

(5-10 %
BB)

Berat
(>10%B
B)

Letargi,
lemah,
kesadara
n
menurun
, nadi &
napas

Malas
minum/
tidak
dapat
minum

Sangat
cekung,
produks
i tidak
ada

Kering Pucat
capilla
ry
refill
<3
detik

Sang
at
kerin
g

Pucat
capilla
ry
refill
>3
detik

Berkura
ng

Tidak
ada

cepat

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan labotarium yang lebih lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam
5 7 hari.

Pemeriksaan Laboratorium yang Perlu Dikerjakan


Pemeriksaan
Tinja : makroskopik dan mikroskopik
Pemeriksaan tambahan :
o Tinja
- Biakan kuman
- Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
- pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa
o Darah
12

- Kadar gula darah pada kasus dengan malnutrisi dan dehidrasi berat dan atau dengan
ensefalopati.
Pemeriksaan lain yang perlu dikerjakan pada dehidrasi berat dan atau dengan ensefalopati
adalah pemeriksaan elektrolit serum, analisis gas darah, dan nitrogen urea. Pemeriksaan
kadar elektrolit serum perlu dilakukan pada anak dengan gejala hipernatremia atau
hipokalemia. Adapun tanda-tanda hipernatremia adalah kulit teraba hangat, tanda dehidrasi
seolah-olah ringan, hipertonia, hiperefleksia, letargi, namun terdapat iritabilitas yang nyata
bila dirangsang. Tanda hipokalemia seperti nampak lemah, ileus dengan distensi abdomen
dan aritmia.
Tata Laksana
Pengobatan cairan/elektrolit
o Tanpa dehidrasi
Beri oralit osmolaritas rendah sejumLah 10mL/kgBB setiap kali buang air besar.
o Dehidrasi ringan-sedang.
Lakukan upaya rehidrasi oral (URO) dengan larutan oralit osmolaritas rendah sesuai
dengan tabel.

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA


ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan
BERAT BADAN penderita (kg) dengan 75 mL

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan
berikan oralit paling sedikit sesuai tabel di bawah :
Umur
JumLah oralit

< 1 th
300 mL

1-5 th
600 mL

> 5 th
1200 mL

Dewasa
2400 mL
13

Bila rehidrasi berhasil, lanjutkan pemberian oralit 10 mL/kgBB setiap BAB


Berikanlah dorong ibu untuk meneruskan ASI
Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200
mL air masak/susu formula selama masa ini.

o Dehidrasi berat
- Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu
cairan IV dimulai. Beri 100 mg/kgBB cairan Ringer Laktat (atau NaCl 0,9%) dibagi
sbb :
Umur
Bayi <12 bln

Pemberian I :

Kemudian

30 mL/kgBB dalam
1 jam *

70 mL/kgBB dalam
5 jam

Anak > 1 thn


- 1 jam *
* Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba

2 - 3 jam

- Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan
IV
- Segera berikan oralit (5mL/kgBB/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah
3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan
penilaian. Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan
pengobatan.
Pengobatan dietetik
o ASI/makanan dilanjutkan
o Beri makanan yang mudah dicerna, rendah serat dan tidak merangsang.
Pemberian preparat zinc elemental selama 10-14 hari:
o Anak dibawah 6 bulan dengan dosis 10 mg/hari
o Anak di atas 6 bulan dengan dosis 20 mg/hari
Antibiotika bila ada indikasi, yaitu pada:
o Tersangka Kolera
14

- Umur > 7 tahun : Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 2-3 hari.
- Semua umur : Trimetoprim (TMP) 8 mg/kgBB/hari Sulfamethoxazole (SMX) 40
mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 3 hari
o Disentri
- Anak-anak : Trimetoprim (TMP) 10 mg/kgBB/hari - Sulfamethoxazole (SMX)
50 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis selama 5 hari, atau Ampisilin 50 mg/kgBB/hari,
dibagi 4 dosis selama 5 hari
- Bayi : Eritromisin 25 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis , selama 3 hari
o Giardiasis
- Antibiotika pilihan adalah metronidazole dengan dosis 30-50 mg/kgBB dibagi tiga
dosis sehari.
o Amebiasis
- Antibiotika pilihan adalah metronidazole dengan dosis 30-50 mg/kgBB dibagi tiga
dosis sehari.
o Diare pada bayi di bawah 3 bulan.
- Obat spasmolitika dan antisekretorik tidak boleh diberikan.
- Obat pengeras tinja tidak bermanfaat dan tidak perlu diberikan.

Pencegahan dan edukasi


o Pencegahan diare
- Pemberian ASI eksklusif 6 bulan.
- Sterilisasi botol susu bila bayi oleh karena suatu sebab tidak mendapat ASI.
- Penyediaan dan penyimpanan makanan anak/bayi secara bersih.
- Gunakan air bersih dan matang untuk minum.
- Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memberi makan.
- Membuang tinja di jamban.
- Imunisasi campak.
- Makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik.
o Edukasi
- ASI, susu formula serta makanan harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelah diare sembuh.
15

Komplikasi
Hipoglikemia
Gejala : berkeringat, kesadaran menurun, kejang-kejang. Beri glukosa bolus i.v. dengan
dosis 2-4 g/kgBB.
Hipokalemia
Beri oralit (mengandung 20 mmol K/L, buah-buahan yang mengandung banyak K
(pisang)
Ileus paralitik
Preparat K intravena

Daftar Pustaka
1. Guandalini S. Acute diarrhea. Dalam: Walker WA. Durie PR. Hamilton JR. Walker-Smith
JA, Watkind JB, penyunting. Pediatric gastrointestinal disease: pathophysiology,
diagnosis, management. Edisi ke-3. Canada: B.C. Deckor Inc; 2000. h. 28-38.
2. Baqui A. Cell-mediated immune and malnurition are independent risk factors for
persistent diarrhea in Bangladesh children. Am J Clin Nutr 1993; 58:543-8
3. World Health Organization. The state of the world's children. Geneva: WHO; 1995.
4. Kotlof K, Wassemann S, Steciak J. Acute diarhea in Baltimore children attending an
outpatient clinic. Pediatr Infect Dis J 1988; 7:753-9.
5. Avendano P. Costs associated with office visits for diarrhea in infants and toddlers. Pediatr
Infect Dis J 1993; 12:897-902.
6. American Academy Pediatric: Disease col. prevention of rotavirus disease guideline for
use of rotavirus vaccine. Pediatrics 1998; 108:1483-91.
7. Guandalini. Lactobacillus GG administered in oral rehydration solution to children with
acute diarrhea: a multicenter European trial. J Pediatr Gastroenterol Nutr 2000; 30:54-60.
16

8. Bulzner JD. Acute diarrhea in children. Dalam: Thomson ABR, Shaffer EA, penyunting.
First principles of gastroenterology. Edisi ke-3. Canada: Canadian Association of
Gastroenterology; 1997.h.593-600.
9. Jalil F. Nutrtion acute diarrhea. Dalam: Gracey M, Walker-Smith J, penyunting. Diarrheal
diseases. New York: Lippincott-Raven; 1997. h. 109-124.
10.

Hema Meliny Junita Perangin-angin Acute Diarrhea With Mild to Moderate

Dehydration e.c Viral Infection.2014. Faculty of Medicine, Universitas Lampung

17

Anda mungkin juga menyukai